DISCLAIMER
Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate
THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club
©Longlive Author
Chapter 11 : Latih tanding dari Neraka bersama para Lady Boys
Dua bulan sebelum babak penyisihan Inter High pelatihan dari Coach Miyama semakin berat dan semakin berat. Setiap sesi latihan mereka akan berlari mengitari bukit dua kali dan juga pemanasan otot dengan resistance band. Hal itu sekarang menjadi pemanasan rutin untuk Klub Voli Putri . Lalu Coach Miyama akan menambah latihan melompat dan teknik-teknik penerimaan di awal sesi latihan seperti diving receive agar mereka tidak cidera ketika menerima bola.
Suatu waktu mereka mendirikan matras di net untuk berlatih ketika menerima bola jika spike mereka di hadang oleh blocker. Sudah tidak terhitung berapa memar yang mereka dapatkan dari latihan-latihan itu. Sekarang tidak hanya Yuri yang memakai koyo dan juga plester kinesio untuk mendukung kinerja otot mereka. Kini yang lainnya juga memakai koyo dan juga plester kinesio. Entah bagaimana latihan klub voli putri Karasuno kini menjadi sangat brutal. Kombinasi antara preparasi rutin atlet yang di usung oleh Yuri, dan juga latihan dari mantan pemain Timnas U-19.
Hari itu, mereka menerima latihan receive dan juga servis, Coach Miyama di bantu dengan Yamada, mereka akan melemparkan bola ke banyak arah dan mereka harus bisa mengembalikan bola itu. Namun latihan dari Coach Miyama dan juga rutinitas preparasi dari Yuri memang sudah mulai terlihat hasilnya. Karena nasihat dari pelatih, Misaki tidak lagi melakukan home run ketika servis, bola-bolanya bisa masuk melewati net, dan Yuri juga sudah lebih percaya diri untuk melakukan spike.
Di waktu-waktu tertentu, Coach Miyama akan meminta Misaki melakukan spike keras untuk di terima kelas dua dan kelas tiga untuk menguji receive mereka. Kini mereka sudah lebih bisa menerima spike keras dengan stabil dari pada sebelumnya. Stamina Mao lebih terjaga dari dua bulan yang lalu, ia berhasil meningkatkan waktu larinya ketika pemanasan, dan tidak kelelahan di pertengahan set.
"Bagus, bagus, kalian berkembang jauh lebih baik dari yang ku kira." Komentar Coach Miyama ketika melihat catatan dari Yamada. Tidak ada yang membalas karena seluruh tim sedang berbaring di lantai karena kelelahan sambil terngah-engah. Hanya Rinkou yang memaksakan tersenyum ketika Coach Miyama memuji mereka.
"Kalau begitu kita akan istirahat selama satu jam. Setelah itu aku akan ada pengumuman penting, kembalilah pukul satu setelah makan siang." Katanya.
...
Mao dan Yuri berjalan ke wastafel di luar gymnasium sambil sempoyongan. Masih berusaha mengatur nafas mereka. Mao melepas knee pad dan juga elbow pad nya. Kemudian membilas wajahnya dengan air dingin yang segar.
"Ahh, dingin," ia menyeka wajahnya, "aku lelah sekali." Keluh Mao, jujur saja mereka tetap mengeluh di belakang Coach Miyama meskipun berjanji mereka tidak akan mengeluh. Ia melihat Yuri rambutnya basah, wajahnya merah dan kusam karena keringat.
"Hei, jangan lesu begitu." Kata Mao.
"Kau tahu? Badanku berkeringat, lalu kering, lalu berkeringat, lalu kering lagi, aku bisa merasakan keringatku sudah menumpuk di alis menjadi garam." Kata Yuri.
"Memangya ketika latihan skating tidak seperti ini?" Tanya Mao. Kemudian wajah Yuri merengus mengingat latihan skatingnya seperti apa.
