Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate
THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club
©Longlive Author
Chapter 20 : Karasuno's Randomness
Malam itu Yuri mengalami mimpi paling aneh dalam hidupnya. Ia bergerak-gerak tidak tenang di dalam futon. Ia bermimpi jika tim voli Karasuno bertanding dengan sekumpulan tim beruang kutub di atas arena skating es. Permainan mereka berantakan sekali karena mereka tidak biasa berselucur menggunakan sepatu ice skating. Sedangkan lawan tim mereka adalah beruang kutub besar yang meluncur dengan leluasa. Bahkan hal yang paling aneh dalam mimpi itu adalah Aone-san dari Dateko merupakan kapten tim mereka. Tubuh besarnya bergerak dengan lincah di atas es menggunakan sepatu ice skating.
"Aone-san?" Ujar Yuri dalam mimpinya.
Mereka melompat dan memukul bola di atas arena es. Namun karena beruang-beruang kutub itu besar dan berat, lantai es di bawah mereka mulai retak dan ambles. Yuri panik, satu persatu beruang kutub itu tenggelam di air yang dingin. Yuri berusaha menyelamatkan diri agar tidak tenggelam, namun sayang ia terlambat, lapisan es di bawah mereka hancur dan Yuri...
PRIIIITTT!
Yuri melonjak terbangun, ia terkejut.
Tidak hanya Yuri, semua anak juga terlonjak bangun dari tidurnya termasuk Yachi.
"Ada apa?" Misaki terbangun dengan terkejut, rambutnya acak-acakan seperti singa. Matanya pedih dan memerah karena tiba-tiba terbangun.
"Siapa yang bilang di kamp pelatihan bisa kalian bermalas-malasan?" Miyama-san berdiri di ambang pintu sudah segar dan rapi memancarkan aura seperti mentari pagi yang menyilaukan mata. Yamada juga sudah berdiri di belakangnya membawa catatan seperti biasa.
"Ayo bangun! Aku beri kalian lima belas menit dan kalian harus sudah berada di lapangan!"
"Ayo, ayo bangun!" Kapten Rinkou berusaha menyadarkan mereka yang berusaha untuk tidur kembali.
"Hunh? Ada apa? Apa ada serangan alien?" Yachi yang baru setengah sadar dan juga bangun dengan terkejut berbicara melantur.
"Tidak, Coach Miyama membangunkan kita untuk latihan pagi." Jawab Ozomi menguap.
Waktu baru menunjukan setengah tujuh pagi. Mereka menggunakan waktu lima belas menit untuk berganti baju dan juga ke toilet. Yuri masih setengah sadar, bahkan ketika mereka sudah turun ke lapangan outdoor untuk pemanasan. Ia masih belum bisa membedakan mana mimpinya dan mana realita. Di alam bawah sadarnya ia masih mencari-cari Aone-san yang merupakan kapten dari tim voli beruang kutub.
"Lari girls! Lari! Mao jangan membungkuk!" teriak Coach Miyama. Mereka bahkan tidak sadar berapa menit yang mereka lewatkan hingga mereka akhirnya berlari di lapangan hijau Fukurodani.
Akaashi yang baru saja dari kamar mandi melihat ke arah luar dan menemukan tim putri Karasuno sudah berada di lapangan untuk lari pagi. Selama ia mengikuti kamp pelatihan ia tidak pernah melihat tim lari pagi sebelum latih tanding di mulai. Ia berpikir kalau tim voli Karasuno disiplin sekali.
"Coach Miyama itu keras sekali pada tim nya." Tsukishima yang baru saja akan pergi ke kamar mandi berpapasan dengan Akaashi.
"Hmm..." Akaashi bergumam rendah.
"Memiliki seorang atlet dan juga mantan kandidat timnas U-19, ternyata hal yang merepotkan, aku tidak mau memiliki rutin seperti mereka." Ujar Tsukishima hendak melenggang pergi.
"Hm?" Tanya Akaashi. Ia tidak mengerti apa yang di maksud dengan atlet dan juga mantan kandidat U-19. Tsukishima menoleh padanya.
"Coach Miyama, mantan kandidat timnas U-19 tujuh tahun yang lalu, ia pensiun karena cidera parah." Jawab Tsukishima.
"Lalu atlet?" Tanya Akaashi lagi.
