Priest of the Uchiha Gods
Rate T
Naruto milik Masashi Koshimoto, author hanya meminjam karakternya.
WARNING! OOC, cringe. I just want some Uchiha justice. Plot? What plot? Nope. Fanfiksi ini mengandung ujaran kebencian terhadap Konoha.
Terinspirasi dari fanfiksiku yang lain; [I Can't Change Your Death, But I Can Make Your Life Better] tapi tidak mengandung unsur time travel.
Ps: ini hanya fanfiksi yang kubayangkan ketika membaca ulang fanfiksi lamaku, jadi disini gaada yang namanya "Sasuke memaafkan Konoha".
Selamat membaca.
.
.
.
Jauh sebelum klan ninja terbentuk, kekuatan dari masing-masing orang yang bisa menggunakan chakra diajarkan oleh pertapa dari enam jalan. Namun untuk ninjutsu yang diturunkan dari ayah ke anak ke cucu dan ke semua keturunan dari sebuah klan diajarkan oleh dewa-dewi yang klan itu sembah.
Seperti leluhur klan Uzumaki yang mendapat berkat dari Thoth, Dewa pengetahuan, tulisan, dan sihir yang mengajarkan mereka fuinjutsu yang kini menjadi keahlian mereka. Atau leluhur klan Senju yang mendapatkan berkat dari Sekhmet, Dewi perang dan kekuatan yang menganugerahi mereka dengan kekuatan fisik dan Inari, Dewa kesuburan, dan keberuntungan.
Sayangnya, pengetahuan ini telah luntur seiring dengan berkembangnya dunia ninja.
Manusia menjadi lupa akan ajaran yang dewa-dewi mereka berikan dan menggunakan kekuatan yang mereka peroleh untuk melukai satu sama lainnya.
Sampai sekarang, hanya ada sedikit klan yang masih menyembah dan mengetahui kisah leluhur mereka. Lebih sedikit lagi yang dapat berhubungan langsung dengan dewa-dewi yang mereka sembah.
Salah satunya adalah klan Uchiha yang mendapatkan berkat dari tiga dewa. Tsukuyomi, Amaterasu dan Susanoo.
Tsukuyomi menuntun mereka dan memberikan kebenaran di dalam ilusi yang diciptakan dunia, Amaterasu memberikan mereka pengendalian atas api dan memberikan napas untuk mereka, sedangkan Susanoo menghadiahi mereka dengan pedang dan perisai untuk melindungi diri mereka.
Berkat dari tiga dewa ini menjadikan klan Uchiha lebih religius daripada klan lainnya. Namun ketika kegelapan mulai kembali mengintai keturunan terakhir dari Indra, leluhur klan Uchiha, ketiga dewa ini memutuskan untuk turun tangan dan menarik kembali berkat yang mereka berikan ribuan tahun yang lalu.
"Kita bisa meminjam tubuh anak yang diberkati. Uchiha Shisui masih tenggelam di wilayahku, menunggu untuk terbangun dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya." Dewa Susanoo berkata pada dua saudaranya.
"Uchiha Itachi belum di kremasi, tubuhnya masih disegel oleh anak yang kehilangan kepercayaannya." Dewa Tsukuyomi menambahkan. "Dia sudah menjadi anak yang aku berkati. Aku akan menggunakan tubuhnya untuk memberitahukan kebenaran yang telah terkubur."
Dewi Amaterasu, satu-satunya saudari mereka menghembuskan napas dengan perlahan, membuat api di sekeliling mereka berkobar. "Uchiha Sasuke masih hidup, tapi tidak lama lagi dia akan membangunkan kekuatan aslinya. Ketika saat itu tiba, aku akan memberikannya pengetahuan dan jawaban yang diinginkannya."
"Kau harus menuntunnya dan membuatnya menjadi pendetamu."
"Hidupnya tidak lama lagi, tapi Uchiha Sasuke akan sangat berguna untuk menyegel anak bungsu Kaguya untuk selamanya." Dewa Tsukuyomi membuka kedua matanya yang sejak tadi tertutup, menunjukkan iris seputih salju dibaliknya.
"Dewi Kelinci… sejak dulu dia selalu menyebabkan kekacauan. Tidak masalah, lagipula dia sudah lama mati."
Ketiganya kembali tenang setelah Susanoo mengatakan hal itu.
Bagi mereka, Dewi Kelinci, Kaguya, sudah mati ketika dia memakan buah terlarang. Sosok yang Hagoromo Otsutsuki dan Hamura Otsutsuki segel di dalam bulan hanyalah cangkang kosong dari Dewi Kelinci.
Dewi Amaterasu membuka mata dan mengangkat kepalanya, "ini saatnya. Aku akan menjadikannya pendetaku, sesuai saranmu, saudaraku."
"Kalau begitu aku akan turun kedalam tubuh Uchiha Itachi." Dewa Tsukuyomi bangkit berdiri dan mulai melangkah pergi, diikuti dengan Dewa Susanoo yang kembali kedalam air.
"Aku akan membangunkan tubuh Uchiha Shisui. Kita akan bertemu lagi di dunia fana, saudara-saudariku."
Dewi Amaterasu hanya menutup kembali matanya dan turun ke dunia menggunakan tubuh Uchiha Sasuke sebagai medianya.
Uchiha Sasuke membuka matanya sehari setelah dia mengetahui kebenarannya. Kedua matanya terasa aneh dan ketika dia mencoba menggunakannya, tiba-tiba saja Sasuke mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Dewi Amaterasu," bisik Sasuke. Dengan cepat pemuda itu mengubah tubuhnya menjadi berlutut dengan dua tangan tertangkup, membuat postur berdoa.
"PendetaKu," Dewi Amaterasu berbicara dan memberikan penglihatan pada Sasuke. "Pergilah ke markas Akatsuki, hentikanlah rencana Zetsu. Kedua SaudaraKu akan membantumu."
Sasuke menarik napas tajam ketika merasakan kekuatan mulai mengalir di seluruh tubuhnya. Kepalanya berdentum, dan samar-samar dia menyadari bahwa ada cairan hangat yang membasahi kedua pipinya.
"Aku akan memberikan semua pengetahuan yang dimiliki leluhurmu, Aku akan memberikanmu kekuatan untuk membunuh Zetsu." Dewi Amaterasu terus berbicara, membuat Sasuke mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Tapi dia tidak bisa bergerak, tidak bisa berteriak, seolah-olah waktu terhenti disana saat itu juga.
"Uchiha Sasuke, pendetaKu. Anak yang Aku pilih dan berkati. Apakah kau akan menerima tugas yang Aku berikan padamu ini?"
Pertanyaan itu bergema, dan Sasuke tidak dapat bernapas.
Informasi, ingatan, pengetahuan, semuanya berputar didalam kepala Sasuke hingga dia merasa kepalanya akan meledak.
