Summary

Setelah berhasil membantu Sasuke dan yang lainnya mengalahkan Isshiki Otsutsuki, Naruto dan Kurama akhirnya mati karena energi kehidupan mereka habis untuk menggunakan Bayron Mode. Namun, alih-alih berakhir di akhirat, Naruto malah mendapati jiwanya berpindah ke dunia lain dan menempati tubuh seorang iblis.

Naruto: Masashi Kishimoto

High School DxD: Ichiei Ishibumi

Rating: M

Pairing: Naruto x Serafall

ARC 2: Perjalanan Memenuhi Tujuan

Chapter 8: Masa Lalu dan Akhir Perjalanan.

Flashback

"Sudah berapa ratus tahun berlalu? Sudah lama sekali aku tidak bertemu Hagoromo," gumam Hamura sambil berdiri di atas bulan, tempat Kaguya tersegel. Hamura yang masih terlihat muda berdiri sambil memandang Bumi, merasakan kerinduan terhadap saudaranya.

Ketika ia berdiri diam, tiba-tiba Hamura merasakan tekanan di atmosfer sekitarnya menjadi berat. Benar saja, sebuah retakan dimensi tercipta tepat di hadapannya.

Kraaak... Kraaak... Pyaaaar...

"Kekuatan apa ini?!" Hamura yang terkejut langsung mengaktifkan Tenseigannya. Di saat bersamaan, sebuah hologram wanita muncul di depannya.

"Oto-sama! Ada distorsi dari celah dimensi dunia lain yang mengganggu dimensi ini," lapor hologram wanita tersebut. Hamura mengangguk tanda mengerti. Segera, dia memasuki Mode Chakra Tenseigan dan menyiapkan empat gudoudama sebagai senjata.

"Hana, pergilah ke Bumi dan sampaikan ini pada Hagoromo. Aku akan berusaha menutup retakan ini."

"Rooooaaar..."

Raungan makhluk tak dikenal menggema dari retakan dimensi. Segera setelah itu, hologram Hana menghilang, sementara Hamura sendiri terbang menuju retakan dimensi untuk menutupnya dengan jutsu penyegelan.

"Tekanan kekuatan asing ini hampir seperti Jubi. Tunggu... ini chakra?" Ketika berusaha menutup retakan dimensi tersebut, tiba-tiba ratusan rantai putih muncul dari sana dan langsung mengikat tubuh Hamura.

Tak hanya itu, rantai-rantai tersebut juga menyerap Mode Chakra Tenseigannya dengan sangat cepat, lalu menarik Hamura ke dalam retakan dimensi.

"Aaaaaaarrrkh..."

Dimensi DxD, ribuan tahun sebelum Great War

Beberapa saat sebelumnya, di daratan dunia manusia, terlihat sosok yang dikenal sebagai Great Red terkapar tak berdaya dengan banyak luka di tubuhnya. Ribuan rantai hitam mengikat makhluk tersebut, membuatnya tidak bisa bergerak.

"Hahaha... Baru kali ini aku bertemu makhluk yang hampir sekuat Jubi. Aku tak sabar untuk menyerap kekuatan aneh kalian," ucap seorang pria dengan wajah penuh kepuasan. Di tangan kanannya, dia memegang seutas rantai yang mengikat Great Red, sementara tangan kirinya memegang rantai putih yang melilit naga lain, Ophis.

Boooom...

Sebuah tembakan energi merah terpantul saat mengenai penghalang yang telah dibuat oleh pria tersebut. Melihat ke atas, pria itu tersenyum mengejek pada dua sosok naga berwarna merah dan putih.

"Ups... Tidak kena. Kalian, kadal terbang lemah, sebaiknya diam, atau..." ledek pria itu. Tiba-tiba, puluhan rantai hitam muncul dari punggungnya dan langsung menyerang kedua naga tadi.

Meliuk-liuk di udara untuk menghindari serangan rantai, kedua naga, yang tidak lain adalah Ddraig dan Albion, terlihat mengumpulkan energi sihir besar di mulut mereka.

"Dragon Smasher!!!"

Dua laser pemusnah dengan warna berbeda menyatu dan mengarah tepat pada pria tersebut. Bukannya menghindar, pria itu malah tersenyum lebar sebelum melepaskan rantai dari kedua tangannya.

Boooooom...

Ledakan besar terjadi di tempat pria itu berada, namun...

"Roooooaaaargh..."