"Sama saja, aku ingat ketika pertama kali latihan spin aku muntah karena itu membuatku pusing." Jawabnya.
Lalu ketika Yuri membasuh wajahnya Yamaguchi dan juga Yachi, manajer klub voli putra lewat sambil membawa air minum.
"Bagaimana latihan kalian?" Sapa Yachi.
"Ugh, aku mulai merasa kalau Voli adalah kegiatan reguler dan belajar adalah kegiatan klub." Jawab Mao. Yamaguchi bisa melihat memar-memar yang samar di tangan Mao. Persis seperti Nishinoya ketika ia terlalu sering melakukan latihan diving receive.
"Semangat!" Kata Yamaguchi.
"Ano, Miyama-san sepertinya lebih keras dari Ukai-san, ya?" Tanya Yachi. Mao seperti ingin menangis ketika ditanya seperti itu. Bukan karena ia tersinggung, tapi apa yang di katakan oleh Yachi benar adanya. Coach Miyama bahkan lebih keras dari pelatih volinya ketika di SMP.
"Badanku sakit semua setiap latihan, aku tidak ada pilihan lain untuk memakan dada ayam terus menerus dan juga minuman protein agar ototku tidak sakit. Ugh aku ingin makan makanan yang lain." Jawab Mao.
"Yah sejujurnya aku ingin lebih banyak makan nasi dan juga ramen. Rutinitas ini sejujurnya tidak ada bedanya dengan ketika aku berada di skating." Sambung Yuri. Keduanya tertunduk lesu.
"err—" Yamaguchi dan Yachi jadi salah tingkah karena mereka mengingatkan mereka.
"Tapi itu bagus sekali kan? Maksudku, olah raga dan makanan yang bagus akan membuat tubuh kalian bagus juga sampai nanti ketika lulus." Kata Yachi menyemangati mereka. Yuri dan Mao seperti mendapat pecerahan. 'Benar juga!' kata itu terlihat jelas ada di wajah mereka.
"Lagi pula, sebenarnya aku senang melihat klub voli putri juga bersemangat untuk Inter High kali ini. Aku memang belum bergabung ketika Michimiya senpai masih menjadi kapten, tapi tahun lalu klub voli putri gugur di putaran pertama. Aku yakin semuanya senpai kelas dua dan tiga berusaha lebih keras tahun ini karena mereka ingin membayar kekalahan mereka tahun lalu." Jelas Yachi.
"Tahun lalu, Klub Voli putri lebih sering memberikan jatah latihannya pada klub voli putra. Tapi tahun ini melihat kalian dan juga Miyama-san sangat bersemangat, kami juga ikut senang." Yachi tersenyum. Yuri dan Mao ikut tersenyum.
"Akh! Aku terlalu banyak bicara ya? Maaf." Katanya.
"Tidak, tidak, terima kasih Yachi-san." Ujar Yuri.
"Kalau begitu kami akan kembali ke dalam." Ujar Mao dan mereka berdua beranjak pergi.
"Bagus Yachi-san!" Ujar Yamaguchi.
Maka setelah satu jam berlalu dan setelah mereka menghabiskan makan siang, Coach Miyama mengumpulkan mereka untuk memberikan sebuah pengumuman.
"Oke, semuanya aku akan memberikan pengumuman penting. Kita akan mengadakan latih tanding." Ujarnya tiba-tiba. Mengejutkan semua orang. Coach Miyama tersenyum tahu apa yang mereka pikirkan.
"Apa kita akan latih tanding dengan sekolah lain Coach?" Tanya Kapten Rinkou bersemangat, tidak hanya sang kapten tapi Coach Miyama juga bisa melihat mereka sangat bersemangat. Akhirnya bisa menemukan lawan untuk latih tanding.
