Shinobi of Tempest
Bab 16 : IngrasiaNaruro yang merasa kalau satu-satunya cara memisahkan Charybdis dengan inangnya adalah memakai kekuatan Gedo Mazo, dengan cepat mengeluarkan kekuatan pamungkasnya, "Fuin jutsu! Nine Dragon Spirit eater!"
Seketika itu juga. Sembilan Naga Transparan keluar dari tubuh Naruto dan mulai menggigit Charybdis dan dan memakan Inti Energinya dengan sangat cepat dan hanya dalam 30 detik Charybdis habis dimakan dan menyisakan inangnya Phobio yang sekarat.
Setelahnya Rimuru dan yang lain berkumpuldi dekat Phobio dan Naruto, "Berhaslkah?" tanya Rimuru.
"Ya, hanya saja... aku tidak yain dia masih bisa selamat," ucap Naruto yang melihat Phobio yang tak sadarkan diri, di mata Naruto, Phobio bukan hanya pingsan. Namun, sudah masuk tahap sekarat, karena energi kehidupannya sudah sangat tipis.
"Huaaaa, kalau begitu aku akan memulihkannya dengan Potion," ucap Rimuru sambil mengeluarkan obat penyembuh dari tangannya, "Bagaimana? Apakah ada yang keberatan jika aku menyelamatkan nyawanya?" tanya Rimuru.
Benimaru nampak tidak masalah, "Itu terserah Rimuru-sama" ucap Benimaru dan diberi anggukan oleh yang lain. Naruto yang mendengar persetujuan itu hanya diam saja, ia tidak merespon apapun, ia tidak ingin menanggapi apapun mengeai Phobio, menurutnya, mau Phobio ini hidup atau mati sudah bukan urusannya lagi.
Setelah Phobio tubuhnya disiram dengan Potion, ia langsung terbangu dan mengeluh akan rasa sakit di kepalanya.
"Hei, apa kau sudah sadar, jika iya, apa kau ingat semua hal yang kau lakukan?" tanya Rimuru pada Phobio.
Phobio yang teringat akan hal buruk yang sudah ia lakukan, langsung bersujud di hadapan Rimuru yang sedang dalam wujud Humanoid, ia meminta maaf atas apa yang terjadi.
"Mohon maaf atas segalanya! Karena kemarahanku atas dipermalukannya diriku di depan semua orang, membuatku terbutakan dan ... ini sepenuhnya kesalahanku, jadi bisakah cukup dengan mengambil nyawaku saja untuk ini?!" yah Phobio sudah menunjukkan rasa bersalah dan ia tidak ingin tuannya Charion mendapat masalah hanya karena dirinya
"Kenapa kau datang ke lokasi segel Charybdis? Apa kau tidak tahu nyawa semua orang akan dalam bahaya? Kenapa kau membangkitkannya?!" tanya marah Treyni.
"I-Itu...". Phobio, ia nampak kebinungan dan tak bisa mengatakan apapun, karena itu adalah kebodohannya sendiri.
"Menurut laporan Souei, Phobio dia berbicara dengan dua orang aneh bertopeng, satu pria gemuk dengan topeng badut ekspresi marah, dan perempuan berambut merah muda dengan topeng ekspresi menangis, dengan ciri-ciri itu, mereka punya hubungan dengan Clayman, dan Gelmud yang sebelumnya membawa Orc Lord kemari. Artinya ini semua di dalangi oleh Clayman dengan bawahannya, yang terdiri dari Gelmud dan Organisasi Badut Berkelas serba bisa, yang terdiri lagi dari: Laplace, Tear dan Footman," ucap datar Naruto
"Jujur, apa yang kau bicarakan dengan mereka?" tanya Rimuru.
"Mereka menjanikan kekuatan besar padaku, agar aku bisa membalas apa yang terjadi denganku, mereka juga bilang Segel Charybdis juga melemah dan jika tidak ada yang mau mengendalikannya, maka makhluk itu akan menghancurkan segalanya, jadi au pikir aku bisa mengendalikan makhluk itu," ucap Phobio jujur.
"Apa kau berpikir bisa mengalahkan sahabatku dengan bergabung dengan makhluk seperti itu?" tanya Milim yang tiba-tiba datang.
"A... Maou Milim!" kaget Phobio.
"Jadi bagaiman Naruto, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya Milim pada Naruto.
Semua orang kemudian menatap Naruto, dan Naruto hanya bisa dam sambil melirik Phobio, "Apa kau masih membenciku atas segala teguran yang pernah aku berikan padamu?" tanya Naruto pada Phobio.
