Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate

THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club

©Longlive Author

Chapter 21 : Kejutan!

Kamp pelatihan hari kedua dimulai. Untuk beberapa alasan, latih tanding hari kedua ini tim putra dan putri tidak di pisah di gelanggang timur dan barat seperti hari sebelumnya. Mereka saling bertukar gelanggang dan lapangan setelah menyelesaikan satu game.

"Kita lihat, apakah mereka terdistraksi? Kamp pelatihan ini tidak lagi di khususkan hanya untuk tim putra saja. Sia-sia saja jika tim putra dan tim putri tidak bisa belajar satu sama lain." Ujar Nekomata Sensei.

"Lagipula, dengan adanya tim dari lawan jenis seharusnya bisa membuat lebih bersemangat, bukan begitu Keishin?" Nekomata Sensei tertawa sambil menyikut pelatih Ukai yang berdiri di sebelahnya. Sedangkan Peliatih Ukai hanya tersenyum kikuk seraya mengangguk.

'Dasar pak tua ini, dia hanya ingin melihat tim putri bermain saja..' pikir pelatih Ukai, dan begitu lah mereka memulai pelatihan hari kedua.

Tim putri Karasuno mendapat bagian di gelanggang timur terlebih dahulu untuk latihan. Di lapangan 1, tim putri Fukurodani melawan tim putri Shinzen, dan di lapangan 2 tim putra Karasuno melawan tim putra Nekoma. Sementara di lapangan 3, tim putri Karasuno mendapat jatah untuk latihan, sisanya berada di gelanggang barat.

"Semangat Karasuno!" Teriak Rinkou dan Aoki dari sisi lapangan. Nishinoya dan Tanaka mengacungkan jempol mereka kergirangan.

Mao dan Misaki sudah berlatih passing. Secara khusus Mao meminta Misaki memberikannya spike-spike keras. Pagi ini ketika mereka sarapan bersama dengan tim putra di satu meja, Mao tidak sengaja melihat Nishinoya, yang tangannya terdapat beberapa memar. Melihat itu, membuat Mao berpikir, Nishinoya yang sudah sangat hebat masih berlatih dengan keras seperti itu. Tangannya sendiri pun sudah di penuhi memar dari hasil latihan-latihannya, namun Mao merasa tidak sedikitpun ia mendekati kemampuan Nishinoya.

Menerima dan mengembalikan spike dari Ushiwaka tahun lalu, seorang kandidat timnas Jepang U-19 . Libero sehebat itu, sungguh tidak adil menurut Mao mengetahui Nishinoya tidak mendapatkan tempat di pelatihan nasional maupun pelatihan gabungan sekolah di perfektur Miyagi. Hal itu membuatnya geram sekaligus merasa kecil. Masih banyak yang harus ia pelajari, ia harus berlatih dengan keras jika mau meraih level yang sama dengan Nishinoya.

Pertandingan di lapangan 1 dan 2 sudah dimulai. Karasuno melakukan servis yang mengesankan di tangan anak kelas satu, Shun. Anak kelas satu berambut hitam itu merupakan seorang rookie baru di tim Karasuno. Tingginya 182 cm, dan merupakan spiker andalan ketika SMP. Akira menatap ke arah lapangan dua, bagaiman Kageyama memberikan umpan indah pada Hinata. Sebuah serangan cepat di luncurkan. Bulu roma Akira berdiri, ia merinding melihat itu. Tiba-tiba saja Akira merasa sangat frustasi. Ia juga ingin melakukan hal seperti itu. Ia ingin bisa mengumpan sebagus Kageyama. Semua latihan dan semua pertandingan yang ia lewati selama ini tidak memberikan ke adilan baginya ketika melihat Kageyama. Ia mendengar tentang bakat Kageyama sejak SMP, dan Kageyama semakin bersinar ketika tim putra Karasuno melaju ke turnamen nasional. Sedangkan Akira merasa ia hanya butiran debu dengan semua setter yang ada di kamp pelatihan ini. Kageyama, Akaashi dari Fukurodani, Kenma dari Nekoma, Yuichi dari Nekoma. Mereka semua setter yang hebat.

"Akira!" Rinkou memanggilnya. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran buruk. Ia harus latihan sekarang.

Di lapangan 1, tim putri Fukurodani mengungguli Shinzen. Sedangkan di lapangan 2, seperti yang mereka harapkan, latih tanding antara tim putra Karasuno dan Nekoma berlangsung sengit dengan rally-rally panjang.