Sebuah tangan hangat dengan penuh kasih sayang menangkup kedua pipinya, menghapus cairan yang membasahi pipinya dan seketika Sasuke dapat bernapas. "Aku, Amaterasu, Dewi Matahari, akan memberikan tugas untukmu, apakah kau menerima tugas ini?"
"Aku menerimanya." Bisik Sasuke, gemetar karena semua pengetahuan yang dia dapatkan. "Aku menerima tugasmu, Dewi Amaterasu."
Dewi Amaterasu tersenyum, dan Uchiha Sasuke kembali membuka matanya di ruangan kosong tempatnya terbangun sebelumnya.
Dia menarik napas beberapa kali untuk menenangkan dirinya dari luapan informasi yang memenuhi kepalanya. Setelahnya barulah dia bangkit berdiri, memakai bajunya dan mengambil senjatanya sebelum pergi keluar untuk mencari gulungan yang berisi jasad Itachi.
Sasuke dapat merasakan kekuatan Dewi Amaterasu didalam tubuhnya, lebih kuat dari chakranya sendiri, familiar namun asing. Dia kini juga dapat berpikir jauh lebih jernih dari sebelumnya.
Tempat dimana Madara—Obito membawanya ini sepi. Dia tidak tahu dimana timnya sekarang berada, tapi tidak ada siapapun disini untuk saat ini.
Dengan mudah Sasuke bisa menemukan ruangan tempat gulungan berisi tubuh kakaknya disimpan. Gulungan itu kini berkedut dengan chakra tipis, membuat Sasuke segera membukanya dan membiarkan Itachi keluar dari dalamnya.
"… Pendeta Dewa Tsukuyomi, nii-san." Sasuke menarik napas dalam-dalam dan membantu kakaknya itu untuk bangun dari atas lantai dan gulungan yang kotor. Dia dapat merasakan kulit Itachi yang sedingin es, tapi kakaknya itu kini kembali hidup.
"Sasuke, otouto." Ujar Itachi, terlihat hampir tidak percaya. Matanya memperhatikan Sasuke dengan putus asa seolah-olah khawatir bahwa Sasuke telah mati sepertinya. Pria itu menghembuskan udara dengan penuh kelegaan ketika melihat bahwa Sasuke masih bernapas. "Otouto, kau baik-baik saja."
Sasuke tidak menjawab dan memilih untuk memeluk Itachi erat-erat, mengabaikan rasa dingin dari tubuh yang seharusnya telah mati.
Itachi ragu-ragu, tapi tetap membalas pelukannya dengan erat. "Otouto, Sasuke. Dewa Tsukuyomi mengatakan bahwa Shisui juga akan bergabung setelah ini. Kita bertiga mendapatkan tugas dari dewa…"
"Aku tahu, nii-san. Dewi Amaterasu baru saja memberitahuku. Kau adalah pendeta dari Dewa Tsukuyomi dan Shisui-san adalah pendeta dari Dewa Susanoo." Sasuke menolak untuk melepaskan pelukannya dan meletakkan kepalanya di atas bahu Itachi. "Kita harus menghentikan Obito dan membunuh Zetsu."
"Mm. Kita bisa bicara dengan Leader lebih dulu."
"Atau kita bisa mengambil kembali kekuatan sharingan dari Obito sebelum bicara dengan Nagato."
Itachi memiringkan kepala, tapi tidak berkomentar.
Sasuke menolak melepaskan Itachi dan tetap memeluk kakaknya itu erat sekalipun chakra Obito muncul dan mulai mendekat ke arah mereka.
"Harus kuakui, kalian berhasil membuatku terkejut. Bagaimana caramu hidup kembali, Uchiha Itachi?" tanya Obito ketika melihat Itachi dan Sasuke yang masih berpelukan.
"Bukan urusanmu, Madara." Jawab Itachi, apatis. Sasuke ingin bertepuk tangan jika saja dia tidak sedang memeluk Itachi. Jadi secara tidak rela dia mulai melepaskan pelukannya dan ikut menatap Obito.
"Tidak perlu waspada seperti itu. Aku hanya penasaran dengan caramu untuk hidup kembali."
Itachi tidak menjawab, dan Sasuke memanfaatkan keterkejutan Obito untuk mencoba kekuatan yang diberikan Dewi Amaterasu.
Dalam sekejap Sasuke sudah berada di hadapan Obito dengan tangan terulur. Dia akan berhasil menarik kembali kekuatan dewa-dewi Uchiha dari Obito jika saja Obito tidak melompat mundur.
"Sasuke. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Obito dengan dingin. Ada sedikit nada panik yang tidak dapat disembunyikan didalam suaranya, membuat Sasuke tersenyum kecil.
"Menurutmu apa yang sedang berusaha aku lakukan?" balasnya.
Obito tidak sempat menjawab karena Itachi kini ikut menyerangnya menggunakan taijutsu. Sasuke menggunakan kesempatannya untuk menyerang titik buta Obito yang Dewi Amaterasu beritahukan padanya.
"Percuma saja, kau tidak akan bisa melepas topengku—AAAARGH!"
Teriakan tak manusiawi terdengar dari tenggorokan Obito ketika Sasuke mulai menarik kembali semua berkat dari dewa Uchiha, termasuk chakra yang mengalir di dalam tubuhnya.
"Sasuke, ada sedikit berkat dari Dewa Inari di dalam tubuhnya." Itachi mengamati. "Dewa Tsukuyomi memberitahuku untuk membunuhnya setelah mengambil kekuatannya."
"Oke." Jawab Sasuke, dengan kekuatan yang diberikan Dewi Amaterasu mengambil kembali semua berkat klan Uchiha dari tubuh Obito. "Kau atau aku?"
Itachi mengulurkan tangan—Sasuke hampir lupa bahwa kakaknya itu saat ini sama sekali tidak memiliki senjata. Jadi tanpa berkomentar Sasuke melemparkan chokuto miliknya pada Itachi yang langsung menyayat leher Obito.
"Bakar dia dengan apiKu, pendetaKu." Dewi Amaterasu berkata, dan Sasuke mengikutinya.
Tidak lama kemudian, tidak ada apapun yang tersisa dari tubuh Obito.
"Ayo pergi, Sasuke. Aku tahu tempat ini." Itachi mengembalikan chokuto Sasuke dan berbalik pergi.
Sasuke dengan cepat mengikutinya. "Nii-san, bagaimana dengan penglihatanmu?"
Itachi menoleh dan sekilas menunjukkan iris matanya yang seputih salju sebelum kembali menjadi mangekyou sharingan—eternal mangekyou sharingan—sharingan dengan tiga tomoe, lalu iris hitam pekatnya yang biasa. "Hn, kembali seperti baru. Berkat dari Dewa Tsukuyomi."
"Oh, baguslah." Jawab Sasuke.
Mereka berjalan kembali ke ruangan tempat Sasuke bangun sebelumnya, membuat Sasuke mengerutkan kening sebelum Dewi Amaterasu memberitahunya bahwa itu adalah kamar kakaknya.
