Author Notes: Terimakasih semua yang udah review, Meski cerita ini udah hiatus enam bulan masih ada yang menantikan kelanjutannya. aku akan berusaha menamatkan ini sebelum bener-bener berhenti dari dunia menulis. Benar aku menulis karena aku suka, tapi sedih juga begitu publish gak ada yang baca. Kadang aku merasa mungkin aku emang gak punya kemampuan untuk menceritakan hal yang menarik.
Aku berterima kasih banget sama para Inocent yang dengan setia ngasup di Ffn ini.
see you next chapter.
Dance of Flower
Part 13
Kematian adalah sesuatu yang ditakdirkan bagi setiap makhluk fana, tapi tak semua orang bisa meninggalkan dunia berbalut emas dan permata. Diiringi duka, satu per satu dari anggota keluarga menyalakan dupa dan memanjatkan doa berharap karma yang dikumpulkan sepanjang hidup akan memudahkan perjalanan beliau menuju dunia akhirat.
Sosok Kaisar terbujur kaku dalam peti dikelilingi wajah sedih dan isak tangis para wanita yang melayaninya. Sebagian besar dari mereka meneteskan air mata bukan karena perasaan tulus mencintai, tetapi lebih pada takut akan ketidak pastian yang menghantui masa depan mereka. Dengan meninggalnya Kaisar yang mereka layani, habis sudah alasan yang membuat mereka tinggal di istana. Tanpa perlindungan dan sokongan, asa enam puluh wanita berbagai usia bergantung pada kemurahan hati putra mahkota yang akan naik takhta.
Kekhawatiran para selir Kaisar Fugaku tentu tak berlaku bagi Permaisuri Mikoto. Dengan putranya menjadi kaisar kejayaan sudah terjamin untuknya. Selir lain hanya bisa gigit jari. Jika tak ingin kehilangan segala kemewahan yang ditawarkan istana mereka harus berusaha sekeras mungkin mencari muka pada permaisuri Mikoto, tapi apakah cengkeraman sang Ibu pada putranya masih sekuat itu?
Saat ini harem dikuasai oleh permaisuri Mikoto dan Putri Izumi tak ubahnya perpanjangan tangan permaisuri, tapi sekarang dia memiliki saingan. Sebuah kekuatan baru telah muncul di istana, mengacaukan hegemoni wanita Uchiha dalam urusan harem istana. Mereka yang saat ini tak punya pilihan dan terinjak-injak di bawah kaki merasa mendapatkan angin segar. Yamanaka Ino dengan sokongan dari perdana menteri bukanlah wanita yang biasa dirundung tanpa memikirkan konsekuensi.
"Selir pertama putra mahkota, Yamanaka Ino tiba." Suara kasim menggelegar di ruang berkabung.
Air wajah Mikoto terlihat kaku saat kasim mengumumkan kedatangan selir yang seharusnya tak keluar dari kediamannya tanpa izin. Sekali lagi gadis itu berani bertingkah seenaknya sendiri, tapi Mikoto lebih dari tahu di saat seperti ini ia tak boleh terlihat emosi.
Pendeta menyerahkan dupa. Ino bersimpuh di depan peti dan memanjatkan doanya bagi Kaisar yang telah mangkat. Semua orang di ruangan ini datang dengan pakaian putih dengan aksesoris minimal. Mereka tengah berkabung, mereka tengah berduka. Putra langit telah kembali ke langit. Ino tak mengenal Kaisar, jadi ia tak menangis. Permaisuri dan putra mahkota pun tidak menangis. Mereka sudah lama menerima suatu hari ayah dan suami mereka akan pergi.
Setelah menyelesaikan doanya mendadak sang selir bersujud di muka permaisuri Mikoto. Ino meletakkan dahinya di lantai merendah serendah mungkin untuk menunjukkan penyesalannya.
"Maafkan hamba permaisuri, Hamba kembali melanggar perintah."
Itachi yang melihat adegan itu menghambur. "Kau tak perlu bersujud seperti itu di depan ibunda. Bangunlah Ino."
