Shinobi of Tempest

Bab 24 : Keputusan Rimuru

Rimuru kemudian melompat menghindar, ia benar-benar terpojok, "Daikenja berikan solusi!" seru Rimuru.

"Menjawab! Saya sarankan kita mengaktifkan Skill Resonansi, saya sudah menganalisanya, skill ini jika sudah diaktifkan, maka tidak akan bisa hentikan, dengan resonansi. Kita bisa mendapatkan pengetahuan luas mengenai chakra, tapi sebagai gantinya Naruto si pemilik chakra yang kita simpan juga akan mendapatkan skill dan pengalaman Anda, apa Anda setuju?" tanya Daikenja.

Merasa tidak ada pilihan lain Rimuru pun menerimanya dan hal itu membuat semua ingatan Naruto mengalir ke kepalanya, Rimuru, begitu juga sebaliknya, dengan pengalaman yang Rimuru dapatkan, ia melompat ke udara dan karena ia tidak bisa menggunakan Magicule, dikarenakan barier yang digunakan Hinata. Rimuru akhirnya sepenuhnya menggunakan chakra yang bisa berguna di dalam barier.

Rimuru menggerakan tangannya dalam membentuk beberapa segel tangan dan akhirnya, "Taju Kagebunshin no jutsu!" seru Rimuru dan ribuan bunshin bertebaran kemana-mana, dan Rimuru yang asli bersembunyi di dalam tanah agar bisa pulang ke Tempest secepat mungkin, karena ia melihat ingatan Naruto yang terkena ledakan.

Hinata kaget, karena harus berhadapan dengan ratusan bahkan ribuan Rimuru yang menyerangnya, ia bertarung habis-habisan dan setelah dipukul atau terkena serangan para bunshin itu berubah menjadi asap. Lalu karena rensonansi dengan Naruto. Rimuru akhirnya bisa menggunakan Hiraishin, dengan tanda yang sudah Naruto tempelkan di berbagai lokasi yang akhirnya Rimuru yang asli muncul di kota dan melihat tiga orang dari dunia lain yang berhasil ditaklukkan oleh bawahan Rimuru.

Lalu tak lama setelahnya Naruto bangun dari reruntuhan dan tubuhnya beregenerasi dengan cepat, "Rimuru, akhirnya kau kembali. Apa keputusanmu mengenai mereka?" tanya Naruto.

"Sebaiknya kita harus menahan dan menyegel kemampuan mereka," tanggap Rimuru.

Naruto langsung dengan cepat memberikan segel Kekai Tenro pada ketiga remaja dari dunia lain itu, segel itu akan membuat ketiga remaja itu tak bisa keluar dari Tempest, selain itu jika enggunakan kekuatan magic atau skill segel itu akan membakar tubuh mereka dari dalam.

"Bawa mereka ke penjara," ucap Naruto setelah selesai memasang segel kekai tenro.

"Ano, Naruto, apakah kau melihat semua ingatanku?" tanya Rimuru.

"Ya aku melihat semuanya, bahkan sebelum kau punya namapun juga aku lihat," ucap Naruto lagi.

"Jadi sekarang bagaimana, apa kau masih mau menjalani hubungan suami istri itu?' tanya Rimuru.

Naruto hanya diam, sejujurnya ia juga syok mengetahui kenyataan kalau RImuru dulunya adalah seorang pria jomblo yang mati bereinkarnasi menjadi Slime. Ditanyai demikian membuat Naruto berpikir keras.

"Rimuru ... aku akan berpura-pura tidak tahu akan jati dirimu sebenarnya dan tetap memandang dirimu yang sekarang," ucap Naruto dengan senyum yang dipaksakan.

"Ah begitu, aku juga akan menutup mata akan hal yang kau lakukan hari ini, karena itu demi keselamatan Tempest, selain itu kita juga harus membicarakan bagaimana kelanjutannya, karena orang-orang Falmuth akan datang dengan pasukan besar kemari," ucap Rimuru yang mendapatkan itu dari ingatan Naruto yang mendapatkan ingatan Folgen dan petinggi-petinggi Falmuth yang ia bantai sebelum memasuki Tempest sebelumnya.

"Soal itu tak usah dipikirkan, aku sudah mengirimkan Jutaan Megalodon Terbang untuk mengatasi pasukan Falmuth yang akan datang nanti, aku akan memastikan, kematian bagi siapapun yang datang dengan niat mencari masalah," gumam pelan Naruto.

"Maaf Naruto, bisakah kau tarik pasukan Megalodonmu, aku ingin mengatasi masalah ini seorang diri, aku akan mencoba cara yang lebih damai," pinta Rimuru,

Naruto hanya diam mendengarnya, "Apakah karena kau sudah bisa menggunakan semua kemampuanku, kau berpikir untuk membuangku?" tanya Naruto.

"Eh? Kenapa kau malah berpikir begitu?" kaget Rimuru dengan jalan pikir Naruto.

