DISCLAIMER

Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate

THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club

©Longlive Author

Chapter 19 : Di kejar Kenma-san

Mandi air hangat setelah latihan yang berat memang paling manjur untuk meregangkan semua otot tubuh yang tegang. Hari pertama kamp pelatihan, tidak disangka menjadi hari yang panjang untuk mereka. Terutama untuk tim voli putri yang baru kali ini mengikuti kamp. Total empat pertandingan, dua belas set. Kalah 2-1 dari Fukurodani, menang 2-1 dari Nekoma, dan kalah 2-1 dari Shinzen dan Ubugawa. Tiga kali pinalti, yang artinya mereka berlari sejauh 720m bolak-balik lapangan hijau Fukurodani. Mereka memang terbiasa latihan berat selama beberapa bulan kebelakang, tapi kamp pelatihan ini memang benar-benar di level yang berbeda. Terutama bagi mereka, tim yang sering kalah. Rasanya seperti latihan untuk liga profesional.

Yuri yang sudah mencapai batasnya hari itu, sudah ketiduran duluan ketika menunggu giliran mandi. Yachi yang pada kamp kali ini tidur bergabung dengan tim putri terkejut melihat Yuri yang ternyata sangat mirip Hinata ketika sangat ke lelahan. Hinata juga akan tidur dimana saja ketika dia sudah mulai lelah. Ia diberi tahu Yamaguchi kalau di putaran pertama turnamen musim semi lalu, Hinata hampir ketiduran ketika berendam.

Yachi yang tidak tega, berusaha membangunkan Yuri sehalus mungkin untuk mandi lalu makan malam.

"Yuri-san...Yuri-san kau harus mandi dan makan malam dulu." Tapi Yuri tidak bergerak. Ia tidur tengkurap beralaskan tas di pojokan ruangan. Ruang kelas itu sudah di bereskan untuk mereka menggelar futon yang di sediakan sekolah. Sebagian besar dari mereka sudah mandi dan bersiap-siap untuk makan malam.

"Kau tidak akan bisa membangunkannya dengan cara seperti itu Yachi-san. Jika Yuri sudah tidur, dia seperti orang yang sudah meninggal." Ujar Akira. Ia melingkarkan handuk di lehernya. Hanya Akira dan Yuri yang belum mandi.

Latihan mereka melawan Nekoma hari ini benar-benar yang paling menguras energi. Yuri juga memaksanya untuk memberikan umpan lebih tinggi dan meninggikan lompatannya secara berkala. Wajar jika baterai nya sudah habis.

"YURI! KAU HARUS MANDI DULU!" Akira menggulingkan badan Yuri hingga ia terlentang. Yachi kaget denga aksi Akira yang kasar itu. Badan tinggi Yuri membuatnya seperti Godzilla yang tergeletak di jalanan kota.

"YURI!" Teriak Akira. Akira menggoyang-goyangkan bahunya. Yuri membuka matanya namun tidak merespon panggilan setternya itu.

"YURIIII!" Teriak Akira lagi.

" Hn... " Setelah percobaan ketiga barulah Yuri bisa bangun. Yachi melihat Yuri dan Akira melenggang untuk pergi mandi.

'Ternyata tim putra dan tim putri Karasuno, hampir tidak ada bedanya.' pikir Yachi.

Lalu, disinilah mereka, berada di kamar mandi di bilik yang terpisah. Membilas tubuh mereka dengan air hangat dalam diam. Keduanya sepakat untuk tidak mandi lama-lama karena ingin segera makan dan tidur. Setelah selesai ganti baju dengan keadaan rambut yang masih basah mereka keluar. Yuri sengaja membungkus rambutnya dengan handuk seperti di salon-salong karena rambutnya panjang dan akan basah kemana-mana jika ia tidak menutup nya.

Namun ketika mereka baru saja keluar dari kamar mandi, mereka berpapasan dengan Kenma yang juga baru selesai mandi di kamar mandi sebelah. Kepala puding nya pun masih tampak basah. Mereka berdua tidak ingat namanya, yang mereka tahu jika kepala puding dari Nekoma adalah setter mereka. Yuri bertemu dengan nya saat baru datang, namun Hinata sepertinya lupa mengenalkannya. Ia hanya mengenalkan Yuri pada Lev.