"Tidak, bukan sekolah lain. Jujur saja, kalian sangat tidak dikenal tahun lalu, jadi meskipun aku mencari info latih tanding ke sekolah lain. Tidak ada yang benar-benar ingin mengajak kalian. Mungkin kalian dikira payah." Kata Coach Miyama jujur. Baru saja mereka bersemangat lalu di patahkan oleh Coach Miyama sendiri. Misaki kadang berpikir, apa Coach Miyama benar-benar senang atau tidak menjadi pelatih mereka.
"Tapi kalian tidak jelek. Aku mengatakan yang sesungguhnya. Setelah melihat kalian selama lima minggu kebelakang, aku percaya kalian bisa melaju ke Inter High," Katanya, mengembalikan lagi semangat anak-anak, "setidaknya aku yakin kalian tidak akan gugur di putaran pertama."
"Lalu dengan siapa kita akan latih tanding Coach?" Tanya Akira. Coach Miyama menyeringai. Sebetulnya itu sedikit membuat anak-anak ngeri, di lima minggu kebelakang sejak Coach Miyama melatih mereka, jika ia menyeringai seperti itu tandanya ia akan memberikan latihan yang berat.
"Lady Boys!" Katanya
...
Sore itu ketika tiba waktunya mereka bertukar lapangan dengan klub voli putra, klub voli putri meninggalkan sekolah untuk mengadakan latih tanding dadakan yang di atur oleh Coach Miyama. Mendengar hal itu klub voli putra ikut bersemangat dan menanyakan dengan sekolah mana mereka mengadakan latih tanding.
"Wah, kalian akan melakukan latih tanding, hebat sekali, dengan sekolah mana?" Hinata menanyai mereka dengan antusias, Hinata tidak tahu banyak tentang persaingan klub voli putri, ia hanya tahu jika Niiyama adalah salah satu sekolah dengan klub voli terbaik. Namun kapten Rinkou dan yang lainnya tidak memberikan jawaban yang jelas.
"Hah? Kalian tidak tahu sekolah mana yang akan menjadi lawan kalian?" Tanya Kageyama. Yuri, Mao, Misaki, dan Akira dengan serentak menggelengkan kepala. Karena sejujurnya mereka sendiri tidak mengerti apa yang di maksud dengan Lady Boys.
"Itu rahasia!" Ujar Coach Miyama tersenyum jahil sebelum meninggalkan mereka.
Pelatih Ukai dan Takeda Sensei yang meliha Coach Miyama dan anak-anaknya pergi tersenyum.
"Hahaha, Miyama-san, apa yang sedang ia rencanakan untuk anak-anak." Kata Pelatih Ukai.
Hanya butuh dua puluh menit perjalanan dari SMA Karasuno menuju sebuah pemukiman penduduk di dekat jalan besar. Banyak gedung-gedung untuk fasilitas umum di sekitarnya dan tidak jauh dari salah satu universitas di Miyagi. Lalu mereka sampai di sebuah gelannggang milik Universitas. Saat itu pukul dua sore, dan mereka mendengar gebukan bola voli dari dalam gelanggang. Anak-anak sangat penasaran dengan siapa mereka akan bertanding.
"LADIESS!" Sapa Miyama-san
"ARRGGHHH MIYAMA-CHAAAANNN!"
Semua anak-anak terkesiap, mereka yakin kalau mereka mendengar suara pria dewasa bernada tinggi dari dalam lapangan. Ketika masuk kedalam gelanggang, mereka membatu, tidak bisa mencerna pemandangan yang menakjubkan seperti ini. Dalam karir voli mereka yang bermain sejak SMP mereka tidak pernah melihat hal ini sebelumnya. Yamada yang ikut dengan mereka terlihat jauh lebih terguncang dari pada yang lain.
Kumpulan beberapa pria dan juga wanita dengan wajah Asia tenggara yang asing sedang melompat-lompat menyambut Miyama-san yang baru datang dan menyapa mereka. Miyama-san berlari ke arah mereka dan ikut melompat-lompat bersama kegirangan.