"Kau bilang kau ingin mengatasi masalah sendiri, yang artinya kau sudah tidak membutuhkanku lagi, selain itu, semua kemampuanku bisa kau akses dengan mudahnya. Jadi aku mulai berpikir apa sebenarnya keberadaanku di sini masih bernilai?'" tanya Naruto sambil menunduk, jujur ia sudah merasa terikat dengan Tempest, hal ini membuatnya terasa berat jika harus meninggalkan Tempest.

"T-Tidak bukan begitu maksudku, walau bagaimanapun, aku sudah melihatmu berjuang keras, jadi aku berpikir mungkin sekarang adalah giliranku untuk melindungi Tempest.

Naruto mendengarkan kata-kata Rimuru, tetapi rasa tidak percaya dan keraguan masih menghantuinya. "Tapi jika kita tidak bersatu dalam menghadapi ancaman ini, bagaimana kita bisa memastikan keselamatan Tempest?" ucapnya dengan nada penuh emosi.

Rimuru merasa terjebak dalam situasi sulit. Dia tahu betul bahwa Naruto memiliki kekuatan yang luar biasa dan mampu melindungi Tempest dari ancaman yang akan datang. Namun, dia juga ingin menunjukkan bahwa dia mampu menangani masalah ini sendiri.

"Naruto, aku menghargai semua yang telah kau lakukan untuk Tempest," jawab Rimuru. "Tapi aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa berdiri sendiri dan tidak hanya bergantung padamu. Kita harus menemukan cara untuk mengatasi ancaman ini tanpa kekerasan jika memungkinkan."

Naruto mengangkat kepalanya, matanya menunjukkan keraguan. "Tapi mereka datang untuk menyerang kita. Apakah ada cara untuk bernegosiasi dengan musuh yang sudah bersiap untuk berperang?"

Rimuru menghela napas, berusaha meyakinkan Naruto. "Aku percaya ada cara untuk melakukan itu. Jika kita bisa menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak berbahaya dan hanya ingin hidup damai, mungkin mereka akan mundur. Aku tidak ingin mengulangi siklus kekerasan ini."

Naruto menatap Rimuru dengan serius, merenungkan kata-kata sahabatnya itu. "Kau tahu, itu ide yang berani, dan aku menghormatinya. Tapi jika mereka menyerang, aku tidak akan ragu untuk melindungimu dan Tempest."

Rimuru mengangguk, merasa senang atas komitmen Naruto untuk melindungi mereka. "Aku tahu, dan aku menghargainya. Tapi untuk saat ini, aku akan mencoba cara ini terlebih dahulu. Jika semuanya gagal, kita bisa menggunakan cara lain."

"Baiklah," kata Naruto akhirnya, suaranya tenang. "Aku akan menunggu di sini dan mengawasi situasi. Jika kau butuh bantuanku, panggil saja."

Rimuru tersenyum, merasa lega. "Terima kasih, Naruto. Kita akan melakukan ini bersama-sama, satu langkah pada satu waktu."

Setelah percakapan itu, Rimuru mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Dia merasa lebih kuat dan percaya diri berkat resonansi dengan Naruto, dan dia siap untuk bernegosiasi dengan pasukan Falmuth.

Namun, saat dia bersiap untuk berangkat, perasaan cemas menyelimuti dirinya. Dia tahu bahwa tidak semua orang di Tempest setuju dengan pendekatannya yang damai. Beberapa mungkin lebih suka bertarung daripada mencoba untuk mencari jalan tengah.

Di sisi lain, Naruto mengamati Rimuru dengan rasa bangga dan cemas. Dia menyadari bahwa Rimuru telah tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin yang kuat, tetapi dia juga merasa perlu untuk menjaga sahabatnya itu agar tidak terjebak dalam situasi berbahaya.

Ketika Rimuru melangkah keluar, Naruto tetap di tempatnya, menunggu dan siap jika dibutuhkan. Dia tahu, terlepas dari semua keraguan dan ketidakpastian, mereka akan menghadapi tantangan ini bersama-sama.

Sementara itu, di luar Tempest, pasukan Falmuth mulai mendekat, siap untuk melancarkan serangan mereka. Rimuru harus bersiap untuk menghadapi mereka dengan cara yang belum pernah ia lakukan sebelumnya—sebagai diplomat dan pejuang.

Terlihat juga mereka berhenti untuk beristirahat dan membangun kamp untuk mengisi tenaga setelah lelah berjalan dari Falmuth menuju perbatasan nampaknya sedang menunggu kabar dari Razen dan Folgen.

Hal itu juga langsung dilaporkan oleh Souei dan bawahannya pada Naruto an Rimuru, terlihat saat ini Naruto hanya diam da tidak merespon apa-apa, karena Rimuru ingin menyelesaikan hal itu.

"Hei Naruto, aku memang bilang ingin menyelesaikan ini sendiri, tapi bisakah kau menemaniku?" tanya RImuru.