"Hei, aku dengan kau kenalan dengan Lev, setengah Rusia yang tinggi itu?" Tanya Mao pada Yuri.

"Yeah, tapi dia tidak bisa bahasa Rusia sama sekali." Jawab Yuri.

"Hm.. begitu?"

Mereka melihat Lev gagal melakukan servis. Bolanya menabrak net.

"Ne bespokojsya, levie!"

("Don't mind, Lev!") Teriak Yuri. Lev yang mendengar Yuri dari lapangan nmenoleh.

"Hei jangan mengejek ku dengan bahasa Rusia Yuri!" Teriaknya. Fukunaga yang ada di sebelah Lev terkekeh.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Mao.

"Don't mind! Tapi dia pikir aku mengejeknya."

Seiring berjalannya waktu, tim putri Karasuno sudah selesai melakukan latihan di lapangan 3. Dari mulai passing, tossing, blocking, spiking, receiving, mereka sudah selesai. Tubuh mereka pun sudah panas. Tidak terasa satu setengah jam berlalu. Pertandingan putra Karasuno dan Nekoma sudah selesai. Lebih cepat dari yang mereka duga. Karasuno memenangkan pertandingan dengan skor 2-1. Tim putra Nekoma harus melakukan pinalti. Pinalti hari kedua adalah melakukan diving receive dan juga jalan anjing laut masing-masing satu kali putaran gymnasium.

Waktu mereka bertanding telah tiba. Mereka akan melawan tim putri Shinzen yang kalah dari Fukurodani.

"Ayo semua!" Ajak Coach Miyama bersemangat.

Tim putra Karasuno mendapatkan jatah untuk di lapangan 3. Mereka kini sedang istirahat untuk beberapa saat dan menganalisis permainan Nekoma sebelumnya. Akira bisa melihat kalau pelatih Ukai sedang berdiskusi sesuatu dengan tim.

Pertandingan mereka di mulai. Tidak seperti pertandingan mereka hari kemarin, mereka memulai pertandingan lebih santai. Bola dari Shinzen seharusnya bisa di terima dan di kembalikan lebih mudah. Aoki memberikan bola pada Akira.

"Yuri!" Akira mengumpan bola pada Yuri. Yuri melompat menyambut bola dari Akira namun...

"Eh?" Yuri melompat ke udara. Lompatanya pas, tingginya pun seperti biasanya, form tubuhnya sudah bagus. Tapi bola dari Akira meleset dan hampir mengenai kepala Yuri.

"Hah?" Gumam Misaki. Yuri mendarat tanpa bisa memukul bola, dan bola terjatuh begitu saja.

"Huh..maafkan aku, maafkan aku." Kata Akira yang baru menyadari kalau umpannya meleset. Tim Shinzen berteriak senang.

"Hm...?" Coach Miyama bergumam dari luar lapangan.

"Ada apa Coach?" tanya Yamada.

"Ini sedikit aneh." Ujar Coach Miyama. Sekali lihat dan Coach Miyama langsung menyadarinya. Kebiasan buruk Akira adalah mudah terdistraksi. Mungkin umpannya pernah meleset, namun Coach Miyama tahu jika ini bukan kesalahan seperti biasanya. Sesuatu mengganggu pikiran Akira dan membuatnya tidak fokus.

Mereka memulainya lagi dengan menerima servis. Namun hilangnya fokus Akira, lama-lama disadari oleh teman-teman setimnya. Beberapa servisnya gagal bahkan ia sempat mengumpan pada Misaki terlalu pendek hingga mengenai wajahnya.

"Ugh..." Misaki terjatuh memegangi wajahnya, yang lainnya mendekat pada Misaki khawatir.

"Apa hidungku berdarah?" Tanya Misaki.

"Tidak." jawab Ozomi. Mungkin ini Akira, tapi meski begitu umpannya cukup keras dan terasa perih di wajah Misaki.

"Maafkan aku." Kata Misaki frustasi. Ia sendiri tidak mengerti kenapa ia begitu hilang fokus hari ini.

"Hei, kau kenapa?" Tanya Misaki ketus.

"Tidak, aku tidak apa." Jawab Akira, kemudian ia berpaling. Melihat reaksi itu Akira menatap Mao dan yuri berusaha bertanya pada mereka dengan tatapannya. Mao dan Yuri hanya mengangkat bahu.

