A Naruto fanfiction which sliced of life theme, a little taste of subtle humor.
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto / Warnings: Canon setting, some Indo-casual-language applied.
.
.
.
.
Ga Sengaja!
-I-
Di pagi yang tenang di desa Konoha, semuanya tampak berjalan biasa saja. Burung-burung berkicau, angin sepoi-sepoi berhembus, dan warga desa sibuk dengan aktivitas sehari-hari. Namun, di suatu tempat di dalam kamar yang remang, sesuatu yang sangat aneh terjadi.
Sasuke Uchiha membuka matanya dengan perlahan. Mata hitamnya mengamati sekeliling, mencoba memahami di mana dia berada. Hanya saja… tunggu. Sesuatu terasa aneh.
Dia duduk dan menatap kedua tangannya. Kulit yang biasanya putih pucat kini terlihat lebih kecoklatan, kasar, dan kering. Kepalanya berdenyut, bukan karena sakit, tapi karena ada yang salah. Sasuke bangkit dan berjalan menuju cermin di sudut kamar.
Begitu dia melihat bayangannya di cermin, dia terkejut hingga mundur beberapa langkah. Dia bukan Sasuke Uchiha. Dia adalah… Gaara Sabaku?
"APA INI?!" teriak Sasuke, suaranya kini terdengar lebih datar dan rendah dari biasanya. Dia menatap bayangannya dengan ngeri.
Sementara itu, jauh di Sunagakure, Gaara bangun dengan suasana yang sama canggungnya. Dia mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres. Ketika dia membuka matanya dan melihat tangannya, kulitnya yang biasanya kering dan penuh pasir kini tampak lebih pucat dan bersih.
"Apa…" Gaara memiringkan kepalanya, suaranya terdengar lebih dalam dari biasanya. Dengan cepat, dia bangkit dan berjalan menuju cermin.
Bayangan yang dia lihat adalah wajah Sasuke Uchiha.
Gaara terdiam sejenak, mengamati refleksi dirinya yang benar-benar asing. Perlahan dia meletakkan tangan di rambut hitam yang runcing itu, menggerakkannya dengan penuh kebingungan.
"Kenapa aku… Sasuke?" pikirnya dengan dingin, namun ada sedikit kebingungan di balik ekspresi datarnya.
Di Konoha, Sasuke yang kini terjebak dalam tubuh Gaara, tidak punya pilihan selain mencoba menenangkan dirinya. Tapi bagaimana bisa tenang ketika dia tiba-tiba punya rambut merah dan lingkaran hitam permanen di sekitar matanya?
Dengan sedikit kesal, dia keluar dari kamar dan mulai berjalan menuju Hokage Tower untuk mencari jawaban. Tentu saja, Gaara adalah Kazekage, jadi setiap orang yang dia lewati memberikan hormat dan ucapan penuh rasa hormat.
"Selamat pagi, Kazekage-sama!" ujar salah seorang shinobi.
Sasuke, yang biasanya dingin, mendengus pelan. "Tentu, tentu…" gumamnya dengan datar, mencoba berperilaku seperti Gaara, tapi jelas kelihatan kaku.
Sementara itu, di Sunagakure, Gaara yang kini berada di tubuh Sasuke menghadapi masalah yang sama, meski dengan sikap yang jauh lebih tenang. Dia keluar dari rumah Sasuke dan mulai mengamati situasi sekitarnya. Dia bertemu beberapa warga yang mengenali Sasuke dan mencoba menyapanya.
"Hai, Sasuke!" ujar Sakura yang kebetulan lewat, dengan senyum lebar.
Gaara, yang tak terbiasa berinteraksi hangat, hanya menatapnya dingin dengan mata sharingan Sasuke. "Hn."
Sakura tampak bingung sesaat. "Eh… baiklah, sampai jumpa di misi nanti!" Dia melambai kikuk sebelum bergegas pergi.
Di sisi lain, Sasuke yang berada di tubuh Gaara mulai merasakan hal-hal aneh. Warga desa memperlakukan dirinya dengan hormat yang berlebihan, dan mereka terus bertanya tentang berbagai urusan administratif Sunagakure.
"Apakah Kazekage-sama sudah menyetujui perjanjian perdagangan dengan Konoha?" tanya salah satu penasihat dengan hati-hati.
Sasuke menatapnya tajam. "Bagaimana aku tahu?! Aku bukan Kazekage!" teriaknya, namun suaranya tetap terdengar seperti Gaara yang tenang. Penasihat itu terdiam dengan bingung, tapi dia tidak berani menentang.
Saat hari mulai berjalan semakin kacau, akhirnya kedua ninja tersebut memutuskan untuk bertemu di tengah jalan, di antara Konoha dan Sunagakure, dengan harapan mereka bisa menyelesaikan kekacauan ini. Setibanya di sana, mereka saling menatap dengan wajah mereka masing-masing yang sekarang asing.
Gaara, dalam tubuh Sasuke, menatap "dirinya" dengan dingin. "Jelaskan."
Sasuke, di tubuh Gaara, menghela napas panjang. "Aku tidak tahu bagaimana ini terjadi. Aku bangun pagi ini, dan tiba-tiba, aku menjadi dirimu. Kamu pasti juga tidak tahu, kan?"
Gaara mengangguk perlahan, meskipun ekspresinya tetap tenang. "Mungkin ada jutsu yang menyebabkan ini. Sesuatu yang tidak kita sadari."
Mereka berdua berpikir keras, mencoba mencari tahu apa yang mungkin menyebabkan pertukaran tubuh mereka. Tiba-tiba, sebuah suara yang sangat dikenal muncul dari balik pohon.
"Hei, Sasuke, Gaara! Kalian baik-baik saja?" Naruto Uzumaki muncul dengan senyum lebar di wajahnya, tidak menyadari kekacauan yang sedang terjadi.
