DISCLAIMER
Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate
THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club
©Longlive Author
Chapter 16 : Gagak licik
Tim Putra akan bertanding di aula gelanggang Barat dan tim putri akan bertanding di aula gelanggang Timur. Masing-masing gelanggang terdapat tiga lapangan voli yang bisa di gunakan. Itu artinya akan di adakan dua pertandingan sekaligus dan satu tim sisanya akan latihan di satu lapangan voli yang kosong.
"Uh Coach, bukankah kau harusnya memberikan kami arahan atau sesuatu." Tanya Rinkou.
Mereka sudah berdiri lima menit tanpa arahan apapun untuk pertandingan pertama mereka. Sementara pelatih dari tim lain terlihat memberikan arahan pada tim mereka masing-masing. Mereka akan melawan Fukurodani di pertandingan pertama.
"Aku tidak akan memberikan arahan apapun, " Kata Coach Miyama di ikuti dengan ekspresi bingung dari anak-anak.
"Aku ingin melihat bagaimana startegi kalian tanpa arahan dariku." Ujarnya.
Yah ini bukan pertama kalinya Coach Miyama melakukan itu. Di latih tanding pertama mereka melawan Lady boys, ia juga membiarkan mereka bertanding tanpa arahan di set pertama mereka dan membiarkan mereka menganalisis lawan mereka sendiri.
"Baik Coach!" Kata mereka.
"Ayo semuanya kita yel-yel." Ujar Rinkou. Misaki dan Yuri terlihat bingung, mereka tidak tahu jika klub voli punya yel-yel. Mereka melingkar dan saling berpegangan.
"KARASUNO!"
"FIGHT!"
"YEAAHH!"
" WOHOOOO!"
"hah?"
Yel-yel mereka tidak singkron. Tim lain menatap mereka bingung sambil menahan tawa.
"Fight?" Tanya Yuri.
"Memangnya kalian tidak pernah lihat tim putra yel-yel?" Tanya Aoki. Misaki dan Yuri menggeleng.
"Di Tv tidak tedengar, mereka hanya terdengar 'KARASUNO.. ARRGHHH!' seperti itu." Ujar Yuri.
Rinkou menepuk keningnya.
'Aku tahu perjalanan menuju Nasional akan panjang dan sulit, tapi Michimiya-san...tolong aku...' Sang kapten merajuk pasrah dalam hati.
Tepat sebelum mereka menuju lapangan untuk pemanasan, Coach Miyama memanggil Akira. Setter tim putri Karasuno itu berbalik.
"Kau bisa manfaatkan semua pemain hingga 120% kau tahu?" Ujarnya. Akira berpikir beberapa saat. Namun kemudian ia tersenyum.
"Aku mengerti Coach!" Katanya, kemudian berlari ke lapangan.
Tim putri Fukurodani, rata-rata pemainnya memiliki tinggi 170 cm. Jika dilihat dari tubuhnya, kemungkinan besar mereka adalah pemain berpengalaman yang sudah memulai karir voli mereka dari SMP. Nomor satu mereka, Shomei Akane memiliki tubuh paling tinggi, sekitar 180 cm. Ia terus menatap ke arah mereka seperti predator yang akan menerkam mangsanya.
'Dia melihat siapa?' pikir Akira, ia mengikuti arah pandangan Akane. Ah dia sedang melihat ke arah Yuri. Terlebih Yuri balik menatapnya tanpa berkedip. Akira merasa sudah ada ketegangan antara dua tim ini.
'Yuri si bodoh itu...' Pikirnya, kemudian menghampiri Yuri.
"Hei apa yang kau lakukan? Kenapa kau menantangnya?" Bisik Akira.
"Aku tidak menantangnya, dia menatapku, jadi ku tatap balik. Ku pikir dia mau mengatakan sesuatu." Ujar Yuri tanpa dosa. Akira memijit-mijit keningnya pening. Yuri benar-benar tidak pernah bisa di tebak.
Lalu mereka pun melakukan pemanasan. Akira dibantu dengan Miyama-san memberikan umpan. Mereka sedang dalam keadaan prima. Tidak ada gerakan sia-sia. Yuri sudah mengatasi keraguannya dalam memukul bola, Misaki pun tidak menggunakan tenaganya berlebihan.
