DISCLAIMER

Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate

THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club

©Longlive Author

Chapter 14 : Training Camp! Karasuno gangster.

"Beru svoi slova obratno, klubnyye zanyatiya plyus shkola ochen' utomlyayut, ne khochu brat' uroki posle shkoly, pomogite!"

(Aku tarik kata-kataku, kegiatan klub plus sekolah benar-benar melelahkan, aku tidak mau les sepulang sekolah, tolong aku!)

"Hei dia kenapa?" Tanya Nishinoya. Melihat Yuri bersujud lelah sambil mengoceh dalam bahasa Rusia. Sebenarnya tidak hanya Yuri. Ketika tim voli putra masuk ke gelanggang untuk latihan seperti biasa, hampir semua tim voli putri merebahkan diri mereka di lantai.

"Oh Noya-san...Dia memang selalu seperti itu akhir-akhir ini. Sebentar lagi ujian, dan dia mengeluh terus karena harus les tambahan sepulang sekolah, kalau tidak nilainya akan anjlok." Jawab Mao, yang sudah terbiasa menghadapi Yuri ketika tantrumnya sedang kumat.

Faktanya, pemandangan seperti ini sudah tidak aneh untuk tim voli putra. Mereka sekarang sudah terbiasa dengan bunyi peluit dan juga pemandangan tim voli putri yang kelelahan.

"Hei kalian jangan rebahan, dan Yuri, jangan membungkuk seperti itu ketika habis lari, luruskan kakimu!" Ujar Nishinoya. Sesederhana memberitahu jika mereka tetap harus menjaga posisi jantung lebih tinggi dari pada kaki.

Para perempuan bangun, namun mereka tampak tidak senang. Bukan karena mereka tidak suka di perintah oleh Nishinoya, tapi karena Nishinoya benar, tapi mereka benar-benar lelah, jadi mereka sebal, apalagi Yuri. Ada hal baru yang mereka sadari setelah latihan bersama atlet skating itu selama beberapa waktu, Yuri terlihat menyeramkan ketika ia sedang lelah atau sedang berkonsentrasi. Wajah Rusia bawaannya memberikan kesan dingin dan judes yang luar biasa. Berbanding terbalik dengan ekspresinya ketika suasana hatinya sedang biasa saja. Terlebih sekarang Yuri sering memakai plester kinesio di sepanjang leher dan bahunya. Membuat nya terlihat seperti siswi tukang pukul.

"Girls! Cukup istirahat nya, ayo lakukan dua putaran diving receive. Aku tidak mau kalian cidera saat menerima bola." Teriak Coach Miyama mendatangi mereka.

"Baik Coach!"

"Ayo! ayo! Move your ass girls!" Tambahnya.

"Diving Receive! " Teriak Rinkou. Mereka satu persatu melakukan diving receive, sebuah gerakan menerima bola dengan menjatuhkan diri ke depan lalu meluncur dengan badan.

Tim voli putra mulai melakukan latihan passing. Miyama-san bergabung dengan Ukai-san dan juga Takeda Sensei.

"Miyama-san, rasanya, bukankah kau sangat keras pada anak-anak?" Tanya Ukai.

"Aku tahu Ukai-san. Tapi ini satu satunya cara agar stamina mereka semakin bagus. Mereka tidak akan bertahan dalam tiga set dengan hanya dua pinch server." jawab Miyama-san. Masuk akal, meskipun ia mengatasinya dengan cara yang brutal. Miyama-san menatap Kageyama dan Hinata yang sedang latihan passing.

"Anak-anak ku tidak memiliki bakat seperti Hinata-kun atau Kageyama-kun dalam voli. Mereka harus bekerja dua kali lebih keras jika ingin menang." Katanya. Ukai-san dan Takeda Sensei mengerti sekali yang Miyama-san maksud.

Tak lama, setelah melakukan Diving Receive mereka dikumpulkan untuk sebuah pengumuman.

"Semuanya, aku mempunyai pengumuman!" ujar Takeda Sensei. Baik klub voli putra maupun putri mendengarkan dengan seksama.

"Kita akan pergi lagi ke Tokyo untuk pelatihan pra Inter High!" Sambungnya. Seketika riuh terdengar dari klub voli putra. Hinata bahkan sampai melompat dari tempat duduknya. Namun berbeda dengan klub voli putri, mereka tidak terlihat terkejut atau bersemangat. Mereka tahu jika mereka masih belum cukup kuat, jadi tidak heran jika hanya klub voli putra yang di undang ke Kamp Pelatihan. Lagipula tahun lalu pun, hanya klub voli putra yang mengadakan Kamp Pelatihan.

