Robin berjalan menyusuri lorong remang markas pasukan revolusioner yang ditinggalinya di Pulau Baltigo. Sudah hampir mendekati tanggal berkumpulnya Straw Hat Pirates setelah dua tahun lalu terpisah di Pulau Sabaody. Perjalanan dari markas menuju pulau itu diperkirakan sekitar dua minggu dan Sabo yang akan mengantarnya besok.

Malam itu Robin tidak bisa tidur, dia membayangkan akan seperti apa teman temannya nanti setelah lama tidak berjumpa. Akhirnya dia memutuskan untuk naik ke atap, mencari angin segar saja dulu agar bisa tidur.

Wanita arkeolog itu melangkah menaiki tangga ke atap. Semakin naik, telinganya mendengar suara petikan gitar yang semakin jelas dari atap. Kelihatannya ada seseorang yang lebih dulu tiba di atap dan sedang bermain alat musik sendirian karena tidak ada suara orang mengobrol atau bernyanyi.

Begitu tiba di atap, dia mengedarkan pandangannya mencari si pemain gitar tersebut. Nampak seorang lelaki berbadan besar dengan rambut hitam gondrong tengah duduk di kursi kayu sambil menyandarkan punggung di pagar atap. Sebuah gitar berwarna coklat nampak berada di pangkuannya.

Malam itu bulan purnama bersinar terang di langit yang bersih tanpa awan, membuat Robin bisa melihat jelas tato yang menghiasi separuh wajah kiri lelaki itu.

"Aku baru tahu kau bisa bermain gitar, Dragon"

Dragon tidak terkejut dengan kedatangan Robin, dia masih santai memetik senar gitarnya dengan nada nada asal tapi tersusun dengan baik dan enak didengar.

"Kenapa kau belum tidur, Robin? Besok adalah tanggal keberangkatanmu, jangan sampai kau terlambat karena bangun kesiangan"

"Fufufu… Tenang saja, aku tidak akan terlambat besok. Aku tidak bisa tidur, jadi aku naik ke atap mencari angin segar" Robin memutuskan untuk menghampiri Dragon dan berdiri bersandar di pagar samping buronan paling dicari sedunia itu.

"Kenapa? Kau memikirkan kabar teman temanmu setelah terpisah dua tahun?"

"Yah, salah satunya itu"

"Salah satu? Berarti ada hal lain lagi yang kau pikirkan selain teman temanmu?" Dragon melirik Robin yang berada di sebelahnya.

Arkeolog itu hanya tersenyum tipis tidak menjawab.

"Mau request lagu? Aku sudah lama tidak bermain gitar, akan kumainkan kalau aku tahu lagunya" Dragon menawarkan.

"Hmmm… Apa kau tahu lagu Jika dari Melly Goeslaw?"

"Seleramu unik juga. Itu lagu dari tempat yang sangat jauh, untunglah aku pernah memainkannya. Sebentar, coba kuingat dulu" Dragon mencoba beberapa kunci gitar sementara Robin memperhatikan.

"Kumainkan khusus untukmu karena besok kau akan berangkat, biasanya aku tidak menerima request begini. Anggap saja tanda terima kasih secara pribadi dariku untuk bantuanmu selama dua tahun ini di pasukan revolusioner"

Pemimpin pasukan revolusioner itu mulai memainkan intro dan berdehem pelan, siap untuk bernyanyi.

Jika teringat tentang dikau

Jauh di mata dekat di hati

Sempat terpikir 'tuk kembali

Walau beda akan kujalani

Tak ada niat untuk selamanya pergi

Robin tercengang dengan suara berat Dragon yang cukup merdu, sangat berbanding terbalik dengan Luffy yang bernyanyi seperti dari timur ke selatan, barat ke utara. Suara itu membuat Robin terbawa ikut bernyanyi juga.

