Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Konoha Horror Story © Elevtron
Rating : T
Genre : Horror, Mystery
Warning : Unsur Horror, Update tidak menentu, Typo, Bahasa tidak baku, Etc.
Summary : Konoha dan semua orang didalamnya terjebak dalam kisah misteri, horror, creepypasta, dan kejadian menyeramkan. Konoha Horror Story adalah kisah menyeramkan dari seluruh dunia yang diceritakan ulang menggunakan karakter dari Masashi Kishimoto
.
.
.
Chapter 4 : Hutan Lupa
.
'Klak!'
"Hei! Itu cokelat milikku!" teriak anak laki-laki berbadan kurus, Izuna.
"Salahkan saja dirimu yang membuat kita tersesat di hutan selama dua hari. Aku tidak mengerti mengapa ibu memberiku adik seperti dirimu." Sahut anak laki-laki lainnya,
Madara yang berbadan lebih besar dan tinggi serta membawa ransel hijau lumut di punggungnya. Mulutnya kembali mengunyah cokelat batangan setelah dia menyelesaikan kalimatnya. Izuna merengut, pandangannya dialihkan ke arah tanah.
"maaf … ini semua karena rasa penasaran yang menang dari kepatuhan akan peringatan ayah dan ibu. Aku sendiri..." seketika suaranya terhenti. dia melihat ke arah batu besar di hadapan mereka. Batu besar yang sudah mereka lewati dari kemarin.
"Sial!" seru Madara, yang sepertinya satu pikiran dengan Izuna.
"Hutan apa sebenarnya ini! Apakah kita sudah pindah dari bumi dalam waktu 48 jam, hah?" Madara tak kuasa menahan emosinya.
Perut lapar dengan persediaan makanan yang makin menipis. Hutan aneh yang seakan tak ada jalan keluar. Semua berpadu dalam keharmonisan emosi yang membuat dirinya geram. Konyol, hanya itulah yang dia pikirkan. Sebagai anak yang selalu mendapat beasiswa di sekolahnya, dia membenci hal-hal irasional.
Mereka terus berjalan, dengan bekal kompas yang sepertinya rusak. Madara memeriksa kembali handphonenya yang tidak menunjukkan tanda-tanda kepemilikan sinyal. Benar-benar beruntung, batin Madara.
Izuna melihat ke sekitar. Hanya ada pohon-pohon tinggi, bebatuan besar, dan tanah yang dipijaknya. dia bahkan tidak mengetahui jenis-jenis dari pohon besar itu.
Sesungguhnya, Izuna dan Madara bergabung dengan klub pecinta alam, tetapi bahkan mereka tidak mengetahui, alam apa yang sekarang sedang mereka pijak.
Ini memang kesalahan besar, pikir Izuna. Seharusnya dia tidak menyepelekan nasihat orang tuanya. Seharusnya dia juga tidak memaksa Madara menuruti keinginan di hari ulang tahunnya itu. Kemarin adalah hari ulang tahun Izuna.
Izuna menyesal karena telah membohongi orang tuanya. dia tahu, dirinya adalah anak paling nakal sejagat raya. dia berkata akan mengikuti kegiatan dari klub pecinta alam di sekolah mereka, namun pada kenyataannya, kegiatan itu tidak sepenuhnya benar. dia hanya ingin pergi ke tempat yang seumur hidupnya selalu dilarang oleh orang tuanya. Tempat itu bernama "Hutan Lupa". Rumor hanyalah rumor, pikir Izuna. Belum tentu rumor yang dikatakan orang lain adalah benar. Untuk alasan itu, dia membuktikannya sendiri.
Kakak beradik itu berjalan tanpa tahu arah. Izuna beberapa kali meminta untuk beristirahat dikarenakan punggungnya terasa sakit.
"Kau sudah membawa peralatan paling ringan!" bentak Madara. "Jangan manja, lihat saja tas punggungku, ukurannya 3 kali lipat dibandingkan kau." Madara berputar untuk menunjukkan tas berisi peralatan kemah, termasuk tenda dan alas tidur. Terlihat seperti punuk unta, pikir Izuna menahan tawa. Tidak mungkin dia tertawa. Tidak setelah dia berkali-kali membuat ulah yang melibatkan Madara dan membuatnya kerepotan.