Sasuke, yang sebenarnya adalah Gaara, dan Gaara, yang sebenarnya adalah Sasuke, saling bertukar pandang. Sebelum salah satu dari mereka bisa menjawab, Naruto tertawa keras. "Gaara, aku tidak pernah melihatmu begitu… murung. Sasuke, apa kamu lagi nggak enak badan? Kenapa tiba-tiba jadi kalem?"
Sasuke memijat pelipisnya dengan lelah. "Naruto, kami—"
Namun sebelum dia bisa menjelaskan, Naruto sudah mengganggu lagi. "Ayo, kalian harus ke ramen shop! Aku baru saja dapat ramen spesial! Kalian harus coba!"
Gaara, yang ada di tubuh Sasuke, hanya mengangguk singkat. "Baiklah, kita ikut."
Sasuke memandang Gaara dengan tatapan tajam. "Apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada gunanya berdebat dengan Naruto," jawab Gaara dengan suara datar yang khas Sasuke, namun ada sentuhan ironi dalam nadanya.
Dan akhirnya, dengan Naruto yang tidak sadar sama sekali bahwa dua temannya telah bertukar tubuh, mereka berjalan menuju kedai ramen.
.
.
.
.
.
.
-II-
Di kedai ramen Ichiraku, Naruto duduk dengan ceria, mengaduk-aduk semangkuk besar ramen panas di depannya, sementara "Sasuke" dan "Gaara" duduk di seberangnya, berusaha tetap tenang meski situasinya makin canggung.
Naruto, yang tak sadar dengan apa yang sedang terjadi, terus bercerita tentang segala hal mulai dari latihan, hingga kucing liar yang baru saja dia temui. Dia tampak bahagia seperti biasa, sementara Sasuke (di tubuh Gaara) dan Gaara (di tubuh Sasuke) terus saling melemparkan pandangan bingung satu sama lain.
"Jadi begini," Naruto menyesap kaldu ramen dengan puas, "kalian tahu, kan, kemarin aku ketemu Shikamaru. Dia cerita tentang misi barunya—"
Sasuke (Gaara) berdeham, berusaha menghentikan aliran obrolan Naruto. "Naruto," katanya dengan suara tenang namun dalam, "ada hal penting yang harus kita bicarakan."
Naruto menatap Sasuke (Gaara) sambil mengunyah mie dengan semangat. "Ah, tenang aja, Sasuke. Aku tahu kamu nggak suka basa-basi, tapi ini tentang strategi besar, lho! Kamu harus dengerin!"
Gaara (Sasuke), yang biasanya sangat tenang dalam segala situasi, mulai kehilangan kesabaran. Kenapa hidup Sasuke penuh dengan orang-orang berisik seperti ini? pikirnya. Dia berusaha tetap cool dan hanya mengangguk pelan, meski dalam hatinya dia ingin cepat menyelesaikan kekacauan ini.
Namun sebelum Gaara (Sasuke) bisa memikirkan langkah selanjutnya, tiba-tiba seorang pelanggan lain memasuki kedai. Shikamaru, yang juga terlihat sedikit lelah dengan dunianya, melambai pelan kepada mereka.
"Naruto, Sasuke… Gaara?" Shikamaru memicingkan mata, menatap Sasuke yang ada di tubuh Gaara dengan curiga. "Kalian ngapain di sini bareng-bareng?"
Naruto langsung melambai semangat. "Shikamaru! Ayo duduk sini! Kita lagi diskusi strategi besar."
Sasuke (Gaara) mendesah panjang. Strategi? Apa strategi Naruto selalu melibatkan ramen? pikirnya kesal.
Namun, Gaara (Sasuke) menyadari bahwa ini adalah kesempatan. Jika Shikamaru, seorang genius strategi, menyadari ada sesuatu yang aneh, dia mungkin bisa membantu mereka kembali ke tubuh masing-masing.
Gaara (Sasuke) mencondongkan tubuhnya ke arah Shikamaru dan dengan suara Sasuke yang dingin namun tetap datar, berkata, "Shikamaru, ada masalah besar. Kami bertukar tubuh."
Shikamaru menatapnya dengan datar, lalu menghela napas panjang. "Masalah besar, huh? Ini kedengarannya merepotkan."
Sasuke (Gaara) mengangguk cepat. "Sangat. Kami perlu menemukan cara untuk membalikkan ini."
Shikamaru menyilangkan tangan di dadanya, memikirkan sesuatu. "Ini jelas bukan Genjutsu. Kalau ini terjadi pada kalian berdua, ada kemungkinan sesuatu memicu pertukaran jiwa kalian. Mungkin jutsu kuno, atau bahkan fenomena alam tak dikenal." Dia memandang mereka berdua dengan tenang. "Kalian ingat melakukan sesuatu yang aneh sebelum bangun dalam tubuh yang berbeda?"
Gaara (Sasuke) dan Sasuke (Gaara) saling berpandangan, mencoba mengingat.
Sasuke (Gaara) mendesah. "Aku hanya ingat latihan seperti biasa."
Gaara (Sasuke) mengangguk. "Aku pun sama. Aku sedang bermeditasi di desa Sunagakure."
Naruto, yang belum benar-benar paham apa yang sedang terjadi, akhirnya menyusul obrolan. "Tunggu… tunggu… Jadi kalian… bertukar tubuh? Wah, itu keren banget! Eh, tapi itu berarti—" Naruto memandang ke Sasuke yang ada di tubuh Gaara dengan tatapan kaget. "Kau bukan Sasuke? Gaara?!"
Sasuke (Gaara) mengangguk lesu. "Iya, Naruto. Aku Gaara."
