Disclaimer : Bukan Punya Saya

Warning : AU! Smut! Overpowered! Revenge! Berantakan! Tidak Jelas!


"Ini makanlah, kau butuh tenaga untuk kembali bekerja." Naruto menerima pemberian makanan dari temannya dengan wajah muram.

"Apakah kita akan begini terus?" Naruto bertanya entah pada siapa. Sementara temannya yang memberinya makanan tadi duduk di sebelahnya dan bergumam menanggapi pertanyaan Naruto.

"Kita hanya akan terdampar di sini seumur hidup dan berakhir sepertinya." Naruto melirikkan matanya ke tengkorak yang terlihat duduk di sebelah pintu masuk tambang. Le masih saja asyik menikmati makanannya.

Slurpp

"Mau bagaimana lagi, apa kau berani melawan mandor kita?" Lee melanjutkan acara makannya, "Dia terkenal galak di sini."

Slurp

"Cih…" Naruto mendecih kesal. Ia tak mau berakhir di sini. Jika saja dia tak terkekang oleh alat di perutnya ini, ia akan punya kekuatan untuk setidaknya kabur dari sini. Percuma melawan, dia tak akan sanggup.

"Yosh…. Aku sudah selesai makan, saatnya kembali bekerja." Lee dengan semangat kembali memanggul beliung untuk menambang.

"Jangan terlalu bersemangat Lee" Naruto berucap, ia lalu menghabiskan makanannya dengan cepat, sebelum akhirnya menyusul Lee masuk ke dalam.

"Kita harus keluar dari sini…" Naruto kembali bergumam. Naruto memang sudah dari lama jengah berada di sini. Ia pernah berbagi rencana dengan Lee, kalau dia ingin kabur dan akan memberontak pada Kerajaan.

"Sampai kapan kau bergumam seperti itu, kawan." Lee bersuara kembali karena temannya ini sedari tadi terus bergumam, "Lebih baik di sini kau tahu, kita hanya perlu menambang saja, dan akan diberi makan setelah bekerja, kembali ke tenda." Lee berucap dengan nada pelan.

"Tapi…"

"Terlebih, kita tak perlu menumpahkan darah untuk melawan mereka, mereka sangat kuat kau tahu." Tiba tiba suara orang lain menyaut Naruto, sebelum ia selesai berkata.

"Ah, kau hanya malas saja, Shika…" Ucap Naruto dengan sedikit kesal, "Lalu dari mana saja kau tadi?" Naruto tahu jawaban yang akan dikeluarkan oleh Shikamaru.

"Menyempatkan diri untuk tidur."

Naruto hanya mendengus mendengar perkataan Shikamaru. Temannya yang satu ini memang suka tidur, sedangkan yang satu lagi selalu bersemangat akan apapun. Meskipun demikian, mereka cepat akrab selama disini. Dan uniknya mereka merupakan orang dari daerah yang sama.

Ctak Tring

Ctak Tring

Ctak Tring…

Suara beliung membentur bebatuan terdengar nyaring di gua tambang itu. Mereka saat ini sedang menggali bebatuan yang mengandung bahan bakar dan emas untuk Kerajaan.

Selain mereka bertiga, masih banyak lagi orang di sini. Mereka adalah mantan shinobi yang dijadikan budak untuk kerja tambang. Terlihat juga sebuat alat pengekang chakra di perut masing. Meskipun mereka tak berani melawan, kepala tambang tak mau ambil resiko karena mereka juga masih seorang mantan shinobi yang mempunyai chakra.

Naruto dan temannya merupakan pengecualian, mereka dibuang ke sini dan dipaksa untuk bekerja karena menunjukkan tingkah membelot pada Kerajaan. Banyak pembelot bernasib seperti mereka dan di sebar di berbagai pelosok Kerajaan serta dipekerjakan dengan paksa sebagai budak.

Mereka bertiga dibuang di tambang Emas ini, lokasi tepatnya di pegunungan yang masuk wilayah Kaminari no Kuni. Lokasi terpencil dan jauh dari peradaban. Mereka tinggal di sebuah tenda dan pusat pemukiman bagi para penambang.

"Hah, hari yang melelahkan seperti biasanya." Shikamaru mengeluh.

"Yosh, jangan lemas seperti itu Shika, kita masih bisa berolahraga dan meningkatkan kekuatan kita."

Shikamaru menatap aneh pada Lee, apa bagi dirinya pekerjaan menambang seperti tadi masih belum cukup menguras tenaga dan fisiknya.

