Kamar luas serba putih yang hanya diterangi cahaya malam ibukota yang masuk lewat jendela membuat suasana dalam ruang itu lebih gelap.

Pintu terbuka kemudian kembali menutup. Suara langkah kaki mendekati ranjang berukuran besar tepat di samping jendela yang tertutup.

Wanita yang tengah bersandar di kepala ranjang sambil memandangi kesibukan ibu kota itu tak bergeming saat tangan besar menyentuh wajahnya.

Dingin.

"Apa yang terjadi padamu, Sakura?" Suara lembut itu memecah keheningan malam. Sudah beberapa jam berlalu dan wanita itu sama sekali tak beranjak. Naruto, yang kini memandang pilu ke arah Sakura menggunakan ibu jarinya untuk menghapus jejak air mata yang tersisa di bawah mata emerland yang kini meredup.

Naruto, lelaki berusia 23 tahun tersebut merupakan seorang aktris berkebangsaan campuran. Memulai kariernya sejak berusia 19 tahun di Negeri Sakura dengan bantuan pengusaha terkaya, Hyuga, membuat namanya langsung menjelit tinggi. Siapa yang tak mengenal nama Hyuga di negara itu? Segala peralatan rumah tangga, bahan tekstil dan kertas di produksi dari perusahaan Hyu-Crop. Bagaimana Naruto bisa bekerja sama dengan Hyuga? Semua karena Hinata, kekasihnya. Meskipun berbeda 2 tahun dari Hinata, sikap Naruto jauh lebih dewasa daripada gadis itu.

"Sakura?" Panggil Naruto dengan suara serak, namun wanita berusia 28 tahun didepannya ini tak kunjung merespon. "Kumohon, jangan menyiksaku seperti ini…" kedua tangan itu beralih menggenggam kedua tangan yang lebih kecil.


Pria berambut raven itu mencari ke ruangan-ruangan tempat biasa istrinya berada. Taman, dapur, perpustakaan dan kamar. Nihil. Ia sudah mencoba menelpon maupun langsung ke rumah sakit sayangnya wanita bersurai merah muda itu telah pergi sejak pagi hari.

"Kemana kau, Sakura," gumam Sasuke khawatir.

Ponsel di saku jasnya bergetar, buru-buru ia mengambil, namun bukan sebuah nama yang diinginkannya. Suara dari sana memberikan informasi mengenai kepulangan kakaknya. Tepat. Ia sudah menduga, Sakura tak mungkin menghilang seperti ini tanpa sebab. "Itachi!" desisnya menahan amarah. Apa lagi yang kakaknya itu inginkan dari dia, hidupnya sudah cukup baik tapi kenapa masalah itu kembali datang padanya, pada Sakura? Harus dengan apa lagi ia menghadapinya.


Berbadan tegap berbalut jas hijau tua, lelaki itu melangkah memasuki gudang yang terlihat begitu kumuh dari luar, namun sangat jauh berbeda di dalamnya. Itu adalah bar dengan berbagai macam orang. Dua pria berbadan besar langsung memberi jalan untuk lelaki itu. Ketiganya melangkah memasuki lift yang kemudian terbuka di lantai lima. Berbeda dari lantai-lantai di bawah, ruang ini kedap suara dan hanya dapat dimasuki dengan sidik jari yang sudah dikenali sistem.

"Ah, Shikamaru, lama tak melihatmu."

Shikamaru, lelaki berjas yang disapa itu tersenyum kecil pada lawan bicaranya. Dua pria berbadan besar itu telah pergi meninggalkan Shikamaru di ruang bertuliskan VVIP. "Kudengar kau baru kembali hari ini, kenapa buru-buru ingin bertemu denganku, Itachi?" Tanya Shikamaru setelah mengambil tempat berhadapan dengan pria bermata gelap itu.

Itachi tertawa kecil. "Yah, mau bagaimana lagi, ada pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya."


Naruto menarik Sakura kedalam pelukannya. Ia merasakan tubuh kecil itu sedikit bergetar. Tangan kanannya mengelus lembut helaian surai merah muda yang terikat asal. "Aku kembali," ujar lelaki itu pelan.

Kali ini Sakura merespon dengan anggukan. Butuh beberapa waktu untuk ia membuka suara. "Na-ruto, k-kenapa….?" tanya sakura dengan suara seraknya.

"Aku ingin menepati janjiku padamu dahulu, Sakura, aku tidak akan melepaskanmu lagi kali ini," tegas Naruto dengan pelukan yang semakin erat. Ia dapat mencium aroma tubuh dari wanita di depannya. Aroma yang mampu memacu jantungnya lebih cepat. Ah, sudah berapa lama waktu berlalu, ia sangat merindukan momen ini.

Sakura menggeleng pelan. "Tidak, kupikir ini sudah jauh berbeda dari saat itu…" wanita itu mencoba mendorong tubuh Naruto dan tentu saja tak diijinkan oleh pria itu, Naruto justru memindahkan kedua tangan Sakura yang menahan dadanya ke lehernya. "Kau tahu pasti Sakura, aku tak pernah main-main dengan ucapanku," bisik Naruto tepat di telinga wanita itu.

Gelengan kembali dilakukan Sakura. "Kau terlambat, kita terlambat, aku sudah dimiliki oleh seseorang sekarang, begitupun denganmu," katanya pelan. Jantung Sakura seperti ditimpa bongkahan batu besar yang membuatnya terasa sesak. Ia benar-benar ingin lari dari situasi ini. "Sasuke, Uciha Sasuke adalah suamiku sekarang…"

"Ya, aku tahu," hening sesaat sebelum suara berat itu kembali terdengar. "Tapi aku juga tahu mengapa kau bisa berakhir dengannya, Sakura."


Kamar luas itu sudah sangat berantakan. Perabotan-perabotan didalamnya sudah hancur dan tak berbentuk lagi. Bahkan keadaan diri gadis itu pun jauh lebih hancur lagi dengan darah menetes dari lengannya yang membentuk banyak sayatan dan bekas-bekas sayatan yang menjadi tanda ini bukan kali pertama ia melakukannya.

Dari depan pintu kamar, Hiashi hanya dapat menahan tangisnya. Ia dapat mendengar jelas jeritan-jeritan putri semata wayangnya dibalik pintu itu. Ya, ini salahnya, didikannya dan keinginannya membuat gadis itu terluka begitu parah. Hanya seorang yang bisa membantu Hinata kembali bangkit, orang yang sama yang membuat Hinata kembali jatuh pada lubang lain yang sama dalamnya dengan lubang-lubang sebelumnya. Naruto. Lelaki yang dikenal putrinya beberapa tahun lalu itu membawa dampak yang sangat besar bagi dirinya, terutama Hinata.


15 October, 2024

Naruto 23 tahun

Sakura 28 tahun

Hinata 25 tahun

Sasuke 28 tahun