Naruto langsung menyentuh dagunya sambil berpikir keras. "Wah, ini luar biasa… Aku tidak pernah melihat jutsu seperti ini. Apa kalian coba ninjutsu baru? Atau ada sesuatu di langit tadi malam? Mungkin kalian terlalu lelah?"
Shikamaru melambaikan tangan di depan wajah Naruto. "Naruto, ini bukan masalah sepele. Kita harus menyelesaikan ini sebelum kekacauan yang lebih besar terjadi."
Naruto tiba-tiba tersenyum lebar, seolah mendapatkan ide besar. "Oh! Aku tahu! Kalian pasti butuh keadilan karma! Mungkin kalian berdua perlu lebih banyak berinteraksi satu sama lain! Kalian kan jarang ngobrol. Jadi, tubuh kalian bertukar sebagai pelajaran!"
Sasuke (Gaara) memandang Naruto dengan mata menyipit. "Itu terdengar sangat konyol."
Gaara (Sasuke) mengangguk setuju. "Ini mungkin bukan soal keadilan karma, Naruto."
Naruto mengangkat bahu. "Eh, siapa tahu. Tapi kalian jadi terlihat kocak banget! Aku nggak nyangka Gaara bisa bikin ekspresi dingin kayak Sasuke."
Sasuke (Gaara) menatap Naruto dengan ekspresi lelah, tapi sebelum dia bisa menjawab, tiba-tiba ada suara keras dari pintu kedai ramen.
Hinata, Ino, dan Temari masuk, tampak sedang berjalan-jalan santai. Mereka langsung menyadari kehadiran kedua shinobi tersebut.
"Gaara?! Sasuke?! Kalian berdua ngapain di sini bareng-bareng?!" seru Temari, dengan ekspresi bingung sekaligus sedikit khawatir.
Sasuke (Gaara) berusaha berkata sesuatu, tapi Hinata sudah langsung tersipu. "Eh, S-Sasuke-kun… kenapa kamu diam saja? Apa aku mengganggu?"
Gaara (Sasuke) merasa canggung, tetapi tetap mempertahankan tatapan dingin ala Sasuke. "Tidak apa-apa, Hinata."
Sementara itu, Naruto hanya tertawa terbahak-bahak melihat semua orang kebingungan. "Kalian nggak akan percaya apa yang sebenarnya terjadi!"
Shikamaru memijat pelipisnya dengan putus asa. "Baiklah, ini jadi terlalu merepotkan."
Di tengah kekacauan itu, Sasuke dan Gaara akhirnya menyadari satu hal: tidak peduli seberapa cepat mereka menemukan solusinya, mereka harus segera menyelesaikan pertukaran tubuh ini—sebelum keadaan semakin tak terkendali.
Tapi ternyata, 'Gaara' keburu balik ke Sunagakure dengan kakaknya, Temari—tanpa si kakak tahu situasinya.
.
.
.
.
.
.
.
-III-
Sasuke (Gaara), yang mengenakan pakaian resmi Kazekage, berdiri di depan aula megah di Sunagakure. Suara gemuruh dari tamu-tamu yang mulai berkumpul terdengar di sekitarnya. Matanya menyipit ketika dia mengamati dekorasi mewah dan lampu-lampu yang bersinar terang. Ini bukan duniaku, pikirnya dengan geram. Tugas diplomatik seperti ini biasanya tidak menjadi masalah bagi Gaara, tetapi untuk Sasuke, acara sosial semacam ini adalah mimpi buruk.
Sementara itu, di Konoha, Gaara (Sasuke) sedang menghadapi masalahnya sendiri. Setelah Naruto meninggalkannya sendirian, dia harus berurusan dengan serangkaian tugas yang lebih rumit dari yang dia duga. Tentu saja, sebagai Kazekage, dia terbiasa memimpin dan mengambil keputusan penting, tetapi hidup sebagai Sasuke datang dengan harapan yang berbeda.
Di Sunagakure…
"Selamat datang, Kazekage-sama!" seorang shinobi berteriak dengan penuh hormat ketika Sasuke (dalam tubuh Gaara) memasuki aula pertemuan. Para pejabat desa, tamu kehormatan, dan perwakilan dari berbagai klan berdiri dalam barisan rapi untuk menyambutnya.
Sasuke (Gaara) hanya memberi anggukan kecil, berusaha terlihat seformal mungkin, tetapi sebenarnya tidak nyaman dengan tatapan yang begitu banyak tertuju padanya. Gaara terbiasa dengan ini, tapi aku tidak, pikirnya.
Dalam sekejap, Sasuke dihadapkan dengan berbagai pembicaraan dan salam resmi yang terdengar seperti dengungan di telinganya. Pembicaraan diplomatik tentang perdagangan angin dan pasir antara Sunagakure dan Konoha sama sekali tidak menarik perhatiannya. Satu-satunya fokus Sasuke adalah bagaimana cara menyelesaikan masalah pertukaran tubuh ini secepat mungkin dan kembali ke Konoha.
Namun, tidak semua orang bersikap seformal itu. Temari mendekat dengan senyuman sinis di wajahnya. "Jadi, Gaara, sudah siap dengan peranmu di acara ini?" katanya dengan nada menggoda.
Sasuke (Gaara) berusaha tetap tenang. "Ya," jawabnya singkat.
Namun, Temari bukanlah tipe orang yang mudah dibodohi. Dia menyipitkan mata, memperhatikan "Gaara" dengan lebih cermat. "Kau terlihat sedikit berbeda hari ini. Biasanya kau lebih bersemangat saat acara resmi seperti ini. Ada sesuatu yang salah?"
Sasuke menatap Temari tanpa ekspresi, berusaha menirukan sikap dingin Gaara. "Aku hanya lelah, Temari."