"Beritahu temanmu itu, Naruto."

Tak ada jawaban dari Naruto. Shikamaru yang tak mendapat jawaban dari Naruto, menengok ke arahnya dan melihat Naruto tengah tenggelam dalam pikirannya.

"Hei, jangan melamun merepotkan." Shikamaru meninju bahu Naruto untuk menyadarkannya.

"Ah, yaa… maaf Shika"

Shikamaru menatap penuh tanya pada Naruto. Jarang sekali temannya yang satu ini melamun. Melihat Naruto hanya tersenyum pada dirinya, membuat Shikamaru mengedikkan bahunya dan kembali fokus ke jalanan, "Merepotkan"

Naruto hanya terdiam lagi melihat Shikamaru sudah tak fokus padanya, "Jangan membuat mereka curiga" suara terdengar di pikiran Naruto.

"Sampai kapan kau akan berbicara seperti itu?"

"Apa kau berkata sesuatu, Naruto?"

"Ah, tidak ada apa - apa, hanya bergumam saja." Naruto berujar pada Lee.

"Merepotkan"

Poft

"Jadi siapa kau sebenarnya?"

"Apa kau tidak mengenalku?" Chibi Kaguya bertanya pada Naruto.

"Mana ku tahu siapa kau?" Naruto semakin jengkel, karena semenjak tadi jawaban yang dilontarkan Chibi di depannya hanya itu saja, "mungkinkah kau penunggu tambang itu?"

"Jangan bercanda, kau membuatku geli." Chibi Kaguya terkikik geli melihat Naruto yang jengkel.

"Jadi siapa sebenarnya dirimu, Chibi Sialan?"

"Ah, dulu orang memanggilku Usagi no Megami" Kaguya berucap, dan membuat Naruto semakin tidak mengerti.

"Dewi Kelinci, ha?"

"Begitulah, kau pasti tahu pendiri dunia Shinobi?"

"Hagoromo Ootsutsuki?"

"Dia adalah anakku, orang yang dengan naifnya menyebarkan chakra dan berharap manusia menjadikan chakra sebagai alat untuk membawa perdamaian." Kaguya berkata dengan nada marah.

"Lalu kau adalah ibunya?" Tanya Naruto.

"Benar, aku adalah orang pertama di dunia ini yang mempunyai chakra." Kaguya terbang, mendekat ke arah Naruto.

Naruto hanya berdiam, memperhatikan chibi Kaguya yang ada di depannya. Orang ini mengaku dirinya adalah pemilik Chakra pertama. Kemungkinan besar, dia juga memiliki kekuatan yang besar. Ini bisa jadi kesempatan untuknya kabur dari sini.

"Jika memang yang kau katakan benar, seharusnya kau punya kekuatan yang besar, selaras dengan namamu." Naruto mulai merencanakan untuk kabur dengan bantuan Kaguya.

"heh, memang, aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat." Kaguya juga menyadari niat Naruto. Dia tak mau dimanfaatkan tanpa adanya hubungan timbal balik. Dia tak menyangka kepingan dirinya ditemukan oleh seseorang sepertinya.

Flashback

Ctak Tring

Naruto masih dengan peluhnya, menggali bebatuan untuk mencari emas yang tersisa. Batuan hasil galian yang tidak mengandung apapun, biasanya akan dibawa dengan kereta angkutan, lalu dibawa keluar dan akan dijadikan sebagai bahan bangunan.

Hari ini Naruto cukup beruntung karena berhasil mendapat beberapa bongkahan kecil yang mengandung emas. Setidaknya dia tidak akan kena marah karena pulang membawa hasil. Para pekerja di sini, dipaksa untuk setiap menggali, harus membawa hasil hari itu juga. Jika tidak, maka akan kena marah dan lebih parahnya lagi dicambuk oleh mandor penjaga.

"heh… Kurasa aku berhasil membawa hasil untuk hari ini." Naruto bergumam. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, untuk mencari keberadaan Lee dan Shikamaru, tapi hasilnya nihil, "Ku rasa mereka pergi ke titik lain."

Naruto kemudian melanjutkan menggalinya, ia tidak menyadari ada semacam bongkahan yang berbeda dengan batuan lain, hingga akhirnya batuan itu mengenai beliung yang Naruto gunakan.