Setelah mengetahuinya, Sasuke hanya mengangguk singkat dan tetap mengikuti Itachi seperti anak anjing. Itachi juga tidak mengatakan apapun dan fokus untuk mengganti bajunya.
"Apakah tempat Nagato jauh dari sini?" tanya Sasuke setelah melihat isi kamar Itachi.
"Markas pusat Akatsuki berada di Amegakure. Kita bisa langsung pergi ke sana. Hanya dua hari dari sini."
"Pendeta Dewa Susanoo akan menunggu kalian menyelesaikan tugas ini. Saat ini dia sedang mengambil kembali senjata yang SaudaraKu tempa ratusan tahun yang lalu."
"Hn. Kapan kita berangkat?"
Itachi memakai kembali jubah Akatsuki miliknya dan melempar jubah cadangannya pada Sasuke. "Sekarang."
Diluar dugaan, Nagato sudah menunggu mereka di Amegakure.
Rupanya Dewi Amaterasu memberikan mimpi masa depan yang akan terjadi pada Nagato, membuat pria itu memikirkan ulang rencananya dan kini menunggu Itachi dan Sasuke.
Butuh waktu tiga hari untuk mereka menyelesaikan masalah yang direncanakan Zetsu dan pergi untuk bertemu dengan Shisui.
Pada akhirnya, Nagato setuju untuk melepaskan para bijuu dari patung Gedo dan membiarkan kekuatan Dewi Amaterasu untuk membakar patung itu hingga habis. Dewa Tsukuyomi juga memberikan saran pada para bijuu untuk menggunakan wujud manusia, yang diterima dengan kesal oleh para bijuu.
Kekuatan mata Nagato sendiri tidak bisa diambil sepenuhnya karena bukan hanya Dewi Amaterasu yang memberikan kekuatan itu. Jadi mereka memutuskan untuk membiarkannya sementara waktu hingga Zetsu dapat dibunuh.
Makhluk itu sendiri sekarang entah berada dimana. Tapi Dewi Amaterasu berkata bahwa Zetsu akan kembali, jadi mereka bisa menyelesaikan tugas lainnya selagi menunggu Zetsu menunjukkan dirinya.
"Sekarang kembalilah ke Konoha. Ambil kembali berkat Kami yang dicuri dari klanmu." Dewi Amaterasu menuntut. "Gunakan pengetahuan yang Aku berikan padamu. Gunakan otakmu, jangan emosimu. Kunci emosimu, jangan biarkan Shimura Danzo melihatnya."
Sasuke adalah pendeta Dewi Amaterasu, sedangkan Itachi adalah pendeta Dewa Tsukuyomi. Mengunci emosi mereka kedalam sebuah kotak kecil di sudut hati mereka adalah hal yang mudah. Yang sulit adalah mengendalikan emosi yang mereka sembunyikan agar tidak terbuka.
"Apa yang harus kami lakukan ketika sampai di Konoha?" tanya Itachi pada Dewa Tsukuyomi.
Sasuke tidak dapat mendengar jawabannya, tapi Dewi Amaterasu membimbingnya untuk berpikir dan merencanakan tuntutan yang akan mereka lakukan.
Mereka kemudian bertemu dengan Shisui di perbatasan Konoha.
Itachi diluar dugaan langsung mengenalinya dan memeluknya erat-erat seolah khawatir bahwa ini semua hanyalah mimpi, meninggalkan Sasuke yang terkejut dengan aksinya.
"Itachi? 'tachi-chan?" tanya Shisui dengan terengah. Kedua tangannya menangkup pipi Itachi dan menjelajahi wajahnya, mencoba untuk memetakan wajah yang kini telah kehilangan kepolosannya. Mata Shisui masih diperban, mengingatkan mereka bahwa salah satu matanya masih berada di kepala Danzo.
"Shisui. Ini aku, kau—kau kembali, Shisui." Itachi menempelkan kedua kening mereka, membuat Shisui menarik napas dengan tidak percaya.
"Oh, 'tachi-chan, maafkan aku, tidak seharusnya aku melakukan itu. Dewa Susanoo memberitahukanku semuanya, apa yang kau lakukan setelah kematianku, maafkan aku, 'tachi, maaf karena membuatmu harus menanggung semua itu…"
Itachi menutup kedua matanya dan menggeleng. Perilaku keduanya membuat Sasuke merasa menjadi obat nyamuk. "Bukan salahmu, aku tidak pernah menyalahkanmu,"
"Mereka berdua adalah jiwa yang tepat di waktu yang salah, dua jiwa yang dilahirkan semesta untuk saling melengkapi, terpisah karena kekejaman manusia." Dewi Amaterasu berbisik, suaranya hampir seperti melodi yang menyanyikan ironi dan kesedihan.
Setelah mendengarnya, Sasuke tidak berani menganggu waktu pertemuan kembali Shisui dan Itachi. Jadi dia memutuskan untuk memberi mereka privasi.
"Apakah semesta juga memberikanku jiwa yang seperti itu?" tanya Sasuke. "Apakah mereka juga akan menderita seperti Itachi saat aku pergi?"
"Semesta selalu melahirkan sepasang jiwa untuk saling melengkapi, tetapi pendetaKu, kau harus tahu bahwa terkadang di sebuah semesta, mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Salah satunya pasti akan sendirian, dan yang lainnya entah tidak dapat ditemukan atau sudah pergi lebih dulu." Dewi Amaterasu menjawab dengan muram. "Di alam semesta lain, di waktu yang lain, mungkin kau akan menemukan belahanmu di dalam jiwa Haruno Sakura, tapi tidak disini, pendetaKu. Kisah kalian tidak bisa dimulai di semesta ini."
Sasuke mengingat rekan timnya yang satu itu. Dia tahu gadis itu menyukainya, tapi Sasuke tidak dapat membayangkan dirinya hidup bersama dengan gadis yang seperti itu. Egois, lemah, dan keras kepala.
Mungkin Dewi Amaterasu benar, mereka tidak ditakdirkan di waktu ini. Tidak ketika Sasuke menginginkan keadilan bagi klan-nya. Tidak ketika waktu Sasuke sudah tidak banyak lagi.
Klan Uchiha sudah ditakdirkan untuk hancur. Dewi Amaterasu sudah memperingatkannya. Bahkan jika Sasuke masih hidup, dia tidak ingin berhubungan badan. Lantas bagaimana caranya dia membangkitkan klan-nya? Bagaimana caranya dia menurunkan ajaran leluhur klan-nya seorang diri?
Jika saja Sasuke tidak menerima berkat Dewi Amaterasu, jika saja Sasuke tidak menjadi pendeta Dewi Amaterasu, lantas masa depan seperti apa yang akan terjadi?
Dewi Amaterasu menjawab pertanyaannya. Dia memberikan penglihatannya, tentang kehidupannya yang lain, di waktu dan alam semesta lain. "Kehancuran dunia. Kalian akan merasakan kedamaian selama 20 tahun sebelum dunia akan kembali berperang."