Tim putra Karasuno yang melihat dari lapangan 3 bertanya-tanya, apa tim putri Karasuno bermain seburuk itu? Mereka tidak pernah melihat tim putri dalam pertandingan melawan tim lain sebelumnya.

"Hm, mereka kenapa?" Gumam Hinata yang melihat permainan tim voli putri yang tidak sinkron. Kageyama yang berdiri di sebelahnya juga melihatnya. Sebenarnya Kageyama pun memperhatikan permainan tim voli putri sejak tadi.

"Setter mereka sedang tidak bermain bagus." Ujar Kageyama. Hinata menoleh. Benar juga, ia pikir juga begitu. Penyerang mereka bermain dengan baik, setidaknya Hinata tidak melihat penyerang yang bermain dengan ngawur. Namun bagi Kageyama yang juga seorang setter ia memiliki mata yang jeli. Akira tidak fokus, dan itu berpengaruh buruk pada serangan-serangan dari wing spikernya. Para receiver dan juga pemain depan harus bersusah payah untuk mengcover timbal balik dari umpan-umpan yang tanggung.

Tim putri Karasuno kalah di set pertama dengan poin 24-26.

"Kau ini sebenarnya kenapa? Umpan mu aneh!" Pekik Misaki di sela-sela pergantian set. Ia adalah penyerang yang paling tidak di untungkan di set pertama. Umpan yang tidak pas dari Akira membuatnya tanggung untuk melakukan spike akibatnya, bola sangat sering terkena blok dan formasi mereka jadi berantakan kerena harus menjaga bola tetap hidup.

"Aku tidak apa-apa Misaki, sungguh aku tidak apa, maaf oke, karena aku sedikit kurang fokus." Dalih Akira. Namun wajahnya adalah kebalikan dari baik-baik saja. Ia terlihat jengkel sendiri.

Yuri pun merasa aneh, umpan Akira tidak se akurat hari kemarin. Kemarin mereka bermain dengan bagus, dan mood Akira pun sama sekali tidak terlihat buruk bahkan setelah mereka di marahi oleh Enoshita tadi malam.

Lima menit sebelum set kedua dimulai. Coach Miyama hanya memberikan sedikit arahan, belum yakin dengan apa yang terjadi pada tim nya. Ia juga menayai Akira, namun jawaban anak itu tidak berubah.

"Hei...hei...hei...!"

Tiba-tiba satu gelanggang menjadi hening. Sebuah teriakan keras nan bersemangat terdengar dari pintu gelanggang, mereka semua menoleh. Seorang laki-laki berbadan besar menggunakan kaos dan jaket masuk dari pintu. Rambutnya yang berwana hitam dengan highlight keperakan berjalan dengan percaya diri. Di ikuti dengan segerombolan laki-laki lainnya yang berpakaian kasual dan juga ransel di punggung mereka.

"BOKUTO-SAAANNNN!" Hinata berteriak dari ujung lapangan. Bisa di lihat para tim putra dan juga para pelatih tampak sumringah melihat mereka. Karasuno no 10 itu berlari menghampiri Bokuto mantan Ace Fukurodani. Tidak, sebenarnya tidak hanya Bokuto, namun alumni yang lain juga datang.

"Dachi-san! Suga-san!" Teriak Tanaka dan Nishinoya berbarengan. Mantan kapten dan wakil kapten Karasuno itu melambaikan tangannya. Asahi, mantan Ace Karasuno itu muncul dari balik mereka berdua juga melambaikan tangannya.

"KENMA!"

Teriak seorang lelaki dengan rambut hitam berantakan.

"Kuroo? Ngapain dia disini?" Ujar Kenma malas. Mereka bertetangga, baru dua hari lalu ia melihat Kuroo, kini dia sudah ada disini lagi. Orang-orang ini benar-benar tidak bisa move on.

Rupanya atas permintaan Bokuto dan Kuroo, mereka membujuk Nekomata Sensei untuk mengundang para almuni pada kamp pelatihan di akhir pekan. Nekomata Sensei menyetujuinya selama itu tidak mengganggu jadwal mereka yang sudah kuliah atau bekerja. Ia pikir akan bagus jika para anak baru bisa belajar dari alumni mereka.