"Hei, kenapa kalian tidak bersemangat? Kalian juga di undang loh... " Kata Coach Miyama.

"Hah?!" Semuanya menoleh terkejut.

"Bukankah Kamp Pelatihan hanya untuk klub voli putra, Coach?" Tanya Rinkou, Kapten voli putri.

"Tidak, tahun ini, berkat Miyama-san, ia berhasil membujuk Nekomata Sensei untuk mengadakan Kamp Pelatihan untuk klub voli putri juga." Ujar Takeda Sensei.

Wajah mereka berubah cerah.

"Tidak ada gunanya aku menjadi alumni SMA Nekoma jika tidak bisa membujuk Nekomata Sensei!" kata Coach Miyama tersenyum.

"Tahun ini Kamp Pelatihan akan lebih besar dari sebelumnya, karena latihan klub voli putri dan voli putra akan di gabung! Jadi kalian harus lebih semangat!" Teriak Ukai-san.

" YOSSHHH!

Maka, seminggu sebelum Kamp Pelatihan mereka berlatih lebih keras dari biasanya. Kamp Pelatihan akan di jadwalkan beberapa kali. Di akhir pekan sebelum Inter High, lalu lima hari ketika libur musim panas nanti. Coach Miyama mengatur dua latih tanding bersama tim Lady boys sebelum berangkat ke Tokyo. Mereka masih belum menang satu set pun dari mereka, namun skor mereka tidak tertinggal terlalu jauh di latih tanding kedua dan ketiga.

Akira begitu bersemangat hingga ia mencari tahu lawan-lawan mereka nanti dengan menganalisis video pertandingan Inter High tahun lalu dari internet. Lawan mereka adalah sekolah-sekolah besar di Tokyo. Sekolah yang sama dengan latih tanding klub putra tahun lalu.

SMA Shinzen, SMA Ubugawa, SMA Nekoma, dan Akademi Fukurodani. Klub voli putri mereka mungkin bukan yang terbaik, namun tetap saja, ternyata klub voli putri mereka adalah tim unggulan di Tokyo. Mereka berkumpul di ruang klub sepulang sekolah untuk membahas tim lain yang akan mereka lawan.

"Tim Putri Nekoma kurasa punya keunggulan yang sama dengan tim voli putranya, mereka bagus dalam pertahanan." Ujar Akira sambil menonton salah satu video mereka di tablet.

"Ugh itu artinya kita akan menghabiskan waktu yang lama untuk melawan mereka kan?" Tanya Misaki sambil mengemut permen loli. Sementara Yuri sedang mengerjakan PR nya sambil meminta bantuan Ozomi yang sama-sama kelas dua.

"Tapi apa kau sudah lihat tim putri Fukurodani? Mereka besar-besar dan tinggi seperti raksasa. Aku agak khawatir menerima spike dari mereka." Mao sedang memainkan poselnya sendiri sambil rebahan di lantai.

"Yang benar saja? Kau khawatir setelah menerima spike gila dari Ace lady boys? Hidungku langsung berdarah karena spike darinya kau ingat? Maksudku, tenaga mereka tidak akan sebesar tim lady boys kan? Bagaimanapun mereka masih perempuan, bukan laki-laki dewasa." Ujar Yuri, masih menyalin catatan punya Ozomi.

"Yah, aku tidak mau overthinking sekarang, Jika mereka memang lawan yang sulit, biar aku pikirkan nanti, aku lelah." Ujar Akira yang bergabung dengan Mao rebahan di pojok ruangan.

Hari dimana mereka berangkat ke Tokyo tiba. Mereka berangkat pukul empat pagi karena perjalanan menuju Tokyo sekitar 5 jam 30 menit. Ada beberapa hal yang berbeda dengan keberangkatan mereka kali ini, karena prestasi tim voli putra tahun lalu, tahun ini mereka berkesempatan untuk memakai bus sekolah untuk berangkat ke Tokyo tanpa berebut dengan klub lain. Tidak hanya itu, mereka sengaja memakai bus karena sekarang mereka akan berangkat bersama tim voli putri.

Ukai-san, dan Takeda Sensei, seperti biasa akan bergantian membawa bus.

"Wah sensei, mereka benar-benar langsung tertidur.." Komentar Ukai. Suasana di bus ketika mereka berangkat benar-benar hening. Mereka pun tidak banyak bicara ketika berkumpul karena itu bisa mengurangi jam tidur mereka.

"Yah, kau tahu kurasa Yuri bahkan hanya setengah sadar sejak ia datang." Balas Miyama-san. Mereka bertiga tersenyum.

