DISCLAIMER

Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate

THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club

©Longlive Author

Chapter 3 : Atlet Figure Skating

"Dengar semuanya, hari ini aku sengaja mengumpulkan klin voli putra dan klub voli putri karena untuk sementara aku akan menjadi pelatih klub voli putri juga."

"Semuanya aku Kateda Ittetsu penanggung jawab klub bola Voli dan ini adalah Ukai-kun, pelatih. Anggota baru, silakan perkenalkan diri kalian."

Di akhir pekan yang mulai menghangat, kedua tim voli Karasuno berkumpul untuk pertama kalinya. Biasanya mereka berlatih secara terpisah namun kali ini tim voli putri bisa melihat langsung latihan tim voli putra.

Anggota kelas satu putra beberapa ada yang sudah berpengalaman dalam turnamen SMP dan beberapa yang lainnya adalah pengalaman pertama. Yachi siap siaga di sisi lapangan seperti biasa. Kini giliran anggota baru voli putri yang memperkenalkan diri. Namun sebelum itu ada satu hal yang menyita perhatian semua orang. Ada satu tambahan siswa di tim voli putri, ya mereka tidak salah lihat. Terlebih ia adalah siswa yang tampan.

"Selamat pagi, namaku Takahasi Akira dari kelas 1.2. Dari SMP Meiwa sebelumnya menempati posisi setter." Perempuan berambut cokelat sebahu, sedikit lebih tinggi dari Hinata, namun memiliki ekspresi masam yang eksentrik. Seperti personaliti Nishinoya dan Tsukishima jika di gabungkan.

"Halo semuanya, aku Shoma Misaki," Hinata merinding, perempuan berambut hitam pendek itu dilihat dari tubuhnya terlihat atletis.

"Kelas 1.3 dari SMP Miyabigaoka. Ini pertama kalinya aku mengikuti klub voli." Pernyataan itu sedikit mengagetkan karena jelas itu bukan tubuh dan otot siswi SMA biasa. Kageyama bisa melihat otot lengannya.

"Namaku Mao Hiruma," Kali ini perempuan bertubuh kecil dengan bintik-bintik di wajahnya.

"Kelas 1.5, dari Chidoriyama, Sebelumnya menempati posisi libero." ekspresinya datar.

"Hei kita satu sekolah! " teriak Nishinoya dari belakang.

" Aku sengaja masuk ke Karasuno agar bisa belajar langsung dari Nishinoya senpai!"

Seperti terkena serangan jantung, Nishinoya terjatuh lemas ke lantai sambil memegang dadanya kemudian bangkit lagi dengan ekspresi seperti baru saja memenangkan lotre.

"Mao mao!" teriaknya.

"Hei dia namanya Mao saja tau." bisik Kinoshita.

"Aku akan mengajarimu dengan sepenuh hati, dan karena kau sengaja masuk Karasuno untuk belajar dengan ku, aku akan membelikan mu eskrim!" jeritnya semangat.

"Tenanglah Nishinoya!" Enoshita buru-buru menarik Nishinoya untuk duduk.

Lalu anggota terakhir siswi blasteran yang baru pertama kali mereka lihat. Bahkan Pelatih Ukai dan Takeda Sensei pun menaruh perhatian pada siswi satu ini.

Ia berdiri, dari dekat bisa dilihat jika tubuhnya lebih tinggi sedikit dari Kageyama yang membuat setter Karasuno itu merasa jengkel. Ia mengikat rambutnya hingga dahinya terlihat. Pelatih Ukai menyipitkan matanya, terlihat bekas luka jahitan yang hampir pudar di dekat daun telinganya dan terlihat beberapa koyo menempel sepanjang bahu dan lehernya.

"Namaku Hanyu Yuria. Biasa dipanggil Yuri, dari kelas 2.1." Tidak hanya Kageyama dan Hinata yang memperhatikan. Selain aksennya yang sangat aneh, Tsukishima juga bisa melihat jika betis Yuri sangatlah berotot. Ia berspekulasi jika Yuri kemungkinan bisa melompat dengan tinggi.

"Aku.." Ia tampak kikuk. "Aku baru setengah tahun pindah ke Jepang." Semuanya tampak terkejut. Wajar dia memiliki aksen yang aneh.

"Sebelumnya aku tinggal di St Petersburg, Russia. Sekarang aku tinggal di Miyagi bersama kakek dan nenek ku." Ia menghela napas. "Aku tidak mempunyai pengalaman di Voli, hanya familiar, namun sebelumnya, aku menggeluti Figure Skating."

"Dari Russia? Seperti Lev, Nekoma!" Celetuk Hinata.

Ukai menatap dan sisa tim voli putri. Itu menjelaskan kaki Yuri yang terlihat berotot. Anggota baru tim voli putri lebih menarik dari yang ia kira.

"Erm pelatih, ada sedikit tambahan." Ujar Rinkou.

"Ini Yamada Akito, dia adalah manajer baru tim voli putri." Siswa tampan dan dingin itu memberi hormat.

"Aku dari kelas 2.2, mohon bantuannya."

Tanaka menatap Yamada pasrah.

"Tidak adil, dia tampan sekali, tipe-tipe ikemen idaman wanita." Ia berkaca-kaca, rupanya sifat galak Tanaka tidak bisa menyangkal ke tampanan Yamada.