Entah bagaimana, Ophis tiba-tiba berada di sana menahan serangan tadi dengan tubuhnya. Meski terluka parah, naga tersebut masih berdiri tegak dan meraung marah. Energi sihir yang sangat besar terpancar dari tubuh Ophis, hingga dua retakan dimensi perlahan muncul di langit dunia manusia.

Dooooom...

Dentuman keras terdengar dari salah satu retakan dimensi, dan dari sana, perlahan muncul sosok monster aneh berukuran sebanding dengan Great Red. Pria itu tersenyum semakin lebar.

"Aku tidak tahu makhluk apa lagi ini, tapi... Aku akan mengambil kekuatan kalian semua dan mengendalikan kalian!" teriak pria tersebut, memancarkan ledakan chakra yang luar biasa. Perlahan, dua tanduk melingkar seperti tanduk domba muncul di kepalanya.

Di kedua telapak tangannya, tampak dua mata Rinnegan dengan warna berbeda: hitam di kanan dan putih di kiri.

"Kau yang pertama!" teriaknya sambil merentangkan tangan kirinya ke arah makhluk yang baru muncul tadi. Namun, entah kenapa, rantai putih yang muncul dari Rinnegan itu malah melesat ke retakan dimensi yang lain.

"Aneh, apa ada chakra di sana?" Dengan ekspresi heran, pria yang tak lain adalah seorang Otsutsuki itu terbang menghindari serangan dari kedua naga surgawi. Merasa kesal, ia memaksa Ophis untuk membalas menyerang mereka.

"Chakra ini... Kaguya?" Merasakan chakra yang familiar, dia menarik rantai putih di tangan kirinya, dan dari sana terlihat sosok Hamura yang masih terjerat rantai, meluncur keluar hingga akhirnya menghantam permukaan tanah.

Boooooom...

"Hamura!" Pada saat itu juga, Hagoromo muncul dari retakan dimensi dan mendarat tepat di samping Hamura. Melihat rantai putih yang melilit tubuh adiknya, Hagoromo segera menghancurkan rantai tersebut dengan tongkatnya.

Kedatangan Hagoromo mengejutkan kedua naga surgawi. Mereka tidak menyangka bahwa manusia yang baru saja muncul dari retakan dimensi dapat menghancurkan sesuatu yang bahkan Great Red dan Ophis tidak bisa hancurkan.

"Manusia itu... dia mirip dengan orang yang kita lawan. Apa dia rekannya?"

"Mungkin saja, mereka memiliki kekuatan yang sangat aneh."

...

"Aku dan Hagoromo akhirnya melawan Otsutsuki itu. Dia lebih kuat dari yang kami perkirakan, tapi... entah mengapa, tiba-tiba dia mundur," Hamura bercerita tentang awal mula mengapa ia bisa berada di dunia ini, sambil sesekali melirik ke arah perut Naruto, atau lebih tepatnya, ke arah Ophis.

. . .

Kembali ke masa lalu, tampak Hagoromo dan Hamura berada di dalam Susano'o, terengah-engah karena kelelahan setelah bertarung. Begitu pula dengan Otsutsuki yang mereka hadapi; tanduk kirinya patah, dan mata kanannya terluka, mengeluarkan darah, dan tak dapat dibuka.

"Haaah... Haaah... Kalian cukup tangguh untuk setengah Otsutsuki. Sial, apa yang dipikirkan Kaguya sampai bisa punya anak? Isshiki, dia pasti sudah mati sekarang." Dengan suara pelan, ia bergumam tentang apa yang terjadi pada Kaguya dan Isshiki, lalu kembali menatap Hagoromo dan Hamura yang tampak tak kalah lelah.

Otsutsuki itu berdiri di atas kepala makhluk raksasa yang baru saja muncul, dengan mata makhluk tersebut berubah menjadi Rinnegan putih. Di belakangnya, tampak Ophis, Great Red, Ddraig, dan Albion, semuanya dalam keadaan yang sama—dikendalikan.

"Rantai putih itu tampaknya mengendalikan dan menyerap kekuatan target yang terjerat," ujar Hamura, menganalisis kekuatan lawan mereka. Awalnya, pertarungan ini adalah antar individu, tetapi sekarang, para naga justru membantu musuh setelah terikat oleh rantai putih yang muncul dari Rinnegan di telapak tangan Otsutsuki itu.

"Dan rantai hitam itu digunakan untuk mengirim kekuatan yang diserap sebagai serangan," tambah Hagoromo.

