Aldnoah Zero © Project A/Z, Olympus Knights, A-1 Pictures, Gen Urobuchi, Katsuhiko Takayama.

Story © Panda Dayo

Inaho/Slaine. InaSure.

Isekai(?). Alternate Reality

Playlist : Kanon69 ft Shoose - Bitter Sweet

Aku nulis sambil dengerin itu hhe versi remake sih tapi tetep worth it i believe kanon /promo/ kalau tertarik bisa search aja ya channel-nya Royal Scandal di YouTube, itu kaya song series. ^^ /promo (2)

Don't like don't read!

Enjoy~


Inaho pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, menatap wajahnya di cermin. Wajahnya mirip, bahkan namanya juga masih sama. Hanya saja, ia tidak berpikir ini nyata. Memangnya orang yang sudah tiada bisa hidup lagi? Itu tidak masuk akal.

Pertama, dia harus mencari tahu informasi soal dirinya sekarang. Nama yang sama sedikit menguntungkan, karena ia takkan bingung jadi masalahnya sudah bisa dihindari. Kedua, dia juga butuh pengetahuan tentang dunia yang sepertinya berbeda ini.

Inaho berganti baju setelah itu dan pergi ke luar setelah membaca pesan masuk di ponselnya. Untung saja benda ini juga tidak terkunci, jadi dia tak perlu repot memikirkan kata sandinya. Sebuah pesan dari Calm menyebutkan jika ia harus segera ke kampus hari ini.

'Hei, kau di mana, Inaho?! Dewan Mahasiswa mencarimu!'

Kenapa dia mengatakan hal yang sama seperti Slaine?

Tapi, Inaho tidak tahu di mana letak kampus yang dimaksud. Ia pun bertanya pada Calm. Memang temannya merasa aneh karena Inaho bilang tidak ingat jalan ke sekolah, namun untungnya ia tetap diberi alamatnya. Jaraknya ternyata tidak terlalu jauh, jadi ia bisa berjalan kaki saja.

Sesampainya di kampus, ia bermaksud menghubungi Calm kembali, tapi ternyata temannya itu sudah menunggunya di dekat gerbang.

"Kau ke mana saja, Inaho?! Aku sampai harus bertanya pada teman sekamarmu, tapi katanya kau tidur begitu lelap sejak semalam."

Oh, jadi rupanya Calm yang membuat Slaine membangunkannya?

"Inaho, kenapa kau melihatku begitu?"

"Bukan apa-apa. Omong-omong, kenapa Dewan Mahasiswa mencariku?"

"Kenapa, katamu?! Kau itu ketuanya! Rancangan proposal festival juga belum siap! Kau harus menyelesaikannya sekarang, jadi ikut denganku!"

Tadinya Inaho ingin bertanya bagaimana Calm bisa menghubungi Slaine, tapi akan ia tanyakan itu nanti saja. Sekarang, dia harus ikut demi menyelesaikan sesuatu yang seharusnya tidak dia selesaikan. Dewan Mahasiswa? Kepalanya pening hanya dengan memikirkan itu.

Inaho hanya pernah menempuh pendidikan di sekolah militer, jadi ia tak pernah tahu seperti apa kehidupan kampus yang normal. Semuanya tampak berbeda dari apa yang pernah ia lihat. Para mahasiswa dapat mengenakan baju dengan bebas, bercanda dan diiringi tawa. Sekolah militer tentu tidak akan pernah mengizinkan hal itu terjadi.

Banyak sekali hal yang harus dikerjakan Inaho bersama Dewan Mahasiswa setelah itu. Ternyata mereka ingin mengadakan sebuah festival untuk menarik daya minat penduduk sekitar terhadap kampus. Selain itu juga bisa meningkatkan impresi dari orang luar. Namun sejauh yang Inaho lihat, sepertinya mereka hanya ingin bersenang-senang. Syukurlah ini bukan sesuatu yang rumit.

"Buku anggarannya masih kacau, jadi kita harus membereskan ini dulu sebelum mengadakan acara. Jika tidak, akan timbul isu keuangan."

"Benar juga, ketua."

"Lalu, rancangan proposal ini juga tidak bagus, bisakah kalian memberikan sesuatu yang lebih daripada sekadar 'menarik' perhatian? Festival adalah sesuatu yang harus dinikmati oleh semua orang."

"Eh, i-iya …. "

"Lalu, susunan kepanitiaan ini juga tidak jelas. Semuanya harus diulangi."

"Ketua!"

Anak-anak muda itu tidak mengerti betapa pentingnya sebuah acara seperti ini. Yah, Inaho juga tidak pernah merasakannya. Seumur hidupnya hanya dipakai untuk bekerja dan menjaga Slaine, sampai akhir hayatnya. Pergi ke festival, atau bahkan sekadar berjalan di luar merupakan sesuatu yang mustahil bagi mereka berdua.

"Jika sudah tidak ada lagi, aku mau pergi."

"Mau ke mana, ketua?"

Inaho menjawab jujur saja. Sebab Calm tahu Slaine, berarti mungkin dia juga mahasiswa di kampus ini, bukan?

"Mau mencari Slaine."

"APA?!"

Kenapa semua orang terlihat sangat terkejut?

Terserah.


Slaine berada di gedung lain.

Inaho menemukannya setelah bertanya sana dan sini. Reaksi semua orang begitu terkejut, mirip dengan Calm. Ada apa dengan mereka? Jika dia dan Slaine adalah teman sekamar di asrama, harusnya mencarinya juga tidak aneh, bukan?

Apakah ada sesuatu yang tidak dia ketahui?

Entah kenapa Inaho punya firasat buruk soal ini. Ia bingung, harus bertanya pada seseorang. Apakah Calm bersedia membantunya?