"Tunggu!" raut wajah Izuna terlihat serius sekarang. "Aku mendengar sesuatu … seperti … air?" Izuna sendiri meragukan pendengarannya, namun di hutan yang terasa makin gelap ini, pancaindera adalah senjata utama untuk bertahan.
Izuna mulai berlari, mencari di mana titik suara tersebut kian terdengar, Madara juga secara tak sadar mengikuti Izuna.
Mereka terus berlari, tanpa berbicara sepatah kata pun, hingga pemandangan menyajikan sebuah danau.
Danau biru, dengan air terjun di sisinya. Bebatuan besar dan … beberapa sosok yang membuat kedua kakak beradik itu menelan ludah.
Kakak beradik itu berhenti serentak, Izuna tertegun, dan bergerak mundur. Seketika itu pula, sosok-sosok tadi melihat ke arah mereka.
Bagi Izuna, sosok itu tampak seperti putri duyung dengan tubuh bagian kepala hingga perut yang menyerupai sosok wanita berambut panjang serta tubuh bagian bawah yang menyerupai ekor ikan berbias cahaya sehingga menimbulkan kemilau pelangi di di sisiknya.
Namun Izuna menyadari, ada yang aneh dari aura mereka. Tepatnya, raut wajah mereka yang misterius. Sementara di belakang Izuna, Madara mulai maju perlahan.
Salah satu dari putri duyung tadi, mulai membuka mulutnya, mengeluarkan nyanyian yang merdu. Sangat merdu dan indah. Suara itu membuat Izuna dan Madara terpana, mereka mulai bergerak maju.
Izuna dan Madara seakan tidak sadar dengan pergerakan mereka. Terutama Izuna, dia tidak sadar bahwa ada akar besar yang mencuat dari tanah. Izuna maju perlahan, namun akar besar itu membuatnya tersandung dan jatuh.
Izuna yang tersungkur mencium tanah, mendongakkan kepala dan membetulkan letak kacamatanya. Kesadarannya mulai kembali, dia tahu sebuah kisah tentang putri duyung yang membuatnya lekas menutup telinga.
"HEY! MADARA! SADAR!" Izuna berteriak agar Madara tidak terus berjalan dengan tatapan kosong ke arah para putri duyung tadi. dia berusaha bangkit sambil tetap menutup telinga. Sangat sulit, sampai akhirnya dia berhasil. Segera dia berusaha berlari ke arah Madara, mencoba untuk menarik saudaranya kembali, namun dia menyadari bahwa separuh tubuh Madara sudah berada di dalam air danau.
"Sial!" pekiknya, saat melihat salah satu dari putri duyung tadi menghampiri Madara.
Putri duyung yang sedari tadi bernyanyi kini sudah menghentikan nyanyiannya, dan ikut menghampiri tubuh Madara yang separuh sadar.
Sementara putri duyung yang sudah berada tepat di hadapan Madara, meraih tubuh Madara, dan memeluknya. Tak lama, putri duyung tadi tersenyum, memperlihatkan gigi-gigi runcing dan lekas menggigit leher Madara.
"Orghhh!" Madara seakan kembali sadar, dia mencoba bergerak saat menyadari sudah ada empat putri duyung yang mengepungnya.
Izuna merasa kakinya sangat lemas. dia mundur perlahan dan berlari menjauh dari danau tadi. Tak sadar, air matanya perlahan menetes. Izuna terus berlari, dan beberapa kali terjatuh karena tersandung akar pohon atau bebatuan. dia berlari. Terus berlari tanpa arah, hanya mengandalkan instingnya.
Sampai instingnya membawa tubuhnya ke perbatasan hutan, di pinggir jalan raya.
"Aku selamat!" teriaknya senang diiringi rasa bersalah. dia mengenal jalan raya ini. Tidak jauh dari jalan raya akan ada terminal bus, dan dirinya bisa sampai di rumah dengan selamat. Hanya Izuna yang selamat.
Selama di dalam bus, Izuna berpikir keras. dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan kejadian mengerikan yang menimpa saudaranya itu. Orang tuanya pasti akan marah besar, terlebih kecewa karena dibohongi. Hukuman urusan belakangan, pikir Izuna. dia harus memberi tahu rahasia "Hutan Lupa" kepada masyarakat.
