Dua hari setelah meninggalkan Istana Permaisuri, Gaara mengajak Neji bercinta lagi. Setelah kegiatan mereka selesai, Gaara bertanya kepada Neji.
"Neji, menurutmu Permaisuri orangnya bagaimana?"
"Yang Mulia Permaisuri? Beliau sangat baik, Tuan. Selama hamba disana, hamba kira beliau akan memperlakukan hamba dengan buruk, tapi ternyata tidak. Beliau memperlakukan hamba seperti tamu selama hamba disana."
"Apakah perlakuannya padamu… membuatmu tertarik padanya?" Tanya Gaara dengan suara yang licin.
Neji yang merasakan bahaya dari cara bicara Gaara, berusaha membujuknya.
"Anda tahu, perasaan dan kesetiaan hamba hanya untuk anda, Tuanku."
"Buktikan! Buktikan jika kau tidak mencintai Perempuan itu!" Bentak Gaara. Neji yang kebingungan dengan sikap Gaara yang uring-uringan akhirnya bertanya.
"Kenapa anda bersikap seperti ini, Tuanku?"
"Aku pernah mengunjungi Istana Permaisuri pada malam ritual kalian untuk mengecek apakah kalian benar-benar melaksanakan ritual itu, dan apa yang kulihat? Kau bercinta dengan wanita itu dengan sangat liar dan bernafsu! Seingatku, kita tak pernah bercinta sepanas itu, seperti yang kau lakukan pada wanita itu!" Tuntut Gaara.
Neji hanya melongo dan tertawa mendengar kata-kata Gaara.
"Yang Mulia, hamba hanya menjalankan tugas dari anda untuk meniduri permaisuri. Anda cemburu hanya karena hal itu?"
"Hanya? Hei Neji, kau tidak pernah melakukannya denganku sehebat itu! Jika kau memang mencintaiku, buktikan, tiduri aku seperti kau meniduri Perempuan itu! Bahkan lebih panas jika kau bisa! Pekik Gaara.
Mendengar itu, raut wajah Neji berubah menjadi serius dan datar seperti biasanya.
"Baiklah, sesuai keinginan anda, Yang Mulia."
Beberapa saat kemudian, terdengar suara desahan dan erangan Neji dan Gaara bercinta lebih keras dan erotis daripada sebelumnya, bahkan lebih hebat daripada ketika Neji dan Tenten bercinta kemarin dulu…
-0-
Gaara tertidur pulas setelah Neji membuktikan bahwa dia bisa bercinta lebih hebat dengannya daripada dengan Tenten. Namun Neji yang berhasil memuaskan Gaara, terlihat sangat terpuruk.
Neji keluar dari kamar tidur Gaara dan menuju ke ruang kerja Gaara di sebelahnya. Di sana Neji terduduk lemas di lantai dan menangisi takdirnya yang rumit.
Memang dia sudah menjadi kekasih Gaara sejak dia berumur 15 tahun, namun apakah Neji benar-benar mencintai Gaara layaknya sepasang kekasih? Selama ini, dalam hubungan Neji dan Gaara, selalu Gaara yang memulai dan mendominasi hubungan mereka. Neji hanya melayani dan memuaskan nafsu Gaara sebagai balas jasanya atas kebaikan Gaara selama ini. Neji menganggap itu adalah salah satu bukti cintanya pada Gaara...
Tapi apakah yang Neji rasakan itu benar-benar cinta?
Berbeda dengan perasaan yang dia rasakan ke Gaara, apa yang Neji rasakan ke Tenten sangat berbeda. Dengan Tenten, bisa dibilang hubungan mereka seimbang dan setara, meskipun Neji yang memimpin karena dia laki-laki. Walaupun kasta mereka berbeda jauh, namun Tenten mengizinkan Neji untuk memanggil namanya saja selama Neji tinggal di istananya dan mereka bahkan tidak menggunakan bahasa formal, sesuatu yang tidak pernah Gaara lakukan selama ini. Kelembutan, kehangatan, kebaikan, kedamaian, dan pelayanan yang Tenten berikan, telah membuat ego dan naluri Neji sebagai seorang pria bangkit. Naluri seorang pria yang ingin selalu melindungi dan membahagiakan wanita yang dia cintai...