Phobio menundukkan kepalanya dalam-dalam, jelas merasa malu dan bersalah. "Aku… aku tidak bisa menyangkalnya. Pada awalnya, aku memang membencimu, Naruto-sama. Aku merasa direndahkan dan dipermalukan olehmu. Tapi… setelah semua ini, aku sadar betapa bodohnya aku. Semua yang terjadi ini adalah karena kesombongan dan kebodohanku sendiri."
Naruto menatap Phobio dengan tatapan datar, tapi matanya menunjukkan pemahaman. "Kesombongan sering kali menjadi musuh terbesarmu sendiri, Phobio. Namun, yang lebih penting adalah apa yang kau lakukan setelah kau menyadari kesalahanmu." Naruto berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap.
Phobio menahan napas, menunggu keputusan Naruto. Semua orang di sekitar mereka pun menahan diri, tahu bahwa ini adalah momen penting. Rimuru, Milim, Benimaru, dan yang lain tidak berkata apa-apa, hanya menunggu apa yang akan terjadi.
Naruto melanjutkan dengan suara yang lebih tenang, "Aku tidak punya kepentingan untuk menghukummu lebih jauh. Kau sudah merasakan akibat dari tindakanmu. Tapi ingat ini, Phobio—kekuasaan bukan sesuatu yang bisa kau peroleh dengan jalan pintas. Jika kau benar-benar ingin kuat, itu harus melalui usaha dan latihan yang keras, bukan melalui jalan penuh tipu daya seperti yang ditawarkan oleh Clayman."
"Hmmm... Seperti kata Naruto, kau dimaafkan, dan bisa kembali, dan ingat jangan sampai tertipu lagi," ucap Rimuru membenarkan.
"Tidak, tunggu, bagaimana bisa kalian memaafkan perbuatanku?" tanya Phobio.
"Aku tidak pernah memaafkanmu. Namun, saat ini, aku tidak mau mencari masalah dengan Raja Iblis manapun, kami ingin fokus pada pemangunan dan tidak mau ambil pusing dengan urusan dan dosa orang luar. Dan ingat ini, pengampunan ini, tidak akan terjadi dua kali," ucap Naruto.
"Hm-Hm... itu benar, dan Carrion! Mau sampai kapan kau sembunyi?" seru Milim. Carrion pun keluar dari persembunyiannya dan melangkah mendekati mereka semua.
"C-Carrion-sama!" kaget Phobio
"Hahahahaha, rupanya kau menyadari kehadiranku!" seru Carrion yang mendatangi mereka seorang diri.
"Tentu saja!" tegas Milim yang merupakan, salah satu, Raja Iblis tertua.
Carrion sang Beast Master, tampil dengan wujud pria berambut pirang dan otot yang menonjol, "Oh jadi dia adalah Raja Iblis Carrion," pikir Rimuru ketika menatap Carrion.
"Hei. Terima kasih sudah menyelamatkan nyawa bawahanku," ucap Carrion dengan rambah dan bersahabat ke arah Naruto dan Rimuru. Dan saat ia memperhatikan Rimuru dalam-dalam, Carrion pun berkata, "Jadi, kau adalah monster bertopeng yang mengalahkan Gelmud?" tanya Carrion.
"Yang mengalahkannya itu aku," ucap Naruto, yah karena Narutolah yang menarik keluar nyawa Gelmud dan melihat semua ingatannya.
"Ya, Ya tapi karena dia atasanmu jadi aku pikir kemenanganmu, kemenangannya juga," ucap Carrion.
"Ahahaha, Carrion-san, Naruto bukan bawahanku, tapi sekarang ini ia adalah pemimpin seluruh anggota Aliansi Hutan Besar Jura dan sekaligus suamiku, kami sudah menikah," ucap Rimuru sambil memperlihatkan cincin di jari manisnya.
"Ooooh... maaf atas ketidak tahuanku," ucap Carrion.
"Jadi apakah kau ingin membalas dendam akan masalah Gelmud?" tanya Rimuru.
"Hah? Buat apa? Aku hanya sedikit merasa tertarik dengan kalian saja, toh Gelmud bukanlah bawahanku," tanggap Carrion sambil menatap Phobio, "Oi kau berdiri!" seru Carrion.
"Ah Iya!" seru Phobio yang langsung berdiri dan dengan cepat Carrion mencengkram wajah Phobio dan menghempaskannya ke tanah dan membuat Phobio kembali kehilangan kesadaran.