"Hamba tak akan bangun sampai mendengar keputusan permaisuri."
Merasa puluhan pasang mata menatapnya. Mikoto tak punya pilihan. "Bangunlah, Nak. Kau akan melakukan kesalahan lebih besar dengan tidak datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada yang kaisar."
Wanita berambut legam itu membantu Ino berdiri, sementara orang lain sedang berspekulasi. Mikoto sudah memutuskan untuk bermanis-manis pada sang menantu. Ia tak boleh membuka lebih banyak jurang dengan putranya. Ia akan diam dan hanya akan menusuk bila menemukan celah.
Celah hanya terlihat bila mereka dekat. Permaisuri akan bersikeras menjadi ibu suri yang penyayang.
Prosesi pemakaman berlanjut tanpa insiden, tubuh kaisar disemayamkan jauh di luar kota. Iring-iringan kereta kerajaan ditonton oleh rakyat yang berjejer di pinggir jalanan ibukota.
Ino membuka jendela, mencuri pandang pada rakyat yang menatap mereka dengan menunjukkan rasa iri. Hatinya merasa miris, bahkan di ibukota banyak orang yang tak bisa memiliki pakaian yang layak. Ino yang dibesarkan di rumah Yamanaka, tak akan pernah tahu apa itu kekurangan. Ketika ia menjadi permaisuri di masa pemerintahan Sasuke. Ia tak pernah menunjukkan simpati karena baginya penderitaan rakyat itu hanya hal elusif yang tak ada hubungannya dengan dirinya. Ia tak bisa bersimpati pada penderitaan seseorang hingga akhirnya ia dibuat menderita dan kelaparan oleh seseorang.
"Seharusnya kita tak perlu membuat upacara pemakaman semegah ini." Keluh Itachi.
"Bukankah itu akan menjadi hal yang salah? Kita harus menghormati Yang mulia dengan memakamkannya bersama kejayaan yang telah diraih." Balas Izumi yang menyertai Ino dan Itachi berkendara dalam satu kereta.
"Kerajaan ini sedang berada di tengah krisis, Jika aku tak melakukan perubahan kita akan terpuruk semakin dalam."
"Yang mulia, Perubahan macam apa pun yang anda rencanakan. Hamba dan keluarga Yamanaka akan berdiri di belakang anda."
"Terima kasih, Ino. Kau telah banyak membantuku."
"Anda akan menjadi kaisar yang baik, Yang mulia. Hamba percaya itu."
"Selir Ino benar. Kau sudah siap untuk menjadi kaisar."
"Kadang keyakinanku goyah, apa aku akan bisa mewujudkan idealismeku?"
"Pejabat bisa digantikan, tetapi kaisar tidak. Mereka akan mendengarkanmu Itachi." Lanjut sang putri mahkota.
Itachi menatap ke dua istrinya. "Negara bisa jatuh, Dinasti bisa runtuh dan seorang kaisar bisa dimakzulkan. Mereka mungkin saja berbalik untuk menyingkirkanku. Jika sesuatu yang buruk terjadi aku harap kau dan Ino meninggalkan ibu kota."
Dalam pikiran Izumi, kata-kata Itachi tak masuk akal. Lelaki itu memiliki semua dukungan dan tak punya saingan untuk naik takhta. Bagaimana mungkin ia membuat kesimpulan seseorang sedang berusaha menjatuhkannya.
"Itachi, Kau belum dinobatkan tetapi sudah membicarakan kemungkinan yang begitu buruk."
"Sebab Izumi, begitu aku menjadi Kaisar aku akan membuat banyak musuh baru. Ada hal yang tak bisa aku jelaskan padamu. Jika suatu saat aku membuat keputusan yang tak kau mengerti aku harap kau akan menerimanya tanpa perlu membenciku."
Ino hanya menyimak percakapan itu. Dia paham perkataan Itachi pada Izumi memiliki hubungan dengan permintaan pribadinya. Ino merasa merampas banyak hal dari wanita yang lebih tua itu. Bahkan di kehidupan yang lampau. Ino juga menghancurkan kebahagiaan Izumi demi kebahagiaan palsunya.