Tetapi jika Neji mengingat kembali ke masa lalu, saat Tenten pertama kali datang ke Suna, Neji sudah menyimpan kekaguman pada Tenten. Neji memperhatikan, Tenten adalah wanita yang baik, ramah, dan perhatian pada semua orang. Bahkan ke para dayang dan prajurit yang kastanya jelas berada di bawahnya, dia tetap memperlakukan mereka seperti temannya yang setara. Sehingga wajar istana Permaisuri hampir tidak pernah ada pergantian prajurit dan dayang, kecuali ketika Lee dan Matsuri ketahuan bermesraan di lingkungan istana dan Lee kembali bekerja di istana permaisuri karena Matsuri hamil dan berhenti menjadi dayang istana. Sejak dulu, Neji selalu berusaha menolong dan melindungi Tenten dan hanya mampu menatapnya dari kejauhan untuk menenangkan hatinya, walaupun dulu Tenten sangat membencinya. Dia juga tidak ingin menodai Tenten. Jika bukan karena kalah kasta dan kuasa dari Gaara, dia jelas tak akan mau melakukan itu pada Tenten, wanita yang selama ini berusaha dia jaga dan lindungi, bahkan lebih dari Hinata dan Hanabi.
Neji baru menyadari bahwa dia sudah jatuh cinta pada Tenten selama 10 tahun terakhir, namun tertutup oleh ketaatan dan pengabdiannya pada Gaara. Neji merasa benar-benar bodoh, kenapa dia baru menyadarinya sekarang, setelah bercinta dengan Tenten. Sekarang semuanya tak akan sama lagi, dia tak akan sanggup menikmati momen-momennya bersama Gaara. Tetapi Neji juga tidak bisa menunjukkan perasaannya yang sebenarnya, karena hal itu tidak hanya akan membahayakan dirinya sendiri, namun juga Hinata, Hanabi, dan Tenten.
"Dewa, apa yang harus kulakukan sekarang?" Bisik Neji dalam tangisnya.
-0-
Seminggu setelah ritual selesai, Neji bersama teman-teman seangkatannya kecuali Lee, menghabiskan waktu dengan berpatroli keliling ibukota untuk memastikan keamanan rakyat dan juga memantau perkembangan masyarakat.
Lalu pada saat makan siang...
"Kemana Lee? Tumben dia tidak ikut patroli, biasanya dia yang paling semangat jika ada patroli." Tanya Neji pada kawan-kawannya saat istirahat makan siang.
"Dia harus menjaga Permaisuri, Neji. Permaisuri sedang sakit saat ini." Jawab Sai sambil memakan bakpao.
Neji nyaris tersedak mendengar jawaban Sai
"Permaisuri sakit apa?" Tanya Neji lagi, berusaha tetap tenang.
"Entahlah Neji, Hinata bilang Permasuri demam, flu, dan sakit perut." Jawab Naruto sambil memakan mie-nya.
"Sejak kapan dia sakit?" Tanya Neji (lagi), namun pertanyaannya kali ini jelas menimbulkan kecurigaan dari teman-temannya.
"Kami tidak tahu, Neji. Tapi kenapa kau jadi begitu peduli pada Permaisuri?" tanya Sasuke penasaran.
Neji berusaha tetap tenang dan meredam sikapnya yang sudah salah tingkah.
"Hanya khawatir padanya saja, Sasuke. Karena... ya kau tahu... ritual itu." Jawab Neji canggung.
"Ah, aku tak akan heran jika Permaisuri kelelahan dan sakit karena ritual kalian. Kalian melakukan ritual itu setiap hari selama seminggu! Apalagi kata orang-orang, ritual kalian itu terlalu liar dan brutal!" Celetuk Kiba tanpa berpikir dan membuat Neji memberikan death glare padanya.
"Jika kau benar-benar mengkhawatirkannya, tengok saja Permaisuri! Toh sejak kalian melakukan ritual itu, sepertinya dia tidak terlalu membencimu lagi." Saran Naruto.
"Ya, kau benar Naruto." Ucap Neji sambil lalu karena masih mengkhawatirkan Tenten.
