Seorang gadis surai putih panjang yang di ikat Ponytail berada di kamar mandi sedang bercemin. Entah mengapa gadis itu menatap pantulan dirinya sendiri begitu serius.

"Aku adalah gadis hebat!" Tanpa sebab yang jelas, Kiana tiba-tiba berujar sambil menunjuk dirinya di cermin. Ia keluar dari kamar mandi dan berjalan ke ruangan lain.

"Aku seorang Valkrie yang kuat!"

Lagi-lagi Kiana berbicara sendiri. Gadis itu telah sampai di depan sofa dan mendudukinya. Ia mengambil remot yang kebetulan di sampingnya dan menyalakan tv di depan.

"Aku akan lihat film horor ini sendirian!"

Lah? Ternyata Kiana sedari tadi mengumpulkan keberaniannya untuk menonton film ber-genre horor.

.

Di sisi lain, Naruto baru saja kembali dari luar setelah membeli sesuatu di supermarket. Di lorong, ia mendengar sesuatu dari kamar Kiana yang terbuka. Lantas ia kesana dan menemukan gadis itu lagi menonton tv yang menayangkan film hantu. Sepertinya perempuan itu tidak menyadari kehadirannya karena suara volume tv yang cukup keras. Tapi yang menarik perhatiannya adalah Kiana memeluk bantal dengan erat, tak jarang dia gerak-geriknya seperti orang gelisah akan sesuatu.

Naruto menggelengkan kepalanya. Dasar, padahal ia tahu kalau Kiana takut akan sesuatu yang berbau horor tapi dia memaksakan dirinya sendiri.

Entah dari mana, ide tercipta di kepala Naruto. Pemuda itu mengirimkan pesan melalui hpnya ke semua penghuni asrama ini. Setelah selesai, ia tetap berdiri disana ingin menunggu momen yang tepat.

"GRAAA!!!"

"AAAAHHH!"

Click

Naruto langsung mematikan lampu dan bersembunyi di belakang sofa bersamaan dengan scene film yang memunculkan hantu yang menyeramkan sehingga Kiana berteriak dan meringkuk di atas sofa sambil menutup matanya dengan kedua tangannya karena takut melihat scene tersebut.

Begitu scene tersebut terlewat, Kiana heran kalau lampu ruangannya mati. Ia lantas ingin berdiri dari sofanya, tapi...

"GROAAAA!!"

Naruto muncul dari belakang sofa memasang wajah menakutkan plus senter yang menyala dari bawah wajah Naruto sehingga terlihat mengerikan membuat muka manis Kiana menjadi pucat.

"KKKYYYAAA!!!"

Kiana kembali berteriak karena melihat lagi sesuatu yang menurutnya seram. Karena masih terbawa perasaan takut, tanpa sadar Kiana mengumpulkan energi Herrscher di tangan kanannya yang mengepal.

"Shine!"

"Eh?"

Duagh!

"Argh..."

Kiana dengan mata terpejam memukul wajah Naruto yang tak sempat menghindar akibat sempat bengong apa yang dilakukan Kiana sebelum terpental.

Kiana mengerutkan keningnya. Ia merasa heran, setahunya hantu tidak bisa di sentuh apalagi berteriak seperti itu. Pelan-pelan mata biru Shappire nya terbuka kembali. Ia samar-samar melihat sesuatu yang tergeletak di lantai. Karena terlalu gelap, ia menyalakan lampu.

Click

"KYAA! SENPAI!" teriak Kiana panik dan langsung mendekat ke arah Naruto yang pingsan.

.

Setelah Naruto sadar, mereka berdua sekarang duduk bersama di sofa tadi.

"Aduh-duh pelan-pelan." keluh Naruto saat Kiana tanpa sengaja menekan terlalu keras ke luka lebamnya akibat gadis itu.

"Makanya jangan usil. Jadinya begini." ejek Kiana yang masih telaten mengobati wajah Naruto yang menggerutu.

Niatnya hanya iseng, tapi di balas pukulan berlapis energi Herrscher, sampai pingsan lagi.

"Sudah."

Pemuda surai hitam itu memegang wajah yang lebam tadi sudah di obati dan di tutupi kapas dan perban. Ia menatap Kiana yang tersenyum manis padanya.

Naruto telah mengetahui semuanya di saat ia menghilang. Tapi, apa yang terjadi padanya saat itu? Mengapa ia tidak mengingat satupun? Itu yang masih jadi misteri baginya hingga saat ini.

'Ini aneh, seolah-olah di hilangkan oleh sesuatu.'

"Senpai. Kenapa diam?"

Lamunan Naruto buyar saat Kiana memanggilnya. Ia bisa melihat kekasihnya itu menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Tidak ada. Selain itu..." seringai tercipta di wajah Naruto membuat Kiana merasakan firasat buruk.

"Eh? Kyaa!"

Naruto mendorong Kiana sampai tergeletak di sofa dan ia dengan cepat berada di atas gadis itu untuk memojokkannya sehingga sekarang mereka berdua dalam posisi yang bisa membuat orang lain salah paham.

"Se-senpai?"

Pemuda itu bisa melihat wajah Kiana yang merona. "Malam ini kau cantik sekali." ujarnya dengan nada serak sembari mengelus pipi Kiana yang halus.

