Chapter 6 : Misono Mika

POV

Namaku adalah Misono Mika, dulunya merupakan anak bangsawan terkemuka dari Kerajaan [Eden].

Kerajaan [Eden] merupakan satu-satunya negara yang masih menerapkan sistem Kerajaan di zaman Modern dan dipimpin oleh Raja dengan nama [DragonHeart Malefic XII].

[Eden] dikuasai oleh para bangsawan dan dibagi menjadi 4 kelas. Semakin tinggi kelas bangsawan, semakin luas wilayah yang mereka kendalikan. Pembagian wilayah juga diberikan berdasarkan kinerja masing-masing dalam melaksanakan tugas wajib mereka dan tugas yang Raja berikan.

Keluargaku adalah bangsawan kelas 1, bangsawan kelas tinggi yang totalnya hanya ada 6 di Kerajaan [Eden]. 6 bangsawan ini diurutkan dari yang terbesar adalah :

1. Peragon.

2. Willem.

3. Kirifuji.

4. Misono.

5. Ridwell.

6. Yurizono.

Itu adalah 6 bangsawan besar yang ada di Kerajaan [Eden]. Jangan tertipu dengan urutan diatas, bangsawan paling berbahaya dan bahkan diwaspadai oleh keluarga kerajaan adalah Yurizono dan Kirifuji karena keduanya memegang kendali yang kuat dalam sektor ekonomi. Apalagi keduanya dekat dengan keluargaku Misono.

Keluarga Misono memiliki kendali yang lumayan dalam militer dan sektor lautan yang menghasilkan berbagai jenis perdagangan ikan dan sejenisnya. Membuat keluargaku menjadi raksasa dan termasuk dalam 6 besar keluarga bangsawan di Kerajaan [Eden].

Yah, sampai kejadian 'itu' terjadi. Dimana api melahap segalanya dan kebencian murni memusnahkan 2 keluarga bangsawan besar dalam konflik. Pada rentang 2 bulan, keluarga Misono dan Willem musnah!

Hahahaha!

Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku masih hidup dan apa yang sebenarnya terjadi kan?

Aku tidak akan memberitahu kalian~

Semua itu terjadi dimasa lalu yang jauh. Lebih tepatnya terjadi 1 tahun yang lalu. Sekarang aku telah menjadi orang yang baru serta dipenuhi dengan semangat di tempat baru dan calon suami baru!

Hehehe.

Kalian terkejut? Yahh sebenarnya ini khayalanku saja. Bagaimanapun dengan penampilanku sekarang aku merasa pengemis bahkan tidak mau bersamaku.

Tapi, sedikit saja.

Aku berharap, dia bisa menjadi pendampingku.

Lagipula dia pernah bilang, penampilan seseorang tak menjadi kriteria nya mencari orang yang bisa dekat. Selama dia nyaman dan baik, dia tidak akan mendiskriminasi siapapun.

Hmm, harapan kosong? Aku tahu itu. Tapi sekali lagi...

Apa salahnya berharap?!

POV END

Misono Mika atau bisa kita panggil saja Mika, berjalan dengan langkah ringan dengan senandung merdu keluar dari bibirnya.

Sepanjang jalan, banyak orang yang menatapnya sengaja atau tidak sengaja dengan pandangan yang kurang mengenakkan dan bahkan ada beberapa anak kecil yang menangis setelah melihat wajahnya.

Namun, dia tak peduli. Naruto adalah satu-satunya yang terlintas dalam pikirannya saat ini. Kotak bekal yang dia pegang di tangannya adalah bukti dari upaya kerasnya. Dia ingin menunjukkan hasil kerja kerasnya—masakan yang ia buat dengan segenap cinta dan perhatian. Bukan lagi "bahan biokimia" seperti yang biasa disebut orang-orang sebelumnya.

Saat mendekati toko kecil di dekat sekolah, penjaga toko yang sudah mengenal Mika dengan baik tersenyum dan menyapanya. "Mika! Bagaimana kabarmu? Apa kamu ingin menemui Naruto lagi?"

Seorang penjaga toko terlihat menyapa Mika dengan ramah. Mika yang mendengar pertanyaan dari penjaga toko tidak merasa malu seperti kebanyakan orang ketika ada yang menanyakan soal kedekatan hubungan.