Ctak Tranggg…

Suara nyaring terdengar di titik gua tempat Naruto menggali,"Ah, apa yang baru saja terjadi," Baru saja ia ingin memastikan apa yang terjadi, sebuah sinar muncul dari batuan yang Naruto pecah tadi lalu masuk ke dalam tubuhnya.

"APA INI?" Naruto berteriak kaget, ia tak sempat bereaksi sebelum akhirnya merasakan tubuhnya memanas lalu jatuh pingsan.

Beberapa saat, cahaya yang masuk ke dalam tubuh Naruto masih berpendar mengeluarkan sinar sebelum akhirnya redup. Suasana gua yang kembali remang remang, dengan lampu minimnya.

Naruto terbaring cukup lama selama 30 menit, sebelum akhirnya tersadar,"Cahaya apa itu tadi?". Ia memegangi kepalanya karena berdenyut. Ia merasakan sesuatu pada tubuhnya, sesuatu yang mengisi dan memberikannya seperti sebuah energi.

"HEi, kau jangan hanya berbaring saja, lanjutkan pekerjaanmu." Suara penjaga terdengar oleh telinga Naruto.

Ctak

Satu cambukan mendarat di badan Naruto yang masih berusaha untuk bangkit.

"Guh," Naruto melenguh kesakitan menahan cambukan sang penjaga.

"Cepat berdiri, kumpulan bongkahan itu lagi." Ia menendang Naruto yang baru saja berdiri, membuat Naruto terdorong ke depan.

"Cih" Naruto mendecih kesal, jika bukan karena alat pengekang di perutnya ini, ia bisa menggunakan chakra dan menghajar penjaga sombong yang mencambuknya.

"Cepatlah!!" Nada perintah kembali terdengar dari sang penjaga.

"Baiklah." Jawab Naruto singkat. Ia melirikkan matanya ke arah sang penjaga. Perawakannya cukup tinggi, badannya besar dengan tangan berotot yang membawa cambuk. Mukanya sangar dan ia mengenakan pakaian khas penjaga Tambang. Ada lambang Kerajaan kecil di lengan bajunya.

"Cih" Naruto terdengar mendecih, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ia kembali mengayunkan beliungnya, "Kenapa ayunanku terasa lebih ringan?"

"Apa kau berbicara sesuatu?"

"Ah, maaf, aku tak berkata apapun." Naruto mengutuk dirinya karena bergumam lirih. Ia tak menyadari bahwa sang penjaga masih mengawasinya.

"Huh, cepat lanjutkan pekerjaanmu, aku akan kembali patroli." Sang penjaga kemudian pergi meninggalkan Naruto.

Melihat sang penjaga telah pergi untuk melanjutkan tugasnya, Naruto kembali mencoba mengayunkan beliungnya pada bongkahan di depannya.

"Benar, ayunanku terasa lebih ringan", Ia tersenyum senang. Tenaganya juga terasa kembali saat mengawali hari. Pekerjaan selanjutnya terasa lebih ringan sehingga membuatnya cepat selesai.

Beberapa saat kemudian, ia berhasil mendapat banyak bongkahan. Ia menghela nafas lalu duduk untuk istirahat sejenak.

"HEI, sudah ku bilang kau jangan bersantai saja."

Kaito tak menyangka, dirinya bisa menjadi penjaga pertambangan Kerajaan. Usahanya selama ini, membuahkan hasil. Dengan koneksi dan silat lidahnya, berhasil sampai di sini.

"Keh, aku telah menjadi bagian dari Kerajaan." Kaito tertawa senang, melihat tanda Kerajaan di pakaian yang ia kenakan.

"Orang - orang itu tak akan meremehkanku lagi." Kaito dulunya merupakan salah satu anggota pembelot Kerajaan. Ia dijebloskan ke penjara, meski dari kalangan rakyat biasa dan bukan Shinobi.

Ia tergabung ke pembelot karena mengikuti temannya yang ikut serta. Setelah bergabung, ia sering beraksi bersama pembelot lain, menyerang beberapa titik di Kerajaan wilayah Kaminari no Kuni.

Tapi selama itu pula, ia tak pernah mendapatkan pengakuan. Memang benar dia dari kalangan biasa, tapi ia masih punya harga diri. Ia dinilai oleh anggota lain yang merupakan seorang shinobi tak berkontribusi apapun. Ia kesal, temannya pun demikian. Mereka sebenarnya tak menggubris gunjingan itu.

