Hyuga Neji. Pria dingin, cenderung tak memiliki emosi, sulit ditebak dan… apa lagi? Sakura tak dapat mengingat kenangan lain bersama pria itu. Bertahun-tahun ia mengenal sang Hyuga, namun rasanya sangat aneh dengan kedekatan mereka yang tiba-tiba. Apa yang dia lakukan sebelumnya yang dapat membuat pria tersebut mengasihaninya? Apakah kesendirian dan kesepiannya begitu nampak jelas akhir-akhir ini? dia memang sering menghabiskan waktu sendirian beberapa minggu ini, selain dikarenakan kesibukannya di rumah sakit, ia tak ingin mengganggu kebahagiaan baru para sahabatnya, atau mungkin ia tak ingin merasa iri?
Wanita dengan surai merah muda yang diikatnya asal menghela napas.
Mengingat kembali pada kejadian di tiga hari yang lalu, di saat malam ketika Neji mengantarnya. Entah apa yang dilakukannya, yang pasti ia merasa malu hingga saat ini. Tapi- tapi kenapa pria Hyuga itu tak pernah muncul lagi? Apakah ia melakukan hal bodoh malam itu? Sakura benar-benar tak dapat mengingatnya selain Neji yang mengantarnya masuk ke dalam kamar.
Helaan napas kembali dilakukannya.
Apa yang sedang dilakukan Neji? Kenapa bisa tiba-tiba menghilang seperti ini? Bukankah seharusnya ia mengabar- tunggu dulu, untuk apa pria itu harus mengabarinya? Hah! aneh sekali. Mereka juga baru dekat- tidak bisa dibilang dekat juga, hanya menghabiskan beberapa waktu selama sehari bersama.
Lagi-lagi Sakura menghela napas.
Sedang ada misi?
"Apa kau baik-baik saja Sakura-san?"
Sakura melirik ke kiri, di depan pintu ruang kerjanya terdapat seorang ninja medic-nin yang menatapnya sedikit khawatir.
Sakura tersenyum tipis sambil mengangguk. "Aku tak apa. Ada apa?"
"Ada beberapa korban dari misi kelas S, yang lainnya telah ditangani, namun untuk kasus seorang pria Hyuga cukup berat,"
Ucapan itu langsung membuat Sakura berdiri, buru-buru ia melangkah menuju ruang rawat milik orang yang menggusarkan pikirannya beberapa hari ini.
Sakura sampai dan mendapati betapa buruknya kondisi Neji. Ia langsung mengaliri chakra hijau miliknya ke tubuh pria yang bertelanjang dada itu. Banyak memar dan goresan di tubuh serta wajahnya. Sakura tak bisa menutupi perasaan khawatir yang dimilikinya, apalagi pria itu tak sadarkan diri.
Waktu menunjukkan pukul satu dini hari dan ia sudah menghabiskan tiga jam untuk mengobati Neji. Chakranya pun mulai menipis, namun untungnya kondisi pria itu sudah lebih baik.
Wanita itu menutup tubuh pria yang tengah tertidur dengan selimut. Ia kemudian menarik kursi, mendekat pada ranjang rumah sakit dan duduk. Matanya memandang lurus ke wajah itu, memperhatikan dengan seksama struktur wajah yang dimiliki sang Hyuga.
Kening yang dihiasi segel kutukan, alis tebal, bulu mata yang cukup lentik, hidung mancung dan bibirnya yang pas, tidak tipis namun tidak tebal juga, sangat tepat untuk wajahnya. Semua yang dimiliki pria itu sangat cocok, wajah dan kepribadiannya pun juga, benar-benar selaras.
Senyum muncul di wajah Sakura tanpa ia sendiri sadari. Wanita itu bersandar di sisi ranjang dengan pandangan tetap pada wajah pria yang sedaritadi diperhatikannya. Setidaknya Sakura sudah berusaha dan cukup untuk saat ini, besok pagi ia akan mencoba menyelesaikan proses penyembuhan Neji lagi.
"Arigatou Sakura,"
Sakura terbangun dan melihat bahwa orang yang dirawatnya semalam belum sadar. Kembali mengecek keadaan Neji, ia mengangguk pelan, usaha yang dilakukannya semalam membawa progres yang baik pagi ini, tak ada yang perlu di khawatirkan lagi. Ia mengalirkan chakranya lagi untuk memastikan keadaan Neji.