Sebaliknya, Mika malah tersenyum dan tertawa.

Tawanya terdengar merdu dan suaranya yang menenangkan tapi keras kepala membuat orang tak mampu membencinya. Hanya saja, sangat disayangkan wajahnya, huft.

"Aku ingin menunjukkan kepada Naruto masakanku. Aku bekerja keras dan akhirnya bisa memasak! Aku yakin ini akan enak."

Mika menunjukkan kotak bekal yang dia bawa kepada penjaga toko dan membukanya.

"Wow!"

Penjaga toko itu terkejut ketika melihat isi kotak bekal yang rapi dan terlihat enak. Apalagi aroma khusus terpancar darinya yang bahkan membuat jakun penjaga toko tanpa sadar bergerak menelan air liur.

Ini sangat mengejutkan penjaga toko. Mengingat makanan yang dibawa Mika sebelumnya terlihat lebih seperti bahan biokimia. Sekarang ini terlihat sangat menggoda dari segi visual dan aroma!

Sangat tidak bisa dipercaya.

"Kamu sangat bekerja keras. Naruto pasti menyukainya."

Mata penjaga toko tanpa sadar menatap tangan Mika. Tangan yang kanan terlihat tertutup oleh luka bakar menakutkan. Tapi disamping itu, kedua tangannya memiliki plester yang tertempel.

Mika tertawa mendengarnya. Tawa yang terdengar menyenangkan, tapi penjaga toko tahu ada rasa sakit didalam-nya.

"Aku tahu! Dia selalu menghabiskan semuanya."

Penjaga toko seketika mengingat saat Naruto yang terus disodor oleh Mika dengan makanan 'biokimia' tapi masih memakannya sampai habis.

Penjaga toko yang selalu melihat Naruto memakan masakan Mika saat itu hanya bisa kagum.

Anak muda yang tangguh!

"Tapi sepertinya kamu tidak bisa menunggunya ditaman sekolah seperti biasa. Katanya sekarang sedang diadakan acara ekstrakurikuler entah apa. Tapi tidak ada orang luar yang diperbolehkan masuk sekarang."

"Ah! Benarkah?"

Wajah Mika yang mendengarnya langsung kehilangan senyum cerianya. Sekolah di dunia ini agak lain dari pada yang lain.

Warga diluar sekolah diizinkan masuk ke lingkungan dengan akses terbatas di beberapa area. Setiap orang yang masuk juga harus didata oleh petugas. Biasanya Mika akan menunggu di taman sekolah dan menemui Naruto. Tapi sekarang sepertinya tidak bisa.

Kalau dia pulang sekarang, dengan jarak tempuh dan waktu yang ada. Makanannya tidak akan enak lagi tergerus waktu. Bahkan jika saat ini makanan tersebut diletakkan diwadah mahal seharga 4 juta yang berfungsi sangat baik dalam menjaga suhu dan aroma.

Ekhm! Bahkan setelah berbagai masalah, Mika tetaplah masih punya banyak uang.

Yah terimakasih kepada 2 bestie yang sampai sekarang masih mendukungnya.

"Jangan khawatir. Kamu bisa menunggu di tokoku."

Penjaga toko menenangkan Mika yang wajahnya berubah dari ceria menjadi sedih. Tapi perkataan itu tidak membuat Mika merasa lebih baik dan membuatnya ragu-ragu.

Penjaga toko terlihat memahami apa yang dipikirkan oleh Mika saat ini. Mika takut kehadiran dirinya di toko akan mempengaruhi bisnisnya.

"Jangan pikirkan hal yang aneh. Jika sudah rezeki maka tidak akan kemana. Masuk saja kedalam toko dan duduk. Jangan khawatir."

Mika yang mendengarnya merasa tersentuh dan air mata terlihat terkumpul dipelupuk matanya. Tapi Mika mengedipkan matanya dengan cepat dan air mata tidak menetes jatuh.

Bagaimanapun Mika sudah berjanji kepada Naruto untuk tidak menangis lagi dan bertindak bodoh.