-0-
Besoknya, Hinata, Ino, dan Sakura menjenguk Tenten di Istana Permaisuri. Kondisi Tenten sudah membaik setelah diobati Shizune, namun dia masih terlihat pucat, lemas, dan batuknya masih ada.
"Bagaimana kondisimu kak? Apakah masih sakit?" tanya Sakura khawatir.
"Aku sudah lebih baik...uhuk... daripada kemarin, Sakura. Hanya masih… uhuk... pusing, lelah, dan lemas." Jawab Tenten lesu sambil berbaring di tempat tidurnya.
"Mungkin kau kelelahan karena setiap hari bercinta dengan Perdana Menteri kak! Omong-omong, bagaimana Perdana Menteri di ranjang? Gosipnya kegiatan bercinta kalian hebat sekali lho!" Celoteh Ino antusias, yang membuat wajah Tenten berubah menjadi merah padam dan Ino mendapatkan pukulan di bahu dari Sakura.
"Heh babi, sakit tahu!" sergah Ino sembari melotot pada Sakura.
"Lagian kau ini! Malah menanyakan hal seperti itu pada kak Tenten, padahal dia sedang sakit!" Seru Sakura, dan mereka berdua pun tertawa. Walaupun sering bertengkar, namun mereka adalah sahabat yang sangat dekat. Tenten yang melihat tingkah mereka berdua hanya bisa menggelengkan kepala geli.
"Kalian berdua ini lucu sekali! Uhuk uhuk... Hinata, kenapa kau diam saja dari tadi?" tanya Tenten lembut pada Hinata, sebab Hinata tidak bersuara sedikit pun sejak mereka datang tadi.
"Aku... aku tidak enak padamu, kak Tenten. Selama ini kau begitu baik padaku, sementara aku adalah adik dari orang yang kau benci. Dan sekarang, orang yang kau benci itu menidurimu. Padahal aku sudah berkali-kali menasehati dia, tapi dia tidak pernah mendengarkan. Jujur, aku… aku merasa malu dan bersalah padamu kak." Jawab Hinata sambil berlinang air mata.
Tenten menghela nafasnya, lalu dia beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di samping Hinata untuk menenangkannya dan memegang kedua pipi Hinata.
"Hinata, tenanglah. Kau adalah kau, uhuk... aku tidak peduli apakah kau adiknya Neji atau bukan, jangan menyalahkan dirimu sendiri karena perbuatan orang lain. Lagipula, uhuk uhuk...kami dipaksa oleh Kaisar untuk melakukannya. Sekarang tenanglah, aku tidak menyalahkanmu. Uhuk...Dan juga, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri." Kata Tenten sembari menghapus air mata Hinata.
"Kaisar memaksamu dan kak Neji bercinta?" bisik Hinata tak percaya.
"Iya Hinata, dia mengancamku, jika aku menolak, maka dia akan membuatku jadi janda dan mengembalikanku ke ayah ibuku di Konoha, uhuk... Dia juga mengancam Neji, jika dia tidak menurut, maka dia akan membunuhmu dan Hanabi. Karena itu, uhuk...maafkanlah dia, Hinata. Jangan terlalu keras padanya. Dia hanya ingin melindungimu dan Hanabi." Jelas Tenten.
Hinata menghapus airmatanya yang mengalir lagi, lalu mengangguk seraya tersenyum pada Tenten.
"Kaisar benar-benar jahat! Tapi jujur aku bingung kak, Neji kan kekasih kaisar. Kukira selama ini dia tidak tertarik pada wanita, tetapi ternyata dia bisa bercinta denganmu." Celetuk Ino.
"Aku tidak tahu, Ino. Uhuk... Tetapi firasatku mengatakan bahwa dia menyukai perempuan, bukan laki-laki." Komentar Tenten.
"Oho, dari cara bicaramu, sepertinya kau sudah tidak terlalu membencinya lagi kak." Goda Sakura.
"Entahlah Sakura, memang dulu aku uhuk...membencinya. Tetapi setelah bersamanya selama seminggu kemarin, aku melihat sisi lain dari dirinya dan dia ternyata tidak seburuk itu." Kata Tenten.
"Termasuk sisi lainnya di ranjang." Ledek Ino. Mendengar ini, Tenten memukul Ino pelan dengan bantal kursi dan empat sekawan itu pun tertawa.