Jika Ino berkata jujur pada wanita itu, kalau ia dan Itachi hanya berpura-pura. Apakah hatinya akan merasa lega? Apakah Izumi akan berhenti merasa cemburu? Tapi Ino tak bisa menanggung risiko kebohongan ini diketahui Sasuke.
Dia menelan rasa bersalah, tak apa dia menyingkirkan sedikit nuraninya demi tujuan yang lebih besar. Itachi pun melakukan itu. Menjauh dari ibunya sendiri karena tangan-tangan Danzo sudah mencengkeram permaisuri. Mengeraskan hati dengan kemungkinan untuk membunuh keluarganya. menyingkirkan Izumi untuk membuat tempat baginya. Semuanya butuh pengorbanan.
.
.
Tak lama setelah pemakaman, semua pejabat dipanggil untuk menghadiri pertemuan di aula keadilan. Mereka membahas tentang acara penobatan. Itachi duduk di ujung meja, dengan jelas menyatakan poin-poin penting dalam keputusannya.
"Apa yang anda akan lakukan tak sesuai dengan konstitusi." Danzo terlihat gusar.
"Perdana menteri, apakah ada aturan tertulis bahwa Kaisar tidak boleh mengubah aturan?"
"Tidak ada, Yang mulia. Selama ini titah Kaisar adalah titah dari langit. Apapun kata kaisar itu adalah hukum."
"Kau dengar itu Danzo, Tak ada hal yang melarangku untuk mengangkat Ino Yamanaka sebagai permaisuri."
Perdana menteri merasa tidak nyaman karena subjek perdebatan hari ini adalah putrinya. Ia tak pernah mengira Putra mahkota bersikeras memberikan gelar itu kepada Ino.
"Apa anda ingin melanggar peraturan yang dibuat oleh leluhur anda?"
"Ayahku sudah melanggarnya. Jadi apa bedanya jika aku melakukan hal yang sama. Bukankah ini sebuah keuntungan bagi kalian? Jika siapa pun bisa menjadi permaisuri. Maka putri dan cucu kalian juga punya kesempatan untuk duduk disinggasana. Mereka tak perlu memiliki darah Uchiha."
Ketamakan berpendar di mata para pejabat. Dengan peraturan baru ini keluarga mereka bisa memanjat kedudukan yang lebih tinggi tidak mentok pada posisi selir. Jika mereka berhasil merebut perhatian putra mahkota maka mereka juga bisa dipromosikan menjadi permaisuri. Ini memang hal yang bagus.
"Hamba setuju. Keputusan pengangkatan permaisuri memang hak kaisar, jadi sebaiknya kita tidak ikut campur."
Danzo terkejut, bahkan sekutunya tak mau mengikuti opininya? Tidakkah mereka berpikir panjang pengangkatan Ino Yamanaka sebagai permaisuri hanya membuat perdana menteri semakin berkuasa. Anehnya, Danzo tak melihat Inoichi berwajah semringah atas keputusan putra mahkota.
"Kalau begitu, kita bisa mengakhiri pertemuan di sini. Acara penobatan akan dilangsungkan dengan sederhana dan Ino Yamanaka akan ditetapkan sebagai permaisuri." Itachi tahu setelah ini ia akan dikunjungi oleh banyak orang yang menuntut penjelasan.
Orang pertama yang menemuinya adalah perdana menteri. Wajah lelaki itu berkerut dalam.
"Pria tua ini harus mempertanyakan keputusan kaisar. Putriku akan semakin kesulitan jika anda menempatkan begitu banyak beban di pundaknya."
"Posisi permaisuri akan melindungi Ino dari semua orang yang berniat mengganggunya, termasuk ibundaku. Jujur saja perdana menteri. Aku tak punya waktu untuk melindungi putrimu setiap saat, tapi dengan memiliki posisi wanita tertinggi dia akan punya senjata untuk melindungi dirinya sendiri. Bukankah ini juga bagus untuk kariermu?"