Tanpa ragu lagi, Mika masuk kedalam toko yang didalamnya sepi pengunjung.

Sementara itu, penjaga toko yang melihat Mika masuk tersenyum dan secara diam-diam menyeka air mata yang hampir jatuh dari matanya.

Selama ini, penjaga toko baik kepada Mika karena Mika mengingatkannya pada anaknya dulu. Melihat Mika bisa tertawa dan tersenyum membuat penjaga toko merasa bahwa anaknya masih hidup dan berdiri bersamanya.

Penjaga toko menghela nafas mengingat kenangan pahit dulu.

Dia adalah seorang duda dan membesarkan 1 anak perempuan yang ceria dan penuh senyum. Sampai akhirnya terjadi kebakaran yang merenggut senyum dan keceriaan dari anaknya.

Luka bakar mengerikan menggores wajah anaknya, membuat anaknya terus merasakan rasa sakit setiap malam. Senyumnya menghilang, keceriaannya diganti dengan ekspresi tangis dan depresi.

Hingga akhirnya anaknya meninggal bunuh diri.

Memikirkan Mika yang dulu seperti anaknya, penjaga toko tersenyum masam. Tapi untungnya sekarang Mika tidak berakhir seperti anaknya.

Naruto.

Anak itu merubah segalanya. Penjaga toko itu selalu melihat dan menjadi saksi dimana anak itu terus memberikan berbagai dukungan kepada Mika dan membuat Mika yang sebelumnya terpuruk seperti kondisi almarhumah putrinya menjadi ceria kembali.

Ini membuat penjaga toko senang sekaligus merasa tidak berguna. Jika saja dia selalu mendukung anaknya saat itu dan memberikan perhatian yang lebih layaknya perhatian yang diberikan Naruto kepada Mika, anaknya mungkin tidak akan berakhir menyedihkan dengan bunuh diri!

Tapi apapun itu, sekarang semuanya sudah terjadi. Bagi penjaga toko, sekarang senyum Mika telah menjadi pengobat bagi hatinya dan penjaga toko bersumpah bahwa dia akan melindunginya.

Penjaga toko berjalan masuk kedalam toko mengikuti Mika.

Drrr!

Getaran terjadi!

Ini adalah gempa!

...

Drrr! Drrr!

Tiba-tiba, bumi di bawah kaki Mika bergetar hebat. Gemuruh keras terdengar dari kejauhan, dan suara retakan di dinding mulai bergema di seluruh penjuru toko. Gempa ini bukan gempa biasa. Mika terhuyung, meraih dinding dengan tangan kanannya yang penuh luka bakar untuk menstabilkan diri, namun gempa semakin kuat. Barang-barang yang tersusun di rak-rak toko berjatuhan ke lantai dengan suara gemerincing yang menambah suasana panik.

"W-apa yang terjadi?!" teriak Mika, matanya melebar, hatinya seketika diliputi ketakutan.

Di sekelilingnya, orang-orang di luar toko mulai berlarian ke sana kemari, berusaha mencari tempat berlindung. Beberapa orang menjerit, sementara lainnya mencoba bertahan di tempat dengan menahan benda-benda di sekitar mereka agar tidak jatuh. Seorang anak kecil di seberang jalan menangis keras, digendong ibunya yang berlari dengan panik ke arah bangunan yang tampak kokoh.

Penjaga toko yang sudah berusia paruh baya dengan cepat bergerak mendekati Mika, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang besar. "Mika, kita harus berlindung! Sini!" katanya dengan suara tegas, meskipun ketakutan tampak di matanya. Dia meraih lengan Mika dan menariknya ke arah meja kayu besar yang ada di tengah toko.

"Di sini! Cepat!" serunya lagi, mendesak Mika untuk bergerak lebih cepat.

Mika, yang tubuhnya masih gemetar karena guncangan, dengan cepat merunduk dan masuk ke bawah meja bersama penjaga toko. Getaran semakin keras, membuat dinding toko berderak seakan-akan akan runtuh kapan saja. Dari bawah meja, Mika bisa melihat retakan menjalar di sepanjang dinding, seperti sarang laba-laba yang merayap perlahan, namun pasti.