Tiba-tiba Lee mengumumkan bahwa Perdana Menteri datang. Sebelum para wanita sempat melakukan apapun, Neji dengan wajah yang sangat khawatir sambil membawa bingkisan kecil langsung masuk ke kamar tidur pribadi Tenten dan pandangan matanya langsung menuju ke Tenten yang terduduk di samping Hinata.
"Tenten! Bagaimana keadaanmu? Kau sakit apa?" Tanya Neji khawatir tanpa menyadari bahwa ada beberapa selir disitu dan langsung memegang wajah Tenten.
"Aku… aku tidak apa-apa Perdana Menteri, hanya sakit ringan. Uhuk… Dipakai istirahat sebentar juga sembuh." Jawab Tenten lirih sambil tersenyum lemah pada Neji. Neji yang merasa aneh karena Tenten memanggilnya dengan 'Perdana Menteri', baru menyadari jika para wanita yang dia kira adalah para pelayan, ternyata adalah para selir. Neji sontak melepaskan tangannya dari wajah Tenten.
"Selamat siang Nyonya Haruno, Nyonya Yamanaka, dan… Hinata." Sapa Neji kikuk. Sakura dan Ino terkikik melihat melihat sikap kikuk dan salah tingkah Neji yang tidak biasanya, sementara Hinata terlihat shock dan kaget melihat Neji begitu khawatir pada Tenten bahkan sampai memegang wajah Tenten. Neji saja tidak pernah memegang wajah Hinata dan Hanabi jika mereka sakit, padahal mereka adalah adik kandung Neji.
"Selamat siang, Perdana Menteri! Kau terlihat khawatir sekali dengan kak Tenten! Ingin menjenguknya ya?" Sapa Ino meledek Neji.
"Begitulah Nyonya." Jawab Neji salah tingkah. Neji merutuki dirinya sendiri, bagaimana dia sampai salah mengira para selir ini sebagai pelayan dan langsung menunjukkan perasaannya pada Tenten tanpa mengecek situasi dan kondisi dulu? Apalagi Ino terkenal sebagai selir yang paling suka bergosip. Neji khawatir jika kabar Perdana Menteri menjenguk Permaisuri yang sedang sakit akan tersebar luas ke istana, padahal Gaara sebagai kaisar saja tidak menjenguk Tenten yang sedang sakit.
Seakan bisa membaca kekhawatiran Neji, tiba-tiba Tenten bertanya pada Ino, "Ino, kau tidak akan memberitahukan mengenai kedatangan Perdana Menteri kesini kepada uhuk… siapa pun kan?"
Ino bertukar pandang dengan Sakura dan Hinata.
"Tenang kak, kami tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapa pun." Kata Ino. Sakura dan Hinata pun mengangguk.
"Kami permisi dulu kak, jangan lupa buahnya dimakan ya! Semoga cepat sembuh." Kata Sakura.
"Semoga lekas sembuh, kak Tenten. Supaya kita bisa memasak dan merajut bersama lagi." Kata Hinata lembut sambil memeluk Tenten. Diantara semua selir, memang Hinata-lah yang paling dekat dengan Tenten.
"Terima kasih Hinata, Ino, Sakura." Jawab Tenten lirih.
Ino dan Sakura melirik Neji penuh arti ketika akan keluar dari kamar Tenten, lalu saling berbisik dan terkikik. Sementara Hinata menatap penuh arti ke Neji dan berbicara padanya sebelum keluar kamar Tenten.
"Kak Neji, jika sempat, besok datanglah ke paviliunku. Aku ingin bicara denganmu." Pinta Hinata, yang dijawab Neji dengan anggukan. Setelah itu, Hinata keluar bersama Ino dan Sakura.
"Hinata, sepertinya kakakmu itu jatuh cinta pada kak Tenten deh. Dia kan selalu bersikap dingin dan berwajah datar, baru kali ini aku melihatnya dengan wajah khawatir pada kak Tenten." Celetuk Sakura.
"Iya Sakura, bahkan padaku dan Hanabi pun, dia tidak pernah menunjukkan wajah yang khawatir seperti itu." Timpal Hinata.