Sampai suatu ketika, saat melancarkan aksinya. Temannya ini terkena serangan pasukan Kerajaan. Ia berusaha menolongnya, meminta anggota lain membantunya. Namun ternyata ia dan temannya ditinggalkan karena pasukan pembelot melihat Deputi Kaminari no Kuni langsung turun tangan mengatasi pembelot.

Dalam keadaan putus asa, ia memanggil teman temannya. Namun apalah daya, ia tak bisa berbuat apapun, sampai akhirnya ia dan temannya ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Beberapa hari kemudian, ia mendengar kabar bahwa temannya yang berusaha ia tolong tak selamat dari luka itu. Ia menyesal dan marah. Kaito menganggap tak ada gunanya melawan Kerajaan.

Dengan perasaan bercampur aduk, penuh perasaan marah dan dendam. Ia memohon kepada sipir penjaga untuk bertemu dengan pimpinannya. Ia akan menjual informasi tentang para pembelot.

Pimpinan menyetujuinya, setelah informasi ia berikan, beberapa hari setelahnya, banyak teman temannya berhasil ditangkap. Satu persatu mereka dijebloskan ke penjara, membuatnya senang.

Setelah hampir semua pembelot ditangkap, sesuai dengan perjanjian di awal dengan pimpinan sipir, ia dibebaskan dan akan dipekerjakan sebagai pengawas tambang.

"Keh, dengan menjual nama Kerajaan, aku bisa mendapatkan apapun." Ia menyeringai karena sangat puas.

Pengikut atau pelayan Kerajaan akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupannya. Orang - orang takut dengan hal yang berurusan Kerajaan. Jadi, mereka lebih baik memberikan apa yang mereka mau daripada dijebloskan ke penjara ataupun dipekerjakan sebagai budak.

Ia mengeratkan genggamannya pada cambuk yang menjadi senjata untuknya bertugas, "Dasar tak berguna, aku belum puas menggunakan cambuk ini." Ia bergumam. Pikirannya kembali tertuju pada pria muda berambut merah yang baru saja ia cambuk.

"Di sini juga mereka bekerja tanpa banyak tingkah." Ia melihat pekerja lain bekerja terus menerus. Kemudian ia memutuskan untuk kembali.

"HEI, sudah ku bilang kau jangan bersantai saja."

Kaito berteriak pada Naruto yang sedang duduk.

Ctak

Tanpa menunggu aba-aba, ia mengayunkan cambuknya dan mengenai tubuh Naruto. Naruto meringis kesakitan.

"Ugh"

"Cepat bekerja dasar malas…"

Ctak

Cambukan kedua mengenai kaki Naruto. Sementara orang yang dicambuk kembali meringis.

"Apa kau akan diam saja diperlakukan seperti ini?" Suara asing terdengar di kepala Naruto.

"Siapa kau?"

"Jangan bertanya padaku sialan, kembali bekerja." Kaito jengkel karena mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Ctak

"Aku tak akan diam saja kalau dia terus mencambukmu seperti itu." Suara itu kembali terdengar. Naruto bingung dengan apa yang terjadi.

"Kalau kau butuh bantuan, maka aku akan sedikit membantumu." Suara itu terdengar seperti seorang wanita. Dan apa-apaan itu, dia akan membantunya.

Naruto yang terus mendapat cambukan merasakan rasa sakitnya menghilang. Adrenalinnya terpacu, ia merasakan marah.

Ctak

Kaito tersenyum puas karena orang di depannya hanya diam ketika mendapatkan cambukan.

Ctak

Grepp

Ketika Kaito kembali akan mencambuk Naruto, cambuknya ditangkap oleh Naruto. Lalu ditarik olehnya.

Kaito yang tidak siap terhempas ke depan. Belum sempat ia bereaksi, perutnya mendapat pukulan dari Naruto.

"Guaghkkk" ia terbatuk dan merasakan sakit diperutnya. Cambuknya terlepas dari genggamannya. Melihat hal itu, Naruto mengambilnya, lalu menggunakannya pada Kaito.

"Aku sudah muak sialan…" Naruto berkata, "Sudah sangat bosan dengan wajah sombongmu itu."

Naruto semakin terpacu, tanpa sadar, aliran chakra keluar dan menyelubungi cambuk yang ia gunakan.

Ctak

Crash

Dalam sekali cambukan, Kaito mengeluarkan darah. Ia meringis kesakitan, "Sialan…"

Dengan amarah memuncak, ia merangsek maju, hendak memukul Naruto. Tapi dengan sigap, Naruto menghindar, kemudian menendang Kaito dengan perutnya.