Empat jam berlalu. Kebanyakan dari mereka sudah bangun dan memakan bekal sarapan mereka. Hinata dan Kageyama masih tertidur. Malah, mereka berdua masih tertidur dengan sangat nyenyak. Mao bisa melihat, air liur Hinata yang menetes. Ia bergidik sendiri.

"Takeda-san, bisa kita berhenti dulu di pom bensin sebelum sampai di sekolah?" Tanya Miyama-san.

"Tentu-saja." Jawabnya.

"Siapapun, bangunkan Yuri kita sudah hampir sampai." Ujar Miyama-san dari kursi depan.

Akira membangunkan Yuri. Muka bantalnya terlihat sangat acak-acakan. Ia adalah yang paling sering ketiduran di antara yang lain. Ia bahkan tidur di bus setiap perjalanan pulang dari sekolah. Tak lama mereka berhenti di sebuah pom bensin. Beberapa anak turun untuk ke toilet. Sementara itu Yuri dan Miyama-san turun bersama membawa sebuah kantong kecil. Tidak butuh waktu lama untuk ke toilet sebenarnya, tapi entah kenapa Yuri dan Miyama-san belum kembali. Baru saja Takeda-sensei akan meminta Rinkou untuk menyusul mereka. Yuri dan Miyama-san kembali. Yuri sudah mengganti kaosnya untuk latihan, namun bukan itu yang menarik perhatian. Namun sebuah plester kinesio yang melintang di leher Yuri.

Kageyama menatapnya. Ia melihat beberapa orang di pelatihan nasional juga memakai plester seperti itu.

"Miyama-san? Apa kalian tidak apa-apa?" Tanya Takeda Sensei.

"Ah, maaf kami agak lama," ujar Miyama-san kembali ke tempat duduknya, "kau tahu Yuri, punya cidera di lehernya, jadi aku membantunya memasangkan plester kinesio di leher dan bahunya. Mereka akan latihan selama tiga hari kedepan. Aku tidak mau lehernya menjadi cidera karena itu."

Pelatih Ukai mengintip kebelakang dan melihat tim voli putri. Sebagian besar mereka sudah berganti baju dengan pakaian latihan mereka, dan sebenarnya tidak hanya Yuri yang memakai plester kinesio. Akira, Misaki, dan juga Mao terlihat memakai plester kinesio di beberapa bagian tubuh mereka. Ukai terseyum, ia bisa merasakan semangat bertanding mereka.

Setengah jam sebelum mereka sampai, semuanya sudah benar-benar bangun dan juga siap. Tsukishima masih tenggelam dalam lamunannya dan juga head phone yang menempel di kepalanya. Nishinoya dan Tanaka sudah berisik sejak tadi bersahut-sahutan dengan Hinata menceritakan pengalaman mereka saat kamp pelatihan tahun lalu pada Mao dan juga Ozomi. Sementara itu kapten tim voli putri yang duduk di sebelah Coach Miyama diam saja sejak mereka bangun. Coach Miyama yang menyadari itu bertanya padanya.

"Kau tidak apa-apa Rinkou?" Rinkou menoleh dan memaksakan tersenyum.

"Aku tidak apa-apa Coach."

Hening sesaat. Coach Miyama tersenyum.

"Aku mengerti kau gugup. Ini kamp pelatihan pertama kalian, dan aku bisa mengerti jika kau merasa beban sebagai kapten sedikit lebih berat dari biasanya." Jelas Coach Miyama. Rinkou tidak langsung menjawab. Ia seperti mengingat-ingat sesuatu.

"Kau benar Coach, kurasa aku mungkin sedikit gugup. Kau tahu? Aku tidak pernah menyangka jika menjadi kapten sebuah klub voli SMA bisa terasa seperti ini. Aku pikir, aku bisa jauh lebih mengerti perasaan kapten kami sebelumnya. Tentang perasaan tidak ingin mempermalukan tim mu." Ujar Rinkou jujur. Ada sedikit penyesalan dalam kata-katanya. Seandainya jika mereka berusaha lebih keras tahun lalu, mereka mungkin bisa jauh lebih baik sekarang.

"Aku mengerti, namun yang terpenting, kau sudah belajar, yang lainnya pun sudah belajar, kalau tidak kalian tidak mungkin mau menerima latihanku yang keras itu kan?" Tanya Coach Miyama. Rinkou tersenyum.

"Yang bisa kita lakukan sekarang adalah terus maju, ambil semua kesempatan yang ada, dan lakukan yang terbaik." Ujarnya, dibalas oleh anggukan dari Rinkou.