"Kak Tenten hebat juga, bisa membuat kakakmu jatuh cinta padanya, padahal kakakmu adalah kekasih Kaisar dan penyuka sesama jenis. Aku penasaran sehebat apa kak Tenten di ranjang sampai bisa menakhlukkan Perdana Menteri yang terkenal serius dan dingin itu." Kata Ino penasaran.
"Ino!" Pekik Sakura dan Hinata bersamaan.
Setelah para selir pergi, Neji memapah Tenten untuk kembali berbaring di ranjang.
"Kau sakit apa Ten? Badanmu hangat dan lemas sekali." Tanya Neji lirih.
"Hanya demam, batuk, dan sakit perut, Neji. Shizune sudah memberikanku obat. Uhuk uhuk… Ditambah dengan istirahat dan makanan yang cukup, aku bisa sembuh beberapa hari lagi, jangan khawatir." Kata Tenten menenangkan sambil mengelus pipi Neji.
"Apakah mungkin…?" Tanya Neji, yang langsung dijawab Tenten dengan gelengan kepalanya.
"Tidak Neji, saat ini aku sedang datang bulan. Uhuk… Jadi ritual pertama kita gagal." Jawab Tenten. Neji lega mendengarnya. Paling tidak, bulan depan dia bisa menghabiskan waktu lagi seminggu bersama Tenten tanpa gangguan dari siapapun.
"Em, Aku membawakanmu madu dan teh lemon. Mau kubuatkan?" Tanya Neji, yang dijawab Tenten dengan anggukan yang lemah. Lalu Neji membuatkan teh lemon madu yang hangat untuk Tenten dan membantu menyangga tubuh Tenten agar bisa meminum teh buatannya itu.
Setelah meminum tehnya sampai habis, Tenten kembali berbaring di ranjang dibantu oleh Neji.
"Tehnya enak, terima kasih uhuk… Neji." Ucap Tenten sambil tersenyum lemah.
"Maaf aku tidak bisa lama-lama disini, Tenten. Beristirahatlah, supaya kau cepat sembuh." Kata Neji sambil mengelus kepala Tenten dan mencium keningnya. Lalu Neji beranjak dari tempat tidur Tenten. Baru saja berdiri, Tenten menangkap tangan Neji dan menatap Neji dengan tatapan yang sayu dan manja. Melihat tatapan Tenten yang seperti itu, Neji hanya tertawa geli, menunduk, dan mengecup kilat bibir Tenten.
"Tidurlah Ten, kau pasti lelah setelah menyambutku dan para selir." Kata Neji sambil membelai rambut Tenten. Tenten tersenyum lemah, lalu memejamkan mata dan tertidur. Setelah memastikan Tenten tertidur pulas, Neji memberikan kecupan hangat di kepala Tenten dan menaikkan selimut ke atas tubuh Tenten untuk memastikan tubuh Tenten tetap hangat, seraya berbisik, "Cepatlah sembuh, sayang."
Kemudian Neji keluar dari kamar Tenten dan menutup pelan pintu kamarnya.
-0-
Keesokan harinya, Neji pergi ke paviliun Hinata, sesuai permintaan Hinata kemarin.
"Kak Neji, maafkan aku yang kemarin telah menamparmu dan bersikap terlalu keras padamu. Aku tidak tahu jika kau diancam oleh kaisar dan melakukan ini semua untuk melindungiku dan Hanabi. Maafkan aku kak." Isak Hinata sambil memeluk Neji, yang dibalas dengan pelukan dan belaian dari Neji.
"Tidak apa-apa, Hinata."
Setelah menangis beberapa saat di pelukan Neji, Hinata melepas pelukannya dan mengajak Neji duduk.
"Jadi, bagaimana rasanya bercinta dengan wanita kak? Kudengar dari Ino dan Naruto, kalian bercinta dengan hebat sekali!" Goda Hinata, yang membuat Neji salah tingkah dan wajah Neji merah padam. Hinata tertawa geli melihat kakaknya salah tingkah seperti itu.
"Tidak perlu dijawab kak, itu urusanmu. Yang ingin kupastikan hanyalah… Apakah kau jatuh cinta dengan kak Tenten?" Tanya Hinata serius.