Temari mendengus. "Lelah, ya? Baiklah. Tapi jangan sampai membuat malu Sunagakure, oke?" Dengan peringatan itu, Temari berbalik, meninggalkan Sasuke dalam tubuh Gaara, yang hanya bisa berharap dia tidak membuat kesalahan besar dalam acara yang begitu penting ini.
Sasuke (Gaara) berusaha keras mempertahankan ketenangan meski merasa canggung dengan semua perhatian yang tertuju padanya. Tamunya terus berbicara tentang berbagai perjanjian diplomatik yang terdengar seperti dengung nyamuk di telinganya. Sambil berusaha tetap tenang, dia diam-diam memperhatikan bagaimana Gaara bisa tetap tenang menghadapi situasi seperti ini. Bagaimana dia bisa sabar menghadapi semua ini? pikir Sasuke.
Temari kembali melintas di dekatnya, menyipitkan mata penuh kecurigaan. Dia jelas merasa ada sesuatu yang aneh, tetapi sebelum sempat menginterogasi lebih jauh, para utusan dari berbagai desa mulai memperkenalkan diri. Sasuke, yang terperangkap dalam tubuh Gaara, memberikan anggukan singkat dan dingin kepada mereka, berusaha sebaik mungkin untuk tidak menonjolkan kekakuannya.
Namun, di tengah acara, saat ia sedang berjalan menuju podium untuk memberikan pidato singkat, salah satu tamu dari desa Iwagakure, seorang pejabat berpengaruh, mendekatinya dengan senyum yang terlalu lebar. "Kazekage-sama, senang bertemu dengan Anda lagi. Saya ingat terakhir kali kita bertemu, Anda memberi saran yang sangat berguna tentang teknik pengendalian pasir."
Sasuke (Gaara) terdiam sejenak. Teknik pengendalian pasir? Apa yang harus aku katakan? pikirnya. Dia berusaha merangkai jawaban yang masuk akal.
"Tentu," jawabnya akhirnya, "saya berharap Anda menerapkan teknik itu dengan baik."
Pejabat itu tampak puas dan mengangguk. "Tentu saja, terima kasih atas sarannya!"
Sasuke menghela napas lega setelah pejabat itu pergi. Namun, rasa lega itu tidak bertahan lama. Ketika dia akhirnya berdiri di depan podium, siap memberikan pidato, dia terdiam. Semua orang menatapnya dengan harapan besar. Apa yang biasanya Gaara katakan dalam situasi seperti ini? pikirnya panik.
"Sebagai Kazekage…," Sasuke memulai dengan suara datar, "saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian semua… dan berharap kerja sama antar desa kita terus berjalan dengan baik." Dia berhenti sejenak, merasa tidak yakin dengan kalimat berikutnya.
Para tamu tetap memberikan tepuk tangan sopan, meski terlihat ada yang mengerutkan kening. Bagaimana Gaara bisa bertahan dengan acara-acara formal ini? pikir Sasuke sambil turun dari podium.
Namun, di antara tamu-tamu itu, seseorang tampaknya menyadari ada yang tidak beres. Temari yang berdiri di belakang dengan tangan disilangkan, mengamati dengan tatapan lebih curiga dari sebelumnya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan Gaara?" gumamnya pelan.
Di Konoha…
Sementara itu, di Konoha, Gaara (Sasuke) merasa jauh lebih lega. Meskipun dia terjebak dalam tubuh Sasuke, setidaknya dia terbebas dari acara-acara formal yang membuat kepalanya pening. Dia merasa jauh lebih nyaman berpatroli di sekitar desa, menjalani hari seperti biasa sebagai Sasuke Uchiha.
Namun, ini bukan berarti tanpa tantangan.
Saat dia berjalan di sekitar desa, seorang penggemar Sasuke yang sangat bersemangat tiba-tiba muncul di depannya. "Sasuke-kun! Sasuke-kun! Aku sudah lama menunggumu!"
Gaara (Sasuke) menatap gadis itu dengan ekspresi datar yang biasanya diucapkan oleh Sasuke. "Ada apa?" tanyanya dengan suara rendah.
Gadis itu tersipu, jelas tidak menyadari bahwa yang berdiri di depannya bukanlah Sasuke yang sebenarnya. "Aku hanya ingin mengajakmu minum teh di kedai favoritmu! Aku sudah memesankan tempat untuk kita!"
Gaara menatap gadis itu dengan kebingungan. Minum teh? Apakah ini sesuatu yang biasa Sasuke lakukan? pikirnya. Namun, dia ingat bahwa sebagai seorang Kazekage, dia harus menjaga kehormatan dirinya dan orang-orang yang diawakilinya, meskipun dia sedang dalam tubuh orang lain.
"Maaf, tapi aku tidak punya waktu untuk itu," jawab Gaara dingin, berharap jawaban itu akan cukup untuk menghindari masalah lebih lanjut.
Namun, gadis itu tampaknya tak mudah menyerah. "Tapi Sasuke-kun! Kau selalu menyempatkan waktu untukku!"
Gaara semakin bingung. Apakah Sasuke benar-benar sering meluangkan waktu untuk orang ini? Namun, sebelum situasinya semakin rumit, Naruto muncul entah dari mana dengan wajah ceria, menyelamatkannya dari percakapan yang canggung.
"Heh, Sasuke! Lagi-lagi dikejar penggemar, ya?" Naruto tertawa, menepuk punggung Gaara (Sasuke) dengan keras.
Gaara menatap Naruto, sangat bersyukur atas intervensinya. "Naruto, kau di sini tepat waktu," katanya dengan nada dingin yang sangat cocok dengan persona Sasuke.