Daichi melihat berkeliling. Ternyata Kamp pelatihan tahun ini sepertinya jauh lebih menarik daripada kamp pelatihan tahun kemarin. Belum lagi kini mereka menggabungkan tim voli putra dan tim voli putri. Dari sudut matanya ia bisa menyadari kehadiran tim voli putri Karasuno yang baru saja selesai briefing dalam jeda set. Rinkou melambaikan tangannya pada Daichi-san di ikutin dengan rekan-rekan kelas tiganya yang lain. Daichi membalas lambaian mereka. Sedangkan para kelas satu dan Yuri terlihat kikuk melambaikan tangan mereka rendah. Masih teringat terakhir mereka bertemu dengan Daichi-san Akira dan Yuri menabrak Ushiwaka sehingga menimbulkan salah paham.

"Oi, apa itu anak kelas satu putri? Sepertinya mereka takut denganmu Daichi." Komentar Asahi yang berdiri di belakangnya.

"Mungkin dia takut padamu, janggut!" Timpal Suga yang juga menyadari kehadaran tim putri Karasuno.

"Ah..aku tahu kenapa mereka bersikap seperti itu." Ujar Daichi, Asahi dan Suga menoleh. "Terakhir kali aku melihat tim putri Karasuno, kami bertemu di jalan, dan mereka menabrak Ushiwaka yang sedang lari sore."

"Hah?"

"Apa?!" keduanya terkejut.

"Yah, mereka baru pulang latih tanding, dua anak baru menabrak Ushiwaka di trotoar hingga salah satu dari mereka hidungnya berdarah. Aku pikir mereka berkelahi, ternyata dia mimisan karena sebelumnya kena Head shot." Jelas Daichi lagi.

"Ahahahah...apa-apaan? Memangnya mereka tim putra? Haha, kalau itu Kageyama dan Hinata aku tidak akan heran, tapi tim putri berususan dengan Ushiwaka seperti itu, konyol sekali." Ujar Suga tertawa terbahak-bahak.

"Err, aku tidak tahu apakah Michimiya-san senang mendengar hal ini atau tidak." Kata Asahi.

"Aku sudah memberi tahunya." Balas Daichi. Baik Asahi maupun Suga saling berpandangan. Kini mereka berdua tahu jika Daichi dan Michimiya saling bertukar pesan meskipun mereka sudah lulus. Keduanya memberikan tatapan usil.

PRIIIITTT!

Pertandingan set kedua tim putri Karasuno dan tim Putri Shinzen di mulai. Akira berusaha untuk fokus di set kedua mereka, namun alih-alih ia semakin merasakan beban karena alumni yang baru saja datang. Ia bisa merasakan tatapan Kageyama dan juga Suga, mantan setter Karasuno dari lapangan tiga. Pada titik ini Akira tahu jika kedua setter tim putra itu pasti menyadari jika tim putri Karasuno mengacau itu karena kesalahannya.

"Mao!" Servis dari Tim Shinzen jatuh tepat di tangan Mao dan ia berikan pada Akira dengan sempurna, Akira memberikan umpan pada Misaki, sedikit lebih tinggi namun Misaki bisa mengcovernya.

Spike dari Misaki di terima oleh Shinzen dengan baik, namun serangan balasan dari Shinzen adalah Pipe sebuah serangan tersinkronasi yang menyulitkan blocker membaca siapa ayng akan memukul bola.

"Terima! Terima!" Jerit Mao. Mereka sadar block mereka belum sebagus itu untuk menahan serangan tersinkronasi, Mao mengarahkan seluruh tim mereka untuk menerima bola daripada memblock.

Yuri melihat lawan mereka, terlalu banyak informasi, ia tidak tahu siapa yang akan memukul bola sampai bola benar-benar dipukul.

"Sial, serangan dari tengah." Umpat Yuri. Middle blocker mereka memukul bola sedikit jauh dari net menyebabkan bola akan jatuh di bagian depan wilayah Karasuno.

BAM!

Bola itu melsat cepat ke arah Yuri. Yuri tidak bisa menghindar, bolanya sudah terlalu rendah untuk ia terima dengan tangan, ia sedikit maju untuk menerima bola, namun karena ia membuka kakinya terlalu lebar, dan badannya tidak seimbang. Kaki kirinya yang ada di depan tergelincir maju.

"Tidak sempat! Tidak sempat!" Yuri berkomat-kamit menunggu bola jatuh.

Sreet!