Rupa ayu gadis bermarga Kaslana itu sekarang layaknya kepiting rebus ketika mendengar gombalan Naruto. Ia sempat menoleh ke samping karena terlalu malu, tapi Naruto memegang dagunya sehingga ia kembali menatap Naruto dan tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.

Dua batu biru Shappire saling menatap satu sama lain tanpa memperdulikan televisi yang masih menyala.

Naruto merendahkan tubuhnya dan berbisik di telinga kiri Kiana "Aku menginginkanmu, Kouhai." ucapnya yang membuat gadis itu bergetar pelan.

"Aku-"

Cup

Ujarannya terpotong begitu saja ketika Naruto langsung mencium Kiana yang terkejut dengan mata melebar, tak lama Kiana mulai rileks dan menikmati ciuman yang di berikan Naruto.

Entah karena instingnya sebagai seorang pria, Naruto mulai memiringkan kepalanya ke kiri, mencoba untuk memperdalam ciuman mereka. Pemuda itu melumat bibir bawah kekasihnya, lalu yang bagian atas. Kegiatan mereka berdua semakin memanas setiap detik waktu kian berlalu. Setelah Kiana memukul-mukul pelan dada Naruto, barulah pemuda itu menarik tubuhnya ke belakang, hingga meninggalkan jembatan saliva dari kedua bibir itu yang sudah berjauhan yang langsung di telan oleh Kiana tanpa rasa jijik sedikitpun.

Naruto menatap Kiana yang wajahnya sudah bersemu merah sempurna. Kedua mata gadis itu terlihat sayu, dan ada semacam uap-uap hangat yang keluar dari mulutnya yang sedikit terbuka. Tatapannya beralih ke arah dada besar Kiana yang tercetak di balik kaos putihnya. Ia lantas ingin menyentuh mereka, tapi di tahan oleh Kiana yang memegang tangannya.

Naruto memandang Kiana yang menggelengkan kepalanya. "Jangan disini..." ucap gadis itu terlihat memohon. Naruto terdiam sesaat sebelum mengangguk mengerti. Ia terlalu terbawa nafsu sampai tidak menyadari dimana mereka berada.

Naruto kemudian berdiri, lalu menggendong Kiana dengan Bridal Style bagaikan seorang pangeran menjemput sang putri. Kiana yang di perlakukan romantis itu mengalungkan tangannya di leher pemuda itu dan memandang wajah Naruto dengan tatapan sayu, yang artinya gadis itu juga sudah terangsang.

Lantas Naruto berjalan ke kamar tidur milik Kiana yang tak jauh dari sana, lalu memasuki dan mengunci kamar tersebut.

Karena terlalu hanyut dalam dunia romantis mereka, Naruto dan Kiana tidak menyadari sama sekali kalau kegiatan ciuman mereka telah di intip oleh beberapa gadis lainnya di pintu yang terbuka.

Wajah mereka semua terlihat memerah hebat begitu menonton hal lumrah yang dilakukan sepasang kekasih.

"Mattaku, apa yang di pikirkan oleh Naruto-kun dan Kiana-chan?" gerutu Mei sembari menutup pintu kamar Kiana. Bisa-bisanya mereka berdua melakukan itu tanpa tahu tempatnya.

"Ahaha, mungkin Onii-chan masih rindu sama Kiana-san." jawab Seele asal-asalan sambil tersenyum gugup.

"Tapi tidak begitu juga, Seele." balas Bronya melirik datar gadis surai hitam dan biru tersebut yang menggaruk pipinya dengan jari.

Salah satu gadis membenarkan kacamata nya walu terlihat tangannya sedikit bergetar. "Sebenarnya aku ingin memarahi mereka karena tidak mematikan tv terlebih dahulu, tapi untuk kali ini aku memakluminya."

Semua gadis di sana mengangguk setuju dengan perkataan Fu Hua. Setidaknya dengan volume tv tersebut, mereka berharap tidak akan mendengar suara-suara yang akan keluar nanti. Wajar saja, semua kamar di asrama ini tidak memiliki kedap suara.

Mungkin.

"Minna! Aku akan mengubah ini menjadi Misi spesial. Karena ini demi garis keturunan Kaslana yang baru, Jadi mohon kerjasamanya!"

Semua orang menatap aneh Theresa yang berkata demikian. Apa-apaan itu? kenapa di jadikan misi seenaknya. Mentang-mentang nanti kalau ada hasil, punya saudara baru.

"Ngomong-ngomong..."

Theresa menatap satu-persatu gadis di sana dengan serius sampai semuanya menelan ludahnya sendiri, menunggu kelanjutan ucapan dari Theresa.

.

"Ada yang punya penyumbat telinga?"

"..."

"..."

"..."

"..."


Yo Welcome Back.

Yuhu... Sebenarnya gw nulis ini buat coba-coba bikin romance.

Untuk kelanjutan fanfic? Harapannya sih gw mau rilis Hidup Biasa, Argonavis, The Shiba, sama Brother Sister secara bersamaan. Tapi lihat kedepannya nanti.

Sama satu Fanfic baru Naruto x Genshin yg dah gw tulis. Tapi ini ceritanya tidak mengikuti alur original, namun hanya apa yang ada di dalam pikiranku saja. Jadi mohon maklumi.

Dah gitu aja dulu

See You Next Time