Naruto tertawa lagi, lalu berkata kepada gadis itu, "Hei, beri Sasuke sedikit ruang. Dia pasti lelah setelah semua misi berbahaya yang dia selesaikan. Kita harus menghormati privasinya!"
Gadis itu akhirnya menyerah dan mundur dengan ekspresi kecewa, meninggalkan Gaara (Sasuke) dan Naruto.
Gaara memandang Naruto dengan rasa lega. "Terima kasih."
Naruto hanya mengedipkan mata. "Aneh sekali mendengarmu bilang terima kasih, Sasuke. Biasanya kau nggak pernah bilang hal kayak gitu!" katanya, tertawa.
Gaara tersenyum kecil—sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh Sasuke—dan segera menutupinya dengan batuk. Mudah-mudahan Sasuke tidak akan tahu tentang ini…
Di kedua tempat—Sunagakure dan Konoha—Sasuke dan Gaara terus berusaha menjalani hari sebagai orang lain, tetapi mereka tahu bahwa semakin lama pertukaran tubuh ini berlangsung, semakin besar kemungkinan mereka terlibat dalam masalah besar.
.
.
.
.
.
.
.
.
-IV-
Di Sunagakure, Sasuke (Gaara) mulai merasa lega karena acara diplomatik tampaknya berjalan lancar, meskipun dia tak bisa sepenuhnya menyesuaikan diri. Setelah pidato singkatnya, beberapa pejabat Sunagakure mulai melakukan diskusi ringan tentang politik dan keamanan. Meski Sasuke jauh lebih nyaman dalam suasana pertarungan daripada percakapan penuh basa-basi ini, dia terpaksa ikut serta.
Namun, semakin lama dia berada di sana, semakin besar keinginan untuk kabur dari acara itu. Dalam pikirannya, ia terus mencari cara untuk segera menyelesaikan kekacauan ini dan kembali ke tubuh aslinya. Aku tidak bisa terus-terusan seperti ini, pikirnya.
Saat Sasuke berpikir keras tentang cara keluar dari acara, seorang ninja dari desa Iwagakure yang tadi dia temui kembali menghampirinya. Kali ini, dia membawa segelas sake dan mengajak Sasuke untuk minum.
"Kazekage-sama," katanya dengan senyum lebar, "minumlah bersama kami. Ini tradisi Sunagakure untuk merayakan kesuksesan negosiasi."
Sasuke, yang tidak terbiasa dengan perayaan semacam ini, hampir menolak, tapi menyadari bahwa Gaara tidak akan pernah menolak secara terang-terangan dalam acara resmi. Jadi, dengan berat hati, dia mengambil gelas itu dan meneguknya perlahan, berusaha tidak menonjolkan ketidaknyamanannya.
Saat itu, Temari muncul di dekat mereka. Melihat "Gaara" sedang minum, dia semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Gaara, kau tidak biasanya minum di acara seperti ini. Ada apa denganmu?"
Sasuke mencoba menjaga sikap dingin. "Aku hanya menyesuaikan diri dengan suasana," jawabnya seolah tanpa peduli, berharap bisa menghindari kecurigaan lebih lanjut. Namun, Temari tidak puas dengan jawaban itu. Ia sudah lama mengenal adiknya, dan tingkah laku ini benar-benar mencurigakan baginya.
"Tentu saja," gumam Temari dengan tatapan tajam, "menyesuaikan diri."
Di Konoha…
Sementara itu, Gaara (Sasuke) berjalan berkeliling desa Konoha dengan Naruto di sisinya. Meskipun Naruto terus berbicara tentang segala hal—dari misinya yang baru saja selesai hingga rencana makan ramen malam ini—Gaara (Sasuke) tetap diam, berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Apa yang kau pikirkan, Sasuke?" tanya Naruto tiba-tiba, menyadari bahwa temannya tidak seceria biasanya, bahkan untuk ukuran Sasuke.
Gaara menatap Naruto sejenak, lalu memutuskan untuk jujur. "Naruto, kita harus segera menemukan cara untuk membalikkan pertukaran ini."
Naruto terdiam sejenak, merenung. "Oh iya, benar juga! Kita harus cari tahu kenapa kalian bisa bertukar tubuh. Tapi bagaimana ya caranya? Kalau Sakura ada di sini, mungkin dia bisa bantu!"
Gaara mengangguk. Sakura… mungkin dia bisa membantu. Naruto memang tidak selalu pandai dalam hal-hal yang rumit, tapi saran ini sebenarnya masuk akal. Sakura memiliki pengetahuan medis dan ninjutsu yang luar biasa, jadi jika ada yang bisa membantu mengembalikan tubuh mereka, itu mungkin Sakura.
"Tunggu di sini," kata Naruto tiba-tiba sambil berlari ke arah rumah Sakura, tak memberinya kesempatan untuk menolak. Dalam beberapa menit, Naruto kembali bersama Sakura yang tampak bingung tapi siap membantu.
"Sasuke?" tanya Sakura sambil memiringkan kepalanya, heran dengan permintaan mendadak ini. "Naruto bilang kau dan Gaara bertukar tubuh? Bagaimana ini bisa terjadi?"
Gaara (Sasuke) menjelaskan situasinya dengan singkat, dan Sakura mendengarkan dengan seksama. Wajahnya berubah serius saat mendengar betapa kompleksnya masalah ini.
"Sasuke, Gaara, kalau kalian benar-benar bertukar tubuh, ini bukan kejadian yang biasa. Mungkin ada jutsu terlarang yang digunakan, atau ada faktor lain yang belum kita sadari. Aku akan mencoba memeriksa kalian secara medis untuk melihat apa yang bisa dilakukan."
Gaara mengangguk setuju. Akhirnya, ada solusi yang mungkin.