"Hamba tak punya ambisi, tapi apa anda sudah bertanya pada Ino?"
"Aku tidak akan mengusulkan ide itu jika Ino tidak mau. Jangan khawatir perdana menteri, putri anda lebih lihai dari apa yang dia tunjukan. Aku yakin dia akan bertahan di istana."
"Hamba tak bisa berkata apa-apa. Semenjak Ino menjadi selir anda. Hamba bahkan kesulitan untuk bertemu putriku."
"Kau tak perlu khawatir soal itu. Aku akan memberikan izin khusus bagimu untuk keluar masuk istana untuk menemui putrimu."
"Terima kasih, Yang mulia."
"Aku merasa aneh kau memanggilku begitu."
"Tak akan seaneh perasaan hamba saat memanggil putriku sebagai yang mulia permaisuri dan hamba pun harus membungkuk padanya."
"Kau seharusnya merasa bangga perdana menteri. Putrimu luar biasa."
.
.
Seisi istana gempar, tapi wanita yang menjadi topik berita tampak tenang dan tak terusik. Yamanka Ino sibuk memotong tangkai bunga yang tumbuh di kebun istananya. Dia merasa puas Itachi tak menemukan banyak penolakan. Langkah-langkah kaki terdengar, Ino sudah tahu siapa yang datang.
"Adik ipar memberi salam pada selir Ino. Ah bukan Permaisuri Ino Yamanaka." Lelaki itu terdengar mengejek.
Ino memalingkan wajah dengan senyum paling manis yang bisa ia buat. "Hamba bisa menjadi permaisuri tanpa bantuan anda."
"Selamat bagimu. Aku masih takjub melihatmu mengontrol Itachi seperti wayang."
"Apakah anda datang hanya untuk mengatakan itu?"
"Tidak, Aku datang karena merindukanmu. Berapa lama kau akan berdiri di sisi Itachi? Kau membuatku dilanda cemburu. Apa kau suka melihatku tersiksa Ino?"
"Hamba memanjat sejauh ini demi anda, Pangeran Sasuke, tapi hati wanita ini mulaij goyah."
"Apa maksudmu?"
"Anda berkata mencintaiku, tapi apa yang pernah anda lakukan untuk hamba? Anda bahkan tak mempercayai hamba untuk mengetahui rahasia yang anda simpan. Apa anda melihat wanita ini sebagai wanita bodoh? Bagaimana mungkin ada cinta jika tak ada rasa percaya?"
"Sekarang kau meragukanku? Ino, Aku tak pernah bersama wanita lain dan hanya menantimu sementara kau berada dalam pelukan kakakku. Kau pikir aku suka. Aku tak berdaya, kau tahu kekuatanku tak sebanding dengannya. Akulah yang harus curiga kalau kau tak benar-benar menyukaiku. Kau bukannya tak berdaya. Kau punya banyak kesempatan untuk menyingkirkannya tapi kau tak melakukannya. Apa kau terbuai oleh perhatian yang dicurahkan Itachi padamu?"
"Bagaimana anda bisa berkata begitu kejam, tubuh ini aku korbankan demi kepentingan anda. Aku hanya meminta anda membawaku pada orang-orang yang selama ini mendukung anda, memperkenalkan hamba sebagai salah seorang pendukung anda. Hamba merasa segala yang telah hamba lakukan tak cukup mendapatkan pengakuan."
"Begitu? Sejujurnya aku juga tak yakin dengan motif dan tujuanmu. Siapa tahu kau hanya berkata-kata manis untuk menjebakku. Aku sudah memberitahumu banyak hal dan kau ingin tahu lebih banyak lagi? Rasa ingin tahumu bisa berbalik menjadi masalah buatmu."
"Bukankah itu hal yang wajar? Ingin tahu lebih banyak hal tentang seseorang yang kita sukai? Kekasih tak pernah menyimpan rahasia, Kekasih saling percaya. Apakah Pangeran Sasuke benar-benar menganggap hamba sebagai kekasih?"