Kaito memuntahkan darah. Ia kembali teringat bahwa orang yang sedang ia lawan ini merupakan daftar orang yang perlu diwaspadai. Berambut merah dan berperawakan tinggi. Uzumaki. Ia kehilangan kesadarannya.

"Apa kau senang sekarang?" Suara wanita kembali terdengar di kepala Naruto.

"Apa yang kau lakukan padaku?" Naruto bertanya, ia tersadar dari apa yang baru saja ia lakukan.

"Sebaiknya kau bunuh orang itu,"

Naruto meringis mendengar perkataan suara di kepalanya.

"Cepatlah, sebelum penjaga lain datang ke sini."

Flashback End

"Maaf pak, kami menemukan dia dalam keadaan seperti ini." Seorang penjaga berkata pada Raiga.

"Sejak kapan dia terluka seperti ini?" Raiga berjongkok di depan tubuh Kaito yang tak berdaya.

"Kami menemukannya sekitar satu jam lalu, melihat keadaan, kurasa dia telah begini sekitar 4 jam."

"Hah, cepat gali informasi mengenai orang ini dan kejadian sebenarnya." Raiga meraba tubuh Kaito. Lalu menidurkan kepalanya di pangkuannya. Orang yang ditugaskan Raiga lantas pergi menjalankan tugasnya.

"Jadi, apa kau merasakan sakit?" Raiga bertanya pada Kaito, yang dijawab dengan anggukan lemah.

"Kau tahu, orang sepertimu sangat diperlukan di sini."

Kaito tersenyum lemah. Pimpinannya masih memperdulikannya.

"Siapa yang melakukan ini padamu?" Raiga bertanya lembut pada Kaito.

"Uhuk… u… zu… ma…ki… uhuk." Kaito terbata dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Ia merasa ajalnya semakin dekat.

"Uzumaki hem…" gumam Raiga. Hanya ada satu Uzumaki dibawah pengawasannya. Memang keturunan klan kuat, namun dia hanyalah sampah Uzumaki di sini.

"Ah terimakasih," Raiga tersenyum pada Kaito, "Apa kau perlu bantuan medis?" Dan di jawab anggukan lemah.

"Baiklah…" pendar chakra keluar dari tangan Raiga. Lalu ia memegang dada Kaito, membuat jantungnya langsung berhenti.

Bruk

"Dasar tak berguna." Gumam Raiga. Ia bangkit berdiri lalu mencuci tangan, "Darah kotor…" Lalu kembali ke tempat duduknya.

"Aku harus membuat laporan ini pada Deputi." Ia mengambil pena lalu menulis laporan.

Srek, Sringg…

"Uzumaki Naruto, ikut dengan kami." Dua orang penjaga masuk kedalam tenda Naruto.

Naruto yang saat ini sedang berbaring, dipaksa untuk bangun dan keluar dari tenda. Mereka keluar menyusuri jalanan menuju tempat pimpinan penjaga. Satu orang penjaga berjalan di depan, sedang yang satunya berjalan di belakang Naruto dengan menodongkan pedang padanya.

"Kau tahu, ini kesempatanmu untuk kabur. Aku akan membantu setidaknya bisa berhasil kabur dari tempat ini." Suara Kaguya bergema di kepala Naruto.

"Belum saatnya kau tahu.."

Naruto akhirnya tiba di tempat pimpinan. Sebuah pondok terbuat dari kayu. "Cepat masuklah."

"AH, Uzumaki…" Raiga menyambut kedatangan Naruto,"Kalian bisa keluar, ada urusan yang harus aku selesaikan dengannya." Raiga mengusir bawahannya, yang dijawab dengan tundukan kepala.

"Uzu-maki, nama yang tak asing bagiku, hm…" Raiga bergumam, dia bangkit dari tempat duduknya lalu berdiri di hadapan Naruto yang menatapnya penuh benci.

Naruto begitu dendam dengan orang di depannya, ingin rasanya dia menghancurkan wajah sombongnya itu. Tiap malam, ia selalu diseret oleh bawahannya. Ia akan disiksa hingga subuh sebelum akhirnya harus kembali bekerja di tambang.

"Hari ini kau beruntung karena tidak diseret oleh anak buahku, Hm.." Raiga tersenyum tanpa dosa, "Hitung saja ini sebagai kebaikan hatiku."

"Persetan denganmu."