Sedangkan Kenma, balik menatap kedua gadis itu sedikit kaget dengan kemunculan mereka berdua dari kamar mandi. Ia tidak mengenali Akira, dan hanya tahu jika Yuri adalah gadis berdarah setengah Rusia seperti Lev.

Kontak mata mereka hanya berlangsung beberapa detik. Baik Kenma, maupun Yuri dan Akira terlalu canggung untuk menyapa satu sama lain. Yuri dan Akira hanya sedikit menganggukan kepala mereka yang di balas dengan anggukan lagi dari Kenma.

Begitu mereka berbalik mereka baru sadar waktu sudah menunjukan setengah delapan malam dan koridor sekolah sudah gelap. Hanya ada penerangan dari lampu sorot lapangan baseball di luar yang menembus melalui jendela.

Kenma membiarkan mereka berjalan duluan dan mengikuti dari belakang, karena mereka menuju arah yang sama.

Kreeaakkkk..!

Tiba-tiba terdengar suara seperti gesekan besi dan juga kaca. Sontak ketiganya berhenti. Yuri dan Akira berbalik ngeri. Mereka menatap sekitaran koridor gelap itu. Tidak ada apapun hanya mereka bertiga. Mereka berada di lantai dua, seharusnya tidak ada apa-apa di luar. Mereka hanya melihat Kenma, menunduk, dengan celana training dan juga mata keemasannya yang memantulkan nyala lampu sorot dalam gelap. Tidak ada yang berbicara, mereka hanya saling bertatapan satu sama lain. Berusaha berkomunikasi lewat telepati jika yang membuat suara barusan bukan salah satu dari mereka.

Kreeeeaak! Ctakkk!

"?" Suara itu terdengar lagi.

Sekarang mereka tahu jika yang membuat suara itu bukan salah satu dari mereka.

Kata penelitian, dalam keadaan terguncang, seseorang akan menggunakan coping mechanism antara dua: fight or flight, melawan balik, atau kabur. Dalam situasi ini, Kenma, Yuri, dan Akira memiliki coping mechanism yang sama. Yaitu kabur.

Dug... Dug... Dug...

Yuri dan Akira langsung berbalik dan berlari, tidak peduli apa yang membuat suara itu. Bahkan mereka terlalu panik untuk berteriak. Mereka hanya berlari sekencang mungkin ke arah barisan ruang kelas tempat tidur putri, yang mana masih jauh dan harus melewati ruang kelas tempat putra tidur.

Mereka berlari dan berlari kemudian baru sadar ada suara langkah kaki lain di belakang mereka.

Yuri memberanikan diri untuk berbalik. Kenma berlari belakang mereka seperti sedang mengejar keduanya.

"Haaa.. " Cicit Yuri panik. Jujur saja, Yuri salah paham. Kenma yang menunduk ketika berlari, di padu dengan rambut bob puding nya yang terurai menutupi wajahnya. Terlihat seperti zombie, atau seorang siswa yang kesurupan. Apa mungkin, malam ini akan menjadi seperti cerita horor anime 'Another' yang pernah Yuri tonton?

Mereka melihat nyala lampu dari ruang kelas yang di pakai tidur.

Akaashi, kapten sekaligus setter tim putra Fukurodani itu baru saja mau keluar dari ruang kelas untuk pergi ke kantin dan makan malam, ketika ia mendengar suara derap langkah cepat beberapa orang mendekat ke arahnya.

Dug... Dug... Dug...

Akaashi menoleh ke arah kiri dan melihat dua orang anggota purtri Karasuno sedang berlari di ikuti oleh Kenma dari Nekoma. Dua tahun hidupnya, Akaashi sudah terbiasa dengan kejadian ajaib yang terjadi karena ulah Bokuto-san. Tapi melihat pemandangan ini, dua gadis dengan sandal slipper, dengan handuk di kepala dan leher mereka, di kejar oleh Kenma yang menunduk seperti zombi.

'Hah, ada apa ini?' Akaashi berusaha mencerna apa yang terjadi, ia butuh waktu untuk memprosesnya kali ini, karena kali ini bukanlah Bokuto-san.

Tiga orang itu berlari melewati Akaashi tanpa sepatah kata apapun. Di pikiran Yuri dan Akira hanya bagaimana caranya cepat kembali ke ruang tidur mereka. Begitupun dengan Kenma, bagaimana caranya agar cepat kembali ke ruangannya.

Dug... Dug...Dug...