Izuna bersiap untuk berdiri dari duduknya. Pemberhentian di depan kompleks dirinya tinggal sudah dekat.
Izuna berdiri di depan pintu rumahnya, menekan bel berkali-kali, namun tidak ada jawaban. 'Apakah mereka sedang ada urusan?' batin Izuna, menenangkan diri.
Hari sudah malam dan lampu rumah menyala terang. Mungkinkah orang tua Izuna belum pulang? Izuna kerap menekan bel sampai terdengar bunyi 'Klek' dari gagang pintu yang diputar.
Adalah ayahnya yang menyambut Izuna dengan wajah bingung.
"maaf, ada keperluan apa?" tanya laki-laki berambut putih yang menggunakan piyama warna putih.
"Apa yang kau katakan, Ayah? Aku tahu kau akan marah soal ini, tetapi setidaknya biarkan aku memberi penjelasan …," Izuna tergagap saat mendapati tingkah laku aneh dari ayahnya.
"Siapa itu, Sayang?" tanya seorang wanita yang juga memakai piyama tidur berwarna putih. dia berjalan mendekat ke pintu.
"Entahlah, anak ini … hei! Siapa tadi yang kau panggil Ayah, hah? Apa kau sudah gila?"
Izuna tidak bisa menyembunyikan kekalutan di wajahnya. "tetapi … hei, Ibu, Ayah, ini aku, Izuna, putra kalian!"
"Kau menghina kami, hah? Apa kau mengejek aku dan istriku karena tidak mempunyai seorang anak pun di usia setua ini? Persetan kau gelandangan! Pergi sana!" itu ucapan terakhir dari pria yang dipanggil Ayah oleh Izuna, sebelum dia membanting pintunya.
Pintu terbuka lagi, menampakkan wajah wanita berbalut piyama tadi. "Sebaiknya kau cepat pergi, dia memang agak sensitif akhir-akhir ini. Cepatlah, sebelum dia memanggil polisi," ucapnya sebelum menutup pintu kembali.
Izuna tidak bisa berkata-kata. dia bingung, takut, sekaligus kalut. Terlebih dia harus mencari cara sekarang. Mencari cara agar dia bisa memberi tahu kepada dunia bahwa legenda dari "Hutan Lupa" itu benar adanya. Bahwa jika seseorang bisa kembali dengan selamat dari hutan itu, maka orang tersebut akan menghilang dari ingatan semua orang yang dia kenal. Dengan kata lain, dilupakan.
Sekarang Izuna hanya berpikir untuk mencari cara memberi tahu ke semua orang tentang realitas dari "Hutan Lupa" itu.
Namun sekarang dia bingung. dia mencoba berpikir, apa rahasia dari "Hutan Lupa" itu? Apa yang membuat orang lain dilupakan?
"lagi pula, mengapa aku pergi ke hutan itu, sendirian?" kini Izuna mulai berbicara sendiri.
.
TBC
.
.
.
Author's Note : Halo sudah lumayan lama tidak buka fandom ini, ya walaupun enggak lama banget sih. Btw, ini salah satu cerita yang cukup Elevtron sukai versi originalnya jadi Elevtron harap kalian juga suka. Dan untuk pembaca yang memang sudah bergelut di genre horror & mystery pasti udah sangat familiar sama chapter yang kali ini. Elevtron harap pemilihan karakter ini membantu kalian dalam proses visualisasi dalam imajinasi kalian wkkwkw. Anyway segitu aja, buat yang terus tanyain update cerita sebelah ya mohon bersabar aja ya karena Elevtron perlu menunggu inspirasi terlebih dahulu sebelum lanjutin itu cerita, karena kalau diburu-buru takutnya kualitas cerita jadi ancur huhuhu.
Anyway segitu aja, kalian bisa folllow social media Elevtron yang lain
Youtube : /Elevtron
Tiktok : /Elevtron
Wattpad : Elevtron
Buat kalian yang mau support atau request ke Elevtron juga bisa donate di link berikut : (saweria . co / Elevtron)
Mohon juga kritik dan sarannya agar fanfic ini lebih baik di kemudian hari
Hope You Enjoy It
Well see u in the next chapter
x
x
x
