DISCLAIMER

Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate

THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club

©Longlive Author

Chapter 15 : Kamp tahun ini

Akademi Fukurodani. Salah satu sekolah swasta privat di Tokyo. Sekolah unggulan yang besar dan luas. Sudah menjadi ciri khas sekolah-sekolah privat. Akademi Shiratorizawa contohnya. Kedua sekolah ini terkenal dengan muridnya yang berprestasi, bangunannya yang bagus dan besar, fasilitasnya yang lengkap dan tentu saja biayanya yang mahal. Tahun ini kamp pelatihan klub voli ora Inter High di laksanakan di Akademi Fukurodani. Tentu saja, selain Shinzen, Fukurodani memiliki dua gelanggang olahraga raga. Pas karena tahun ini klib voli putri juga ikut dalam kamp pelatihan. Ngomong-ngomong, tidak hanya gelanggang nya yang besar. Di sekitar sekolah, ada lapangan base ball, lapangan bola, gym sekolah, danau di bagian belakang, dan juga hamparan area hijau yang di penuhi dengan pepohonan.

Tsukishima tidak terlalu terkesan melihat hamparan hijau pepohonan dan juga lapangan. Itu mengingatkannya pada penalti yang mereka dapatkan tahun lalu. Lari sejauh 120 meter lalu kembali setiap mereka kalah dalam pertandingan benar-benar kenangan yang tidak menyenangkan.

Berbeda dengan klub voli putri Karasuno yang terlihat kagum melihat pemandangan itu. Menyadarkan mereka kalau sekolah orang kaya memang berbeda kelas dengan mereka. Jika sekolah mereka sebesar ini, mereka tidak perlu lari melintasi heart break hill setiap hari untuk pemanasan.

"Wah sekolah Bokuto-san luas sekali. Sayang sekali Bokuto-san sudah lulus, padahal kita belum sempat melawan Fukurodani di nasional." Keluh Hinata.

"Yeah, sayang sekali." Ujar Kageyama.

Yuri mendekati mereka, bergabung melihat pemandangan danau dan pepohonan sebelum pembukaan di mulai.

"Bokuto-san?" Tanya Yuri pada Hinata.

"Bokuto-san itu Ace peringkat no 5 nasional di tingkat SMA!" Kata Hinata bersemangat.

"Oh!" Yuri terkesan. Peringkat 5 nasional tentu saja mengesankan sekali.

"Tapi dia sudah lulus, sayang sekali." Kata Hinata.

"Hei jangan lesu karena Bokuto-san sudah lulus!" Kageyama menjitak kepala Hinata, yang diiringi deng pekikan Aw! kecil, "Kita akan bertanding selama tiga hari, kalau kau lesu akan ku pukul kau!" sambung Kageyama.

Tiba-tiba mereka mendengar suara renyah yang lembut dari belakang mereka. Seorang laki-laki dengan wajah sopan, berdiri di belakang Yuri.

"Kau jangan khawatir Hinata, meskipun Bokuto-san sudah lulus dia bilang akan bergabung dengan V. League dan seleksi percobaan untuk tim professional." Akkashi Keiji, Setter sekaligus Kapten Tim Voli Fukurodani tahun ini.

"Whoaa professional tim.." Ujar Kageyama dan Hinata berbarengan, keduanya tampak begitu terkagum-kagum sampai pipi mereka merona.

"Jika kalian terus maju hingga bergabung dengan professional tim juga, suatu saat kalian mungkin kalian bisa bertanding dengannya dalam pertandingan resmi." Kata Akaashi.

"Kami tidak akan kalah dengan Fukurodani seperti tahun lalu, Akaashi-san!" ujar Hinata semangat.

"Hoo, aku menantikanya! Pinalti tahun ini akan lebih berat. Kalian lihat lapangan itu?" Akaashi menunjuk lapangan hijau diantara pepohonan, " lapangan itu lebih luas dari lapang Shinzen. Yang kalah akan berlari mengelilingi lapangan."

Kageyama melihat lapangan itu, ada sesuatu yang aneh yang ia sadari.

"Akaashi-san, sekarang baru akan musim panas, kenapa banyak daun-daun gugur di bawah pohon?" Tanya Kageyama.

"Oh, klub pecinta alam Fukurodani akan mengikuti jambore nasional, mereka sedang latihan membuat perangkap dari tali, jadi hati-hati, jangan sampai menginjak dedaunan." Jawab Akaashi.

Sementara itu para pelatih berkumpul untuk saling menyapa. Ukai-san dan Takeda Sensei sudah mengenal semua pelatih ini sebelumnya. Namun berbeda dengan Miyama-san, di samping pelatih Karasuno ia hanya mengenal Nekomata-sensei dan Naoi-san pelatih Nekoma.

"Nekomata Sensei!" Sapa Miyama-san riang.

"Ruriii!" Balas Nekomata Sensei. Ukai-san meliat mereka berdua seperti cucu yang menyapa kakeknya sendiri. Ia tidak tahu jika Miyama-san sedekat itu dengan Nekomata Sensei.