Mereka masih berlari, setelah ruangan Fukurodani mereka melewati ruangan tim putra Karasuno. Yuri dan Akira melihat ada dua orang yang sedang berjalan di depan mereka menuju arah kantin yang ada di ujung koridor.

Dug... Dug... Dug...

"Hah?"

"Yuri?!"

Hinata dan Kageyama menoleh. Tiga orang berlari ke arah mereka.

"Hei ada apa?!" Tanya Hinata panik. Yuri dan Akira tidak ada niatan untuk berhenti berlari.

" HEI! HEIIII!"

Karena tidak tahu apa yang terjadi, Hinata ikut berlari di ikuti dengan Kageyama yang ikut panik.

"Ada apa ini Hinata?!" Teriak Kageyama.

"Aku tidak tahu!" Balas Hinata.

"AARRGHH!" Hinata yang dikejar tanpa alasan berteriak panik.

"ARGGGHHH!" Akira dan Yuri yang mendengar Hinata berteriak panik, juga ikut panik dan berteriak.

"ARGGH!" Kageyama yang mendengar mereka berteriak akhirnya ikut berteriak juga.

Seketika terjadi kehebohan di koridor. Orang-orang mulai berlarian ke luar untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"HINATA! KAGEYAMA!"

Mereka semua berhenti. Kageyama dan Hinata tahu jelas suara penuh amarah siapa itu. Yuri dan Akira tidak tahu siapa yang berteriak, namun mereka merasa jika mereka tetap berlari mereka akan mati jika tidak berhenti berlari. Kenma, akhirnya ia berhenti juga dengan terengah-engah. Tidak mengerti apa yang baru saja menimpanya.

Koridor menjadi hening. Puluhan kepala menyembul, melihat ada keributan apa yang terjadi malam-malam begini.

Di tengah keheningan itu, pecah oleh suara langkah kaki dingin seseorang. Kapten Enoshita keluar dari ruang kelas dengan wajah teramat jengkel. Bersiap untuk memberikan pelajaran pada Hinata dan Kegayama.

Itulah awal ceramah pedas berdurasi setengah jam dari Enoshita.

...

Di ruang kantin ketika orang lain sedang makan, Kageyama dan Hinata di tahan oleh sang kapten di luar pintu. Duduk di lantai menunduk sambil merenungi kesalahan mereka. Tidak hanya merek berdua, Yuri dan Akira yang notabene adalah pencetus keributan malam ini juga ikut di cermahi. Pemandangan yang membuat tim lain cekikikan dari dalam kantin.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Enoshita. Singkat, dingin, dan menakutkan.

"Kami pikir ada sesuatu yang terjadi, jadi kami ikut lari." Dalih Hinata.

Enoshita mengalihkan pandangannya pada Yuri dan Akira yang duduk di lantai. Di belakang Enoshita, Rinkou-san juga mengeluarkan aura menyeramkan yang luar biasa setelah mengetahui ada keributan di koridor karena ulah Akira dan Yuri.

"Kami mendengar suara aneh, di dekat kamar mandi, jadi kami lari," Ujar Akira.

"Ketika aku menoleh, ternyata Kenma-san juga berlari di belakang kami, jadi kami panik." Sambung Akira.

Enoshita membuang napas lelah. Selama setengah jam ia memberikan nasihat tentang pentingnya menjaga etika ketika berada di sekolah lain, dan juga etika tentang tidak boleh berlari serta berteriak di dalam koridor sampai mereka berempat kelaparan.

Usut punya usut, Akaashi yang mencari tahu kejadian ini, ternyata suara itu adalah suara dari klub pecinta alam yang sedang menurunkan tali untuk panjat tebing dari lantai tiga lewat jendela. Tali itu berat dan ada ada beberapa besi pengait menempel di talinya. Ketika mereka menurunkan tali sepertinya ada besi pengait yang menggesek salah satu jendela, namun baik Akira, Yuri, maupun Kenma tidak sadar. Jadilah mereka bertiga lari ketakutan.

"Hei, kau juga ikut andil dalam keributan ini Kyanma, mereka ketakutan karena melihatmu mengejar mereka." Ujar Yamamoto sekembalinya mereka dari kantin.

"Mereka berlari, aku pikir ada sesuatu di belakangku." Balas Kenma jengkel.

Begitulah, satu lagi kehebohan dan kesalahan pahaman konyol yang menimpa mereka.