The Dance of The Flower
Chapter 27
Permaisuri duduk di depan meja rias, menatap bayangan wajahnya yang terlihat tenang. Dari sekian banyak orang yang berada di ruangan itu, tak satupun menyadari tangan kanan yang dia gunakan untuk memasang anting di telinga bergetar. Sudah sebulan lebih waktu berlalu sejak kecelakaan kereta dan sudah selama itu pula dia dihantam oleh teror dan ancaman. Dari hal kecil seperti menemukan jarum beracun tertancap di tempat tidur, Mayat seorang dayang muda tergantung di taman belakang setelah mereka gagal menculik Shion dan jembatan yang tiba-tiba runtuh saat ia hendak melintas.
Kecelakaan yang sering terjadi tak mungkin sebuah kebetulan atau kutukan. Semua ini merupakan strategi Sasuke untuk merusak mentalnya supaya dia tunduk dan menyerah, untuk membuat dirinya paham seberapa keji lelaki itu bisa bertindak jika Ino menolak keinginannya lebih lama.
Setelah mengirimkan Naruto pada jendral Gaara, mereka pun merancang strategi. Ino memutuskan untuk kalah. Mengenakan jubah merah pengantin, hatinya dipenuhi determinasi untuk menjadi pemenang. Jika ia harus mati ia pun tak menyesal karena dia tak lagi ingin duduk diam dan menjadi boneka yang kemudian terlupakan di sudut istana.
Ino dan klan yamaka bersiap untuk memberontak, yang dia sesalkan hanyalah keterlibatan Jenderal Gaara. Seandainya dia tak pernah membawa Gaara ke ibukota. Lelaki itu tak akan pernah berpikir untuk memberontak, akan tetapi untuk saat ini sang jendral adalah satu-satunya tumpuan Ino untuk melenyapkan Sasuke. Ino bergantung pada keahlian Gaara dalam pertempuran untuk menggulingkan lelaki yang suatu hari akan menjelma menjadi tiran.
Shion membawakan sebuah tusuk konde yang terbuat dari batu pirus dan nilam berbentuk burung phonix dengan ekor menjuntai kemudian memasangkannya dengan hati-hati di atas tatanan rambutnya yang rumit. Benda ini adalah senjata tersembunyi miliknya. Tidak tampak tajam, tapi cukup untuk menggores kulit seseorang. Sekalinya racun poten yang dia oleskan di ujungnya masuk ke dalam darah, siapapun dia akan mati seketika.
"Permaisuri, apa anda sudah siap?" Seorang kasim dari departemen ritual datang menghampiri.
"Apakah upacara akan dimulai?"
"Benar, Kita sudah sangat terlambat untuk acara penobatan," ujar sang kasim membungkuk.
Mata tuanya mencoba mencari tahu kondisi permaisuri. Dari sudut pandang yang terbatas, dia hanya bisa melihat perut yang begitu besar. Konon Permaisuri tengah hamil tujuh bulan dan pangeran Sasuke tidak mau menunggu hingga anak itu lahir untuk naik tahkta. Dia sudah cukup lama bekerja di istana untuk mengetahui jika permaisuri tidak hati-hati. Anak itu tak akan pernah melihat dunia. Rumor di istana mengaitkan kesialan yang terus-menurus menimpa permaisuri dengan kemarahan pangeran Sasuke. Banyak pula yang menghujat permaisuri karena tidak semestinya wanita memegang kuasa, ketika ada laki-laki yang lebih layak memegang jabatan itu. Perlahan klan Yamanaka dianggap tamak ingin menguasi kerajaan.
Putri Izumi membantu Ino berdiri. Ia memegangi lengan permaisuri dan mengirinya melangkah. "Apakah anda akan baik-baik saja?," ujar sang putri dengan khawatir.
"Ini juga salah satu kewajiban permaisuri."
"Bukannya saya tak bersimpati pada anda, tapi saya benar-benar bersyukur tidak jadi diberikan gelar permaisuri. Saya tak bisa membayangkan harus berada di posisi anda."
"Jika aku mau menanggalkan gelar ini. Aku tak perlu menjadi permaisurinya akan tetapi Putri Izumi, aku tak ingin pembunuh suami kita mendapatkan semua yang dia inginkan."
Wanita berambut hitam itu berhenti melangkah. "Apa itu benar permaisuri? Yang mulia tewas karena adanya konspirasi."