"Miyama-chan, apa ini mereka? Oh ya Tuhan, lucu sekali, masa muda sungguh menyenangkan." Ujar seorang pemuda gemulai menunjuk ke arah mereka.
"Yeah, ini anak-anak ku." Kata Miyama-san.
"Beri aku waktu untuk pemanasan, oke?" Ujar Coach Miyama.
"Oke, Miyama-chan."
Coach Miyama berjalan mendekati mereka yang kebingungan di sisi lapangan.
"Eh Coach, apa kita akan melawan mereka?" Tanya Aoki. Miyama-san tersenyum jahil.
"Yeah, oke maafkan aku karena aku tidak menjelaskannya sebelumnya. Mereka adalah teman-temanku di universitas." Kata Coach Miyama.
"Err—apa mereka tidak apa-apa?" Tanya Akira, menunjuk pemuda yang tadi menyapa mereka. Kini sedang melakukan cat walk bak model sambil membawa bola voli.
"Haha, jangan khawatir...jangan khawatir. Itu cuma personaliti mereka saja. Dengarkan aku, mereka adalah alumni mahasiswa yang sekarang bekerja di Jepang. Mereka kebanyakan berasal dari Thailand. Mess mereka ada di dekat sini, jadi mereka biasa untuk bermain voli di gelanggang ini." Jelas Miyama-san.
"Kalian tahu pelajaran Voli bisa di dapatkan dimana saja, di Thailand, voli juga salah satu olah raga yang paling diminati, dan lagi, Tim Voli Thailand adalah salah satu yang paling bagus di Asia tenggara." Sambungnya lagi.
"Tapi apa tidak apa-apa kita melawan orang dewasa?" Tanya Misaki.
"Mereka teman-temanku, dan aku tahu jika mereka memiliki ritme permainan yang bagus. Dengan melawan mereka, kalian akan tahu rasanya bermain dengan sekolah kuat." Jawab Coach Miyama. Tidak ada yang menjawab, mereka memang masih terlihat ragu, tapi mereka tidak bisa menyangkal ucapan Coach Miyama. Ini kesempatan yang paling bagus yang bisa mereka ambil karena tidak ada yang mau mengundang mereka latih tanding.
"Baik Coach, kami akan bertanding, mohon bantuannya!" ujar Rinkou.
"Mohon bantuannya!"
"Okay Yamada, tolong bantu catat serangan mereka.
"Baik Coach."
Maka, setelah sepuluh menit mereka melakukan pemanasan, mereka bersiap untuk bertanding dengan para Lady Boys. Klub Voli Karasuno mengawali starting player dengan Akira sebagai setter, Mao libero, Kapten Rinkou, Misaki sebagai opposite hitter, Aoki dan Yuri sebagai Middle Blocker. Sedangkan tim Lady Boys, kelima penyerang dan setternya adalah laki-laki sedangkan Libero mereka adalah perempuan.
"Nont! Bersikap lembut lah pada mereka ya!" Teriak Coach Miyama dari sisi lapangan.
"Okay Miyama-chan!" Balasnya riang.
Lalu pertandinganpun di mulai orang yang di panggil Nont itu melakukan servis terlebih dahulu. Begitu peluit di bunyikan, ia melakukan jump serve yang kuat dan...
BAM!
Bola di berhasil di terima oleh Mao namun mengenai bahunya karena terlambat satu langkah.
"UGH!"
"Maaf!" Teriak Nont. Mao meringis tembakannya sakit sekali. Akira berhasil menerima bola, dan mengumpan pada Misaki. Misaki yakin bolanya akan masuk ia mengerahkan seluruh tenganya untuk menggebuk bola tapi di hadang oleh block tinggi dari Middle Blocker lawan.
BAM!
"Yo Girl! You got power! It sting!" Teriak salah satu middle blocker.
"Depan!"