Ketika melihat Great Red maju menyerang, Hagoromo segera menciptakan perisai merah pada Susano'o-nya untuk menahan serangan naga tersebut.

"Nii-san, kurasa kita harus memutus rantai itu. Kinrin Tensei Baku!" Tangan Susano'o Hagoromo membentuk sebuah pedang chakra berwarna oranye yang panjang. Melihat itu, Otsutsuki segera bersiap menghindar.

Dengan Susano'o yang memegang pedang oranye, keduanya bergegas menyerang. Namun, saat mereka maju, Otsutsuki itu tiba-tiba menghilang dari atas kepala Triexha.

. . .

"Jujur saja, aku tidak ingat kejadian itu. Memang, rasanya aku pernah bertemu kakek itu, tapi seharusnya baik aku, Great Red, maupun naga lain yang bertarung di sana masih bisa mengingatnya," ucap Ophis dalam alam bawah sadar Naruto, karena ia tidak memiliki ingatan apa pun tentang pertarungan tersebut.

Wajah Hamura tampak berubah sedikit murung sebelum ia menghela napas perlahan. Dia tahu bahwa naga itu akan menanyakan hal ini.

"Untuk itu, aku tak bisa menjelaskan mengapa, tapi aku senang kau sekarang berada di pihak Naruto. Alasan mengapa aku memerintahkan Toneri membawanya adalah agar kita punya kekuatan untuk menghentikan Otsutsuki itu jika dia kembali."

Naruto, yang sedari tadi mendengarkan cerita Hamura, menunjukkan raut wajah malas. Ia sudah lelah berurusan dengan Otsutsuki, tapi tak bisa mengabaikan ancaman sebesar itu begitu saja.

"Kakek, aku akan membantu menyelesaikan masalah Otsutsuki ini. Tapi jika kau menginginkanku untuk menjaga Chibaku Tensei ini, maaf, aku lebih memilih Toneri yang melakukannya. Anggap saja ini sebagai kompensasi atas pemindahan jiwaku."

. . .

Flashback off

. . .

Di dalam alam bawah sadar Naruto—tepatnya di tempat Kurama tinggal sekaligus tempat Naruto menyembunyikan Ophis—kedua entitas itu tengah menghabiskan waktu mereka sambil membicarakan berbagai hal yang telah terjadi.

"Kurama... apa kau pikir Naruto akan baik-baik saja tanpamu?"

Ophis dan Kurama memang sudah menjadi teman sekamar yang akrab sejak Ophis pertama kali disembunyikan dalam tubuh Naruto dengan bantuan Hagoromo.

Kurama, yang mendengar pertanyaan Ophis tentang keadaan Naruto jika ia kembali ke dunia shinobi, hanya bisa terdiam. Sejujurnya, ia tidak ingin berpisah dari Naruto, tetapi jika tidak kembali, keseimbangan kekuatan di dunia shinobi bisa terganggu, dan ancaman besar mungkin muncul. Saat itu, Kurama dan delapan biju lainnya akan sangat dibutuhkan untuk membantu melawan ancaman tersebut.

"Bukankah dia sendiri bilang akan baik-baik saja? Jadi, aku tidak perlu khawatir."

Ketika kembali beristirahat, Kurama dan Ophis mendapati diri mereka berada di tempat yang mirip dengan pertemuan para biju yang dikumpulkan oleh Son Goku (Yonbi) saat perang dulu. Hagoromo tampak menunggu di sana, dan tak lama kemudian biju-biju lain juga muncul, seolah-olah mereka datang untuk menjemput Kurama dari dunia ini.

'Jadi, ini para biju selain Kurama. Kalau tidak salah, Naruto menyebut mereka... Shukaku, Matatabi, Isobu, Son Goku, Kokuo, Saiken, Chomei, Gyuki, dan kakek itu...'

Deg...

Ophis, yang berada di atas kepala Kurama, memperhatikan para biju yang muncul satu per satu. Namun, saat tatapannya beralih pada Hagoromo, ia terdiam, karena merasakan bahwa Hagoromo seperti gabungan kekuatan dari sembilan biju atau bahkan lebih, jauh berbeda dari terakhir kali mereka bertemu.

Di sisi lain, para biju tampak bingung karena tidak melihat Naruto dan malah menemukan Ophis di atas kepala Kurama. Seketika, Shukaku tertawa terbahak-bahak, lalu Gyuki menyapa Kurama dan Ophis dengan hangat.