"Aku telah menemukan bukti, tapi kita tak bisa mengadili Pangeran Sasuke karena dia satu-satunya yang berhak melanjutkan kekaisaran."
"Ini tidak benar, bagaimana mungkin karma begitu kejam. Itachi sangat menyayangi adiknya." Izumi terkejut mengetahui kebenaran. Ino balik mengegam tangan wanita yang dia sudah anggap saudarinya itu.
"Putri Izumi, Dengarkan aku. Kau tak perlu ikut ke aula kemegahan. Bawalah pengawal dan orang-orangmu keluar dari istana sekarang juga."
"Apa yang anda rencanakan permaisuri."
"Menghentikan Pangeran Sasuke dan membalaskan dendam Itachi. Jadi aku mohon pada dirimu untuk bersembunyi sebab tak lama lagi istana akan kacau dan aku tak mau kau terjebak dalam kekacauan ini."
"Bagaimana dengan anda?"
"Aku akan melihatnya sampai akhir di kursi terdepan." Ino melepaskan tangan Izumi dan melangkah sendirian menaiki tandu.
.
.
Genderang berbunyi diiringi bunyi petasan dan terompet yang menandakan suka cita. Dari luar dinding hingga alun-alun istana para prajurit berbaris rapi lengkap dengan regaliannya. Sasuke berdiri dari tempat tertinggi di istana dengan wajah puas.
Mengenakan Jubah hitam bersualam naga ia mengamati segala hal yang kini menjadi miliknya. Bocah laki-laki yang kelaparan dan terasingkan itu tiada lagi, Ia hanya perlu mempermalukan dan menyiksa Ibu suri untuk menyempurnakan kemenangannya.
Mereka yang pernah menginjaknya kini akan berlutut mencium kakinya, menyembah dan bersujud. Negeri ini dalam gengamannya dan dia tak akan berhenti hingga namanya diakui seisi benua.
"Apa kau lihat Fugaku Uchiha. Aku merampas segalanya dari putra kesayanganmu," ucap lelaki itu menatap langit. "Aku bahkan mengirimkan dia ke sana agar kau tak kesepian."
Kebencian yang terpendam dalam hatinya menyeruak, menyembur menjadi sebuah tawa histeris menyadari bahwa meski tujuannya tercapai kenapa ia tetap tidak bisa merasa tenang.
Melihat iring-iringan tandu permaisuri muncul. Pangeran Sasuke pun berjalan menuju tempat upacara. Selama melintasi lorong dia menertawai usaha sia-sia Yamanaka Ino. Dia pikir bisa menyembunyikan hal yang sangat besar. Dirinya akan menjadi Kaisar yang amat bodoh jika ia tak mengawasi orang-orang yang punya peluang menjadi musuhnya seperti Sabaku Gaara yang tanpa permisi mendirikan barak tentara di wilayah tengah yang bukan merupakan teretoris keluarga Sabaku. Ia tak butuh cenayang untuk menebak wilayah barat ingin memberontak dan sebelum mereka sempat berkutik, ia akan menumpas habis pasukan keluarga Sabaku dan melenyapkan keluarga itu.
Dia tak sabar menunggu reaksi Ino jika dia sadar tak seorang pun akan datang untuk menyelamatkannya. Kepala Jendral Gaara tentu akan menjadi hadiah terbaik bagi permaisuri. Hari ini akan menjadi hal yang menyenangkan. Dengan seluruh pasukan siaga di istana dan tiap sudut ibukota, tak akan ada seekor lalat pun akan menggangu kemenangannya. Ya, semuanya akan baik-baik saja dan malam ini dia bisa berpesta menikmati tubuh permaisuri dan merendahkannya. Merusak hal yang disayangi Itachi selalu menyenangakan.
Ino menduduki kursi yang diperuntukkan baginya. Tak lama kemudian, ruangan yang disesaki ratusan orang mendadak senyap. Pangeran Sasuke akhirnya datang untuk mengklaim mahkota yang sedang dipegang oleh pendeta agung. Mahkota yang sebelumnya menghiasi kepala empat generasi keluarga Uchiha. Barangkali setelah ini, orang lain yang akan berkuasa. Ino tak keberatan orang lain mengklaim tahkta asal bukan Sasuke Uchiha, Barangkali Sai bisa menjadi Kaisar atau bahkan Jika Gaara mampu memenangkan perang ini, dia bisa mengangkat dirinya menjadi Kaisar.
