DISCLAIMER

Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate

THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club

©Longlive Author

Chapter 5 : Upgrade

Memasuki bulan Mei kedua voli putra dan putri masih sering bergabung untuk latihan. Keduanya memperhatikan progres yang signifikan. Anggota kelas satu voli putra sudah bisa membiasakan diri dengan ritme permainan kelas dua dan tiga. Lalu untuk voli putri, permainan mereka juga sudah lebih stabil dan konsisten. Tidak sia-sia mereka berlatih teknik hingga tangan mereka bengkak dan juga latihan otot yang diberikan oleh Misaki si Gym Freak mulai membuahkan hasil. Memori otot mereka terbentuk dan refleks dalam menerima bola mereka lebih cepat.

"Semuanya aku punya pengumuman. Klub Voli putra kita akan mengadakan latih tanding dengan SMK Dateko di akhir minggu ini. Klub voli putri bisa menggunakan lapangan karena kami akan latih tanding di SMK Dateko." Ujar Takeda Sensei.

Klub Voli putra bersorak tentang mereka tidak sabar melawan formasi baru Dateko.

Takeda Sensei melirik tim voli putri sedikit tidak enak, karena sampai hari ini mereka belum juga mendapatkan pelatih.

"Rinkou-san, akau berjanji akan membantu kalian mendapatkan pelatih." Ujar Takeda Sensei. Rinkou san mengangguk mengerti. Meski Akira masih terlihat kesal karena mereka belum bisa mengadakan latih tanding dengan sekolah lain.

Maka malam itu setelah latihan selesai, Mao merecoki Nishinoya untuk mengajarinya gerakan-gerakan baru. Akira memberikan ide agar Mao sering-sering memujinya jika ingin Nishinoya mengajarinya lebih banyak hal. Tidak hanya itu, diam-diam Akira memperhatikan terus Kageyama.

"Kau mau menanyai Kageyama-san?" Tanya Yuri.

"Tidak, aku hanya berpikir Kageyama-san tampan jaga." Jawab Akira yang langsung mendapatkan tatapan jijik dari Misaki.

"Yah tidak ada salahnya, laki-laki yang bermain voli itu banyak sekali yang keren." Akira memutar bola matanya.

"Tapi Kageyama-san aku sangat iri dengannya. Aku ingin bisa melakukan semua hal yang ia lakukan. Kageyama-san sangat berbakat. Aku tidak perlu menanyainya apa saja yang bisa ia lakukan. Kita semua bisa melihatnya, yang harus aku lakukan adalah berlatih bagaimana caranya bisa melakukan semua itu. Pelatih Ukai bilang, umpan terbaik adalah umpan yang mudah diterima oleh spiker. Lebih mudah dikatakan daripada di lakukan." Jelas Akira. Ia sangat ambisius.

Mendengar itu Yuri bangkit dari duduknya. Lalu berjalan menghampiri Hinata.

"Hinata-san." Panggil Yuri.

"Huh? Yuri? "

Lucu meliat Yuri dan Hinata yang berdiri berhadapan. Perbedaan tinggi mereka lebih dari sepuluh senti. Selain itu Yuri yang memiliki darah blasteran, memliki Bandan yang secara natural lebih besar dari Hinata.

Hinata yakin mendengar Tsukishima berbisik pada Yamaguchi mengatakan "putri salju dan kurcaci."

'Siaaal tinggi sekali... Aku iri... ' teriak Hinata dalam hati.

"Bagaimana caranya kau melompat dengan sangat tinggi dan menahannya di udara selama beberapa saat?" Tanya Yuri pada intinya.

"Eh... Hmm.. Bagaimana ya? Pokoknya sampai berbunyi 'BUM! ' seperti itu." Hinata mengerti konsep dikepalanya, tapi ia kesulitan menjelaskan pada orang lain. Yuri memiringkan kepalanya tidak mengerti.

"Tapi Yuri kau bisa melompat dengan tinggi kan, aku melihat mu berseluncur, kau bisa melompat dengan tinggi dan berputar di udara. Itu hebaaat sekalii." Kata Hinata.