Belum sempat Inaho berpikir, ponselnya berbunyi. Kali ini ada seseorang yang menelpon, nama kakaknya tertera jelas pada layar. Ia langsung mengangkatnya.

"Halo—"

"Nao-kun! Apa itu benar?!"

Suara Yuki terdengar agak marah. Walau demikian, Inaho merasa senang karena kakaknya masih ada di sini. Sebab ia tidak tahu … bagaimana nasib saudarinya itu saat dirinya tiada.

"Ada apa, kak?"

"Apanya yang apa! Aku sedang bertanya padamu!"

" … um, maaf, aku tidak mengerti."

"Jangan bilang kau tidak ingat telah menolak putra keluarga Troyard seminggu lalu?"

"Menolak?" Inaho masih belum paham apa yang terjadi sepenuhnya.

"Kau ini benar-benar, ya! Keluarga kita sudah sepakat dengan perjodohannya, kan? Meski kau tidak sungguh-sungguh menyukainya, apa perlu sampai bersikap seperti itu? Kudengar kau bahkan menamparnya! Apa kau sudah minta maaf?!"

Mendengar apa yang dikatakan Yuki membuat Inaho tercengang. Ia sudah mendapat gambaran bagaimana hubungannya dengan Slaine sekarang. Tapi yang benar saja, kenapa dirinya di dunia ini bersikap kasar pada pemuda itu?

"Aku akan segera minta maaf."

"Bagus. Kalau begitu, aku menunggu kabar baik darimu."

"Ya, terima kasih."

Betapa Inaho merindukan suara kakaknya. Saat ia pergi mencari Slaine pun, dirinya tak sempat bertemu dengannya. Syukurlah di dunia ini tampaknya hubungan mereka juga sama. Itu agak melegakannya.

Baiklah, sekarang Inaho tahu apa masalahnya. Meski bukan perbuatannya, tapi dia harus cepat-cepat mencari Slaine dan meminta maaf. Tapi … apa ia tidak salah dengar tadi? Apa keluarganya dan keluarga Slaine membuat semacam kesepakatan soal perjodohan?

Oh, ya ampun.

Inaho tidak percaya jika dirinya dan Slaine terhubung sebuah ikatan sekarang. Keinginannya seperti dikabulkan oleh Tuhan. Masalahnya, sekarang bagaimana cara menyampaikan apologi? Ia lihat Slaine sangat marah padanya.

Ah.

Dia memang Slaine, tapi bukan orang yang sama. Inaho baru sadar akan hal tersebut dan merasa sedih kembali. Dia masih ingat jika pemuda itu dalam dekapannya, sampai dirinya menutup mata.

"Troyard! Apa kau mau ikut minum-minum nanti?"

"Bolehkah?"

"Tentu saja! Lagipula, tunanganmu mungkin juga takkan peduli."

Inaho melihat Slaine berjalan tak jauh darinya bersama seseorang yang tidak dikenalnya. Pandangan mereka bertemu sesaat, tapi Slaine segera mengalihkan atensi.

"Kalau begitu, nanti—hei! Inaho!"

Teriakan Slaine menarik perhatian orang sekitar. Sebab Inaho sedang menyeretnya pergi, sehingga hal itu pun menjadi perbincangan.

"Padahal biasanya Kaizuka tidak bersikap seperti itu."

"Wah, aku tidak mau ikut-ikutan. Mereka berdua dari keluarga yang besar."

"Tapi kau paling bersemangat untuk gosip ini, ya?"

Slaine yang diseret pergi sama sekali tidak mengerti. Ia berusaha melepaskan diri, meski masih kalah tenaga dengan Inaho. Akhirnya keduanya terhenti di sekitar tempat yang lumayan sepi, di dekat salah satu gedung fakultas.

"Inaho, jelaskan."

"Slaine," panggil pemuda beriris merah itu. "Aku mau minta maaf untuk yang sebelumnya."

"Hah?"

"Soal … aku menamparmu."

Slaine tersenyum sinis. "Apa kakakmu mengatakan sesuatu padamu?"

" … "

"Begitu rupanya. Yah, sudahlah. Sekarang cepat lepaskan aku."

"Kau mau ke mana? Pergi bersama temanmu itu tadi?"

"Memangnya kenapa?" Heran Slaine. "Kau juga pergi dengan gadis-gadis, kenapa aku tidak boleh?"

Inaho tertohok. Sepertinya, dirinya di dunia ini benar-benar sangat brengsek. Namun dia juga tak bisa melepaskan Slaine begitu saja, apalagi saat mengetahui status mereka sekarang. Inaho ingin meraih kesempatan demi bersamanya, memulai dari awal bukanlah apa-apa.

Ia bisa melakukannya.

"Baiklah, aku tidak akan pergi dengan mereka lagi."

"Apa?"

Giliran Slaine yang terkejut, terutama saat Inaho mendekatinya dan membuatnya terpojok. Berniat mundur, Slaine justru menemukan dirinya tidak lagi punya jalan untuk kabur. Punggungnya terantuk dinding di belakang, sehingga ia terkunci.

Detik berikutnya, Slaine terbeliak saat merasakan basah di bibirnya.

Inaho menciumnya.


Balasan review

alpheratzel

Halo terima kasih untuk jejaknya, ya ^^ senang banget ada yang nyambut di sini kupikir udah gak ada orang *yha. Sekali lagi makasih ya sudah mampir semoga suka ~

Yuyu Arxlnn

Halo kayanya kita sering ketemu yaa makasih banget sudah sering baca fanfiksi ku aku senang banget /kedip/. Untuk jawabannya nanti nunggu aja seiring cerita, ya. Terima kasih sudah baca dan meninggalkan review di sini

Terima kasih buat semua yg membaca juga, ya! Sampai jumpa next chapter ~~

siluman panda