Darah ada dimana-mana. Putrinya satu-satunya juga menjadi korban. Seluruh dunia meratap. Bulan bersinar merah, dan klan yang datang dari luar angkasa membunuh semua makhluk hidup untuk memberi makan pohon terlarang.
Sasuke menarik napas dengan gemetar. "Apakah darah klan-ku diperlukan untuk mencegah mereka datang? Apakah kalian mengorbankan seluruh anggota klan-ku hanya untuk menyelamatkan dunia?"
Dewi Amaterasu kemudian memberikan penglihatan lain; dimana klan-nya masih hidup, namun kehancuran dunia masih terjadi. Suara dewi itu terdengar sangat sedih bercampur dengan kemurkaan. "Putra bungsu Kaguya telah menggunakan berkat yang Kami berikan pada klan Uchiha. Untuk mencegah terjadinya kehancuran dunia, Kami harus mengambil kembali semua berkat yang telah Kami berikan dan memastikan bahwa tidak akan ada lagi makhluk yang dapat menggunakannya."
Rasa panas membakar meledak di dada Sasuke, tapi dia sama sekali tidak merasakan sakit.
"Pergilah, pendetaKu. Semakin cepat kau mengambil kembali semua berkat Kami, semakin cepat Zetsu menjadi putus asa dan menunjukkan kelemahannya. Pergilah ke Konoha dan ambil kembali berkat yang dicuri oleh manusia hina!"
Tepat pada saat Dewi Amaterasu selesai mengatakannya, Shisui dan Itachi menemukannya.
"Sasuke, ayo pergi."
"Hn. Ayo ke Konoha."
Mereka memasuki gerbang Konoha dengan mudah, terlalu mudah.
Sedikit genjutsu, dan mereka semua tidak memperhatikan Sasuke dengan jubah Akatsuki yang berjalan bersama Shisui. Itachi sendiri pergi ke markas ROOT untuk mengambil semua bukti kebusukan Danzo.
Beberapa ANBU menyadari keberadaan mereka berdua, tapi Sasuke mengabaikan mereka dan terus melangkah menuju kantor Hokage. Mereka juga tidak menghentikannya untuk pergi.
"Sebaiknya kita gunakan atap kantor Hokage. Tempat itu lebih luas dari pada ruangan Hokage yang sempit." Komentar Shisui. Bibirnya membentuk garis tipis dan dia mengadahkan kepalanya untuk menatap jendela kantor Hokage.
Sasuke mengikuti arah pandangannya, dan langsung bertatapan dengan ekspresi keras Senju Tsunade, Hokage saat ini. Dia menolak menunjukkan ekspresi apapun dan menaruh genjutsu pada sekretaris di lantai satu untuk membawakan pesannya pada Hokage. Setelahnya, mereka berdua kembali melangkah masuk seolah tidak terjadi apapun.
Keamanan Konoha membuat Sasuke hampir mendengus.
Konoha terlalu lemah. Empat tahun yang lalu Sasuke bisa melarikan diri dengan mudah (Itachi tidak dihitung karena dia ANBU). Dan sekarang mereka membiarkan musuh masuk dengan mudah tanpa ada yang menghalangi? Apakah ninja Konoha terlalu percaya diri bahwa tidak akan ada yang bisa menghancurkan desa?
Sasuke menggelengkan kepala dan membuka pintu atap layaknya orang normal.
Seolah-olah dia tidak sedang mempersiapkan tuntutan pada Konoha.
"Mereka sama sekali tidak membuang waktu, eh?" Shisui tersenyum dingin. Walaupun kedua matanya tertutup perban, Sasuke masih bisa melihat garis kegilaan di sudut bibir Shisui, membuatnya mendengus.
"SASUKE!" teriakan memekakan telinga terdengar, tapi Sasuke mengabaikannya dan lebih berfokus pada Hokage saat ini. "KAU—"
"Ah, ah, menjauhlah dari adik iparku, rubah." Shisui disampingnya memblokir tangan Naruto dengan tanto, membuat mantan rekan timnya itu menarik kembali tangannya dan mengeraskan rahang, kemudian mundur dengan tatapan bingung. "Sebaiknya kalian kendalikan hewan ini jika tidak ingin kehilangannya, hm?"
"AKU BUKAN HEWAN! SASUKE! KAU—Kau kembali…?"
Sasuke mengabaikan Naruto. "Senju Tsunade-hime. Kami datang ke Konoha untuk menuntut kepala Shimura Danzo atas apa yang telah dilakukannya."
Dari sudut matanya, Sasuke dapat melihat beberapa ANBU yang berjaga disekeliling mereka. Belum lagi beberapa mantan teman sekelasnya dulu yang kini ikut bergabung untuk melindungi Hokage.
"Kau datang ke Konoha sesuka hati setelah menjadi ninja liar, dan menuntut kepala salah satu tetua desa?" tanya Tsunade, terlihat tidak percaya. Wanita itu terlihat akan menghancurkan beton dibawah mereka jika Sasuke tidak segera memberikan jawaban.
"Tetua yang kau maksud itu sudah melakukan terlalu banyak kejahatan. Dewi Amaterasu menuntut kembali berkat yang dicuri dari klan Uchiha." Sasuke menatap Tsunade dengan ekspresi kosong, seolah-olah api abadi Dewi Amaterasu tidak membakar nadinya dengan kemurkaan. "Dia memerintahkan pembantaian klanku dan mengambil bola mata para Uchiha untuk dipasang di tubuh menjijikannya seolah-olah aksesoris. Apakah kau berkata bahwa Konoha akan melindungi orang yang seperti itu?"
"Apa maksudnya itu?! Baa-chan—" Naruto berusaha berbicara, tapi Kakashi menariknya mundur dan Tsunade menyentaknya dengan kasar.
"Diam! Aku Hokage disini!" Wanita itu memijat kepalanya dan bertanya, "Apa bukti bahwa tetua Shimura melakukannya?"
Sasuke memiringkan kepala, "apa kau berasumsi hanya Shimura Danzo yang melakukannya? Berani sekali kau mengasumsikan bahwa Shimura Danzo mampu melakukan semua itu di belakang Hokage selama bertahun-tahun tanpa ketahuan."
Tsunade memucat, dan tepat pada saat itu Itachi datang dengan kepala dan tangan kanan Danzo yang sudah terpenggal dari tubuhnya. Dia menjatuhkan mayat itu di tengah-tengah mereka, membiarkan mereka semua melihat sepuluh mata sharingan yang tertanam di tangan kanan dan satu mata yang tertanam di mata kanan Danzo.
Seseorang muntah dan yang lainnya ikut memucat.
Shisui melangkah maju dan mengambil bola mata miliknya dari kepala Danzo sebelum kembali ke tempatnya sebelumnya. "Sayang sekali dia sudah mati. Kuharap kau memberikannya penyiksaan yang menyakitkan sebelum membunuhnya, 'tachi-chan."
Itachi hanya meliriknya dengan apatis. "Hn."
