Sakura memasuki gedung hokage, ia melangkah menuju ruang hokage, tempat Naruto berada pagi itu. Ada beberapa berkas yang harus diberikannya kepada sang hokage.
Mengetuk pintu, Sakura lalu masuk saat ada sahutan dari dalam.
Tubuhnya sedikit menegang menyadari seseorang yang dirawatnya kemarin kini tengah berdiri tepat di sampingnya, memandang lurus pada Naruto tanpa menoleh kearahnya sedikit pun. Dengan cepat Sakura kembali menguasai diri, ia tersenyum pada Naruto.
"Ah Sakura-chan, Ohayou," ujar Naruto dengan senyuman lebar, seperti biasa.
Sakura maju, menyerahkan berkas yang sedaritadi di peluknya. "İni beberapa informasi tiga bulan terakhir terkait rumah sakit Konoha." Ia kemudian mundur selangkah memberi ruang bagi Naruto untuk melihat orang lain di ruang itu selain dirinya tentu saja.
"Aku akan pergi hokage-sama."
Suara yang beberapa hari tak dindengarnya kini kembali terdengar.
"Ya Neji, terima kasih untuk laporan misi yang telah kau kerjakan."
Seperti biasa tak ada balasan dari pria Hyuga itu, hanya terdengar suara pintu dan itu berarti tersisa Sakura sebagai tamu disini.
"Aku juga akan pergi,"
Naruto memandang Sakura, dan kembali tersenyum lebar. "Terima kasih untuk ini, Sakura-chan," ucapnya sambil menunjuk-nunjuk berkas milik Sakura.
Sakura mendengus diiringi senyum, Naruto tak berubah, bahkan setelah ia menjabat sebagai posisi tertinggi di desa.
Keluar dari ruang hokage, Sakura melihat sekeliling memastikan keberadaan seseorang yang dikenalnya, namun hingga keluar dari gedung ia tak mendapati pria berambut coklat panjang tersebut. Apa ia benar-benar telah melakukan kesalahan malam itu?
Matahari mulai terbenam dan Sakura telah bersiap untuk pulang. Ia berjalan dengan menyapa dan membalas sapaan dari orang-orang yang dikenal dan tak dikenalnya. Sebelum pulang, Sakura sempat singgah sebentar membeli bahan makan malam. Ia sedang merencanakan beberapa menu yang akan ia masak malam ini. Meskipun ia tinggal sendiri, namun ia terbiasa dengan memasak, hal ini juga membantunya dalam menghemat dan menjalani hidup sehat -memakan masakan sendiri.
Sampai di depan pintu rumahnya, Sakura mencari-cari letak kunci rumah di tas selempangnya. Karena banyak membawa barang belanjaan, satu kantong berisi buah-buahan jatuh dan sebuah apel menggelinding lalu berhenti tepat di depan sosok yang ia kenal.
Mengambil apel itu, sosok tersebut membantu Sakura -tanpa diminta, merapikan sekantong buah yang jatuh, dan mengambil beberapa kantong lain yang dipegang Sakura.
"Kau bisa lebih mudah jika menyimpan kantong-kantong ini di lantai terlebih dahulu."
Wanita itu mengedipkan mata, kembali tersadar. Buru-buru ia mengambil kunci di tasnya lalu membuka pintu. Ia membungkuk sebagai ucapan terima kasih, dan Neji yang paham langsung memberikan kantong-kantong itu kembali kepada pemiliknya.
"Umm ingin masuk dulu, Neji-san?" Tanya Sakura pelan. Ia lebih berharap lawan bicaranya itu mengatakan tidak.
"Ya."
Dan tidak seperti yang diinginkannya, Sakura mempersilahkan Neji masuk diikuti dirinya.
Ruang utama gelap, Sakura buru-buru ke arah sakelar lampu yang sialnya ia tidak tahu benda apa yang sebelumnya ada di bawah sana yang membuat ia kehilangan keseimbangan dan-
Sakura menutup matanya, bersiap merasakan sakit pada tubuhnya, namun ia meraskan sebaliknya. Sesuatu yang di bawahnya keras, namun tidak begitu keras dan tidak menyakitinya. Dalam kegelapan ia meraba-raba sekitar dan tersadar ada detak jantung yang dapat ia rasakan dibalik kain sutra yang disentunya, hembusan napas hangat menerpa kulit wajahnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Ia sadar apa yang ada di bawahnya sekarang, dan tubuhnya tiba-tiba membeku, tak dapat digerakan, saking terkejutnya.
Adegan itu tak berlangsung lama, karena Neji sendirilah yang membantunya untuk kembali bangkit.
Setelah berhasil menguasai diri, Sakura langsung kearah sakelar lampu, dan seluruh lampu di rumah itu langsung menyala. Sakura melihat ke lantai, ternyata ada bagian karpet yang terlipat, yang menyebabkan insiden memalukan -sekali lagi- terjadi.
"A-ano, a-aku akan masak untuk ma-kan malam, s-sebaiknya kau tunggu, Neji-san." Sakura jamin, dalam hidupnya ia tak pernah berpikir bisa terbata-bata seperti ini. Dan lagi kenapa ia menawarkan makan malam di tengah situasi -yang hanya dirinya sendiri rasakan- canggung ini? Sakura langsung berjalan ke dapur tanpa memandang Neji.
Awalnya diisi keheningan karena rasa gugup yang dirasakan gadis itu, namun seiring waktu berlalu dan ia mulai asyik dengan aktifitasnya memasak, Sakura bersenandung tanpa disadarinya yang membuat sepasang mata lain menatap punggung kecil itu.
Makan malam telah siap, dengan empat menu berat dan buah sebagai makanan penutup. Sakura melepaskan celemeknya dan memanggil Neji menuju meja makan.