Di Sunagakure…
Sementara Gaara (Sasuke) diperiksa oleh Sakura di Konoha, Sasuke (Gaara) di Sunagakure mulai menghadapi masalah yang lebih besar. Usai acara utama, beberapa pejabat mendekati "Kazekage" untuk menandatangani dokumen penting. Mereka menyerahkan berbagai berkas tentang aliansi dan kerja sama antar desa, sesuatu yang biasanya hanya Gaara yang paham detailnya.
Sasuke menatap tumpukan kertas itu dengan dingin, lalu menatap para pejabat. "Aku butuh waktu untuk meninjau semua ini," katanya dengan suara rendah, berharap mereka tidak meminta penjelasan lebih lanjut.
Pejabat-pejabat itu tampak sedikit terkejut. "Kazekage-sama biasanya lebih cepat dalam mengambil keputusan," kata salah satu dari mereka dengan nada hati-hati.
"Benar, tapi kali ini aku ingin memastikan semua detailnya benar," jawab Sasuke dengan nada tegas. Dia mencoba menunda waktu sebanyak mungkin. Aku bukan Gaara, aku tidak tahu apa-apa tentang ini.
Namun, saat Sasuke berusaha menjauh, Temari menghampirinya lagi. Kali ini, dia tampak lebih serius. "Oke, aku sudah cukup," katanya, menghentikan Sasuke di tengah jalan. "Aku tahu ada yang salah. Kau bukan Gaara."
Sasuke menatapnya dengan dingin, tapi Temari tidak gentar. "Adikku mungkin pendiam dan serius, tapi ada sesuatu yang berbeda tentangmu malam ini. Kau tidak bertingkah seperti Gaara."
Sasuke tahu bahwa dia tidak bisa terus berpura-pura di depan Temari. Jadi, dia mendesah pelan. "Kau benar. Ini adalah kekacauan besar."
Temari mendesah. "Tentu saja ini kekacauan besar. Jadi, kau Sasuke? Bagaimana bisa kalian bertukar tubuh?"
Sasuke menjelaskan situasinya singkat, dan meskipun Temari tampak kesal, dia cepat menerima kenyataan. "Baiklah, jadi sekarang apa? Bagaimana kita mengembalikannya?"
"Sakura sedang memeriksa Gaara di Konoha. Kita harus menunggu," jawab Sasuke.
Temari menatapnya dengan pandangan tajam, tapi kemudian dia tertawa kecil. "Yah, semoga kau bisa bertahan di tubuh Gaara untuk sementara waktu. Dia pasti akan marah besar setelah tahu kau harus menghadiri acara ini."
Sasuke hanya mengangguk. Ini semua sangat merepotkan.
.
.
.
.
.
.
.
-V-
Kekacauan semakin bertambah ketika Sasuke (Gaara) harus terus menghadiri acara-acara formal di Sunagakure, sementara Temari, yang akhirnya mengetahui rahasia pertukaran tubuh ini, memilih untuk mempermainkan situasi. Di sisi lain, Gaara (Sasuke) merasa semakin frustrasi dengan kepribadian Sasuke yang membuatnya sulit beradaptasi dengan kehidupan di Konoha.
Di Sunagakure…
Setelah pengakuan Sasuke di depan Temari, keduanya berjalan keluar dari aula pertemuan, meninggalkan suasana penuh basa-basi yang membuat Sasuke merasa sesak. Mereka menuju balkon yang lebih sepi untuk membahas solusi.
"Jadi, kau benar-benar terjebak di tubuh Gaara?" tanya Temari sambil bersandar di pagar balkon, menatap malam yang berangin di Sunagakure.
"Seperti yang kau lihat," jawab Sasuke dingin. "Ini bukan situasi yang ideal."
Temari mendengus. "Kupikir kau bukan orang yang suka menghadiri pesta dan acara formal, Uchiha."
Sasuke menatapnya tanpa ekspresi. "Aku tidak suka."
"Tapi kau melakukannya dengan cukup baik untuk seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang protokol Sunagakure," lanjut Temari sambil tersenyum miring. "Mungkin, kau seharusnya lebih sering diundang ke acara seperti ini."
Sasuke mengerutkan kening. "Aku lebih suka berada di medan pertempuran daripada di ruangan penuh pejabat."
Temari tertawa kecil, tetapi kemudian pandangannya berubah serius. "Jadi, kapan kau berpikir masalah ini akan selesai?"
"Sakura sedang memeriksa Gaara. Dengan keberuntunganku, mungkin ini bisa selesai dalam beberapa hari."
Temari menyipitkan mata, berpikir. "Mungkin kita bisa mengulur waktu sampai Gaara kembali. Tapi kau harus hati-hati. Desa ini membutuhkan Kazekage mereka, dan satu kesalahan kecil bisa membuat semuanya berantakan."
Sasuke mengangguk, tapi dalam hatinya, dia hanya ingin segera menyelesaikan masalah ini dan kembali ke tubuhnya. Temari kemudian menatapnya penuh teka-teki. "Apa kau pernah berpikir untuk tetap tinggal di tubuh Gaara, hanya untuk mencoba hidup tanpa beban masa lalu yang kau bawa?"
Sasuke menatapnya dengan tajam. "Aku bukan orang yang melarikan diri dari masa lalu."
Temari tersenyum tipis. "Itulah yang kupikirkan."
Di Konoha…
Di tempat lain, Gaara (Sasuke) terus mengalami masalah dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial Sasuke yang begitu berbeda dari kehidupannya sebagai Kazekage. Setelah pertemuannya dengan Sakura dan Naruto, dia kembali berpatroli di sekitar desa, tetapi suasana Konoha yang damai tidak cocok dengan sifatnya yang lebih tegas dan formal.