Akane, kapten sekaligus Ace tim Fukurodani memperhatikan pemanasan lawannya. Kemudian seseorang menghampirinya.
"Mereka biasa saja ya." Kata perempuan berambut cokelat itu.
"Hmm mungkin," Akane memperhatikan mereka sejak tadi, memang tidak ada gerakan atau serangan yang luar biasa, tapi mereka juga tidak melakukan banyak kesalahan. Ia sudah mendengar kehebatan tim voli putra Karasuno, tapi ia belum pernah mendengar tim putri nya. Ia hanya tahu jika dari Perfektur Miyagi, hanya sekolah putri Niiyama yang sampai saat ini menjadi tim unggulan.
"Kau pernah mendengarnya Rin?" tanya Akane pada setter nya itu.
"Tidak. Tapi heeh, apa-apaan luka-luka itu?" Ujar Rin.
Sejujurnya bukan sikap tim Karasuno yang membuat mereka mencolok. Tapi sebagian besar anggotanya yang memakai plester disana-sini yang membuat mereka terlihat menyeramkan. Dari cidera-cidera itu, mereka bisa melihat jika tim Karasuno ini menghabiskan banyak waktu untuk latihan. Tanpa mereka sadari, semua mata tertuju pada tim putri Karasuno, gagak yang tiba-tiba terbang ke Tokyo dan menjadi penantang baru.
PRIIITTT!
Set pertama di mulai, Karasuno memakai formasi starting player seperti biasa. Fukurodani memberikan servis. Servis pertama yang keras, di terima dengan baik oleh Mao.
"Hoo..." Misaki dan Yuri bergumam singkat mengagumi servis yang sangat bagus itu. Namun orang yang memberikan servis itu salah menangkap maksud mereka. Wajahnya tampak sebal, karena ia pikir Misaki dan Yuri meledeknya.
Bola dari Mao di berikan pada Akira langsung diberikan pada Rinkou-san yang ada di belakang, memberikan spotlight pada sang kapten untuk melancarkan back attack. Namun Rinkou terlambat satu langkah, jadi bolanya sedikit tanggung. Ia mendapatkan bolanya, tapi pukulannya tidak kuat hingga menabrak blocker. Yuri menangkapnya, memberikannya pada Akira, dan akira mengumpan pada Misaki. Sebuah spike mendarat di masuk di lapangan lawan. Poin pertama untuk mereka.
"Tanganmu oke?" Misaki memberikan high five pada Mao.
"Aman, huh aku lega, pukulannya tidak sekeras itu." Ujar Mao, ia sebenarnya sangat khawatir jika spike yang Fukurodani layangkan akan sangat keras. Tangannya masih sering pegal gara-gara menerima servis mematikan dari Lady boys. Tapi tim Fukurodani terkejut mendengar ucapan Mao. Yoshino, orang yang tadi memberikan servis terlihat jengkel.
"Apa-apaan itu?! Apa maksudnya servis ku kurang kencang?" Ujar Yoshino.
"Sudah-sudah, jangan termakan provokasi mereka." Kata Akane.
Coach Miyama menahan tawanya di sisi lapangan. Yamada juga menyadarinya. Ucapan Mao bukan untuk memprovokasi mereka. Ia hanya mengatakan kalau ia lega karena servis mereka tidak sekuat servis lady boys. Tentu saja tim Fukurodani tidak tahu latihan seperti apa yang mereka dapatkan selama ini dan mereka salah paham menganggap itu sebagai bentuk provokasi.
Pertandingan berlanjut. Coach Miyama sama sekali tidak memberikan arahan untuk pertandingan ini, itu artinya mereka harus menganalisis lawan mereka. Poin kedua dan ketiga di dapatkan oleh Fukurodani berturut-turut. Rata-rata pukulan mereka kuat dan juga cepat. Mereka akan butuh waktu untuk menganalisis tim Fukurodani, mungkin mereka akan membiarkan Fukurodani menang di set ini. Tapi bukan berarti Akira tidak memiliki rencana sama sekali.
Di awal set pertama, ia lebih sering memberi bola pada anak kelas tiga. Mereka sedang latih tanding, sayang jika tidak di gunakan untuk menguji kemampuan mereka.
"Aoki-san!" Akira ia memberikan bola pada Aoki, pemain tertinggi kedua di Karasuno.
"Argh!" Aoki memukul masuk bola ke lapangan lawan.