Mendengar pertanyaan Hinata yang ini, Neji terdiam sejenak seraya menyusun kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.
"Entahlah, yang kurasakan pada Tenten sekarang… Aku ingin membahagiakannya, melindunginya, dan menjaganya Hinata… Bahkan lebih daripada kau, Hanabi, kaisar… bahkan diriku sendiri." Jawab Neji lirih dengan tatapan sendu yang indah, yang tidak pernah dilihat oleh Hinata sebelumnya.
"Kau benar-benar mencintainya, kak Neji." Kata Hinata tersenyum lembut pada kakaknya.
"Apa kau akan menasehatiku lagi, karena jatuh cinta dengan sahabatmu sendiri?" Tanya Neji dengan wajah yang menantang. Hinata hanya tertawa mendengarnya.
"Tenang kak, aku tidak akan melakukan itu. Justru aku akan sangat Bahagia jika kau bersamanya." Jawab Hinata lembut.
"Sungguh?" Tanya Neji sumringah.
"Tentu. Kak Tenten adalah orang yang sangat ceria, periang, perhatian, sabar, dan menyenangkan. Aku yakin dia cocok denganmu, kak Neji." Kata Hinata.
"Terima kasih Hinata." Jawab Neji senang.
"Sejak kapan kau mencintainya kak? Apakah setelah kalian melakukan ritual itu?" Tanya Hinata.
"Kurasa tidak, Hinata. Aku… aku merasakan itu semua sejak pertama kali dia datang ke Suna. Namun aku baru menyadarinya setelah kami bercinta dan menghabiskan waktu bersama." Jawab Neji lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Hah? Kak Neji… Itu sudah lama sekali kak! Kenapa kakak tidak pernah cerita padaku?" Protes Hinata kaget. Hinata tidak menyangka, Neji sudah memendam perasaannya pada Tenten lama sekali dan tidak ada orang yang mengetahuinya, termasuk dirinya dan kaisar. Namun jika Hinata menilik ke belakang, sejak dulu Neji memang selalu melindungi Tenten, menjaganya, bahkan beberapa kali membelanya dan membantunya… Sekarang semuanya masuk akal bagi Hinata.
"Aku sendiri mengira perasaanku ke Tenten hanyalah sebuah bentuk kekaguman dari seorang pria kepada wanita, Hinata. Aku baru menyadarinya setelah ritual itu." Ucap Neji sedih.
"Kaisar tidak tahu mengenai ini kan kak?" Tanya Hinata.
"Sampai sekarang beliau tidak tahu, Hinata. Dan jangan sampai beliau tahu soal ini. Karena itulah, aku ingin meminta tolong padamu, Hinata. Tolong rahasiakan ini dari semua orang, dan tolong bantu aku untuk bertukar pesan secara rahasia dengan Tenten dan bertemu dengannya selain di waktu ritual. Apakah kau mau?" Tanya Neji dengan penuh harap.
"Tentu saja kak, aku akan membantumu. Aku akan menyampaikan pesan darimu untuknya dan juga sebaliknya. Dan jika kau ingin melepas rindumu padanya, kau bisa melepas rindumu padanya disini. Dengan syarat, jangan membuat suara berisik ketika kalian bercinta. Sebab kudengar dari Naruto, suara desahan kalian ketika bercinta heboh sekali hingga terdengar kemana-mana!" Kata Hinata geli, yang membuat wajah Neji memerah dan salah tingkah karenanya.
Jadi fix ya, si Neji ini bukan penyuka sesama jenis. Sebenarnya dia sudah jatuh cinta ke Tenten sejak Tenten datang ke Suna dan menikah dengan Gaara, namun karena tiap hari dikungkung sama Gaara supaya ada di dekat Gaara terus dan Neji dilarang dekat-dekat dengan cewek kecuali Hinata dan Hanabi, akhirnya dia tidak menyadari perasaannya ke Tenten selama 10 tahun dan baru sadar setelah doi bobok bareng Tenten. Kasihan ya :(
Lalu bagaimana kelanjutan kisah mereka? Apakah semakin dekat atau semakin menjauh? atau jangan-jangan Tenten malah hamil? Ikuti terus kisahnya ya! ;D