Raiga hanya tertawa mendengar perkataan Naruto, "Oh, ayolah, harusnya kau berterima kasih padaku." Ia kembali tertawa.

"Ah, kembali kenapa aku membawamu ke sini. Aku mendapatkan laporan kau melukai salah satu penjaga kesayanganku." Raiga kembali ke mode serius. Pertanyaan menyiratkan kemarahan.

"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan."

"Oh, begitu.."

Buagkkk

Bogem mentah mendarat di dada Naruto, membuatnya tersengal dan terbatuk, "Aku tak akan tinggal diam jika jadi kau." Kaguya berkata.

"Jadi bagaimana?"

Cuih..

Naruto meludah ke arah Raiga, "Jika memang aku yang melakukannya, apa yang akan kau lakukan?"

Buaghkk

Tendangan lutut mendarat pada Naruto, ia kelimpungan lalu jatuh berlutut. Rambut merahnya ditarik oleh Raiga.

"Aku bertanya denganmu baik baik." Raiga jongkok di hadapan Naruto dan berkata pelan.

"Kalian orang Kerajaan memang semena - mena." ucap Naruto.

Raiga hanya tersenyum, "Benar."

Srek

Kriet

"Maaf tuan, aku harus pulang karena anakku mencari keberadaanku." Dari dalam salah satu ruangan, wanita muncul dengan pakaian berantakan. Ia terlihat ketakutan dan menggenggam kedua tangannya.

"Cepat pergi, aku akan memanggilmu lagi nanti." Ucap Raiga. Sang Wanita pergi dengan menundukkan kepalanya, ia sempat kontak mata dengan Naruto sebelum akhirnya berlalu.

"Hah, bagaimana? hem.. dia sangat menawan kan?" Raiga berucap, ketika Naruto melihat wanita itu pergi, "Dia bermain sangat baik tadi."

"..."

"Aku tak mau bermain main lagi denganmu Uzumaki. Cepat katakan yang sebenarnya." Kesabaran Raiga mulai menipis. Ia kembali berjongkok di hadapan Naruto.

Buaghk

Pukulan meluncur dari Naruto dan mendarat di perut Raiga. Belum sempat ia memproses apa yang terjadi, ia kembali harus merasakan sakit di kepalanya, karena tendangan Naruto. Raiga yang tak siap, jatuh tak sadarkan diri.

"Kerja bagus.." Ucap Kaguya.

Naruto yang berhasil lepas dari kekangan, segera pergi ke meja Raiga dan mencari sebuah benda.

"Kau harus segera kabur dari sini." Naruto masih sibuk mencari benda itu. Dia membuka segala kotak penyimpanan, hingga akhirnya dia mendapati sebuah gulungan.

Setelah ia mendapatkan gulungan itu, ia keluar dari pondok lalu berlari kedalam hutan. Dari kejauhan ia mendengar keributan karena mendapati Raiga murka. Terdengar derap kaki beberapa orang mengejarnya.

Naruto harus berlari semakin cepat, "Teruslah berlari ke arah ini." Derap langkah mengejar semakin dekat. Di tambah suara gemuruh badai yang akan datang.

Naruto melihat celah hutan, hingga akhirnya ia berhasil keluar. Di depannya kini terlihat lautan luas yang tengah diterjang badai.

Duar

"Kau tak bisa lari kemana - mana, Uzumaki." Suara Raiga terdengar bersamaan dengan penjaga yang mengejarnya.

Naruto yang tersudut hanya bisa berdecak kesal. Ia bisa lepas dari mereka, tapi dihadapkan dengan pilihan sulit. Kembali menjadi budak, atau melompat di lautan badai di belakangnya.

"Ha ha ha, usahamu sia - sia. Kau akan mendapatkan hukuman berat karena perbuatanmu." Raiga membawa Pedang Kiba.

Ciat

Duar

Naruto berhasil menghindar dari serangan Raiga, "Berterima Kasihlah padaku nanti, sekarang kau harus membuat pilihan." Kaguya berkata pada Naruto yang tengah menimbang pilihannya. "Kau bisa menyelamatkan mereka nanti, sekarang kau harus menjadi lebih kuat dahulu." Mendengar perkataan Kaguya, Naruto membulatkan tekadnya.

Raiga yang melihat Naruto seperti telah menentukan pilihan, mengumpulkan Chakra petir pada Pedang Raiganya. Ini akan menumbangkan Naruto, dan membuatnya terbakar.