"Hai, Kurama! Lama tak jumpa. Naruto, aku dengar kau bereinkarnasi, tapi tak kusangka kau bereinkarnasi sebagai gadis cantik!" Gyuki menyapa ramah sambil diiringi tawa keras Shukaku.

Ctaaak...

Seketika, Ophis menunjukkan ekspresi kesal di wajahnya karena dikira sebagai Naruto. Sementara itu, Kurama berusaha menahan tawanya hingga matanya berair.

"Oi, Gurita palsu! Aku ini buk—"

"Dia itu bukan aku, Gyuki."

Naruto, yang mengenakan jas pernikahan, muncul dari samping. Seketika, semua biju yang datang menatapnya dengan takjub melihat penampilannya yang kini berbeda.

"Oh, penampilanmu tampak berbeda sekarang. Jadi benar kata Kakek Rikudou, kau sudah terbiasa dengan dunia ini."

"Pakaianmu aneh tapi keren. Hei, Naruto, apa kau sudah punya gadis untuk dikencani?"

"Sejak awal dia memang menarik, tak heran ada gadis yang menyukainya."

Son Goku, Saiken, dan Kokou mengomentari penampilan Naruto, membuat Naruto sedikit canggung hingga menggaruk belakang kepalanya.

"Dia tidak sedang berkencan; dia mau menikah." Seketika, semua biju bersorak senang melihat Naruto bisa hidup damai di dunia baru ini dan telah menemukan cintanya. Mereka bicara, bertanya, dan bahkan menggoda Naruto soal siapa pasangannya.

'Mereka tidak buruk juga. Jadi, ini maksud Kurama dengan 'anak dalam ramalan'—anak yang akan menyatukan semua biju dan membawa harapan.' Ophis mulai memahami sikap asli Naruto. Setelah beberapa saat hanya mengamati interaksi mereka, ia melayang turun dan berdiri di samping Naruto.

"Oh ya, siapa kau, oujo-chan? Mengapa kau ada di sini?" Para biju yang baru datang penasaran dengan sosok Ophis, sementara Ophis menunjukkan wajah kesal dan melirik tajam ke arah Naruto.

"Cih, namaku Ophis. Aku disegel di sini oleh kakek tua itu setelah bertarung dengan Naruto."

Puuk...

Sambil mengacak-acak rambut Ophis, Naruto tersenyum lebar karena tahu Ophis masih tidak terima kekalahannya.

"Yah, pertarungan kami cukup sengit saat itu, benar, Kurama?"

"Heh, kau dan kepala batumu itu," balas Kurama dengan malas. Tidak lama kemudian, Serafall muncul mengenakan gaun putih, segera memperkenalkan dirinya.

"Salam kenal, namaku Serafall Uzumaki. Kalian pasti teman-teman biju yang Naruto ceritakan." Serafall menatap semua biju tanpa rasa takut, lalu berjalan dan berdiri di samping Naruto.

"Jadi, dia mempelai wanitanya. Tunggu... kenapa kau sudah memakai nama keluarga Naruto?" Matatabi awalnya berbicara tenang, tapi lalu tampak bingung mengapa mempelai wanita sudah memakai nama keluarga dari pihak pria.

"Itu karena Serafall adalah kakak kandungnya setelah bereinkarnasi."

Ctaaaaar...

Seketika itu juga semua biju, termasuk Hagoromo, tampak tercengang seperti disambar petir, tak percaya dengan apa yang Naruto lakukan. Bahkan Hagoromo sampai ternganga.

Ctaaak... Tuuung...

"Aaakh..." Naruto menggosok kepalanya yang benjol besar akibat pukulan tongkat hitam dari Hagoromo, yang tampak kesal.

"Naruto, apa-apaan ini? Perilaku tidak bermoral macam apa yang kau lakukan sekarang!" Dengan aura hitam yang menggelegar dari tubuhnya, Hagoromo tampak siap menghukum Naruto lagi, tetapi Serafall menghentikannya dengan berdiri di hadapannya.

"Jii-san, aku tahu tindakan kami sulit diterima, tapi aku sudah menerima Naruto apa adanya—bukan sebagai adik, melainkan sebagai orang yang kucintai." Dengan suara tegas, Serafall membela Naruto di hadapan Hagoromo. Para biju, yang masih terkejut, mulai membujuk Hagoromo untuk tenang.