Rimuru dan Milim nampak kaget melihat itu. Naruto hanya diam dan mulai membuat kursi dan meja kayu dengan teknik Mokuton miliknya. Ia kemudian duduk dan membuatkan juss buah Naga seperti yang ia janjikan pada Milim.
Setelahnya Carrion meminta maaf karena kelakuan Carrion itu menandakan kelalaiannya dalam mengawasi bawahan, dan setelah beberapa dialog dengan Rimuru, Carrion akhirnya sepakat dalam membuat perjanjian damai atau Diplomasi dengan Kerajaan Jura Tempest.
Sementara itu Milim nampak menikmati minuman yang Naruto berikan, hari bahagia pun kembali. Malam hari kemudian, semua orang bersenang-senang, perayaan dimulai dengan memotong-motong beberapa Megalodon yang tersisa, mereka memasak daging dan mengumpulkan sisiknya untuk direncanakan sebagai bahan untuk membuat armor dan senjata, bahkan ada yang berencana menjadikannya aksesoris, karena akan bernilai tinggi. Di pemandian air panas kecuali Naruto yang memilih untuk bermeditasi dibawah sinar bulan.
Milim yang merasa sudah cukup puas tinggal di Tempest, Akhirnya pulang dengan alasan ada kerjaan, ia juga diberikan peringatan oleh Rimuru agar tidak muda tertipu oleh orang lain. Milim hanya tersenyum dan dengan bangga berkata, "Itu tidak akan terjadi. Ahahahahahahahaha!"
Kembali ke Naruto, dalam keadaan meditasi, ia sebenarnya sedang berbicara dengan jiwa-jiwa lain di dalam dirinya. Naruto sangat suka berbicara dengan orang-orang di alam bawah sadarnya, dikarenakan ada kedua orang tuanya di sana, selain itu, ada Itachi, Nagato dan Konan yang bisa jadi mentornya dan Orochimaru yang jadi sumber pengetahuan, Ashura dan Hashirama yang merupakan teman bicara yang asik terutama soal ideoogi perdamaian mereka.
Geld yang merupakan Orc Lord yang merupakan orang baik. Pembicaraan mereka tidak lebih dari perencanaan kedepannya dan hal apa lagi yang harus dikembangkan pada Kota mereka dan lain sebagainya.
Namun, tak lama setelahnya Naruto membuka mata karena merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya, "Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakn, Rimuru?"
"Aku dengar kau menolak masuk Onsen, ada apa?" tanya Rimuru.
"Aku hanya merasa kurang nyaman mandi bersama orang lain, karena itu akan mengingatkanku pada kenangan sewaktu bersama Pertapa genit," ucap pelan Naruto.
Rimuru tertawa kecil mendengar jawaban Naruto. "Pertapa genit? Apakah orang itu merupakan orang terdekatmu?"
Naruto hanya mengangguk, lalu menghela napas panjang. "Ya, itu memang bukan kenangan terbaik, meskipun aku menghormati beliau. Jadi, aku lebih suka menghindari situasi seperti itu kalau bisa."
Rimuru mengerti dan duduk di samping Naruto. Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati suasana tenang di bawah sinar bulan. Meskipun perayaan sedang berlangsung, Naruto tetap memilih suasana yang lebih damai, tempat ia bisa berkonsentrasi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang penting baginya di dalam alam bawah sadarnya.
"Naruto," Rimuru mulai bicara, "Aku hanya ingin bilang, terima kasih sudah membantu kami dengan masalah Charybdis. Kalau tidak ada kamu, mungkin kami akan mengalami banyak kerugian."
Naruto tersenyum tipis. "Jangan terlalu memikirkannya. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Tempat ini sudah seperti rumah bagiku sekarang. Dan untuk kalian... ya, kalian sudah seperti keluarga."
Rimuru mengangguk setuju. "Kami semua merasa begitu juga. Kehadiranmu di sini sangat berharga."
Naruto menatap ke arah langit, seolah memikirkan sesuatu yang dalam. "Apakah itu karena jasa-jasaku atau karena aku adalah suamimu?" tanya Naruto pada Rimuru.
Rimuru yang mendengar itu langsung memukul bahu dari Naruto, "Dasar kau ini, apa kau tidak bisa berhenti mengatakan hal aneh. Meskipun kita sudah menikah, kita tidak akan bisa menjadi pasangan normal," ucap Rimuru.