Beberapa orang menghentikan aktifitas nya. Mereka terkejut Hinata berbicara seperti itu setelah mengetahui itu mungkin pembicaraan yang sensitif bagi Yuri.

"Hah.. Dasar Hinata bodoh." Tanaka memukul keningnya sendiri dari kejauhan.

"Aku biasanya meluncur dengan kecepatan tertentu dan melompat kedepan untuk mendapatkan putaran lebih banyak sebelum mendarat." Mengejutkan, Yuri menjawabnya dengan kasual.

"Hmm kurang lebih seperti itu. Karena aku pendek aku tidak akan melompat setinggi itu di lompatan vertikal. Aku harus berlari untuk mengambil ancang-ancang sebelum melompat. Ah Kageyama bilang agar bisa melompat lebih tinggi, memberikan tenaga ke tumit ketika berpijak dan menyalurkan ke bagian depan kaki." Hinata mencontohkannya dan benar, ia melompat hingga mungkin mencapai lebih dari tiga meter. Yuri pikir itu menakjubkan. Jika ia bisa melompat setinggi itu. Ia mungkin bisa melakukan blok dengan bagus dan akan lebih mudah dalam menerima umpan.

"Yah, aku tidak tahu cara menjelaskannya sih." Hinata menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku mengerti, Terima kasih Hinata-san."

'Eh, dia mengerti?!'

...

Dua orang siswa SMA yang baru saja lulus memasuki bus baru saja pulang mengunjungi almamater mereka untuk melihat latihan Voli.

"Kapan ujian masuk di mulai Iwa-chan?" Tanya salah satunya.

"Beberapa minggu lagi. Kau sendiri berapa lama sampai kau berangkat?" Tanyanya.

"Masih banyak yang harus di urus, mungkin membutuhkan beberapa waktu. Lagipula aku akan pergi ke Argentina dan banyak persiapan yang harus di lakukan." Jawabnya.

Mereka berdua duduk bersebelahan dengan seorang gadis yang tengah tertidur pulas. Gadis tinggi itu memakai seragam SMA Karasuno.

"Hei lihat itu Oikawa." Katanya.

"Nee, Iwa-chan tidak baik memperhatikan gadis yang sedang tidur" Balasnya berbisik.

"Bukan itu Shitty-Kawa, lihat dia membawa sepatu voli." Katanya.

Terdapat sebuah tas sepatu transparan di sebelah gadis itu.

"Hee, anggota voli putri Karasuno. Dia tidak seperti orang Jepang. Blasteran kah?" Ujar Oikawa.

"Sepertinya bukan cuma Kageyama dan kawan-kawan yang meng-upgrade diri mereka. Voli putri Karasuno juga terlihat tidak mau kalah." Komentar Iwaizumi.

"Huh licik sekali setelah mereka mendapatkan dua manajer yang cantik. Kini klub voli putri nya juga cantik sekali. Mungkin aku akan lebih menikmati menonton pertandingan voli putri." Ia merengus.

Tiba-tiba saja ponsel gadis itu berbunya, membuatnya terbangun. Iwaizumi dan Oikawa mengalihkan pandangannya. Gadis itu mematikan ponselnya.

'Heh? Alarm? Dia memasang alarm.' pikir mereka berdua.

Tak lama kemudian si gadis berdiri dan berjalan melewati mereka berdua untuk turun dari bus.

'Dia tinggi, untuk ukuran gadis.' Pikir Oikawa.

Kakinya yang panjang dan atletis juga tidak luput dari perhatian mereka berdua. Mereka juga sadar jika leher nya di balut dengan beberapa plester koyo.

'Luka cidera?'

Mereka berdua tidak mengatakan apapun sampai gadis itu turun.

"Kau lihat itu?" Tanya Oikawa.

"Yeah, dengan badan seperti itu sepertinya klub voli putri Karasuno mendapatkan seorang atlet." Jawab Iwaizumi.

"Dasar burung-burung gagak sialan, selalu tak mau kalah." Ia kembali merengus.

...