Secara mendadak, Naruto membungkuk dan memegang perutnya, membuat yang Sakura berteriak panik.
"Naruto!"
Jinchuuriki itu memuntahkan seekor gagak yang langsung terbang menuju bahu Shisui.
"C-caw!"
"Kakakmu berencana menggunakan kotoamatsukami padamu untuk melindungi Konoha jika Uzumaki Naruto gagal meyakinkanmu kembali. Kekuatan itu sudah tidak berguna lagi untukmu." Dewi Amaterasu berkata.
Shisui mengambil bola matanya kembali dan membiarkannya meleleh menjadi air ditangannya sebelum mulai membuka perban yang menutupi kedua matanya.
"SaudaraKu Susanoo memberikan kemampuan untuk meregenerasi kembali anggota tubuh yang hilang. Uchiha Shisui saat ini telah mendapatkan kembali kedua matanya."
Ketika seluruh perban yang menutupi mata Shisui sudah terlepas, Kakashi dan beberapa ANBU menarik napas tajam.
Shisui tersenyum dan mulai mengerjapkan mata. "Senangnya bisa melihat lagi." ujarnya dengan ekspresi tidak waras. "Halo, Tsunade-hime. Kau mungkin tidak mengenalku. Namaku Uchiha Shisui, cucu dari Uchiha Kagami."
"Mustahil, kau seharusnya sudah mati! Mereka mengatakan bahwa—"
"Bahwa aku bunuh diri? Bahwa Itachi membunuhku? Kau seharusnya tau bagaimana cara Danzo dan Sandaime bekerja, Hatake." Jawab Shisui pada Kakashi yang mulai terlihat sangat tertekan. "Yah, aku tidak bisa menyalahkanmu. Klan kami tidak memiliki reputasi yang bagus setelah kematian tuanmu."
"Kalian boleh mendapatkan kepalanya, tapi anggota tubuhnya yang lain akan pergi pada Akatsuki. Tidak hanya klan Uchiha yang dihancurkan oleh akar busuk Konoha." Sasuke kembali bicara pada Tsunade. Pembicaraan mereka mulai keluar jalur dan dia tidak ingin berlama-lama berada di Konoha.
Itachi melemparkan sebuah gulungan pada Tsunade yang langsung ditangkap oleh salah satu ANBU yang berjaga.
"Apakah kau tahu bahwa kematian dua orang terdekatmu bukan karena perang? Apakah kau tahu bahwa Konoha gagal menolong Uzushio karena Danzo menginginkan klan Uzumaki hancur? Katakan padaku, apakah kalian tahu bahwa perang dunia ninja ke-tiga bukanlah karena kesalahan Hatake Sakumo?" Sasuke tersenyum kejam.
Kakashi tanpa sadar mengambil satu langkah mundur, begitupun dengan Naruto yang bergumam 'aku punya klan?' dengan bingung.
Sasuke masih mengabaikan mereka. "Akar busuk kalian sudah terlalu lama menyakiti tanah lainnya, Konoha. Sudah saatnya seseorang menarik keluar semuanya dan membersihkannya untuk selamanya."
"Shodaime pernah berkata bahwa dia membangun desa dengan harapan tidak ada lagi anak-anak yang terbunuh dalam perang. Tapi lihatlah sekarang, hutan itu sendiri yang memakan anak-anak dan menyerap darah mereka untuk tumbuh. Sungguh menjijikkan."
Tsunade mengepalkan tangan. "Apa yang kalian inginkan, Uchiha? Danzo sudah terbunuh oleh tangan kalian sendiri. Apalagi yang kalian inginkan dari Konoha?"
"Aku ingin kalian membersihkan nama Itachi… dan menyebarluaskan kasus ini agar semua orang mengetahui kebenarannya. Semua yang dilakukan Danzo dan Sandaime. Aku ingin nama mereka berdua jatuh kedalam lumpur."
"Hey! Jiji tidak bersalah! Kenapa kau membawanya 'ttebayo?!"
"Anak yang malang. Tidak ada yang memberitahunya. Kau harus membimbingnya, pendetaKu. Buat dia mengerti agar dia tidak melakukan kesalahan yang sama dengan Senju Hashirama."
Sasuke menghela napas, membuat Itachi memegang bahunya untuk menenangkannya. "Naruto… apakah kau tidak pernah berpikir, kenapa tidak ada yang memberitahumu tentang orang tuamu… ataupun mengadopsimu?"
"Sasuke—" Kakashi terlihat panik, tapi ucapannya dipotong oleh Naruto yang mulai kesal.
"Memangnya apa hubungannya dengan Jiji, Sasuke?! Aku tidak akan membiarkanmu menginjak-injak namanya!"
"Dia yang memerintahkan agar semua orang tutup mulut." Jawab Sasuke, secara tidak biasa terlihat sangat tenang dan sabar. "Dia yang memerintahkan agar tidak ada satu orang pun yang bisa mengadopsimu."
"Aku ingat bahkan Hatake juga tidak bisa mendekatimu, padahal dia adalah kakak angkatmu." Shisui menambahkan, membuat Naruto menolehkan kepalanya pada Kakashi yang terlihat akan menangis. "Mikoto-obasan juga tidak bisa melakukannya, padahal menurut waisat Yondaime, ngomong-ngomong, dia adalah ayahmu. Kushina, istrinya, adalah sahabat baik Mikoto-obasan. Jadi Uchiha sebenarnya memiliki hak untuk mengadopsimu."
Itachi mengangguk, "Sasuke dan Naruto-kun bisa tumbuh sebagai saudara baptis jika saja Sandaime-sama tidak melarang kami mengadopsimu. Kaasan adalah ibu baptismu, sedangkan Jiraiya sang sannin adalah ayah baptismu."
Naruto terlihat sangat terkejut dan terluka dan tidak percaya. Dia menoleh pada Kakashi dengan putus asa. "Kakashi-sensei, apakah yang mereka katakan itu benar? Aku dan Sasuke adalah saudara baptis? Kau adalah kakak angkatku? E-ero sannin adalah ayah baptisku? Aku punya keluarga, ttebayo?"
"… itu benar, Naruto. Semua yang mereka katakan itu benar… Sandaime-sama yang melarang kami untuk mendekatimu." Kakashi mengepalkan tangan dan menundukkan kepala, menolak menatap ekspresi penuh luka Naruto. Disamping mereka, Sakura menutup mulutnya dengan tidak percaya.
"Sensei melakukan itu…?" Tsunade dan yang lainnya juga terlihat tidak percaya. Sejauh yang mereka ketahui, Sarutobi Hiruzen adalah orang yang sangat bermartabat dan menyayangi Naruto.
"Tidak hanya itu. Dia juga mengizinkan Danzo membentuk tentaranya sendiri dari anak-anak yatim piatu. Aku yakin beberapa dari kalian masih mengingat kasus penculikan anak-anak beberapa tahun yang lalu. Kita semua mencari mereka kemana-mana, tapi kita tidak mencari di bawah tanah." Shisui lagi-lagi menambahkan.