Di tengah patroli, beberapa shinobi muda dari Konoha mulai berbisik dan melirik ke arahnya. Gaara mendengar sepotong percakapan mereka:
"Lihat Sasuke-kun… dia agak aneh hari ini."
"Iya, biasanya dia nggak sependiam ini… atau mungkin malah terlalu pendiam?"
Gaara menekan keinginannya untuk mendisiplinkan para shinobi itu. Dia tahu bahwa bersikap terlalu keras tidak akan sesuai dengan citra Sasuke, tetapi sulit bagi Gaara untuk menahan nalurinya sebagai pemimpin yang tegas.
Naruto akhirnya datang lagi, berlari cepat menghampirinya. "Oi, Sasuke! Sakura bilang dia butuh waktu lebih lama untuk menemukan solusinya. Ada sesuatu yang rumit dengan chakra kalian."
Gaara (Sasuke) mengangguk. "Berapa lama lagi?"
"Yah, mungkin satu atau dua hari lagi," kata Naruto dengan optimis. "Jangan khawatir, Sakura ahli dalam hal ini. Kau tahu dia."
Gaara hanya menjawab dengan anggukan, meskipun dalam pikirannya, dia bertanya-tanya bagaimana Gaara (dalam tubuh Sasuke) menangani semua hal di Sunagakure.
Naruto, yang selalu ceria, memandang temannya dengan curiga. "Oi, Sasuke, kau lebih pendiam dari biasanya, bahkan untuk ukuranmu. Kau baik-baik saja?"
Gaara menatapnya sejenak. "Aku hanya ingin ini segera selesai."
Naruto tertawa. "Yah, kau selalu begitu, Sasuke. Selalu terburu-buru."
Gaara menahan diri untuk tidak menunjukkan bahwa Naruto baru saja salah menilai. Semakin cepat kita kembali ke tubuh masing-masing, semakin baik, pikirnya. Gaara kemudian mendesah pelan dan kembali berfokus pada apa yang harus dilakukan selanjutnya: menunggu dengan sabar sementara Sakura mencari jalan keluar.
Kembali di Sunagakure…
Hari berikutnya, acara formal lainnya telah menanti Sasuke (Gaara). Kali ini, itu adalah pertemuan dengan para pemimpin klan Sunagakure untuk mendiskusikan keamanan wilayah dan strategi pertahanan. Sasuke duduk dengan tenang, mendengarkan para pemimpin berbicara dengan serius, meskipun di dalam hati, dia benar-benar bosan.
Di satu titik, salah satu pemimpin bertanya, "Kazekage-sama, bagaimana pendapat Anda tentang kemungkinan meningkatkan jumlah shinobi di perbatasan selatan?"
Sasuke, yang tidak tahu persis situasi di perbatasan Sunagakure, hanya menjawab dengan sikap tenang khas Gaara. "Perlu ada peninjauan lebih lanjut sebelum kita mengambil tindakan."
Pemimpin itu mengangguk dengan serius, sementara Sasuke menghela napas dalam hati. Berapa lama lagi aku harus melakukan ini? pikirnya. Tentu saja, ini adalah tanggung jawab Gaara, tetapi bagi Sasuke, duduk di sini seperti sebuah penyiksaan.
Di tengah pertemuan, Temari masuk dengan cepat, wajahnya serius. "Kazekage-sama, ada pesan dari Konoha," katanya dengan nada mendesak. "Ini dari Sakura."
Sasuke segera bangkit, meninggalkan rapat tanpa memedulikan pandangan para pemimpin yang terkejut. Sesampainya di luar ruangan, Temari menyerahkan pesan yang tertulis di gulungan kecil. Sasuke membuka gulungan itu dengan cepat, membaca pesan dari Sakura.
'Kami menemukan solusi. Kembalilah ke Konoha secepat mungkin. — Sakura'
Akhirnya, Sasuke menghela napas lega. "Ini akan segera berakhir," gumamnya.
Temari tersenyum puas. "Bagus. Aku sudah cukup melihat Gaara palsu ini. Sekarang pergi dan kembalilah dalam wujud aslimu, Uchiha."
Sasuke mengangguk. "Aku akan pergi sekarang. Jaga desa sementara aku pergi."
Temari melambai. "Jangan khawatir. Kami bisa mengatasi segalanya di sini tanpa dirimu—atau Gaara untuk sementara."
Sasuke (dalam tubuh Gaara) segera berangkat menuju Konoha, dengan satu tujuan jelas di pikirannya: kembali ke tubuh aslinya dan mengakhiri kekacauan ini sekali untuk selamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-VI-
Sasuke (Gaara) bergegas meninggalkan Sunagakure, berlari melewati padang pasir yang luas menuju Konoha. Dalam benaknya, dia hanya memikirkan satu hal: Akhirnya, semua akan kembali normal. Meski cuaca terik dan pasir di mana-mana, Sasuke mengabaikan semuanya. Ia sudah terlalu lama berada dalam tubuh Gaara, dan kekacauan yang ditimbulkan membuatnya tidak sabar untuk mengakhiri semuanya.
Sementara itu, di Konoha, Gaara (Sasuke) menunggu dengan cemas di rumah Sakura, duduk di kursi dengan sikap dingin yang mencerminkan sifat Sasuke. Meskipun dalam tubuh Uchiha, pikiran Gaara terus berkutat pada tugas-tugasnya sebagai Kazekage dan bagaimana keadaan Sunagakure tanpa dirinya.
Sakura masuk dengan wajah serius, membawa beberapa alat medis di tangannya. "Aku sudah memeriksa chakra kalian berdua. Ada yang aneh dengan energi kalian, seolah-olah ada kekuatan luar yang terlibat dalam pertukaran ini."
Gaara mengangguk tanpa bicara, namun tatapannya menuntut penjelasan lebih lanjut.