"Bagaimana kabarmu sensei? Terima kasih karena sudah mengabulkan permintaan ku untuk membuat kamp pelatihan bersama tim voli putri." Miyama-san membungkuk berterima kasih.

"Ah baik-baik.. Kau tidak perlu sungkan. Lagipula bukan kah ini menyenangkan? Dengan adanya tim putri juga bisa menjadi penyemangat untuk, tim Voli Putra, bukan begitu Keishin? Hahahaha." Nekomata Sensei tertawa renyah. Ukai-san mengangguk kikuk, ah...orang ini tidak berubah sama sekali.

"Aku tidak pernah mendengar kabarmu lagi setelah kau cidera Ruri, bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Nekomata Sensei.

"Kalau soal lututku? Yah aku tidak akan pernah bisa bermain lagi. Ligamen lutut ku robek parah pada pertandingan terakhir. Beberapa kali aku mencoba bermain lagi, lutut ku akan cidera lagi Sensei. Jadi ya, bagaimanapun aku baru move on, dan disinilah aku sekarang." Jawab Miyama-san. Mereka tertawa namun, masing-masing dari mereka tahu jika atlet yang tidak bisa bermain lagi karena cidera bukan sesuatu yang mudah.

Ukai-san menatap Miyama-san dalam. Berhenti menjadi atlet karena cidera merupakan sesuatu yang mengerikan. Ia tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada salah satu anak-anaknya. Miyama-san sudah dewasa entah bagaimana ia bisa melalui nya. Di sisi lain, Yuri, anak pindahan dari Rusia itu juga mengalami cidera yang cukup parah karena skating. Bedanya, yang Ukai tahu, Yuri sedang dalam fase terberat pasca cidera. Satu faktor itu bisa membuat seorang atlet memutuskan untuk berhenti selamanya. Sepertinya menjadikan Miyama-san sebagai pelatih dari klub voli putri adalah langkah yang sangat tepat.

"Kau tidak bisa jauh-jauh dari voli ya?" Tanya Nekomata Sensei.

"Yah, mungkin begitu Sensei, tapi aku menyukai anak-anak itu." Ujar Miyama-san, mereka tersenyum.

...

Saat pembukaan semua tim berkumpul dan untu pertama kalinya, kelima tim voli putri berada di dalam satu gelanggang.

"Ugh, Noya-san ini perasaanku saja atau disini sedikit lebih intens dari biasanya." Bisikan Tanaka di sela-sela pembukaan.

"Kau benar Ryu!"

Mereka sudah pernah bertemu tim voli putra dengan empat sekolah lainnya tahun lalu. Namun atmosfer kali ini berbeda karena tim voli putri hadir di antara mereka. Aura yang mereka keluarkan intens sekali.

Tsukishima yang mendengar percakapan itu pun menangkap atmosfer yang sama. Jika insting Tanaka dan Nishinoya yang biasanya selalu bertingkah di depan para gadis bisa menyadari atmosfer yang berat ini. Maka berarti aurat kompetitif dari tim voli putri benar-benar kuat.

Akira menatap sekitarnya, ia bisa menegenali anggota-anggota dari tim lain karena ia sudah menonton video pertandingan mereka sebelumnya.

Tim Putri Fukurodani, seperti yang ia lihat, mereka tinggi dan besar. Tipe-tipe gadis atletis yang serius di klub voli. Tim putri Ubugawa, mereka semua memasang tampang serius seperti mau melabrak seseorang, sangat mengintimidasi. Anggota mereka berisi penyerang yang efektif. Tim Nekoma rata-rata anggota nya tidak terlalu tunggu, tapi mereka terlihat percaya diri. Lalu terakhir tim putri Shinzen mereka terlihat sangat santai dan memasang ekspresi yang provokatif. Akira selalu merasa mereka sedang membicarakan tim Karasuno.

Ia penasaran dengan tim nya, apakah mereka bisa bermain dengan baik selama tiga hari kedepan. Anggota lama kelas dua dan kelas tiga belum pernah mengadakan latih tanding. Yuri dan Misaki adalah orang baru dalam voli. Mungkin ia dan Mao adalah yang paling stabil karena sudah berkarir di voli sejak SMP, tapi pertandingan tidak akan bisa mengandalkan hanya dua orang saja.

Akira menoleh ke teman-teman di belakangnya. Khawatir tentang ekspresi apa yang mereka tunjukkan? Apakah mereka gugup? Namun ia terkejut melihat mereka berekspresi biasa saja. Anak-anak kelas tiga yang beberapa bulan lalu tampak tidak yakin dengan tim ini pun tidak terlihat gentar hari ini. Begitupun dengan yang lain, ia bersumpah melihat Yuri menguap saat mendengarkan pembukaan dari Nekomata Sensei. Misaki dan Mao terlihat bosan mendengarkan pembukaan.

"..." Akira terkekeh dalam diam. Kemudian menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu ini pertanda baik atau buruk. Namun yang jelas ia memikirkannya terlalu keras, padahal ia sudah berjanji untuk tidak overthinking.

Ia menatap lawan-lawannya satu persatu. Yah, jika mereka memprovokasi Karasuno, mungkin Akira akan memprovokasi mereka balik.

...