Kim Wonpil itu jarang sekali mau diberi hadiah. Sering kali, ketika Younghyun bertanya apa barang yang sedang dibutuhkan, Wonpil hanya menggeleng singkat dan berkata bahwa ia belum butuh apa-apa. Younghyun kemudian berkata, "Kalau gitu, hal yang kamu inginkan."

Pertanyaan yang salah, sebab Wonpil akan menatap Younghyun dan membalas kalimat itu dengan, "Yang aku ingin, kamu sehat dan bahagia selalu."

Ah, Kim Wonpil dan kemampuan afirmasinya yang selalu berhasil membuat senyum Younghyun muncul tanpa bisa ditahan.

Pada suatu Kamis, Younghyun tiba-tiba ingin memberikan Wonpil hadiah. Ulang tahunnya memang sudah lewat, tetapi Younghyun ingin memberikan sesuatu untuk Wonpil. Ingin saja, tidak ada alasan lain. Setelah dipikir-pikir lagi, ia memang jarang memberikan hadiah selain pada momen ulang tahun. Younghyun benar-benar bingung, barang apa yang sekiranya cocok mengingat Wonpil adalah tipe orang yang langsung membeli sesuatu jika ada yang ia butuhkan. Sepatunya rusak tiga hari lalu, dan Younghyun menemukan kotak sepatu baru di depan pintu pagi ini.

Makanya, Younghyun sering kali memberinya barang-barang kecil yang berguna atau yang random dan tidak berguna sekalian. Contohnya adalah batu untuk Wonpil pelihara. Reaksi yang didapat saat itu lebih dari cukup, karena Wonpil selalu memberi reaksi lebih, memastikan si pemberi hadiah merasa bahwa Wonpil sangat senang dengan hadiahnya. Di hari itu, Wonpil tertawa selama satu menit tanpa henti.

Pernah pada suatu waktu, Younghyun menemukan majalah dengan wajahnya sebagai cover tergeletak di kamar Wonpil.

"Hyung, kamu—" Wonpil menghentikan langkah dan kalimatnya ketika melihat Younghyun berdiri di kamarnya dengan mata yang mengarah ke mejanya.

"Ini," tangan Younghyun bergerak mengambil majalah tersebut, "..kamu beli?"

Wonpil mengangguk kecil, agak malu karena ketahuan membeli majalah yang memuat wajah Younghyun sebagai cover. "You look incredible there."

"Kenapa kamu beli? Kan bisa bilang sama aku kalau memang mau punya.."

"Well, just want to support you, I guess." Dijawabnya sambil mengedikkan bahu tak acuh.

Dalam proses pencarian hadiah kali ini, Younghyun teringat akan momen itu. Tangannya bergerak cepat membuka ponsel untuk melihat jadwal pemotretan terdekat. Seingatnya, ia diberitahu manajer bahwa ia memiliki jadwal pemotretan solo.

Minggu depan… ah, itu pemotretan grup.

Awal bulan depan… masih pemotretan grup.

Gotcha. Ada satu jadwal pemotretan solo di akhir bulan depan.

Akan ia jadikan majalahnya sebagai hadiah untuk Wonpil.

Tapi… alasannya apa? Bagaimana cara memberikannya? Apakah nanti Wonpil akan mengira Younghyun terlalu narsis?

Jelas, Wonpil adalah orang terakhir yang akan menganggap seperti itu. Dunia dalam pandangan Wonpil adalah dunia yang dipenuhi hal-hal baik. Manusia itu selalu berhasil menemukan hal-hal menyenangkan bahkan dengan hal-hal yang mungkin saja dianggap sial oleh kebanyakan orang. Wonpil memandang dunia dengan sentimental, tentu dengan arah yang positif. Younghyun sangat bersyukur ketika dirinya yang memandang dan menilai segala hal dengan logika, dipertemukan dengan seseorang yang melihat dan menilai segala hal dengan rasa.

Ah, apapun itu, bagaimanapun caranya, Younghyun bertekad untuk memberikan Wonpil salah satu eksemplar majalahnya ketika sudah rilis nanti. Ia tidak ingin Wonpil mengeluarkan uang untuk membeli majalahnya.