Akira yang duduk bersama Yuri dibelakang sudah mulai bosan dan kakinya sudah kaku, ia ingin cepat-cepat sampai. Plus dengan Nishinoya dan Tanaka yang terus mengoceh sejak sejam yang lalu, ia sudah benar-benar bosan. Musik yang ia dengarkan di ear phone sampai tidak terdengar karena tenggelam oleh suara Nishinoya. Tanpa sadar ia mulai bersenandung.

"I hopped off the plane at LAX...With a dream and my cardigan..."

"Welcome to the land of fame excess...Am I gonna fit in?"

Yuri ikut bernyanyi, ia tahu lagu ini, tentu saja, siapa yang tidak menonton Hannah Montana?

"Jumped in the cab, here I am for the first time...Look to my right, and I see the Hollywood sign." Misaki ikut bernyanyi, lagu barat adalah jam nya. Ia memiliki playlist lagu barat untuk latihan di gym.

"This is all so crazy..Everybody seems so famous! My tummy's turnin' and I'm feelin' kinda homesick..Too much pressure and I'm nervous!" Mao juga ikut bernyanyi.

"Whoa, lagu bahasa inggris apa ini?!" Gumam Hinata yang tidak mengerti satu kata pun. Tsukishima merengus, lagu dari head phone nya kini tidak terdengar. Yachi terlihat, ingin ikut bernyayi namun ia ragu-ragu. Sementara tim putra kelas satu mulai menikmati lagu ini dengan mengangguk-anggukan kepala.

That's when the taxi man turned on the radio

And a Jay-Z song was on

And a Jay-Z song was on

And a Jay-Z song was on

Takeda sensei tersenyum, suasana anak-anak sekarang sedang bagus, itu akan berpengaruh positif pada latih tanding nanti, dan sebelum mereka sadar, mereka semua yang tahu lagunya sudah bernyanyi.

So I put my hands up

They're playin' my song, the butterflies fly away

I'm noddin' my head like, yeah

Movin' my hips like, yeah

I got my hands up, they're playin' my song

They know I'm gonna be okay

Yeah, it's a party in the U.S.A.

...

Yamamoto, berdiri di depan gedung, pintu masuk Akademi Fukurodani. Ia berniat untuk menyambut sahabatnya dari Karasuno. Namun sepertinya tidak hanya Yamamoto yang bersemangat, tapi Kenma dan juga Lev tampak ingin menyambut tim Karasuno yang sebentar lagi sampai. Persahabatan sekaligus persaingan kedua sekolah ini, Nekoma dan Karasuno sudah di dikenal bahkan hingga panggung nasional. Namun bagi kedua tim sendiri, mereka memiliki hubungan yang lebih erat dari sekedar persaingan antar tim voli.

Dari kejauhan Yamamoto bisa melihat sebuah bus bertuliskan SMA Karasuno hendak masuk melewati gerbang Akademi.

"Mereka datang, Kyanma!" Ujar Yamamoto.

"Ya." Balas Kenma pelan, meski begitu tatapannya tidak bisa berbohong. Latih tanding pertama mereka setelah terakhir bertemu di kejuaraan musim semi. Ia sudah sangat tidak sabar melihat perkembangan Hinata.

"Woah, mereka datang dengan tim putri!" Tunjuk Lev.

Bus baru masuk melalui gerbang, dari jendela mereka bisa melihat tim voli putra dan putri SMA Karasuno sedang berjoget bersama. Yap, mereka tidak salah lihat, mereka sedang berjoget di dalam bus. Berawal dari senandung kecil Akira yang sedang mendengarkan musik, berakhir menjadi sebuah arena karaoke. Para anggota kelas satu sudah menggila bahkan sebelum latih tanding mereka. Dari Party in the U.S.A nya Miley Cyrus, kini mereka sedang menyanyikan soundtrack lagu anime One Piece.

Arittake no yume wo kaki atsume...

Sagashi mono sagashi ni yuku no sa...

One Piece!...

"Hei kita sudah sampai! Ayo turun!" Teriak Pelatih Ukai.

Butuh waktu beberapa menit sampai mereka siap. Para laki-laki turun lebih dulu. Hinata dan Tanaka sudah berlalu duluan karena melihat Kenma, Yamamoto, dan juga Lev yang menunggu mereka.

"Kenma!" Teriak Hinata.

"Pelan-pelan Hinata!" Teriak Tanaka.

Hinata berlari dari bus menuju pintu masuk gedung.

"Shoyo.." Balas Kenma.

"Hinata!" Sapa Lev.

"Lev!"