"Raiton : Raifang"

Sambar petir mengarah ke Naruto, yang telah melompat dari tebing jurang.

Ciat

Duar

Byurrrr

Serangan Raiga berhasil mengenai Naruto. Naruto yang menerima serangan, meringis kesakitan sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Tubuhnya terpental dan jatuh ke dalam Lautan Badai.

tap tap

Raiga yang mendapati serangannya berhasil, berjalan ke tepi tebing dan melihat ke bawah, memastikan keberadaan Naruto.

"Apa kita harus terjun untuk mencarinya, Tuan?" Anak buahnya berkata pada Raiga.

"Tak perlu, badai akan menghancurkannya. Seranganku tadi berhasil mengenainya." Raiga berkata dengan percaya diri, "Ia tak mungkin bisa bertahan, kita kembali." Mereka akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

Byur

Byurrr

Poft

"Sudah saatnya kau bangun, Naruto."

"Guah… hah hah hah" Naruto terengah - engah. Ia masih bisa merasakan sakit dari serangan Raiga, "Dimana kita sekarang?" Naruto bertanya pada chibi Kaguya. Ia melihat dirinya tengah berada di sebuah pantai. Di depannya terdapat hutan yang diselimuti kabut tebal.

"Entahlah, aku juga tak tahu." Kaguya juga bertanya tanya dimana mereka berada, "Kau harus berterimakasih padaku dahulu karena telah menyelamatkanmu."

"Ya ya ya…" Naruto bergumam, ia berterimakasih pada Kaguya karena dengan bantuan Chakranya, ia bisa selamat dari serangan Raiga dan terjangan Badai.

"Jika bukan karenaku, tubuhmu akan hancur." Kaguya berkata dengan nada kesal karena merasa diabaikan oleh Naruto.

"Terima Kasih." Ucap Naruto. Ia lalu kembali fokus pada hutan di depannya, "Hutan ini seperti memanggilku untuk datang."

"Huh," Kaguya berucap Kesal, "Aku merasakan aliran chakra dari sana." Kaguya menunjuk ke sebuah arah. "Kurasa kita harus ke sana, lebih baik, daripada ditempat terbuka di sini." Ucap Kaguya. Naruto menganggukkan kepalanya.

"Kita juga telah jauh dari wilayah Kaminari no Kuni. Jadi kecil kemungkinan mereka mengejar kita sampai sini."

Naruto akhirnya bergegas masuk ke dalam hutan, berjalan ke arah yang Kaguya tunjukkan. Suasana hutan sangat sepi dan lembab karena kabut yang tebal. Naruto berjalan cukup lama hingga akhirnya tiba di sebuah gerbang yang hancur dan tak berbentuk.

"Kau harus masuk, aliran chakra yang memanggilmu semakin tebal."

Naruto terus berjalan, ia melewati sebuah reruntuhan wilayah atau apapun itu namanya. Terlihat banyak mayat dan tengkorak bergelimpangan di beberapa bangunan hancur. Naruto dapat merasakan hewan - hewan yang melihatnya penuh curiga.

"Tempat ini seperti medan perang." Naruto berkata pada Kaguya.

"Sepertinya mereka di serang dari segala penjuru." Kaguya melihat satu tengkorak yang dikelilingi tengkorak lainnya.

Semakin Naruto masuk ke dalam reruntuhan, semakin banyak tengkorak yang bergelimpangan. Hingga dirinya terhenti di sebuah bangunan yang menjadi pusat reruntuhan itu.

"Sumber aliran chakra itu berasal dari bangunan ini." Meski chakranya dikekang oleh alat di perutnya ini, ia bisa merasakan konsentrasi chakra yang berat di bangunan ini.

"Masuklah, Naruto."Naruto membuka bangunan yang terlihat tidak hancur sepenuhnya itu.

Kriet

Mata Naruto terkejut begitu melihat keadaan di dalam bangunan itu. Banyak mayat tengkorak bergelimpangan di dalamnya, dan bahkan lebih banyak dari yang ia temukan di luar tadi.

"Apa apaan ini?'

Bau busuk sudah tidak tercium lagi dari mayat - mayat itu karena telah lama terbengkalai. Mayat mayat itu seperti hendak menuju ke suatu titik di bangunan ini.

Naruto yang penasaran mengikuti arah mayat mayat itu, dan tibalah dia di sebuah tembok yang sepertinya memiliki pintu rahasia. Ada semacam kunci pengekang atau klan menyebutnya Fuin. Fuin itu menutup rapat apa yang di dalamnya. Terlihat mayat yang bergelimpangan berusaha untuk membuka ruangan itu, namun naas, mereka tak selamat karena sesuatu hal.