Jika teringat tentang dikau

Jauh di mata dekat di hati

Apakah sama yang kurasa

Ingin jumpa walau ada segan

Tak ada niat untuk berpisah denganmu

Jika memang masih bisa mulutku berbicara

Santun kata yang ingin terucap

'Kan kudengar caci dan puji dirimu padaku

Kita masih muda dalam mencari keputusan

Maafkan daku ingin kembali

Seumpama ada jalan 'tuk kembali

Jika teringat tentang dikau

Jauh di mata dekat di hati

Tak ada niat untuk selamanya pergi

Jika teringat tentang dikau

Jauh di mata dekat di hati

Tak ada niat untuk berpisah denganmu

Jika memang masih bisa mulutku berbicara

Santun kata yang ingin terucap

'Kan kudengar caci dan puji dirimu padaku

Kita masih muda dalam mencari keputusan

Maafkan daku ingin kembali

Seumpama ada jalan 'tuk kembali

"Bagaimana? Kau suka dengan permainanku barusan?" Dragon mengakhiri lagunya dengan pertanyaan seperti minta dipuji.

"Ternyata kau pintar bermusik, Dragon" puji Robin sambil tersenyum lebar.

"Aku tebak kalau lagu ini untuk hal lain yang kau pikirkan selain teman temanmu?"

Dragon memang peka, berlawanan sekali dengan anaknya.

"Untuk seseorang yang ingin kutemui tiga tahun lagi"

"Karena kau sudah menghabiskan dua tahunmu di sini, kalau ditambah tiga tahun lagi berarti setidaknya kau harus menunggu lima tahun sebelum bertemu orang itu?"

"Benar" Robin hanya menjawab singkat, tidak ingin memberitahu Dragon lebih banyak lagi.

"Pergilah tidur, Robin. Ini sudah terlalu malam. Teruslah hidup sampai bertahun tahun lagi agar kau bisa bertemu dengan siapapun orang yang ingin kau temui itu" Dragon berdiri dari tempat duduknya dan berjalan pergi ke arah tangga turun sambil menenteng gitar dengan tangan kanan.

"Dragon, aku ucapkan terima kasih kepadamu dan pasukan revolusioner atas kerja sama kita selama dua tahun ini" Robin membungkukkan badannya sedikit sebagai tanda penghormatan kepada pemimpin pasukan revolusioner itu.

"Dan satu hal lagi…" Dragon menghentikan langkahnya lalu bicara sambil menoleh sedikit, tangan kirinya mengacungkan jari telunjuk sejajar dengan kepalanya.

"Ada apa?"

"Aku titip anakku" Dragon berjalan menuruni tangga tanpa menoleh lagi, meninggalkan Robin sendirian sebelum sempat menjawab.

Robin cukup terkejut, selama ini Dragon hampir tak pernah menyinggung apapun tentang Luffy. Mungkin lelaki itu sengaja tidak mau membahasnya agar tidak menimbulkan kesan pasukan revolusioner condong kepada pihak tertentu.

Luffy pertama kali mengetahui siapa ayahnya adalah dari Garp di Water Seven dulu. Meskipun tak pernah bertemu, dari perkataannya barusan jelas bahwa dia peduli pada anaknya. Dalam hati, pastilah Dragon merindukan Luffy meskipun tidak menunjukkannya terang terangan.

Arkeolog itu menghirup nafas dalam dalam, merasakan udara dingin memenuhi paru parunya sambil menengadah menatap bulan purnama yang ada di langit.

"Apakah di Midgard saat ini juga sedang bulan purnama?" batinnya dalam hati sambil menghembuskan nafas.

Sekali lagi arkeolog itu menghirup nafas dalam dalam lalu menghembuskannya sambil berjalan menuju tangga turun.

"Masih ada tiga tahun lagi" gumamnya pelan sambil menuruni tangga gelap itu.


Author's Notes

1) Sedang proses menulis sekuel, kira kira akan selesai dan diupload tahun depan. Tinggalkan jejak agar author tahu ini beneran ada yang baca, bukan cuma orang ngespam nawarin art commission ke inbox terus :(

2) Thank you Melly Goeslaw & Ari Lasso!