Wonpil bisa, bahkan berhak mendapatkan 100 eksemplar majalah Younghyun tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Tanpa majalah pun, Wonpil memiliki privilege penuh untuk melihat wajah Younghyun setiap hari, selama apapun ia mau. Tapi yang ia lakukan malah merogoh kocek pribadinya untuk membeli majalah itu.

Mungkin bukan masalah besar, mengingat harga majalah yang tidak seberapa untuk seorang anggota grup beken sepertinya. Tapi tidak. Younghyun tidak mau.

Maka itulah yang terjadi satu bulan berikutnya.

Younghyun sudah bilang pada manajernya untuk mengambil satu eksemplar setelah majalahnya rilis. Kalau memang perlu bayar, maka Younghyun akan membayarnya.

"Nggak lah, masa modelnya disuruh bayar," sang manajer menukas sembari memberi Younghyun sebuah majalah yang masih terbungkus plastik.

"Ini semua versi?" tanya Younghyun, memastikan.

"Cuma satu. Kamu mau semua?"

Younghyun mengangguk cepat.

"Empat-empatnya?" sang manajer memastikan lagi.

"Iya. Kalau aku minta buat besok, memungkinkan nggak?"

"Nanti malam juga bisa."

"Oke kalau begitu. Thank you!"

Malamnya, Younghyun mengetuk pintu kamar Wonpil. Empat versi dari majalahnya sudah di tangan. Tentu ia masukkan ke dalam paper bag, karena tak dipungkiri, Younghyun agak merasa malu memberikan empat buah majalah yang memuat wajahnya. Takut dianggap terlalu percaya diri.

"Nggak dikunci!"

Mendengar itu, Younghyun membuka pintu kamar Wonpil. Dilihatnya Wonpil yang sedang duduk di kursinya.

"Ada apa, hyung?"

Younghyun berjalan mendekat. "I have something for you."

"Woah! Tumben. Ada apa?"

"Nggak ada apa-apa. Aku mau ngasih aja." Younghyun menyerahkan paperbag coklat yang dipegangnya. "Lower your expectation, ya. It's not something big, nor something expensive. I don't even know would you love it or not. I just want to give it to you."

"Kalau kamu bilang gitu, pasti ini spesial." Dengan antusias, Wonpil menerima dan membuka paperbag yang diberikan.

Younghyun sama sekali tidak memiliki ekspektasi bahwa Wonpil akan berseru dengan mata yang berbinar ketika membuka hadiahnya, tapi itulah yang Wonpil lakukan.

"Ini pemotretan minggu lalu, ya?"

Younghyun mengangguk. "Sorry if you think I'm narcissistic or—"

"It's a great gift!" seru Wonpil. "Kamu tiga kali lipat lebih oke dari pemotretan sebelumnya! Apalagi ini ada empat versi."

Laki-laki itu lanjut membuka majalah lainnya, sesekali ia tertawa kecil. Kentara sekali ia senang dengan hadiahnya.

"So… are you happy with these gifts?"

"Absolutely!"

"Glad you like it… You're the first owner of these, not even me."

"Oh ya?" Wonpil bertanya dengan mata yang masih tertuju pada wajah Younghyun di majalah.

"Heem. Penjualannya baru dibuka besok."

"Woah." Wonpil mengangkat kepalanya, menatap mata Younghyun. "Thank you."

Younghyun berani bersumpah, itu adalah salah satu ucapan terima kasih tertulus yang pernah ia dengar. Padahal, Younghyun hanya memberinya majalah sealed empat versi, dengan wajahnya sebagai cover pula. Menurut Younghyun, itu nggak seberapa.

"Aku… mau peluk."

"Loh?" Wonpil tertawa, meletakkan majalah yang dipegangnya sebelum merentangkan tangan. "Kan aku yang dikasih hadiah. Bukankah seharusnya aku yang minta peluk?"

"No. I got a gift too. A big one."

"Oh ya?"

"Your existence, your presence in my life. One of my greatest gift that I've ever had." Adalah kalimat yang Younghyun katakan dalam pelukan Wonpil.