Rinko menyelamatkan bola yang memantul setelah menabrak blocker dan memberikannya pada Akira. Ia mengumpan pada Yuri dan berusaha untuk meng-spike bola namun lagi-lagi di jatuhkan, Aoki tidak sempat berbalik jadi ia kembalikan dengan tangan kirinya. Bola sampai ke tangan setter namun tidak sempurna, jadi umpan dari Akira juga tidak bagus. Ia memberikannya pada Yuri namun kali ini Yuri memberikan feint ke tempat yang tidak di jaga seperti biasa yang ia lakukan. Bola masuk, poin pertama jadi milik mereka.
"Heii, liciknya kamu yaaa..." Kata Nont pada Yuri karena tertipu dengan feint nya.
Mereka bisa mendengar Coach Miyama tertawa dari sisi lapangan.
"Gila, awal permainan sudah di beri rally seperti ini." Ujar Akira.
"Huhu, bahuku sakit." Kata Mao meringis.
"Jump serve yang gila." Komentar Yuri.
"Hei Yuri, coba sering-seringlah beri mereka tipuan oke. Sepertinya mereka agak kesulitan mengatasi bola tanggung." Kata Rinkou.
"Okay Kapten."
Di set pertama, mereka habis dikalahkan dengan point 17-25. Bukan hanya habis dalam poin, mereka di serang habis-habisan dengan spike-spike yang gila. Mao dan Rinkou-san yang paling babak belur karena menerima bola. Setiap kali menerima bola formasi mereka langsung hancur.
"Coach, apanya yang lemah lembut? Mereka gila sekali." Protes Misaki di waktu istirahat set pertama.
"Hahaha, bagus, sudah ku bilang mereka bukan lawan yang lemah." Coach Miyama sepertinya lebih menikmati latih tanding ini di banding siapapun.
"Oke karena kalian belum pernah latih tanding, saatnya kalian belajar strategi untuk memenangkan permainan." Ujarnya.
"Apa kelemahan mereka?" Tanya Coach Miyama.
"Mereka kesulitan menerima bola-bola tanggung." Jawab Rinkou.
"Oke, bagus. Tipuan-tipuan yang di berikan Yuri cukup efektif untuk mereka. Sekarang aku ingin masing-masing dari kalan saat melakukan servis, arahkan bola kalian ke Ace mereka, agar ia tidak bisa menyerang lagi, atau arah diantara libero dan receiver." Kata Coach Miyama.
"...dan Misaki, ingat kataku, coba lebih sering lakukan block out jika kau di hadang oleh blocker."
"Baik Coach."
"Oke lakukan yang terbaik di set kedua!"
Set kedua di mulai, seperti yang Coach Miyama katakan Aoki yang kali ini memberikan Servis menyasar tempat antara libero dan receiver. Meski belum terlalu sempurna hal itu berhasil mebingungkan tim lawan, libero dan receiver hampir bertabrakan. Poin pertama di set kedua ini milik mereka. Hal itu bertahan sampai mereka mendapatkan poin ke tiga, servis Aoki akhirnya di terima oleh libero mereka. Rally pun di mulai.
Di awal permainan Akira memanfaatkan Misaki yang masih panas untuk di berikan umpan, dan benar saja Misaki melancarkan spike-spike kuat dengan angle yang sedikit kebawah ketika memukul menjadikannya block out yang tajam. Tapi pengalaman dan jam terbang memang tidak bisa bohong. Mereka kembali tertinggal di pertengahan permainan.
"Whoaaa, santai-santai!" Ujar Nont yang mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Misaki. "Hei Miyama-chan kalau mereka brutal seperti ini aku tidak bisa bersikap lembut pada mereka. Ini tidak adil." Protesnya.
"Terserah kau saja!" Balas Coach Miyama yang di ikuti dengan tatapan panik dari anak-anak.