"Maafkan aku karena hanya dapat memasak ini, jika aku tahu kau akan berkunjung aku akan memasak lebi-" tunggu, Sakura merasa ada yang salah dari kata-katanya. Apa terdengar seperti ia mengharapkan kehadiran Hyuga di rumahnya? "Maksudku, aku- ah silahkan dimakan sebelum dingin." Sakura tersenyum canggung, ya lagi-lagi dia tak dapat menemukan kata yang tepat jika dihadapkan dengan sosok Hyuga ini.
Neji hanya mengangguk.
Keduanya makan dalam keheningan. Sakura tak ingin membuka percakapan, ia takut melakukan salah kata lagi, sudah cukup ia mempermalukan dirinya malam ini.
Selesai makan, Sakura merapikan meja dan Neji menunggunya di ruang utama.
Hanya keheningan. Sakura menunggu Neji mengatakan sesuatu, karena sepertinya -menurut pandangannya- ada yang ingin dikatakan oleh pria Hyuga itu. Namun setelah ia mencuci piring, memposisikan diri duduk di sebelah pria itu, dan melewati sepuluh menit untuk menunggu, nyatanya sosok disampingnya tak kunjung mengeluarkan suara.
"Ingin berjalan-jalan sambil melihat bintang?" Tawar Sakura akhirnya setelah lelah menunggu. Sungguh, mereka hanya duduk, diam, dan tak melakukan apapun membuat Sakura merasa penat, setidaknya dengan keluar ada aktifitas lain yang dilakukannya meskipun tak ada percakapan diantara mereka.
"Ya."
Akhirnya sepasang ninja itu berjalan menyusuri jalan setapak yang membawa mereka ke arah bukit.
"Sakura?"
Langsung saja wanita itu menoleh. Tubuh Neji yang tinggi, yang cukup jauh dari tingginya menutupi cahaya rembulan, namun wajah pria itu bersinar dan Sakura dapat melihat dari samping bagaimana wajah itu cukup sempurna?
Mata sewarna bulan purnama itu menatap langsung pada mata hijau milik Sakura. Langkah keduanya berhenti tanpa disadari.
"Aku-"
Kata-kata itu menggantung, namun Sakura bisa menebak apa yang ingin pria itu katakan dari matanya.
Wanita dengan rambut disanggul asal itu tersenyum lembut pada sosok di hadapannya.
Dan lagi, tanpa disadari, kini keduanya tengah berhadapan, dengan jarak yang cukup dekat.
Sejauh ini, ia mengenal Neji bukan sebagai orang yang suka berbicara, tak seperti Naruto, ia merasa sosok tinggi di hadapannya lebih suka menyimpan apa yang dirasakan daripada mengungkapkan secara langsung. Wanita itu tak pernah merasa terganggu dengan keheningan yang sering menyelimuti mereka, ia justru cukup terbiasa dan sedikit nyaman?
Perlahan jarak di sekitar mereka terkikis dan sakura dapat merasakan lagi deru napas hangat di wajahnya.
Trak
Bunyi suara ranting patah langsung menyadarkan Sakura. Matanya mengawasi sekeliling dengan perasaan gugup yang coba ia tutupi. Sedangkan Neji? Pria itu nampak seperti biasa, datar.
Setelah kejadian itu Neji mengantarnya pulang, tak ada yang terjadi dan kini ia hanya berbaring dengan beberapa pertanyaan memenuhi otaknya.
Sakura benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi diantara keduanya.
Pagi menjelang, Sakura sudah bersiap berangkat ke rumah sakit. Saat ia membuka pintu, sosok yang sangat familier sudah berdiri tegap membelakanginya. Sudut bibirnya membentuk senyuman kecil, memandang punggung kokoh milik pria Hyuga yang entah bagaimana bisa tiba-tiba hadir begitu saja di tiap hari yang dilaluinya.
"Ohayou, Neji-san,". Sapa Sakura yang dibalas anggukan oleh lawan bicaranya.
Keduanya berjalan beriringan
"Ada misi yang akan dilakukan hari ini?"
"Ya."
Sakura mengangguk-angguk. "Begitu ya, apa Neji-san sudah sarapan?" Tanyanya lagi. Tanpa menunggu jawaban, ia sudah yakin pria di sampingnya belum sarapan. Wanita itu mengeluarkan bekal dari tasnya yang telah terbungkus rapi dan menyerahkan kotak itu kepada Neji. Hal tersebut berhasil menghentikan langkah pria disampingnya.
"Untukmu, Neji-san. Kau baru saja sembuh dan ini sangat membantu dalam proses penyembuhan," jelas Sakura.
Neji, pria itu tersenyum kecil, yang hanya ditunjukkan sekilas. "Arigatou."
Seketika perut Sakura terasa tergelitik mendengar suara bariton itu mengucapkan terima kasih. Ah mengapa rasanya begini?
Sakura hanya membalas dengan senyuman.
Sesampainya di rumah sakit, Sakura membungkuk pada Neji, dan pria itu pun berbalik pergi melakukan aktivitas utamanya sebagai ninja, menjalankan misi. Sakura menunggu punggung pria itu benar-benar tak terlihat, baru ia kembali melangkah memasuki gedung.
Tak jauh dari tempatnya, seseorang melipat tangan sambil memandangnya penuh selidik. "Ada yang ingin kau ceritakan padaku, Sakura?"
Selesai, 30 Sep, 2024
@mizuki-nya : hello, thankyou for your support to me, ahh you are my motivation, and this chapter is finished because of you hihihi. sorry if my story is still lacking, but I tried my best. and congratulations, you are the first person to read my story hahaha as a gift I send you a heart, accept it #sending a heart 3