Yang Ino inginkan setelah ini hanyalah hidup yang dipenuhi kebebasan. Dia akan menemukan kebahagiaannya melakukan hal yang sederhana. Impian itu tak akan bisa terwujud sementara dia masih terbebani oleh mahkota.
.
.
Perjalanan Gaara tersendat, pertempuran pecah bahkan sebelum ia mencapai Ibu kota. Sang Jendral memimpin pasukan berkudanya, menerobos barisan prajurit Susanoo yang berdiri dalam posisi rapat, bersenjatakan tombak dan perisai. Mereka tak akan bisa lewat jika dia tak mengalahkan orang-orang ini.
Ia tahu, ia tak akan bisa menyembunyikan pasukannya dari pengamatan Sasuke. Setelah mendengar pasukan Susanoo mendekati perkemahan mereka, Ia memutuskan untuk membuat kelompok kecil berisikan lima puluh prajurit terbaiknnya didampingi Utakata sebagai pemandu bergerak dengan rute lain menuju ibukota dan istana.
"Serang!"
"Hancurkan pertahanan mereka!"
Teriakan-teriakan terdengar di medan laga.
Dengan kaki menapak sanggurdi. Gaara menahan gagang tombak yang nyaris melukainya dengan tangan kiri. Dalam sepersekian detik ia membalas serangan itu dengan tusukan di leher. Prajurit malang yang kini tersungkur mati, sementara mereka yang terjatuh akan terinjak oleh rekan sendiri atau oleh kuda pasukannya. Medan perang begitu brutal, Gaara tak sempat menarik nafas panjang, ia menghalau serangan demi serangan, mengendalikan kudanya dengan mahir dan terus mengayunkan pedang menyingkirkan prajurit yang berkumpul disekitarnya.
Satu per satu pasukan Sasuke berjatuhan dan Prajurit Suna menekan semakin dalam. Sepertinya Sasuke mempercayai informasi palsu yang mereka sebar tentang jumlah pasukannya. Iya saat ini mereka memang terlihat sangat sedikit, tapi Itachi akan datang dari belakang bersama seluruh prajurit Suna. Para tentara bayaran yang di sewa keluarga Yamanaka telah berbaur bersama rakyat sipil di ibu kota dikepalai oleh tuan Jiraya dan anggota kelompoknya akan membuat kericuhan dan menyibukkan penjaga kota.
Debu-debu berterbangan diiringi ringkikan dan derap langkah kuda. Puluhan ribu orang muncul di medan perang. Itachi tiba di saat yang tepat karena Gaara kesulitan menerobos formasi itu hanya dengan pasukan berkuda.
Melihat kemunculan bala bantuan, Gaara memerintahkan pasukannya untuk mundur dan bergerak ke sisi kanan dan kiri pasukan Susanoo. Dengan kehadiran Itachi di garis depan praktis prajurit Sasuke terkurung.
"Lepaskan panah!"
Itachi yang mengenakan pakaian perang dan topeng perunggu memberikan perintah. Ribuan anak panah melesat. Para prajurit Susano terpaksa mengangkat perisainya di atas kepala guna menghindari hujan panah. Akan tetapi hal itu membuat celah dalam pertahanan mereka.
Melancarkan serangan jarak dekat. Gaara dan para prajurit berkuda Suna membabat prajurit-prajurit yang berdiri paling luar.
Itachi berkuda mendekati sang jenderal, sembari menyingkirkan prajurit Sasuke yang menghalangi Jalan.
"Apakah semuanya terkendali?" tanya Itachi pada Gaara
Melihat pasukan Suna mengurung prajurit Susanoo Gaara mengangguk. "Anda harus bergegas ke istana, Yang Mulia. Saya mendengar upacara pernikahannya akan dilaksanakan sore ini."
"Baiklah, Aku percayakan semuanya padamu, Gaara."
Itachi memacu kudanya diikuti oleh semua prajurit yang dia pinjam dari Suna. Utakata sudah pasti sampai di gerbang utara. Dia bisa masuk dengan mudah jika Utakata berhasil menyelesaikan misinya.
Memacu kuda dengan cepat, hanya satu hal yang berada di pikiran Itachi. Mengalahkan Sasuke. Kali ini dia tak akan diam dan membiarkan orang-orang yang mendukungnya kecewa.
note : Wahai pembaca budiman, terima kasih masih setia di sini meski author updatenya selalu ndak jelas. terima kasih juga atas reviewnya.