Sakura melanjutkan, "Jutsu yang membuat kalian bertukar tubuh ini bukanlah sesuatu yang biasa. Mungkin ada kekuatan jahat atau terlarang yang berinteraksi dengan chakra kalian. Tapi jangan khawatir, aku sudah menemukan caranya untuk membalikkan semuanya."
Naruto yang berada di ruangan itu, bersandar di dinding, memotong percakapan. "Yah, Sasuke, kau harus lebih berhati-hati lain kali. Ini pasti gara-gara misi-misimu yang aneh!"
Gaara (Sasuke) menatap Naruto datar. "Bukan salahku."
Naruto tertawa keras, tidak menyadari bahwa Gaara benar-benar serius dan bukan hanya menyamar sebagai Sasuke yang biasa dingin. Sementara itu, Sakura mulai mempersiapkan teknik yang akan ia gunakan untuk membalikkan pertukaran tubuh ini.
"Pertukaran ini akan membutuhkan kerjasama penuh dari kalian berdua. Chakra kalian harus sinkron agar jutsu ini berhasil," jelas Sakura dengan tegas. "Ketika Sasuke tiba, kita akan mulai."
Sasuke akhirnya mencapai Konoha, tiba dengan cepat di tempat Sakura. Setelah pintu dibuka, ia mendapati Gaara (dalam tubuh Sasuke) duduk dengan sikap yang sangat mirip dengan dirinya—datar dan tanpa emosi.
"Sudah waktunya," kata Sasuke dengan nada tegas.
Sakura segera memposisikan mereka berdua di tengah ruangan, menyalurkan chakra di tangannya yang berkilauan dengan cahaya hijau. "Ini akan terasa aneh," katanya, "jadi bersiaplah."
Gaara dan Sasuke hanya bertukar pandang singkat. Meski mereka memiliki perbedaan yang begitu besar, dalam momen ini, mereka sama-sama ingin kembali ke tubuh asli mereka.
Sakura menutup mata, fokus penuh pada chakra keduanya. Dengan gerakan cepat dan presisi, dia menggabungkan energi mereka, memulai proses pembalikan. Cahaya terang mulai mengelilingi ruangan, dan mereka berdua merasakan tubuh mereka melebur, seolah-olah roh mereka ditarik dari satu tubuh ke tubuh lain.
Dalam sekejap, cahaya memudar. Gaara dan Sasuke membuka mata mereka—masing-masing berada kembali dalam tubuh aslinya. Gaara merasakan keberadaan pasir yang familier di sekelilingnya, sementara Sasuke merasakan energi Sharingan di dalam dirinya.
"Kalian berhasil," kata Sakura dengan senyum lega. "Bagaimana rasanya?"
Sasuke memeriksa tubuhnya sejenak. Semua normal lagi, pikirnya. Ia kemudian menatap Gaara, yang sekarang berada dalam tubuhnya sendiri.
Gaara mengangguk, menunjukkan bahwa semuanya juga baik-baik saja. "Terima kasih," katanya kepada Sakura dengan nada datar namun tulus.
Naruto yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan, tiba-tiba berteriak, "Luar biasa! Akhirnya semuanya kembali normal! Aku bahkan tidak bisa membayangkan kalian bertukar tubuh lagi."
Sasuke hanya melirik Naruto tanpa banyak bicara. Meski pertukaran tubuh ini telah selesai, dalam hatinya dia merasa sedikit bersyukur. Paling tidak, aku belajar sesuatu dari pengalaman ini—walaupun ia tidak akan pernah mengakui hal itu secara terang-terangan.
Sementara itu, Gaara merasa lega bisa kembali ke Sunagakure. Meski hanya beberapa hari terjebak dalam tubuh Sasuke, tanggung jawab yang harus ia tinggalkan di desanya telah memberatkannya.
"Aku harus segera kembali ke Sunagakure," kata Gaara, bangkit dari tempat duduknya.
Sasuke mengangguk. "Semoga tidak ada kekacauan yang kutinggalkan di sana."
Gaara menatap Sasuke sejenak, mengingat betapa rumitnya situasi diplomatik yang harus dihadapi Sasuke dalam tubuhnya. "Aku akan memeriksa," katanya tanpa ekspresi, meski ada sedikit humor tersembunyi dalam suaranya.
Naruto tertawa terbahak-bahak. "Sasuke, kau pasti membuat kekacauan besar di Sunagakure! Tapi hei, setidaknya kau tidak menghancurkan apa pun!"
Sasuke hanya mendesah. "Tidak ada yang hancur. Tapi aku tidak akan pernah mau mengalami hal ini lagi."
.
.
.
.
.
Epilog
Saat Gaara kembali ke Sunagakure, dia menemukan segalanya masih dalam keadaan relatif normal, meski beberapa pejabat desa tampak sedikit bingung dengan sikapnya yang 'berbeda' beberapa hari terakhir. Temari, yang sudah mengetahui seluruh cerita, hanya tersenyum kecil setiap kali mengingat bagaimana Sasuke terjebak dalam tubuh adiknya dan dipaksa menghadapi politik yang rumit.
Di Konoha, Sasuke kembali ke kehidupan normalnya, meskipun dia kini memiliki sedikit pandangan baru tentang beban tanggung jawab yang ditanggung oleh Gaara sebagai Kazekage. Pengalaman pertukaran tubuh yang kacau ini mengajarkannya bahwa, meskipun mereka berbeda, mereka memiliki satu kesamaan: beban tanggung jawab yang mereka pikul untuk desa dan orang-orang yang mereka lindungi.
Dan meskipun mereka tak akan pernah membicarakan hal ini lagi, di kedalaman hati mereka, ada rasa saling menghormati yang baru terbangun—berkat kekacauan yang tak disengaja ini.
Tamat.