"Konsentrasi chakra semakin menguat dari pintu itu, Naruto."

Poft

Chibi Kaguya muncul dari Naruto. Ia terbang ke depan pintu rahasia itu, memejamkan mata lalu merasakan sesuatu yang ada di dalamnya.

"Dari buku yang pernah aku baca dulu, Fuin ini hanya bisa dibuka dengan darah atau garis keturunan yang sama dengan si pembuat." Naruto berkata pada Kaguya.

"Hem, menarik…" Kaguya bergumam. Manusia telah menggunakan chakra dalam berbagai hal. Ketika masanya dulu hal seperti ini belum terlalu dikenal. Mata Kaguya melihat ke sekeliling, lalu tertuju pada sebuah perkamen yang digenggam salah satu tengkorak di sana.

"Naruto, coba lihat di sana, ada sebuah gulungan, yang mungkin bisa memberi kita petunjuk tempat apa ini"

Naruto melihat ke arah yang Kaguya tunjuk, dan benar saja, ada semacam gulungan. Ia bergegas mengambil dan membaca gulungan itu.

"Di sini dikatakan bahwa barang siapa bisa membuka pintu ini, maka akan mendapatkan kekuatan untuk membelah daratan." Naruto membacanya sehingga dapat didengar oleh Kaguya.

"Lucu sekali ya, pasti orang orang ini berlomba untuk dapat mengetahui apa yang ada di dalam sana." Naruto terkekeh, sebelum akhirnya berhenti.

Kaguya yang menyadari Naruto terdiam, menatap heran ke arahnya, "Ada apa Naruto?"

Naruto hanya berdiam, dia menatap ke arah perkamen itu, lalu ke Kaguya, kemudian ke arah Fuin.

"Hei, hei, jangan bilang kau…"

"Harus kucoba." Naruto berjalan mendekat ke arah Fuin. Ia mengambil kunai dari salah satu mayat, lalu menyayat telapak tangannya. Darah mengucur dari luka itu, dengan cepat Naruto memposisikan tangannya dengan fuin, lalu tetesan darahnya membuat Fuin itu bersinar.

Poft

Kaguya kembali ke dalam Naruto. Ia tak bisa menyaksikan apa yang terjadi dengan mode Chibi nya, terlebih cahaya terang ini menghalangi matanya.

Fuin itu bersinar, lalu bergetar. Naruto menutup matanya dengan tangan, menghalau sinar untuk masuk.

Konsentrasi energi chakra terasa kuat menguar dari ruangan yang terbuka. Sinar itu mulai meredup dan Naruto dapat membuka matanya. Ia berjalan mendekat ke arah ruangan itu.

Poft

Chibi Kaguya kembali muncul. Ia terbang di samping Naruto.

"Hah, anti klimaks sekali ini…" Naruto berkata setelah melihat ruangan itu hanya sebuah ruangan kosong.

Berbeda dengan Naruto, Kaguya dapat merasakan energi chakra murni dari ruangan ini.

"Jangan putus asa dulu Naruto. Apa kau tidak merasakan energi ini?" Tanya Kaguya.

"Energi apa??, ini hanya ruangan kosong, perkamen itu berbohong."

Kaguya menatap aneh Naruto. Ia lalu tersadar karena dirinya saat ini sedang berada di luar Naruto serta, chakra miliknya dikekang oleh alat di perutnya.

"Hah, cepatlah masuk ke sini." Naruto kemudian masuk, menuruti perkataan Kaguya. Tak berselang lama setelah keduanya masuk. Ruangan itu tertutup. Lalu keadaan sekelilingnya berubah. Hanya hamparan binar putih, kuning dan jingga.

"Guh, kenapa badanku terasa begitu berat. Udara disini juga terasa berubah ubah." Naruto mengeluh, setelah pintu tertutup keadaan seperti begitu lebih berat.

"Selamat datang, garis keturunanku, Uzumaki."

Siluet seseorang tiba tiba muncul di hadapan Naruto dan Kaguya, membuat mereka terkejut.

"Siapa kau?" Naruto bertanya.

"Selamat datang, aku adalah Ashina Uzumaki. Kalian saat ini berada di Seishin to Toki no Heya…"

...

TBC


Terimakasih atas Kunjungannya.