"Jiji, aku tahu kau tak setuju dengan tindakan Naruto, tapi... kurasa ini lebih baik daripada dia harus hidup sendirian," ujar Gyuki, yang merasa iba terhadap Naruto, meminta Hagoromo menerima hal ini, diikuti oleh biju lainnya.

"Ya, aku setuju. Tapi, bisa jelaskan mengapa kalian, yang notabene adalah saudara, ingin menikah?" Son Goku menatap Serafall serius setelah bertanya, dan Naruto, yang masih menggosok kepalanya, maju ke depan.

"Ini karena... authornya kebanyakan nonton Yosuga no Sora!"

(Woilah, abaikan itu.)

Segera Naruto menceritakan segalanya dari awal, termasuk alasan mengapa ia meminta Hagoromo membawa semua bijuu ke sini. Entah apa yang ia katakan, tetapi Naruto terlihat sangat memohon pada Hagoromo, bahkan sampai bersujud.

"Aku mohon, Kakek! Untuk kali ini dan yang terakhir, aku mohon agar kau setuju!" Naruto bersujud sambil menangis, sedangkan Hagoromo memandangnya tajam.

"Haaah... entah apa yang ada di pikiranmu sampai begini, tapi baiklah, mungkin ini bisa menjadi hadiah perpisahanmu dengan Kurama."

Di dunia nyata

Di dalam kamar mansion di Inggris, Naruto dan Serafall yang sedang duduk di atas kasur membuka mata, dan seketika itu juga mereka memasang wajah senang. Saat keluar dari kamar, mereka mendapati suasana di luar yang ramai, menandakan bahwa semua tamu undangan telah datang.

Saling memandang sejenak, Naruto segera meraih tangan Serafall dan menggunakan teknik shunshin untuk pergi ke luar.

Booofth...

Saat mereka muncul dari kepulan asap, mereka langsung disambut oleh semua undangan, termasuk para Maou yang telah mengangkat pengganti Serafall, Toneri, dan fraksi pahlawan. Bahkan Thor, yang menyamar, juga hadir.

"Kalian hiiick... lama sekali! Aku harus menghabiskan 50 gelas bir untuk menunggu," keluh Thor sambil cegukan. Toneri, yang menjadi pembawa acara, langsung memanggil para Maou sebagai perwakilan keluarga Serafall.

"Mungkin ini agak aneh, tapi siapa yang menjadi perwakilan keluargamu? Jangan bilang itu Serafall sendiri?"

"Yah, ada 12 orang. Kalian lihat saja sendiri." Mendengar pertanyaan Sirzechs, Naruto tersenyum lebar dan segera menjentikkan jarinya.

Jtaaak... Boooofth...

Kepulan asap muncul di belakang Naruto, dan saat asap itu menghilang, tampak 12 sosok yang asing bagi para makhluk supranatural. Toneri yang tadinya diam langsung terkejut ketika melihat Hagoromo serta kesembilan bijuu yang muncul dengan wujud seperti jinchuuriki mereka, kecuali Kurama yang menggunakan teknik henge agar terlihat seperti Ashura. Dua sosok lainnya adalah Minato dan Kushina, yang mengenakan pakaian modern untuk hadir di pernikahan.

"Mereka adalah orang tuaku, kakekku, dan teman-temanku," Naruto memperkenalkan mereka kepada para tamu. Tanpa membuang waktu, Toneri segera menyuruh kedua mempelai menuju altar, di mana Hagoromo ternyata akan menjadi penghulu mereka.

Naruto berjalan bersama kedua orang tuanya yang dipanggil oleh Hagoromo dari alam kematian, sedangkan Serafall ditemani oleh Sirzechs dan Ajuka.

"Dengan saksi Jalan Nishu yang aku ciptakan untuk memperbaiki dunia melalui pemahaman tentang cinta dan penderitaan, kesadaran akan takdir yang telah tertulis, serta keyakinan tentang saling melengkapi... kalian berdua, Naruto Uzumaki dan Serafall Sitri, apakah kalian bersedia untuk saling memahami, mencintai, dan melengkapi, baik dalam kasih sayang maupun penderitaan, untuk selamanya?"

Hagoromo menatap Naruto dan Serafall bergantian, menantikan jawaban mereka. Namun, tampaknya Naruto agak grogi hingga sulit berkata-kata.

Ctaaak...

"Ayo katakan, dattebane!" Jitakan kecil dari Kushina membuat Naruto kembali percaya diri, sementara Minato hanya tersenyum canggung melihat sikap istrinya.