"Yeah!"
Akira tersenyum, meski hanya sepertiga serangan berhasil, tapi sepertinya kelas tiga, sudah mendapatkan ritme yang nyaman untuk mereka. Akira belum mau memamerkan senjata yang mereka punya. Ia sering sekali memberikan tatapan pada Yuri maupun Misaki seolah ia akan memberikan umpan pada mereka, namun berakhir ia memberikan umpan pada Aoki atau Rinkou.
"Eto, Coach, kenapa Akira jarang memberikan bola pada Yuri atau Misaki?" Tanya Yamada, ia sedang mencatatat serangan mereka. Dari catatannya, ia menyadari jika Akira terus memberikan bola pada Aoki dan juga Rinkou.
"Hm, begitu?" Coach Miyama tersenyum jahil. "Akira, dia sedang mempermainkan para penyerangnya. Ia sengaja memberi kode pada Misaki dan juga Yuri agar keduanya berusaha untuk memukul bola. Tapi ia malah memberikan bola ke pemain belakang. Membuat lawan terkejut dan tidak siap menerima bola."
"Dia menipu rekan satu tim nya sendiri?" Tanya Yamada, heran.
"Yeah, dia menipu timnya sendiri agar lawan juga tertipu. Yamada-kun, kita tidak memiliki pemain seperti Hinata yang bisa menipu lawan hanya dengan berlari di lapangan. Akira harus berpura-pura memberikan bola agar para blocker menjadi fokus pada orang yang Akira tandai." Coach Miyama tertawa, "si Akira itu, dasar gagak yang licik."
Dari pertengahan set pertama hingga mendekati match point Akira terus menerus melakukan strategi itu sampai lawan terbiasa dan menyadarinya. Di time out kedua yang di minta Fukurodani, Kapten mereka memberitahu timnya.
"Si Setter itu menipu kita, dia membuat kita berpikir bola akan diberikan pada Wing Spiker tapi ia memberikan bola pada pemain belakang." Ujar Akane. Tim nya mengangguk menyadari hal itu juga.
"Siap-siap untuk banyak mendapat Back Attack." Ujar Akane.
Di akhir set pertama, Akira memberikan dua bola pada pemain belakang, namun tim Fukurodani sepertinya sudah menyadari strateginya. Maka di game point terakhir Fukurodani, ketika mereka menerima servis, Akira mengubah strateginya, ia akan memberikan bolanya pada Misaki.
'Sudah cukup Misaki dan Yuri menjadi umpan.' Pikirnya.
"Misaki! Full Power!" Teriak Akira, ia memberikan umpan tinggi dan sangat hati-hati pada Misaki, memastikan agar umpannya pas. Wajah Misaki berubah sumringah, bolanya kini benar-benar datang padanya.
"Baiklah..!" dan...
BAM!
Spike super keras milik Misaki mendarat di tangan Libero Fukurodani. Bolanya berhasil ia kembalikan meskipun tangan nya sangat sakit menerima bola itu. Semua penyerang Fukurodani, terkejut melihat spike Misaki. Mereka berpikir jangan-jangan spike yang sebelumnya bukanlah pukulan asli Misaki, melainkan hanya setengah dari power yang ia berikan.
Formasi tim Fukurodani langsung hancur, karena bola yang di terima Libero mereka terpental jauh, dengan susah payah Rin memberikan umpan dari ujung lapangan pada Akane, Ace mereka. Ia lanjutkan dengan pukulan lurus kebawah, yang tidak bisa dikembalikan Yuri.
PRIITTT!
Karasuno kalah di set pertama. Spike keras dari Misaki dan juga Spike lurus dari Akane menjadi penutup set pertama. Akira hanya nyengir begitu peluit berbunyi. Akane melihat seringai Akira dari jauh, dan itu sangat menganggunya. Instingnya mengatakan, kalau semua hal yang terjadi di set pertama itu disengaja dan sudah di rencanakan.
"Hei kenapa kau nyengir seperti itu? Kita kalah tau." Tanya Mao, mengelap keringatnya.
"Haha, ya aku tahu, tapi apa kau lihat wajah terkejut mereka ketika Misaki melayangkan spike roketnya?" Balas Akira.
"Hoo, jadi kau sengaja, dasar kau licik, setter menjijikan." Komentar Mao. Seringai Akira semakin lebar.