Mereka mulai latihan dengan tes Passing, Tossing, dan juga serving di bantu dengan para manajer. Kelas dua dan tiga bisa melakukan semuanya dengan benar seperti biasa. Anak kelas satu putra rata-rata sudah memiliki kemampuan dasar yang hampir sempurna. Sementara anggota baru putri, Mao dari Chidoriyama dan juga Akira dari Meiwa terlihat sudah mahir. Namun Yuri dan Misaki masih belajar. Yuri sepertinya cepat belajar, tekniknya sudah benar, namun karena mungkin ia belum terbiasa menggunakan tangannya ia masih kurang tenaga dan masih sering melenceng. Sedangkan Misaki sebaliknya, ia selalu memukul dan melempar terlalu keras seolah standar tenaga yang ia keluarkan jauh lebih besar dari yang lainnya.

"Yuri coba tambah tenagamu saat memukul, tidak perlu ragu." Ujar Rinkou. Yuri mengangguk. Lalu setelah mendapat arahan ia bisa menangani bola jauh lebih baik.

"Misaki, turunkan tenagamu setengah." kata Rinkou lagi.

"Baiklah." Dan otomatis power bola berkurang menjadi lebih mudah untuk diterima.

Pelatih Ukai dan Takeda Sensei memperhatikan mereka dari jauh.

"Sepertinya Yuri dan Misaki masih belum terbiasa dengan bola Voli." Komentar Takeda Sensei.

"Yeah, untuk Yuri dia beralih dari Figure Skating ke voli. Figure Skating bukan olahraga yang menggunakan banyak tangan." Ujarnya.

"Tapi lihat kakinya. Dia, bisa ku tebak memiliki pijakan yang bagus. Sering berseluncur di es membuat keseimbangannya sempurna ketika berdiri di tanah yang solid. " Balas Pelatih Ukai.

"Sensei," Panggilnya, "dia bilang, dia berpengalaman di Figure Skating, apa sudah lama? Russia adalah salah satu pencetak Figure Skating di dunia. Tidak banyak orang yang beralih cabang olahraga setelah menggelutinya cukup lama."

"Hmm, aku belum menanyakannya, benar juga, jika dia hanya pindah dari Russia ke Jepang seharusnya dia tetap bisa meneruskan disini."

Kemudian Takeda Sensei tiba-tiba saja memanggil kapten voli puteri.

"Ya sensei?" Tanya Rinkou.

"Misaki dan Yuri, apa kau sudah tahu latar belakangnya mengapa masuk ke klub Voli?" Tanya pelatih Ukai.

"Untuk Misaki, dia sebenarnya anak yang atletis, biasa latihan otot dan sebagainya, tapi sekolah mewajibkan untuk ikut kegiatan klub dan dia memilih Voli karena ia bilang bisa membentuk badannya lebih bagus. Sejujurnya power yang dia punya sangat menguntungkan sekali." Jelas Rinkou.

"Sedangkan untuk Yuri.. err" Dia tampak ragu dan lebih memelankan suaranya, bahkan hampir berbisik.

"Dia bermain skating tidak hanya kasual saja. Dia sudah mengikuti kompetisi besar. Dia adalah pemenang medali perak Grand Prix Junior dua tahun yang lalu."

"Apa?! "

"Sshhh Sensei!" Rinkou berbisik.

"Dia sudah menjadi atlet junior, kenapa pindah ke voli?" Takeda Sensei balas berbisik.

"Ketika dia mendaftar kami iseng mencari tahu. Berita tentang nya ada di internet Sensei. Dia bermain skating dari umur empat tahun, dan selalu menjadi juara. Tapi ada rumor jika ibu dan pelatih nya sangat keras padanya. Di Final Grand Prix dua tahun lalu dia histeris karena tidak mendapat kan medali emas. Tak lama setelah itu, ia terjatuh saat latihan dan cidera. Lehernya patah dan kepalanya cidera. Kemudian ia memutuskan vakum dari ice skating. Tapi berita yang beredar ia hampir depresi berat karena ibunya terlalu keras. Katanya itu yang menyebabkan nya cidera saat latihan."

"Hee, parah sekali." Ujar Takeda Sensei.

"Ngomong-ngomong, Nama Hanyu terasa tidak asing di telinga ku." Gumam Pelatih Ukai.

Rinkou lebih mendekat badannya untuk berbisik.

"Hanyu Yuzuru, atlet Top Tier Figure Skating Jepang masih satu saudara dari kakeknya. Itu kenapa dia tidak mau di panggil Hanyu karena namanya, karena ia tidak mau orang-orang tahu jika dia saudara dari Hanyu Yuzuru."

Sekali lagi pelatih Ukai dan Takeda Sensei menatap Yuri.

"Terima kasih Rinkou."

Rinkou kembali ke tim nya.

"Hee, ironis sekali." Ujar Takeda Sensei.

"Bagaimana ya Sensei, terbentuknya atlet dipengaruhi besar oleh lingkungannya, jika ia berlian di poles dengan salah, berlian itu akan cacat meski sangat berharga. Begitu juga dengan atlet dengan bakat. Menekankan atlet terlalu keras akan memberikan beban mental yang sangat luar biasa. Mental yang terbebani akan berpengaruh pada performa fisik. Yuri mungkin salah satu atlet yang mengalami itu."

...