"Ayo katakan, Bodoh!"

"Ayo, Naruto! Kau kan sudah pernah menikah, masa sekarang grogi lagi?"

Kali ini Kurama dan Shukaku yang berteriak dari kursi tamu, membuat semua tamu memperhatikan mereka. Naruto memandang bijuu itu dengan wajah kesal, tetapi setelah menarik napas panjang untuk menenangkan diri, ia menatap Hagoromo dengan mantap.

"Aku bersedia."

Hagoromo tersenyum kecil melihat Naruto, dan Serafall pun mengucapkan hal yang sama dengan wajah memerah.

"Baiklah, sekarang kalian resmi menjadi suami istri."

Pesta perayaan langsung digelar. Para bijuu tampak menikmati waktu mereka dengan berbincang satu sama lain. Keempat Maou memberi selamat kepada Serafall, terutama Maou Leviathan yang baru, yang berasal dari klan Phoenix. Fraksi pahlawan, yang datang karena menghormati Naruto, cenderung menjaga jarak dari para makhluk supranatural kecuali Herakles, yang sedang lomba minum bir dengan Thor.

"Naruto, ingatlah untuk menjaga istrimu dengan baik. Jika tidak, di akhirat nanti aku akan menghukummu!" Kushina memberikan pesan dengan wajah mengancam, sedangkan Minato hanya tertawa melihat tingkah istrinya.

"Haha, ibumu benar. Jaga dan lindungi dia dengan segenap jiwa. Aku yakin kau bisa melakukannya," tambah Minato sambil mengacak rambut anaknya. Minato dan Kushina kemudian saling berpandangan, pertanda bahwa waktu mereka di sini akan segera habis.

Naruto yang sadar akan hal itu segera memanggil Serafall, agar istrinya bisa berbicara dengan kedua mertuanya.

"Sera-chan, Naruto memang kuat tapi kadang bodoh. Tolong jaga dia, ya."

"Aku sudah tahu hubungan kalian sebenarnya, tapi aku rasa tidak masalah selama kalian memang saling mencintai."

Setelah memberikan pesan, tubuh Minato dan Kushina perlahan bercahaya dan memudar. Naruto dan Serafall tersenyum, menatap kepergian mereka dengan hati yang tenang.

Malam

Pada malam pertama mereka, keduanya tampak canggung. Naruto dan Serafall berbaring saling membelakangi, bukan karena ada masalah, tetapi karena bingung harus melakukan apa.

"Ini kali kedua kita tidur di ranjang yang sama. Terakhir kali, aku memindahkanmu ke ruang tamu," Serafall, yang mengenakan baju tidur putih, mencoba memecah keheningan untuk melihat reaksi Naruto.

"Yah, aku ingat. Kau yang masuk kamarku tapi malah mengusirku, pemiliknya, keluar. Dasar kau ini."

"Itu karena kau melakukan hal aneh."

"Oh, begitu? Baiklah, sekarang... saatnya aku membalas." Dengan senyum jahil, Naruto mendekat dari belakang. Serafall tampak kaget, tetapi tidak cukup cepat untuk menghindar, karena Naruto langsung mendorongnya ke kasur.

"T-Tunggu, Naruto-kun... jantungku masih berdebar, kyaaah!"

.Di alam bawah sadar.

Senyum penuh makna terlukis di wajah Kurama. Tampaknya ia akan pergi nanti, setelah menyaksikan malam yang panas ini.

"Nah, ini baru tontonan," ujar Kurama sambil berbaring santai dengan kedua tangan di belakang kepala, membiarkan Ophis duduk di perutnya dengan ekspresi bingung.

"Apa maksudmu tontonan? Mereka hanya bergulat tanpa baju. Lagipula, apa yang Naruto dorong ke arah Serafall?"

Seketika, keringat sebesar telur muncul di kepala Kurama. Jujur saja, ia heran. Sudah hidup ratusan tahun, tetapi Ophis tidak tahu apa itu hubungan dewasa.

'Dia ini tua tapi sepolos anak kecil.'

TBC

Silakan beri komentar jika ada yang ingin ditanyakan, nanti Author jawab di bab berikutnya.

Chapter 9 akan menjadi akhir Arc 2.

Chapter 9: Kesempatan Kedua.

Penambahan karakter Madara akan terjelaskan pada chapter 10, awal arc 3.