Naruto hanya mengangguk dan berjalan di samping Rimuru,lalu Rimuru pun menggunakan wujud humanoidnya. Naruto tidak mau ambil pusing dengan hal-hal tidak penting. Namun, ia melirik ke arah tiga remaja dari dunia lain itu

"Aku memang bisa menemanimu. Namun, aku ingin melakukan sesuatu dahulu," ucap Naruto.

"Apa itu?" tanya Rimuru.

"Kau punya kekuatan dan ingatanku bukan, harusnya kau tahu apa yang aku pikirkan," ucap Naruto.

"Kau ingin membunuh mereka?" tanya Rimuru.

"Kenapa tidak," tanggap Naruto sambil berjalan maju ke arah ketiga Remaja itu dengan tatapan dingin, akhirnya energi gelap keluar dari dalam dirinya berbentuk naga ungu yang akan memakan jiwa target.

"Oi-oi jangan hentikan Naruto! Kau terlalu berlebihan! Hentikan, ingat moralmu sebagai manusia!" seru Naruto.

"Apa kau yakin membiarkan orang dengan penuh sifat negatif ini hidup?" tanya Naruto sambil menatap Rimuru.

Rimuru yang bisa mengakses kemampuan milik Naruto hanya bisa terdiam, jujur ia juga merasakan hawa dendam dan permusuhan dari 3 remaja itu.

"Tapi embunuh mereka bukanlah hal yang tepat, aku merasa kita bisa melakukan hal lain selain membunuh mereka," ucap Rimuru.

Naruto hanya diam, hal ini karena Naruto sendiri mungkin akan berpikiran sama jika tidak melihat pengalaman Nagato dan yang kehilangan sahabatnya Yahiko hanya karena kepolosan Yahiko yang menuruti keinginan dari Hanzo yang menghasut mereka untuk membunuh Yahiko jika ingin Konan selamat. Hal ini memang berbeda. Namun, Naruto tetap khawatir kalau apa yang dilakukan oleh Rimuru dalam memaafkan 3 pengacau ini akan berakhir buruk di masa depan.

"Sebutkan satu alasan bagus kenapa aku harus mengampuni nyawa mereka bertiga?" tanya Naruto pada Rimuru.

"Mereka hanya anak-anak labil, kita bisa, mengajari mereka bagaimana bersikap baik, jadi dari pada membunuh mereka, bukankah akan lebih baik memberikan mereka kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri?" tanggap RImuru.

"Tidak ada jaminan mereka akan benar-benar berubah," gumam Naruto sambil terus memancarkan aura gelap yang semakin pekat di sekitarnya. Matanya menatap tajam ketiga remaja yang ketakutan dan tidak berani bergerak. Bagi Naruto, kenangan tentang kejahatan yang telah ia saksikan di masa lalu membuatnya sulit percaya bahwa memberikan kesempatan kedua selalu tepat.

Namun, Rimuru meletakkan tangan di bahunya, memancarkan ketenangan. "Naruto, aku paham ketakutanmu. Tapi mereka juga bisa menjadi saksi hidup bahwa kita lebih dari sekadar monster yang balas dendam," ucapnya, mencoba membujuk.

Naruto menatap Rimuru dengan ekspresi bercampur aduk. Dia tahu bahwa Rimuru adalah sosok yang penuh harapan, bahkan di tengah ancaman. Tapi pengalaman pahit yang dibawa oleh ingatan Nagato dan Yahiko terus menghantui pikirannya.

"Kau tahu, memberi mereka kesempatan berarti kau siap menerima risiko mereka mungkin akan menyakiti desa ini lagi," kata Naruto, suaranya penuh keraguan. "Namun, jika kau bersikeras, aku tidak akan menentangnya. Aku akan menghormati keputusanmu."

Rimuru tersenyum lega. "Terima kasih, Naruto. Aku percaya bahwa kebaikan hati masih bisa menjadi jalan terbaik." Rimuru pun melangkah maju mendekati ketiga remaja itu, berbicara dengan suara lembut namun tegas. "Aku memberimu satu kesempatan. Gunakanlah sebaik mungkin, atau aku tidak akan segan-segan mengubah pendirianku."

Ketiga remaja itu mengangguk gemetar, merasa lega namun juga takut. Mereka menyadari bahwa kehidupan mereka kini berada di tangan Rimuru dan Naruto.

Naruto pun menurunkan auranya, naga ungu yang berbentuk dari energinya mulai menghilang. Namun, dia memperingatkan mereka dengan suara datar, "Jika kalian mengkhianati desa ini, tidak akan ada pengampunan lagi."

Rimuru memandangi Naruto dengan penuh rasa terima kasih, sementara Naruto hanya mengangguk pelan, menyadari bahwa meskipun keputusannya berbeda, dia bersedia mendukung harapan Rimuru untuk perubahan.

Akhirnya Naruto dan Rimuru berangkat berdua, meninggalkan ketiga Remaja itu pada pengawasan dari bawahant erkuat Rimuru saat ini, yaitu Benimaru, Hakurou, Souei dan Shion

Bersambung