Sebelum mereka tahu, Yuri melakukan split saat menerima bola tanggung. Semua terkesiap meskipun pertandingan tetap berjalan. Mereka bisa mendengar riuh rendah yang hebih di lapangan tiga. Tanaka dan Nishinoya memegangi selangkangan mereka ngeri melihat split horror yang dilakukan Yuri. Sedangkan para alumni terlihat tidak bisa berkata-kata.

Yuri berdiri lagi dan terlihat baik-baik saja. Ia melanjutkan pertandingan dan bersiap untuk menyerang. Sedangkan Coach Miyama terlihat tertawa dari pinggir lapangan. Awalnya Miyama-san sama-sama kaget, namun mengingat Yuri adalah atlet skating, tidak heran ia terlihat biasa saja. Itu buka gerakan yang sulit dalam olah raga skating.

"Apa-apaan itu?!" Bokuto melihat penerimaan Yuri dengan ngeri.

Formasi mereka kacau balau bahkan setelah melewati pertengahan. Rally panjang terjadi karena Karasuno berusaha untuk mengatasi kesalahan-kesalahan mereka sendiri. Tim Karasuno terlihat bertarung melawan diri mereka sendiri ditengah permainannya dengan Shinzen. Yamada menatap Miyama-san dengan penuh harap, tapi Miyama-san tidak bergeming. Ia hanya diam meneliti permainan tim Karasuno yang sangat berantakan. Pertandingan hari ini bahkan lebih berantakan daripada saat mereka bertanding melawan Lady Boys.

"Akira!" Aoki berteriak pada Akira. Kesempatan terakhir mereka sebelum Shinzen memenangkan pertandingan set kedua.

Akira sudah hampir percaya sepenuhnya pada umpan yang akan ia berikan saat ia melihat dari sudut matanya Tim Putra Karasuno sedang memperhatikan permainan mereka.

SLIPP!

BUAGH!

"Urggh.."

PRIIITT!

Semuanya terjadi dengan cepat, Akira memberikan umpan terlalu keras dan rendah, mendarat tepat di wajah Misaki. Head shot kedua mendarat di wajah Misaki hari ini. Sekaligus kekalahan telak mereka melawan Shinzen.

"Misaki!"

Mereka langsung berlari mengerubungi Misaki yang mendarat di punggungnya karena terjatuh. Misaki bangkit terduduk, terlihat kalau pipinya memerah karena umpan tidak pas dari Akira.

"Sial..sial..sial.." Umpat Akira pada dirinya sendiri.

"Maafkan aku!" Dia membungkuk meminta maaf pada Misaki.

"Hey ada apa sebenarnya denganmu?!" Bentak Misaki kesal. Wajar saja, wajahnya kena head shot dua kali di tempat yang sama. Misaki terlihat baik-baik saja, tapi tampak sekali kalau ia geram. Permainan Akira sangat jauh berbeda dengan hari kemarin, padahal pagi ini Akira terlihat baik-baik saja.

"Aku tidak apa-apa, aku tidak apa-apa." Jawab Akira.

"Permainanmu—"

"OKAY STOP!" Teriak Miyama-san tepat sebelum perdebatan terjadi. Tanpa mereka sadari orang-orang sekitar sudah memperhatikan mereka.

"Kalian akan melakukan pinalti." Ujar Miyama-san. Mereka berdelapan merasakan aura dinign di tengah hari yang panas itu, tidak lain datang dari pelatih mereka. Wajahnya masih tersenyum, namun entah kenapa merasa tidak enak.

"Lari lima keliling lapangan, dan dinginkan kepala kalian." Gumamnya pelan, namun membuat shock semua orang. Yuri terlihat seperti mau menangis mendengar hal itu. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas, matahari sudah tinggi, di cuaca menjelang musim panas seperti ini ia tidak akan bertahan. Dua keliling lapangan saja sudah sangat melelahkan apa lagi lima.

Tanpa mengatakan apapun Akira berbalik dan beranjak keluar gymanasium untuk berlari.

"HEI!" Teriak Misaki.

"Berhenti Misaki!" Teriak Rinkou, dan di ikuti suara ribut lainnya.

Tim putra Karasuno menatap tim putri mereka. Begitupun dengan Yachi yang kini tengah memegang bola.

"Mereka bertengkar." Gumamnya pelan. Yachi pikir, itu mirip dengan Kageyama dan Hinata seperti ketika mereka bertengkar tahun lalu saat kamp pelatihan, dalam hatinya ia berharap mereka baik-baik saja.