"Brother!" Di sebelah mereka Yamamoto dan Tanaka saling berjabat tangan sambil berkaca-kaca.

"Ini tahun pertama kita, latih tanding tanpa Kiyoko-san. Kau harus kuat Taketora!" Ujarnya, sebuah cahaya ilahi menembus awan dan langsung menyinari kepala plontos Tanaka.

"Aku akan berjuang tahun ini, Tanaka-san." Balas Taketora sesenggukan, di iringi dengan tatapan malas dari Kenma.

"Tahun ini akan menarik, Shoyo!" Ujar Kenma bersemangat, dibalas dengan anggukan riang dari Hinata.

"Oh mereka tim putri ya?!" Ujar Lev. Lev menunjuk tim voli putri yang sedang menuruni bus. Baik Yamamoto maupun Kenma juga menoleh menatap mereka.

Tim Voli putri turun dari bus dengan saling memegangi tangan bergantian. Misaki dan Akira turun terakhir sambil mengunyah kwaci di tangan merka.

"Heee... ada apa dengan mereka?" Tanya Lev. Kenma pun yang baru pertama kali melihat mereka sedikit bingung. Sekilas tidak ada yang aneh dengan tim voli putri Karasuno. Di bandingkan dengan tim voli putra yang terlihat bersemangat, tim voli putri mereka terlihat biasa saja. Mereka tidak terlihat mencolok, ataupun terlihat serius. Namun karena tangan dan kaki mereka yang di tempeli plester kinesio membuat mereka terlihat menyeramkan.

"Seperti gangster." Komentar Kenma, Hinata terkehkeh mendengar itu.

"Tanaka-san? Mereka?" Yamamoto menunjuk tim voli putri Karasuno dengan mulut menganga.

"Aku tahu Taketora, Karasuno telah di anugrahi oleh dewa dengan siswi yang cantik." Kemilau cahaya Budha menguar dari tubuh Tanaka menyilaukan mata Yamamoto.

"Oh Lev, kami memiliki anggota yang setengah Rusia juga!" Ujar Hinata bangga.

"Hah?" Lev terkejut.

"YURI! KEMARI!" Hinata melambai-lambaikan tangannya. Anggota paling tinggi di tim putri itu menoleh, merespon panggilan Hinata. Ia tidak berlari, hanya berjalan lebih cepat menghampiri Hinata.

"Kenapa?" Tanya Yuri. Lev dan Kenma menatapnya. Gadis itu lebih tinggi dari Kenma. Mereka bisa melihat wajahnya yang setengah bule seperti Lev, rambutnya gelap dan matanya berwarna abu-abu.

"Ini Lev, dia setengah Rusia juga." Ujar Hinata, Lev sedikit salah tingkah, ia hanya melambaikan tangannya singkat. Awalnya Yuri sedikit terkejut, namun tiba-tiba dia berbicara bahasa Rusia.

"Privet Lev, ty tozhe iz Rossii? YA iz Sankt-Peterburga. Otkuda ty? Moskva?"

(Halo Lev, kau dari Rusia juga? Aku dari St Petersburg. Kau dari mana? Moskow?"

Alih-alih menjawab Lev malah keringat dingin. Ia tidak mengerti bahasa Rusia, meskipun dia setelah Rusia, dia tidak pernah pergi ke Rusia, dia lahir di Jepang.

"Leo? Chto takoye prozvishche? Menya zovut Khan'yu Yuriya, vy mozhete zvat' menya Yuriy."

{ Lev? Apa itu nama panggilan? Namaku Hanyu Yuria, kau bisa memanggilku Yuri.)

Semuanya tertegun mendengar Yuri berbahasa Rusia, biasanya ia hanya menggunakan bahasa Rusia jika sedang mengeluh.

"Er—spasibo?" cicit Lev, tidak tahu harus menjawab apa. Spasibo satu-satunya bahasa Rusia yang ia tahu, yang artinya terima kasih.

"Eh?" Yuri bingung kenapa Lev malah berterima kasih. Lev semakin berkeringat.

"Kau tidak bisa bahasa Rusia?" Tanyanya.

"Tidak, aku tidak pernah ke Rusia."

"Ah..."

"Sudah, sudah, ayo semuanya sudah menunggu." Ujar Kenma.

Mereka semua berjalan masuk ke gedung untuk kamp pelatihan pertama di awal musim.

[Author Note]

-Party in the U.S.A by Miley Cyrus, scene inspired by Pitch Perfect Movie

-Tim Voli turun dari bus dengan saling memegangi, inspired by Tukiye National Female Volley Ball Team. They're so cute...