"Sarutobi Hiruzen melakukan semua itu agar Naruto bisa menganggapnya sebagai pahlawan. Ini trik yang mudah. Coba pikirkan, sebagai anak yang tidak memiliki apapun, dibenci dan dianggap monster, tidak memiliki teman… kemudian dia memberikan perhatian dan juga kasih sayang. Bukankah secara otomatis Naruto akan menganggapnya sebagai pahlawan?"
"Jiji tidak melakukan itu 'ttebayo! Dia tidak berpura-pura! Dia benar-benar menyayangiku!" Naruto berteriak. Air mata sudah membanjiri kedua pipinya dan mata biru langitnya terlihat sangat kecewa.
Sasuke tidak memberikan ekspresi apapun. "Lantas kenapa dia membiarkanmu hidup di jalanan jika dia menyayangimu? Kenapa dia tidak membiarkan keluargamu mengadopsi dan membesarkanmu?"
"Itu! Itu karena…"
"Kau tidak bisa menjawabnya dan kita berdua tahu itu." Sasuke mendengus sebelum kembali melirik Tsunade yang kini mengumpat dibawah napasnya. "Bagaimana, Hokage? Apa keputusanmu?"
Tsunade terlihat hampir menggeram. "Dan jika kami menolak? Apa yang akan kau lakukan?"
Shisui menarik tanto-nya ketika beberapa ANBU bersiap menyerang mereka.
"Kami bisa memberikan informasi itu pada negara lain." Jawab Itachi, masih terlihat apatis. "Tidak masalah jika kau ingin menyelamatkan reputasi Konoha, Hokage-sama. Namaku tidak penting, klan Uchiha juga sudah berakhir. Dewa sudah menuntut agar berkat yang diberikan segera dikembalikan."
Ucapannya membuat Sasuke dan Shisui tidak senang. Tapi mereka berdua tetap menutup mulut dan membiarkan Itachi mengambil alih.
"…"
"Senju Tsunade akan menyetujui tuntutan kalian. PendetaKu, bakarlah seluruh kompleks klan Uchiha, jangan sisakan satu informasi apapun. Mereka tidak layak mendapatkan informasi klan Uchiha."
"Baiklah. Aku menyetujui tuntutan kalian." Tsunade mengangkat tangan untuk menghentikan protes yang mulai muncul dari para ninja di sekitarnya, terutama dari klan Sarutobi.
"Terima kasih, Hokage-sama. Lalu satu lagi, kami ingin memberikan kompleks Uchiha pada Uzumaki Naruto dan kau, Senju Tsunade. Kami sudah lama tidak menganggap Konoha sebagai rumah, jadi lebih baik menghancurkan kompleks yang membawa kenangan buruk."
"Apa…?"
"Tunggu, 'ttebayo! Sasuke! Apa kalian tidak kembali ke Konoha?! Kau… kalian bisa kembali! Iya kan, baa-chan!? Uchiha-san dan Sasuke bisa kembali ke desa, dan-dan mereka bisa tinggal 'ttebayo!"
Shisui, Itachi dan Sasuke merasakan bahwa nadi di kepala mereka mulai berdenyut menyakitkan.
"Kau terlalu naif, rubah. Seperti kami akan kembali ke desa yang sudah menyudutkan kami dan mengambil mata kami layaknya aksesoris." Shisui mendesis dengan marah.
"Aku tidak mau tinggal di Konoha." Jawab Sasuke, diikuti dengan anggukan Itachi. "Untuk apa aku tinggal di desa yang sudah membantai seluruh keluargaku?"
"Sasuke, aku tahu rasanya menyakitkan, tapi masih banyak orang yang peduli denganmu disini! Tidak semua orang di Konoha bersalah. Ini bukan cuma soal desa, Sasuke, tapi soal kau yang memilih untuk maju dan tidak terjebak dalam dendam! Dan-dan… kau berkata bahwa kita adalah saudara baptis! Jadi kita keluarga, ttebayo! Keluarga harus selalu bersama!"
"SANGAT NAIF! BERANINYA! APAKAH KETURUNAN ASHURA SELALU TIDAK PUNYA OTAK SEPERTI INI?!" Dewi Amaterasu berteriak murka. "AKU AKAN MENDATANGKAN KUTUKAN UNTUK KONOHA! DESA PENCURI YANG AKAN TERBAKAR DALAM API PERANG SAUDARA!"
Sasuke tertawa. Dia tertawa dan tertawa seperti orang tidak waras. Dia baru mulai berhenti ketika Shisui dan Itachi memegang pergelangan tangannya. "Kau… naif, Naruto. Ha-hahaha—saudara? Jangan bercanda."
Itachi menariknya kedalam pelukan dan berkata pada Tsunade disaat Sasuke masih sibuk menghentikan tawanya, sedangkan Shisui mengambil tangan Danzo yang penuh dengan sharingan. "Kami akan menunggu perjanjian ini ditepati, Hokage-sama. Kami permisi."
"Ah, tunggu." Panggil Sasuke. Dia melepaskan pelukan Itachi dan melangkah mendekat pada Kakashi yang kini membuka mata kirinya. "Dewi Amaterasu ingin kami mengambil semua berkat kami, dan itu termasuk sharingan milik Obito."
Mantan gurunya itu tertegun, tapi Sasuke tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika tangannya terangkat untuk menyerap kembali kekuatan sharingan Obito.
"Sasuke!"
Kakashi tersentak dan menarik napas tajam, membuat beberapa ANBU berusaha menyerang Sasuke.
Namun belum sempat mereka melakukannya, Sasuke sudah menarik kembali tangannya dan menunjukkan mata kiri Kakashi yang kini berwarna hitam pekat… tanpa sharingan.
Dia tidak mengatakan apapun dan hanya melompat ke samping Shisui yang langsung membawa mereka pergi dengan shunshin menuju kompleks Uchiha yang terbengkalai.
"Dewa Susanoo menyuruh kita untuk menghancurkan semuanya."
"Hn, Dewa Tsukuyomi ingin tablet batu Uchiha dihancurkan selamanya."
Mereka berdua menatap Sasuke yang masih menatap mereka tanpa ekspresi. "Dewi Amaterasu meminta agar kompleks Uchiha dibakar hingga habis."
Shisui mengangguk, "kalau begitu ayo lakukan. Semakin cepat kita melakukannya, semakin cepat kita bisa pergi dari tempat ini."
"Hn."
Mereka segera melakukan bagian mereka masing-masing. Shisui menenggelamkan semua senjata yang pernah dibuat oleh Uchiha, Itachi menghancurkan ruang arsip dan tablet batu, dan Sasuke mulai membakar satu demi satu rumah yang ada di kompleks Uchiha dengan api abadi Amaterasu.