Mendekati match point Akira memberikan lebih banyak bola pada Yuri. Yuri bergantian memberika spike dan juga feint untuk menipu tim lawan, separuh dari serangannya berhasil, Ia juga tidak lupa memberika bola pada Rinkou-san dan juga Aoki-san. Aoki-san selama beberapa minggu ke belakang berlatih melancarkan back attack, dua dari tiga percobaannya berhasil. Akira sendiri tidak mau kalah. Karena ia tahu tim lawan kesulitan mengejar bola tipuan, Akira juga melakukan two attack. Tapi alih-alih di bilang two attack, bola-bola tinggi yang dikembalikan dari receiver, ia lebih terlihat hanya menyentuhnya sedikit sebelum bola itu melewati net menjadi net in. Set kedua mereka kalah tipis 23-25 poin.
Di titik ini, mereka sudah sangat kelelahan. Ketika Coach Miyama bilang terserah pada Nont, mereka benar-benar menyerang mereka dengan brutal. Misaki dan Yuri pun kesulitan menerima bola ketika mereka berotasi ke belakang. Kacau, itu yang bisa mereka pikirkan. Penerimaan mereka berhasil tapi formasi mereka langsung kacau balau karena tim lawan memberikan banyak quick attack. Nont, Ace mereka sering memberikan cross shot yang tidak di duga. Posisi tangannya terlihat seperti akan melakukan straight, tapi dia hanya sedikit membengkokan kelingkingnya hingga membuat bola berputar menyilang.
Set ketiga adalah neraka yang lain. Mereka sudah terbiasa dengan lawan, tapi spike yang kuat, dan juga cepat benar-benar menghabisi mereka. Beruntung selama tiga bulan kebelakang, mereka sering latihan rally, dan ketika Coach Miyama mulai melatih mereka terus latihan receive. Jika bukan karena refleks dan kecepatan mereka, mereka sudah habis di bantai oleh tim lawan karena tidak bisa mengambalikan bola. Di game point terakhir lawan sebuah spike di lancarkan dan saat itu Yuri ada di posisi receiver, ia berlalri terlalu cepat menerima bola hingga ia berdiri terlalu depan dan menerima bola dengan wajahnya.
"Yuri!"
"Tidak apa-apa, ugh!" Yuri merasa hidungnya perih sekali dan tak lama sesuatu menetes dari hidungnya. Misaki berteriak panik.
"Coach, hidung Yuri berdarah." Tidak hanya Misaki, tapi tim lawan juga berlarian dengan heboh mengelilingi Yuri khawatir. Yamada berlari membawakan tisu untuk Yuri.
Mereka kalah dengan poin 21-25. Beruntung Yuri hanya mimisan karena ia menerima bola dengan wajahnya. Ia bersi keras meyakinkan semuanya jika ia tidak apa-apa, maka ia hanya menyumpal hidungnya dengan tisu. Toh ia pernah mengalami cidera yang lebih parah dari pada ini.
"Miyama-chan, tim mu lumayan juga!" Kata Nont.
"Ya kan..." Jawab Coach Miyama riang.
"Nanti kita berlatih bersama lagi ya! Maaf Yuri, semoga kau tidak apa-apa. Bye bye girls!"
Fakta bahwa mereka tidak begitu terlihat lelah, itu sangat mengerikan. Tim voli putri Karasuno babak belur pada latihan tandang pertama mereka. Tim Lady Boys meninggalkan mereka setelah permainan selesai.
"Hebat! Kalian sudah lebih berkembang. Kalian merasakannya kan?" Ujar Coach Miyama usil.
"Yah, Coach luar biasa!" Mao memberikan tanda OK dengan tangannya yang gemetaran setelah di hajar oleh banyak spike hari ini.
"Kau yakin tidak apa-apa Yuri, aku bisa membawamu ke klinik jika kau masih terasa sakit." Ujar Coach Miyama.
"Tidak, aku bahkan tidak pusing, sebentar lagi pendarahannya juga berhenti." Jawabnya.
"Baiklah kalau begitu, setelah pendinginan kalian langsung pulang, sudah cukup. Kita kan bertemu lagi di latihan selanjutnya. Bagus semuanya!"
...