"Maaf... aku tidak akan membahasnya lagi," ucap lembut Naruto sambil menunduk, "Ah iya... setelah aku tidak berguna lagi untukmu, apakah kau akan membuangku?" tanya Naruto.
Rimuru terdiam sejenak, terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menatap Naruto yang duduk di sampingnya dengan tatapan serius namun lembut. "Naruto, kenapa kau berpikir seperti itu? Aku tidak akan pernah membuangmu, apalagi setelah semua yang kau lakukan untuk Tempest dan untukku."
Naruto menunduk, sedikit tersenyum namun tetap ada keraguan di matanya. "Aku hanya... kadang merasa tidak pantas. Setelah semua hal yang terjadi di masa laluku, dan meskipun aku tahu kalian semua menerimaku, terkadang aku merasa ada batas di antara kita."
Rimuru menghela napas panjang dan menatap Naruto dengan penuh perhatian. "Naruto, dengarkan aku. Tidak ada batasan antara kita. Kau adalah bagian dari keluarga ini—bagian dari Tempest, dan lebih dari itu, bagian dari hidupku. Bukan hanya karena kita menikah, tapi karena aku benar-benar menghargai dirimu, apa adanya."
Naruto menatap Rimuru, terharu namun masih ada sedikit keraguan yang tersisa. "Tapi... jika suatu hari aku tidak bisa lagi melindungi kalian atau menjadi sekuat yang diharapkan, apakah masih ada tempat untukku di sini?"
Rimuru tersenyum lembut dan menyentuh bahu Naruto dengan penuh keyakinan. "Kekuatanmu bukanlah alasan kami menginginkanmu di sini, Naruto. Kau adalah keluarga. Bahkan jika kau kehilangan kekuatanmu, atau jika kau tidak bisa lagi bertarung, kau tetap akan selalu
Malam terus berlalu, suasana tenang dan damai di bawah sinar bulan semakin memperkuat ikatan di antara mereka. Meskipun banyak tantangan yang akan datang, dalam momen itu, mereka berdua tahu bahwa mereka akan selalu mendukung satu sama lain, apa pun yang terjadi di masa depan.
Mendekati tengah malam, Naruto dan Rimuru tidur bersama di kamar mereka dan memang mereka tidak bisa melakukan hubungan suami istri, hal ini karena selain Rimuru bukan manusia. Ia juga tidak punya alat reproduksi, jadi, mau dipaksakan bagaimanapun itu tidak akan bisa terjadi.
Keesokan harinya.
Rimuru mulai mengumpulkan bawahannya, ia juga mengajak Naruto untuk berbicara dengannya di ruang rapat. Naruto, meskipun sedang sibuk dalam mengatur pembangunan, ia tetap menuruti ajakan Rimuru untuk berkumpul.
Di ruang rapat Rimuru memberitahu kalau ia akan pergi ke Ingrasia untuk menunaikan janjinya dengan Shizu untuk membantu anak-anak di sana untuk bertahan hidup dan mengajari mereka dalam menggunakan kekuatan yang mereka punya.
"Aku memilih untuk pergi sekarang, dikarenakan aku sudah merasa tenang, kalian sudah cukup kuat untuk melindungi tempat ini selama aku pergi. Terutama Naruto, kau adalah orang yang bisa aku andalkan dalam urusan kekuatan," ucap Rimuru.
"Aku mengerti, tapi setidaknya berikan perkiraan waktu, kapan anda akan kembali, agar kita bisa menyambut kedatangan Anda," ucap lembut Naruto bertanya pada Rimuru.
"Itu benar, kami tidak tenang jika tidak tahu kapan Anda akan pulang!" seru Shion yang merasa tidak nyaman jika terlalu lama jauh dari Rimuru.
"Aku tidak tahu kapan pastinya aku pulang. Namun, mungkin akan memakan waktu 1 bulan," tanggap Rimuru.
"Satu bulan yah, lumayan lama juga," gumam pelan Naruto.
"Ya, aku harap kalian baik-baik saja selama aku pergi," ucap Rimuru.
"Dan kalian tenang saja, aku akan selalu bersama Rimuru-sama!" seru Rangga.
Akhirnya semua penduduk kota Rimuru hanya bisa mengantar mereka sampai ke ujung gerbang masuk Kota Rimuru.
"Hati-hati di jalan Rimuru-sama!" seru Gabiru.
"Yah, kalian juga," tanggap Rimuru. Dan akhirnya tersenyum ke arah mereka semua dan berkata, "Kalau begitu aku berangkat!" seru Rimuru
Naruto yang semula diam langsung memanggil Rimuru dan "Rimuru, sebelum berangkat, ada sesuatu yang ingin aku berikan," ucap Naruto.