"Oh, Yuri itu atlet ice skating Rusia yang saat ini sedang vakum pasca cidera." Katanya. Mata Akaashi melebar. Ini merupakan informasi baru baginya. Ia tidak tahu ada pemain seperti itu di tim voli putri Karasuno. Yuri? Akaashi ingat, dia anak tinggi yang kemarin malam di marahi oleh Enoshita-san.
Sementara itu di luar. Tim voli putri sudah menyelesaikan dua putaran. Wajah bantal mereka yang tadinya masih mengantuk kini sudah benar-benar terbangun. Yuri sudah menyadari jika pertandingannya melawan tim beruang kutub dan Aone-san adalah mimpi dan tidak mungkin nyata.
"Tidak ada tim lain yang latihan pagi." Ujar Mao mencoba menarik napasnya sembari melihat ke arah gedung sekolah. Tim yang lain baru saja bangun, Mao bisa melihat dari jendela, orang-orang menoleh ka arah mereka.
"Ayo, sekarang lanjut ke latihan tangan!" Suara Coach Miyama menyadarkan Mao. Coach Miyama melemparkan tas berisi resistance band yang biasa mereka pakai untuk latihan blocking. Mao terkesima melihat Coach Miyama dan Yamada yang sangat semangat dengan kamp pelatihan ini hingga membawa alat latihan mereka kesini.
Setelah sekitar satu jam mereka latihan, tim voli putri Karasuno kembali ke dalam gedung untuk sarapan pagi. Ketika yang lainnya masih segar, tim voli putri Karasuno sudah berkeringat dengan pipi mereka yang memerah karena baru saja latihan. Semua meja hampir terisi.
"Rinkou-san!" Seseorang memanggil mereka. Rinkou menoleh, dan mendapati Nishinoya melambaikan tangannya untuk mengajak mereka duduk satu meja dengan tim voli putra. Mau bagaimana lagi tinggal meja itu yang terlihat masih cukup untuk mereka berdelapan.
Akira menekukkan alisnya, entah mengapa ia gugup dengan ide untuk bergabung dengan tim voli putri. Perasaannya tidak enak. Benar, saja sebelum ia bisa memilih tempat, secara tidak sadar dia sudah duduk di sebelah Kageyama. Di seberangnya Yuri duduk di sebelah Tsukishima.
"Ugh." Umpat Akira pelan sekali.
"Huek, aku tidak suka umeboshi di dalam onigiri, rasanya menurutku tidak cocok." Kata Hinata yang duduk di sisi lain Kageyama. Kepala tangerine itu berusaha memisahkan umeboshi yang ada di dalam onigiri ke atas piringya.
"Dasar pilih-pilih." Komentar Kageyama dingin.
Di sebelahnya Akira memakan onigirinya dalam diam.
"Ne, Hinata, apa kau menonton VNL semalam?" Tanya Yamaguchi yang duduk bersebrangan dengan Hinata.
"Aku menonton sebentar dengan Kenma dari tabletnya, tapi aku keburu ngantuk." Jawabnya, sambil mengunyah.
"Padahal seru sekali, Brazil lawan Jerman. Darlan, Ace Brazil itu, gila sekali." Komentar Yamaguchi.
"Iya, dia tidak setinggi pemain Jerman dan badannya besar. Tapi dia melompat tinggi sekali. Ku yakin kalau menerima spike darinya, aku akan mati." Balas Hinata.
"Kau tidak akan mati, bodoh! Paling tanganmu akan bengkak setelahnya." Hinata menatap Kageyama. Terkejut Kageyama akan menanggapinya dengan rasional. Mao yang duduk di sebelah Akira mendengar percakapan itu, menatap si Karasuno no 9 dan no 10 dengan seksama. Entah apa yang ia pikirkan. Akira masih menyantap onigirinya dalam diam.
"Kau tahu? Aku bermimpi." Ujar Yuri tiba-tiba pada Akira dan Mao. Keduanya menatapnya.
"Aku bermimpi, melawan tim beruang kutub, di atas arena es." Kalimat Yuri disambut gelak tawa dari Mao.
"Pfffttt..." Akira, Tsukishima, Hinata, dan Yamaguchi berusaha menahan tawanya. Yuri menoleh ke arah mereka, tidak tahu jika Tsukishima, dan yang lain mendengarkan perkataannya.