"Kakak ipar, Kalau kau ingin aku lebih mempercayaimu. Lakukanlah dengan lebih baik, Mengapa aku harus mengambil risiko jika kau tak mau mengambil risiko?"
Ino menutup mata, Ia tahu satu cara untuk meyakinkan Sasuke untuk mempercayainya. Penting bagi mereka untuk tahu siapa-siapa saja yang yang terlibat dengan Sasuke. Ia harus meminta Itachi berkolaborasi.
"Setelah hari penobatan, anda tak akan punya alasan meragukanku lagi."
"Kau buktikan cintaku padamu dan aku akan membuktikan kepercayaanku padamu."
Itachi tak ingin bertemu Izumi, tapi wanita itu sudah menerobos ke ruang kerjanya. Ia meletakan gulungan kertas di meja bersiap menghadapi wanita yang bercucuran air mata.
"Kau, Mengapa kau melakukan ini padaku? Aku bisa menerima jika kau lebih mencintai selir Ino daripada aku, Tapi kenapa kau juga harus mempermalukanku. Aku dibesarkan menjadi permaisuri dan kau memberikan posisi itu padanya?"
Itachi tak bisa berkata jujur, Ia juga tak ingin membuat Izumi semakin bertanya-tanya. "Aku minta maaf, Kau harus menyerahkan posisi itu pada Ino. Aku merasa dia akan menjadi permaisuri yang lebih baik darimu."
Kalimat Itachi sungguh menyakitkan bagi Izumi yang selalu mencintai dan memujanya. Wanita berambut hitam itu menghapus air mata. Benar kata bibi, Ia tak boleh lemah. Wanita lemah akan terdepak dari istana.
"Dengar Itachi, posisi permaisuri adalah satu-satunya hal yang bisa menopang masa depanku di istana. Aku tak akan menyerah begitu saja tanpa kompensasi. Bibi tak menyukai Ino dan aku bisa saja memicu konflik internal di istana dengan menggunakan kekuatan bibi serta klan Uchiha untuk menekan selir Ino. Saat ini aku diam karena aku merasa kau masih bisa adil dan saat ini mana keadilan untukku?" ucapnya menuntut.
"Apa yang kau inginkan? Apa yang akan membuatmu merasa aman?"
"Jika Ino melahirkan putra, kau harus memberikan anak itu padaku. Aku boleh tidak menjadi permaisuri, tapi aku harus menjadi ibu dari putra mahkota."
"Baiklah." Ujar Itachi langsung menyanggupi. Ini keputusan mudah karena dia dan Ino tak akan pernah punya anak, Jadi tak akan ada konflik lebih lanjut.
"Tapi kenapa kau membuat permohonan seperti ini?"
"Aku menemui tabib istana dan mereka terus menerus mengucapkan hal yang sama. Aku tak lagi percaya, diam-diam menemui Sage tertinggi. Jika beliau bisa menolong Kaisar Fugaku memperpanjang usianya beliau tentu bisa membantuku."
Wajah Itachi memucat, Selama ini ia menyembunyikan kenyataan dari Izumi agar wanita itu tidak sedih tetapi sepertinya sekarang kenyataan telah terungkap. "Apa yang beliau katakan?"
"Kau sudah tahu kebenaran dan meminta tabib istana berbohong bukan? Sekarang aku sudah tahu selamanya aku tak akan bisa memiliki anak." Ujar Izumi dengan rasa pedih yang tak bisa ia tutupi. "karena itu Itachi, Izinkan aku memiliki masa depan dengan mengangkat seorang anak."
"Mengapa anak yang lahir dari selir Ino?"
"Jika ia mengambil sesuatu dariku bukankah adil jika aku juga mengambil sesuatu darinya."
Itachi terdiam. Permintaan Izumi masuk akal. Dia hanya ingin melindungi diri. Begitu masalah dengan Sasuke beres. Seperti janjinya, ia akan membiarkan Ino pergi dan Izumi bisa kembali menduduki posisinya. Dengan begitu istana bisa harmonis lagi.
Hanya saja Itachi tahu hidup tak pernah semulus rencana. Segala hal bisa berubah di masa depan.