"Mereka lebih kacau dari yang ku kira." Ujar Daichi. Mengingat timnya yang benar-benar menyusahkan ketika di luar lapangan. Ia merasa iba pada Rinkou yang juga memiliki rekan tim yang gampang panas sepeti mereka, dan tentu saja, para gadis selalu lebih ribut dari pada laki-laki.

Akira berlari sekencang mungkin selama dua putaran, berusaha mengabaikan panggilan teman-temannya dan terutama berusaha mengabaikan pikiran-pikiran buruk. Ia tahu, ia tahu sekali jika dia sangat mudah terdistraksi. Pikiran buruknya itu tidak lain karena ia merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya. Ia sangat tidak mau mengakuinya, namun itu kenyataannya. Dengan adanya tim putra Karasuno terutama nomor 9 dan 10, itu sudah cukup membuatnya gugup karena memperhatikan mereka bertanding. Di tambah kehadiran para alumni. Siapa yang tidak tahu Bokuto Kotarou? Ace peringkat 5 tingkat Nasional.

'Sial...kenapa lapangannya harus di campur?!' Akira mengumpat dalam hati. Ia berlari semakin kencang.

"HEI! AKIRA!" Misaki akhirnya mendapatkan lengan Akira, setelah bersusah payah berlari menyusul Akira.

"Huh...huh...y-yah...bhaghuss..kithaa...huh...istirahat..duluh... huh.." Ujar Mao yang menyusul mereka terngah-engah.

Tepat di bawah pohon besar tak jauh dari gelanggang mereka berhenti, setidaknya mereka bisa berteduh sejenak sebelum melanjutkan pinalti. Yuri, hampir tidak bisa berkata-kata. Ia seperti ikan Koi yang di lepaskan ke darat. Wajahnya merah seperti buah tomat.

"Ah—akhu.. melihat kunang-kunang...hahh" Yuri mengibas-ngibaskan tangannya sendiri di depan wajahnya.

"Yuri jangan pingsan." Kata Rinkou menepuk-nepuk punggung Yuri.

Konyol sekali, tanpa sadar kecepatan lari mereka bertambah karena berusaha mengimbangi lari Akira. Tidak hanya Yuri, Ozomi terlihat seperti sarapannya berusaha keluar dari perut.

"Ada apa Akira? Setidaknya katakan sesuatu, umpanmu jelek sekali di pertandingan tadi." Kata Misaki akhirnya. Sial..sial..sial.. ia tidak mau di ingatkan, ia tahu umpannya jelek. Akira sangat frustasi.

"Aku hanya tidak fokus, okay! Maafkan aku!" Balas Akira berteriak.

"Hei kenapa kau berteriak?!" Misaki yang tersulut emosi ikut berteriak.

"Khau tau, itu tidak masalah Akhirah.." Ujar Yuri sambil terengah-engah berusaha menenangkan keduanya, "Jika kau tergangguh sesuatu, kau bisah hah...hah...katakan pada kami."

"Aku tidak apa-apa, aku hanya butuh menenangkan diri, aku akan lanjut—"

"Tidak, kenapa kita tidak membicarakannya!?" Teriak Misaki,

"Tidak! Kenapa kau sangat menyebalkan Misaki?!"

"Apa?!"

"Ugh Girl's Fight!" teriak Mao malah mengompori keduanya.

"Stop!" Yuri berusaha melerai. Pada saat ini teriakan-terikan mereka terdengar hingga kedalam gelanggang. Yamada dan Miyama-san berjalan keluar gelanggang mendengar keributan itu, hendak memarahi tim putri. Di ikuti dengan beberapa orang lainnya. Tidak hanya mereka sebenarnya, mereka yang berada di gelanggang sebelahpun penasaran dengan apa yang terjadi di luar.

"Bagaimana jika permainanmu buruk lagi?!" Teriak Misaki.

"Cukup, oke! Tinggalkan aku sendiri, aku akan lanjut lari." Akira terlalu lelah dengan perdebatan ini. Ia berbalik dan hendak berlari. Namun ketika ia berbalik ia merasa ia menginjak sesuatu di balik dedaunan kering.

'Daun kering? Ini bahkan bukan musim gugur.' Pikir Akira.

SNAP!

SREETTTT!

"AARRGGGGHH!"

"AKIRA!"

"ARGH!"

Seperti permainan mereka yang kacau balau, kini tim putri Karasuno terlihat terjebak di suatu keadaan yang sama kacaunya.