Beberapa ninja Konoha datang dan berusaha memadamkan apinya, terutama Naruto dan Sakura. Tapi Sasuke tidak membiarkan mereka masuk kedalam kompleks sebelum semuanya menjadi abu.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk meratakan kompleks Uchiha dengan tanah. Setelah semuanya selesai, mereka bertiga pergi dari Konoha dan menggunakan berkat dari dewa-dewi Uchiha untuk mencegah ninja Konoha mengikuti mereka.
"Kini semua yang berkaitan dengan Uchiha sudah hancur. Zetsu akan segera muncul dan mencoba untuk menghasutmu, pendetaKu. Kau harus bersiap."
"Hn,"
"Pergilah ke Amegakure, tunggulah disana hingga Aku memerintahkanmu, pendetaKu."
"Dewi Amaterasu yang Agung, apa yang akan terjadi setelah Zetsu berhasil dibunuh?" tanya Sasuke.
"Aku yakin kau sudah menyadari bahwa tubuhmu tidak lagi bernapas sejak kalian meninggalkan Konoha." Dewi Amaterasu berkata dengan muram. "Pendeta SaudaraKu Susanoo akan meleleh dan kembali pada lautan, sedangkan pendeta SaudaraKu Tsukuyomi akan kembali pada debu dan tanah. Kau, pendetaKu, akan terbakar menjadi api hingga akhirnya padam."
Sasuke tidak tahu apakah dia harus senang atau sedih ketika mendengar hal ini. Dia sedih karena pengorbanan Itachi agar dia tetap hidup akan sia-sia, tapi disisi lain dia senang karena pada akhirnya dia akan bersama-sama bertemu dengan keluarganya lagi.
"Maafkanlah Dewi-mu yang egois ini, pendetaKu. Aku ingin kau menjalani kehidupan tanpa penyesalan, tapi Aku tidak bisa memberikannya di kehidupanmu ini."
"Aku tidak tahu dewi bisa meminta maaf." Jawab Sasuke, tapi Dewi-nya tahu bahwa Sasuke sama sekali tidak membencinya. Pengetahuan yang diterimanya dari leluhurnya sudah membuatnya lebih mengerti akan keputusan-keputusan sulit yang harus dilakukan oleh penguasa.
(Sekalipun dia masih tidak dapat sepenuhnya mengerti akan keputusan Tsukuyomi, Amaterasu dan Susanoo.)
(Bagaimana bisa seorang manusia memahami keputusan seorang dewa?)
"Bahkan seorang Dewi juga bisa merasakan sedih, pendetaKu."
"Hn,"
"Beristirahatlah, pendetaKu. Pertempuran melawan Zetsu bukanlah hal yang mudah. Aku akan menjagamu dalam tidurmu."
Sasuke menghembuskan napas dan melirik Shisui dan kakaknya yang duduk bersebelahan. Dia mengerutkan kening dan pindah untuk duduk disamping Itachi dan menjadikan bahunya sebagai bantal.
Itachi sama sekali tidak protes.
Sesuai dengan perkataan Dewi Amaterasu, pertarungan melawan Zetsu bukanlah pertarungan yang mudah.
Makhluk itu lentur seperti cairan dan tidak dapat terbakar oleh api Amaterasu. Ilusi Tsukuyomi juga tidak berguna dan perisai Susanoo tidak dapat membunuhnya.
Mereka bertiga bertarung dan terus bertarung hingga mereka tidak tahu sudah berapa lama mereka bertarung. Mereka juga tidak dapat menurunkan kewaspadaan karena Zetsu akan segera melarikan diri ketika mendapatkan kesempatan.
Dewi Amaterasu berkali-kali berteriak murka ketika makhluk itu tidak dapat dibunuh dengan api abadi miliknya.
Ini membuat Sasuke bertanya-tanya, 'apa yang bisa membunh Zetsu?'
Untungnya, jawaban datang dalam bentuk Pain—Nagato—yang menggunakan kuroibō untuk menahan pergerakan Zetsu di satu tempat.
"Jika makhluk ini tidak dapat dibunuh, maka kita bisa menyegelnya selamanya, seperti tubuh Kaguya." Itachi berkomentar, membuat Sasuke hampir mengumpat karena tidak memikirkan cara itu sebelumnya.
"Tidak. Kita harus membunuhnya! Segel bisa lepas jika jatuh ke tangan orang yang salah! Makhluk ini harus dihancurkan dari jagat raya!"
"Uh, Dewi Amaterasu yang Agung, bagaimana jika Zetsu disegel didalam sebuah kotak? Seperti, kau tahu, kotak dimensi? Lalu kita bisa membakar kotak itu agar tidak ada yang bisa membukanya kembali." Shisui tiba-tiba memberi saran, membuat Sasuke mengerutkan kening.
"Kau bisa mendengar perkataan Dewi Amaterasu?"
Shisui balas menatapnya dengan bingung. "Memangnya kau tidak bisa mendengar perkataan Dewa Tsukuyomi dan Dewa Susanoo?"
"PendetaKu, kau tidak ingin mendengar pembicaraan kedua SaudaraKu. Aku memblokir suara Mereka sebelum kau menyesal."
Komentar Dewi Amaterasu membuat Shisui dan Itachi meringis. "Yeah, aku setuju dengan Dewi Amaterasu."
Sasuke menatap mereka dengan aneh sebelum kembali pada topik mereka. "Bagaimana, menurutmu, Nagato?"
"Hm… aku bisa membuat kotak dimensi. Ayo kita coba."
"Apa?! Tidak! Aku tidak mau disegel! Aku harus membebaskan Ibu! Lepaskan aku, dasar manusia hina! Aku harus membebaskan Ibuku, sang Dewi Kelinci!"
Tidak ada yang mendengarkan teriakan Zetsu.
Nagato membentuk sebuah kotak kecil di tangannya, lalu menyedot Zetsu untuk masuk kedalamnya sebelum menutupnya. "Selesai. Kau bisa membakarnya."
Sasuke tanpa menunggu lagi langsung membakar kotak itu dengan api abadi Amaterasu hingga hancur tanpa sisa.
"Aku tidak lagi merasakan keberadaan Zetsu di dunia ini." Dewi Amaterasu berkata dengan sukacita. "Kerja bagus, pendetaKu!"
"Kerja bagus, keturunan Indra." Sebuah suara lain bergemuruh, membuat Sasuke menyadari bahwa kini dia dapat mendengar suara dua Dewa yang lainnya. "Dan kerja bagus, keturunan Ashura. Terima kasih sudah membantu kami membinasakan Zetsu dari dunia ini."
"Tidak masalah." Nagato menjawab. "Aku akan jatuh kedalam rencananya jika bukan karena kalian. Sebagai gantinya, bisakah kalian para Dewa menjawab pertanyaanku?"
"Apa yang ingin kau tanyakan, keturunan Ashura?"
"Kedamaian dunia yang diimpikan Akatsuki… apakah hal itu dapat terjadi?"
"Dunia manusia terlalu beragam, keturunan Ashura. Selama masih ada yang menginginkan kekuasaan, balas dendam, atau bahkan pengakuan, kedamaian yang kau impikan akan selalu mendapatkan cobaan. Ingatlah, keturunan Ashura, tidak ada yang abadi di dunia ini, baik kedamaian maupun peperangan."