"Mimpi macam apa itu? Random sekali." Balas Mao masih terpingkal-pingkal.
"Entahlah, kau tahu apa yang lebih gila lagi, aku melihat Aone-san menjadi kapten tim beruang kutub." Katanya.
"Hahahaha..." Akira tertawa terbahak-bahak. Ia tidak bisa menahannya. Aone-san? Menjadi kapten tim voli beruang kutub? Mereka berdua bahkan hanya pernah bertemu denga Aone-san sekali di bus.
"Aone-san? Middle blocker Dateko? Kalian mengenalnya?" Tanya Hinata. Yuri mengangguk.
"Aku dan Akira bertemu dengannya di bus. Jadi kami berkenalan, karena dia bilang mengenalmu." Jawab Yuri polos.
"Pfftttt..." Tsukishima menahan tawanya sekali lagi. Apa yang mereka pikirkan? Mengajak berkenalan kelas tiga middle blocker Dateko dengan kasual seperti itu? Tsukishima pikir hal itu sama randomnya dengan mimpi Yuri barusan. Sedangkan Hinata dan Kageyama terkejut, terutama Hinata. Ia ingat kalau ia gemetaran karena takut ketika pertama kali bertemu dengan Aone-san. Dia berpikir apa tim voli putri ini tidak punya rasa takut?
"Kalian mengajak berkenalan, Aone-san? Hebat sekali. Pertama kali aku bertemu dengan Aone-san aku kira orangnya galak. Karena dia besar sekali." Ujar Hinata.
"Yah, Aone-san memang besar, cocok sekali jika satu tim dengan beruang kutub." Komentar Akira menyeka air matanya karena tertawa.
"Yah sejak kita bertemu dengan Aone-san, aku selalu berpikir kalau dia mirip ice bear dari kartun We Bare Bears." Kata Yuri.
"Hah?" Tanggap Kageyama.
"Kurasa Aone-san tidak mirip beruang." Katanya.
"Hm, tapi ku rasa Aone-san memang mirip beruang kutub." Pikir Hinata, "Dia besar dan rambutnya putih seperti bulu beruang kutub. Dia juga tidak banyak bicara."
Tsukishima mulai memutar bola matanya, jengkel terjebak dalam pembicaraan konyol mereka. Kageyama dan Hinata saja sudah cukup membuatnya pusing, sekarang tim voli putri bergabung dengan mereka.
"Tapi, beruang kutub berbulu. Aone-san tidak berbulu sebanyak itu." Jawab Kageyama. Yuri terkekeh.
"Hei Kageyama, kau ini benar-benar tidak punya imajinasi ya." Kata Hinata dengan ekspresi malas.
"Apa kau bilang?"
"Apa?!"
...dan itulah keributan pertama tim Karasuno di pagi hari. Akira harus sedikit menghindar, karena Kageyama berusaha untuk menjitak Hinata. Meja makan menjadi ribut, dan para Senpai berusaha menghentikan mereka berdua.
"Ho.." Gumam Mao pelan, sambil menyeruput kotak susunya.
"Kenapa?" tanya Akira.
"Kau tahu orang-orang di kelasku juga kadang bertanya tentang Kageyama-san. Mereka sering melihat Kageyama-san dan Hinata-san sering latihan berdua di gelanggang. Sekarang aku bisa melihatnya, mereka memang sedekat itu." Ujar Mao masih pelan. Akira tidak mengerti , Karasuno no 9 dan no 10 memang selalu menjadi sorotan karena mereka dua kombo terbaik yang Karasuno punya. Tentu saja mereka banyak menghabiskan waktu bersama untuk latihan.
"Tentu saja mereka mereka dekat, memangnya kenapa?" tanya Akira, bukannya sudah jelas?
"Ku pikir mereka gay." Ucap Mao polos. Akira berkedip mencerna apa yang Mao katakan. Tiba-tiba Akira berkeringat dingin, takut yang lainnya mendengar kata-kata Mao, tapi syukurlah sepertinya tidak ada yang sadar.
'Gay?' pikir Akira. Rasanya tidak mungkin. Bagaimana Mao bisa berpikir seperti itu?
"Mao, kurasa kau harus berhenti membaca komik genre yaoi, dan jangan terlalu sering mengutarakan isi pikiranmu begitu saja. Itu bisa berbahaya." Bisik Akira.
"Hmm... begitu ya."