"Ohayou, eh- Sakura-chan?"
Berbalik, Sakura mendapati Naruto dan Hinata yang berkunjung dengan membawa buah.
"Ohayou Sakura-chan."
Kali ini Hinata yang menyapanya sambil membungkuk.
Sakura tersenyum simpul pada sepasang suami istri tersebut. "Ohayou Hinata, Naruto. Aku sedang mengecek kondisi Neji, sudah jauh lebih baik dibanding kemarin," Sakura melihat ke arah Neji lalu kembali memandang Hinata dan Naruto. "Kalau begitu, aku akan meninggalkan kalian."
"Eh? Kenapa kau buru-buru Sakura-chan, kami kan baru datang."
Sakura tertawa kaku menanggapi pertanyaan Naruto. "Ada beberapa hal yang harus kukerjakan. Jaa ne Hinata, Naruto," ujar Sakura lalu berjalan meninggalkan sepasang suami istri yang menatapnya penuh kebingungan.
Sejujurnya wanita itu hanya tidak ingin saat Neji sadar dan menyadari keberadaannya. Ia takut beberapa hari lalu di malam terakhir mereka bertemu, ia melakukan hal yang menyinggung hati Neji. Sakura sudah berusaha mengingat apa yang terjadi malam itu, tapi yang ia ingat hanya dirinya yang tak sadarkan diri, tertidur, sebelum masuk ke dalam kamar. Dan ia sangat yakin dnegan itu.
Menuju ke meja pendaftaran, Sakura berpesan pada salah satu medic-nin yang sedang bertugas untuk memgontrol keadaan Neji saat siang nanti. Jika sudah semakin baik, pria itu dapat pulang esok paginya paling cepat. Setelah itu ia memasuki ruangan dan mengambil barang-barangnya untuk pulang. Sakura butuh membersihkan diri dan beristirahat sejenak. Mungkin setelah itu ia akan mengunjungi Ino di toko bunga.
Tetapi ini aneh, saat Neji tak ada, ia ingin bertemu dengan pria itu, namun saat Neji disini, ia malah memilih menghindar. Sepertinya Sakura mulai menganggap Neji sebagai seorang teman dekatnya- sebelum menjadi sahabat tentu saja mereka belum sedekat itu untuk dikatakan sahabat.
Sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyuman, melangkah dengan hati gembira menuju rumahnya, Sakura keluar dari gerbang rumah sakit yang dalam perjalanan pulang, ia disapa oleh beberapa orang yang mengenalnya.
"Ino-pig, lama tidak melihatmu," ujar Sakura sembari melangkah mendekati Ino yang tengah menyiram beberapa bunga tulip.
"Sakura!" Ino langsung memeluk sahabat karibnya itu.
"Oi, berhati-hatilah Pig, aku tidak ingin melukai keponakanku."
Ino tertawa dan melepas pelukannya. Ia mengelus perutnya yang menonjol dan merasakan gerakan di dalam sana. "Ah Inojin menendang, kurasa ia senang dengan kehadiranmu, Jidat," kata Ino menunjukan gerakan kecil di perutnya.
Sakura mengulurkan tangan menyentuh perut Ino dan ikut merasakan gerakan tersebut. "Ah aku tidak sabar menantikan Inojin nanti, bulan depan, kan?"
Ino mengangguk. Ia dan Sakura berjalan menuju kursi yang letaknya tak jauh. "Bagaimana kabarmu, Sakura? Kau sangat sibuk sampai-sampai aku yang ingin mencarimu beberapa kali pun tak kesampaian," Ino sedikit mendengus di akhir kata. Ia ingat beberapa kali mengunjungi rumah sakit untuk menemui Sakura, namun sahabatnya itu selalu berada dalam situasi penting yang tak dapat diganggu contohnya seperti operasi.
Sakura menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Maaf, tapi saat ini aku sudah disini, harusnya cukup sebagai permintaan maafku."
Ino mengangguk sebagai balasan dan tersenyum lebar.
Pada akhirnya kedua wanita itu menghabiskan waktu bersama hingga malam menjelang.
Thank u, Sunday, 29 Nov, 2024