"Jadi kedamaian itu mustahil dilakukan."
Dewi Amaterasu tersenyum kecil. "SaudaraKu tidak mengatakan bahwa kedamaian itu mustahil, keturunan Ashura. Selama kau berjuang, aku yakin kedamaian dapat terwujud."
Nagato memikirkan hal ini dan mengangguk. "Terima kasih, Dewa-Dewi Uchiha."
"Apakah kau akan kembali ke Amegakure?" tanya Shisui.
"Ya, tubuhku butuh istirahat. Jadi aku akan kembali sekarang. Selamat tinggal, Uchiha."
"Dann dia pergi." Shisui mendengus ketika Nagato segera pergi dengan shunshin. "Sekarang apa?"
"Sekarang, kalian bebas." Dewa Tsukuyomi berbicara. "Kami telah memutuskan untuk memberikan kalian waktu untuk berjalan di dunia ini sebelum kami mengambil kembali jiwa kalian."
"Seperti yang SaudariKu katakan, pendetaKu akan meleleh dan kembali pada lautan, pendeta SaudaraKu Tsukuyomi akan kembali pada debu dan tanah dan pendeta SaudariKu Amaterasu, akan terbakar menjadi api hingga akhirnya padam."
"Tapi sebelum itu terjadi, Kami akan memberikan kalian kebebasan… hingga waktunya tiba."
Sasuke, Itachi dan Shisui saling bertukar pandangan sebelum mengangkat bahu secara bersamaan.
"Yah, lagipula kami sudah mati." Komentar Shisui. "Tidak ada salahnya berkeliling dunia ini sebentar."
"Hn."
"Berapa lama waktu yang kami dapatkan?"
Terdengar suara gemuruh sesaat sebelum Dewa Tsukuyomi menjawab. "Satu tahun. Kalian mendapatkan kebebasan selama satu tahun untuk berjalan di dunia ini."
"Selama itu, Kami akan meninggalkan kalian, para pendeta. Kalian bisa memanggil Kami, tapi Kami tidak akan lagi mengawasi kalian setiap waktu."
Terdengar suara tawa kecil seperti dentingan lonceng sebelum Dewi Amaterasu mengucapkan "kalau begitu, Kami akan pergi sekarang. Bersenang-senanglah, pendeta!"
"…"
"…"
"…"
"Uh," Shisui memulai ketika suara para Dewa-Dewi Uchiha tidak lagi terdengar. "Jadi, mau kemana kita?"
Itachi dan Sasuke bertukar pandangan selama beberapa saat sebelum Sasuke mulai tersenyum menyeramkan.
"Um, 'tachi-chan? Sasu-chan?"
"Kemana saja boleh," jawab Sasuke, masih tersenyum bak anak kecil yang mendapatkan permen. "Tapi sebelum itu…"
SLAP!
Sasuke menampar pipi Itachi dan menendang perutnya keras-keras.
Itachi sama sekali tidak menghindar.
Shisui menjerit seperti gadis (dia akan menolak mengakuinya seumur hidupnya! Dia tidak menjerit seperti gadis!) "Sasuke?!"
"Itu balasan karena kau meninggalkanku dan menipuku selama bertahun-tahun, aniki." Sasuke menghembuskan napas keras-keras.
Itachi mendengus pelan, "yeah, aku pantas mendapatkannya. Apa kau sudah puas memukulku, otouto?"
"Itachi?!" Shisui tidak tahu bahwa Itachi punya sisi seperti ini? Apa yang terjadi pada kekasihnya?!
Sasuke memelototi Itachi, "belum. Tapi aku tidak mau merusak wajah keriputmu itu di depan pacarmu."
"Hey! Wajahnya tidak keriput!" / "Wajahku tidak keriput." Yang disebut langsung memprotes, membuat Sasuke memutar mata dengan jengah.
"Kenapa kau tumbuh menjadi bocah nakal, huh? Apa yang terjadi selama kau tumbuh?! Padahal dulu kau anak yang manis dan selalu memanggilku dengan 'Shisui-san' atau 'Shisui-niisan'!"
Sasuke lagi-lagi memutar mata. "Tanya pada pacarmu itu. Aku akan pergi ke Iwa untuk bersantai." Jawabnya sebelum pergi meninggalkan Itachi dan Shisui, membuat keduanya bertukar pandangan.
"Uh, ayo kejar adikmu?" ajak Shisui pada akhirnya, membuat Itachi menatapnya dengan datar sebelum mengangguk menyetujui.
"Hey, 'tachi-chan?" panggil Shisui sebelum mereka mengejar Sasuke.
"Ya, Shui?"
"Kau sudah melakukan yang terbaik. Aku tidak bangga dengan apa yang kau lakukan, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku tidak menyalahkanmu."
Mata Itachi berkilau, tapi tidak mengatakan apapun selain "hn" singkat.
Shisui mengenggam tangan Itachi sebelum menariknya untuk mengejar Sasuke yang sudah pergi lebih dulu. "Ayo kejar Sasu-chan?"
Secara perlahan, Itachi membalas genggaman tangan Shisui. "Hn, ayo pergi."
Mereka sama-sama tahu bahwa mereka hanya memiliki satu tahun, tapi persetan dengan semuanya jika Shisui tidak bisa membuat Itachi dan Sasuke berbaikan. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki hubungan kakak-adik yang rusak karena Konoha.
(Tanpa mengetahui bahwa Itachi dan Sasuke sudah menyelesaikan masalah mereka sebelumnya.)
END.
A/n:
Oh wow, aku mengerjakan ini dalam waktu sepuluh jam… punggungku sakit karena terlalu banyak duduk di depan laptop.
Awalanya aku hanya ingin membuat fanfiksi pendek, tapi siapa sangka fanfiksi yang kukira akan menghabiskan 1k-2k akan menjadi 5k lebih? Pantas saja punggungku sakit.
Fanfiksi ini hanya imajinasiku karena belakangan ini aku menyukai ide tentang "Dewa-Dewi Uchiha yang membantu Sasuke menghancurkan nama baik Danzo dan Hiruzen."
Dan ya, tubuh Shisui disini tidak pernah ditemukan. Jadi dia masih tenggelam di dasar sungai Naka. Dan YA. Aku tahu fanfiksi ini sangat OOC dan tidak jelas. Aku mengetik ini disela-sela membaca artikel dan jurnal untuk skripsiku… haha… (tertawa stress)
Oke, itu saja. Terima kasih sudah membaca!
Ziandra, 6 November 2024.
PS:
I do not accept PMs promoting art collaborations or anything like that. You just pretend to have read my work and offer your art because you "like" or "inspired from" my work in exchange for money.
No. I do not accept PMs like that. Do you read this, you bastard? Or are you blind and can't even read this?
If you still send them, I will not respond nicely and will respond rudely.
You have been warned.