"Hm, apa itu?" tanya Rimuru.
Naruto dengan cepat mengerakkan tangannya, lalu sekumpulan kertas minyak origami berkumpul di tangan Naruto dan membentuk sebuah kelopak bunga kertas mekar berwarna putih dan ia letakkan di kepala Rimuru, "Bunga kertas itu tidak akan bisa hancur, apapun yang terjadi. Tapi benda itu terhubung langsung denganku, yang artinya jika terjadi sesuatu padaku, bunga itu akan hancur karena tidak mendapat energi dariku," ucap Naruto.
Rimuru menatap bunga kertas di kepalanya, tersenyum lembut melihat perhatian Naruto yang tersirat dalam bentuk sederhana tapi bermakna. "Terima kasih, Naruto. Ini akan menjadi pengingat bahwa kau selalu bersamaku, bahkan saat kita terpisah," ucap Rimuru sambil menyentuh bunga itu dengan lembut.
Naruto menatapnya dengan penuh keseriusan. Setelahnya, dengan tenang Naruto menngikat bungankertas itu di rambut Rimuru sebagai jepit rambutnya membuat gaya rambut Rimuru jadi seperti Konan yang merupakan anggota Akatsuki. "Dengan begitu, kalau ada yang tak beres atau aku dalam bahaya, kau akan langsung tahu. Jangan khawatir, aku akan menjaga Tempest. Kau fokus saja pada misimu."
Rimuru tersenyum penuh rasa terima kasih. "Aku mengerti. Dengan ini, aku merasa lebih tenang meninggalkan Tempest. Sampai bertemu lagi, Naruto."
Semua orang di sekitar terdiam sejenak, menyaksikan momen itu. Rangga, yang sebelumnya penuh semangat, menambahkan dengan percaya diri, "Jangan khawatir, aku juga akan menjaga Rimuru-sama!"
Rimuru tertawa kecil melihat tingkah Rangga. "Baiklah, aku akan merasa lebih aman kalau begitu."
Setelah ucapan perpisahan dari semua penduduk, Rimuru melangkah keluar dari gerbang kota, diiringi dengan lambaian tangan dan sorakan perpisahan dari Gabiru dan yang lainnya.
Saat Rimuru berjalan menjauh, Naruto memandanginya dengan perasaan campur aduk. Meski tahu Rimuru akan baik-baik saja, selalu ada kekhawatiran yang tersisa. Namun, dengan keyakinan dan rasa tanggung jawab yang besar, Naruto memutuskan untuk fokus menjaga Tempest selama Rimuru pergi.
"Jaga dirimu, Rimuru...," gumam Naruto pelan, sebelum akhirnya berbalik dan kembali ke kota untuk menjalankan tugasnya.
"Ya, tapi aku ragu kalau kau bisa dalam bahaya, karena kekuatanmu, bisa saja yang dalam bahaya adalah orang yang menyerang Tempest," ucap Rimuru,
Naruto sedikit tersenyum, ia kemudian berkata pada Rimuru, "Rimuru, orang kuat juga bisa mati!" seru Naruto.
Rimuru terdiam, ia jelas memahami maksud Naruto. Namun, ia hanya diam dan melanjutkan perjalanannya bersama Rangga. Dalam hatinya ia bertanya-tanya mengenai hal apa yang sebenarnya bisa membuat Naruto terbunuh, mengingat Charybdis saja dihadapi Naruto dengan mudah.
"Menjawab, Meskipun Naruto kuat, ia tetaplah manusia. Jika ada serangan yang tak bisa Naruto diteksi dan mengenai organ vitalnya, maka 85% Naruto akan mati jika tidak menerima pertolongan." jawab Daikenja dari pikiran Rimuru.
Dalam perjalanan panjang itu, Rangga dengan kecepatan penuh, dapat mencapai Ingrasia hanya dalam waktu 1 hari. "Jadi ini Ingrasia, terlihat sangat mewah," ucap Rimuru yang melihat kemegahan kota Ingrasia dari perbukitan di dekat sana.
"Ranga, segera masuk ke bayanganku, karena jika manusia melihatmu pasti akan ada banyak keributan," ucap Rimuru.
"Dimengerti Tuanku!" seru Ranga yang langsung masuk ke dalam bayangan dari Rimuru, sementara Rimuru melanjutkan langkahnya menuju Ingrasia dengan berjalan kaki.
Bersambung