Akaashi terkeluar dari gelanggang timur, mendengar ribut-ribut suara para gadis di luar. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat kali ini.

'Hah? Apa yang terjadi?' Pikirnya. Setelah ia melihat dua gadis tim Karasuno berlari di koridor sambil di kejar oleh Kenma, apa yang ia lihat kali ini jauh lebih ajaib dari semalam. Ia melihat tim putri Karasuno berdiri di bawah pohon menegadah, melihat ke atas, salah seorang dari mereka. Gadis berambut pendek yang semalam, kini terjebak di dalam jebakan tali, mengantung lima meter dari tanah seperti seekor babi hutan yang terjebak jebakan pemburu.

"ARGGHH TOLONG AKU!" Akira berteriak mau menangis. Yuri melihat Akira kemudian menunduk ke arah dedaunan di bawah kaki mereka. Kemarin ketika mereka datang Akaashi-san bilang jika tim pecinta alam sedang latihan untuk jambore nasional dan memperingatkan Hinata untuk berhati-hati karena banyak jebakan. Jadi ini maksudnya?

"Tolong aku! Tolong aku!" Jerit Akira. Kini semua orang sudah keluar dari gelanggang untuk melihat apa yang terjadi.

SREETTT!

"ARG!" jebakan tali itu merosot, seperti sudah tidak kuat lagi menahan beban tubuh Akira.

"Oh aku akan mati, aku akan mati! Kenapa begini? Kenapa ada jebakan seperti ini di sekolah?!" Akira sudah berkomat-kamit tidak jelas seperti orang sedang sekarat.

"Akira pegangan pada talinya!" Kata Mao. Tapi sepertinya Akira terlalu panik untuk mendengarkan Mao.

SREETTT! Talinya semakin merosot.

"Argghh! Maafkan aku, maafkan aku, jika aku mati, maafkan aku! Aku tidak bermaksud mengenai wajahmu. Aku tidak percaya diri oke, aku tidak percaya diri di karena ada Kageyama-san. Dia sangat hebat, tapi dia sangat menakutkan, aku bahkan tidak berani meminta saran!" Akira benar-benar berteriak tanpa menyadari jika orang yang ia sebutkan mendengarnya dari depan gelanggang. Nishinoya, Hinata, Tanaka, dan yang lainnya berusaha keras untuk menahan tawa mereka, karena sedang ada situasi hidup dan mati di depan mereka.

SREETTT!

"Oke ini salahku, ini salahku, aku berjanji tidak akan terdistraksi lagi, tolong aku! Aku menyayangi kalian, meskipun kalian aneh aku menyayangi kalian. Tolong aku! Tolong aku!"

SREETTT!

"Oh sial!" Umpat Yuri, Akira akan jatuh, lehernya bisa patah di ketinggian seperti itu.

"Semuanya ayo! Jangan diam. Buat formasi!" Ujar Rinkou.

"Yuri, Aoki, kemari!" Katanya, mereka berusaha menangkap Akira yang akan terjatuh.

"Kau akan baik-baik saja Akira!" Teriak Aoki.

SREETTT!

"ARGGH!"

BRUAGH!

Akira terjatuh menimpa teman-temannya. Mereka semua terbaring di atas dedaunan karena menahan berat badan Akira.

"Aku hidup! Aku masih hidup! Aku masih hidup!" Akira bergumam, merasakan tidak ada bagian tubuhnya yang patah.

"Tentu saja kau masih hidup bodoh, kau menimpa kami semua." Balas Misaki yang tertindih badan Akira.

Nishinoya dan Tanaka tertawa terbahak-bahak, wajah Kageyama terlihat bingung tidak mengerti apa yang terjadi hingga namanya terbawa. Suga bergabung ikut tertawa, ia baru kembali sejak lulus, dan ia sudah di suguhkan dengan kekacauan macam ini. Asahi dan Yachi mengelap keringat dingin di dahinya karena ikut khawatir dengan Akira yang terjatuh dari ketinggian lima meter.

"Apa tim voli Karasuno di kutuk oleh dewa kekacauan?" Gumam Daichi.

Sedangkan Bokuto berpikir, ini pertama kalinya ia melihat kekacauan yang dibuat bukan oleh dirinya, terutama ini di sekolahnya. Ia sendiri tidak tahu kenapa ada jebakan seperti itu disini. Bagi Bokuto, itu adalah sebuah misteri aneh yang terjadi menjelang musim panas.