Mereka terdiam di bawah meja, mencoba mengendalikan napas masing-masing. Suara gemuruh dan getaran menghantam bangunan itu seperti badai yang tak henti-hentinya. Dinding-dinding berguncang keras, dan untuk sesaat, Mika pikir toko itu akan runtuh, menimpa mereka berdua. Rak di atas kepala mereka bergetar semakin kencang, dan beberapa barang jatuh menghantam lantai dengan bunyi yang menggelegar.

Penjaga toko mendekatkan tubuhnya ke Mika, memastikan gadis itu tidak tertimpa apapun yang mungkin jatuh. Mika berusaha sekuat tenaga menahan rasa takut yang semakin membanjiri pikirannya. *Apa ini akhir dari segalanya?* pikirnya, tatapan matanya terus mengikuti retakan yang kian meluas.

Tapi tiba-tiba, gempa itu berhenti. Seolah-olah bumi sendiri menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya melepaskan keheningan yang menakutkan. Getaran yang mengguncang toko mulai mereda, dan hanya suara reruntuhan kecil yang masih terdengar dari beberapa barang yang terjatuh.

Penjaga toko menghela napas panjang dan menatap Mika dengan senyum penuh kelegaan. "Kita... kita selamat, Mika," katanya sambil merangkak keluar dari bawah meja. Tangan pria tua itu terulur untuk membantu Mika berdiri.

Mika menerima uluran tangan itu, meski kakinya masih gemetar. "Ya... kita selamat," bisiknya pelan, hampir tidak percaya mereka telah melewati guncangan dahsyat itu. Dadanya naik turun dengan cepat, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Suara napas mereka berdua terdengar jelas dalam ruangan yang kini terasa hening, seolah-olah seluruh dunia sedang menunggu untuk bergerak kembali.

Namun, keheningan itu hanya bertahan sebentar.

Saat mereka berdua berjalan menuju pintu toko, sesuatu yang aneh terjadi. Suara samar seperti cakaran terdengar dari arah luar. Penjaga toko menghentikan langkahnya, alisnya berkerut. "Apa itu?" tanyanya, menoleh ke arah Mika.

Mika juga mendengar suara itu, sesuatu yang tidak biasa. Ia merasakan bulu kuduknya berdiri, firasat buruk segera menyelimuti dirinya. Tanpa peringatan, pintu kaca toko hancur berkeping-keping, meledak dalam satu serangan yang tiba-tiba. Kepingan-kepingan kaca beterbangan di udara seperti serpihan es yang tajam. Sebuah sosok kecil, seukuran anak-anak, masuk dengan kecepatan yang luar biasa, suaranya terdengar seperti desingan angin. Mata hitam kelamnya yang kosong dan kulit abu-abu seperti logam membuat makhluk itu tampak seperti mimpi buruk yang hidup.

Mika menjerit. Penjaga toko terkejut, dan dengan naluri pelindungnya, dia melangkah maju, menghalangi jalan makhluk itu yang kini mengarah ke Mika. "Lari, Mika!" teriak penjaga toko.

Tetapi sebelum Mika sempat bereaksi, makhluk itu sudah melesat ke arah penjaga toko dengan kecepatan yang mengerikan. Penjaga toko bahkan tidak punya waktu untuk mengangkat tangannya sebagai perlindungan. Dalam sekejap, cakar tajam makhluk itu menerobos udara dan—

Slaaash!*

Darah menyembur ke udara, dan kepala penjaga toko itu terlepas dari tubuhnya, terlempar ke samping. Waktu terasa melambat. Mata Mika melebar saat dia melihat tubuh pria tua yang tadi menolongnya terhuyung-huyung, lalu jatuh dengan keras ke lantai. Darah segar terciprat ke wajahnya, hangat, berbau logam, mengotori wajah dan pakaian yang sebelumnya rapi.

Dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya membeku di tempat, terlalu terkejut untuk bereaksi. Di hadapannya, makhluk itu berbalik, matanya yang kosong tertuju padanya. Nafas Mika terhenti, dan gemetar ketakutan meliputi seluruh tubuhnya.

Chapter 6: Misono Mika

Mika terduduk di lantai toko, tubuhnya bergetar hebat sementara matanya yang terbuka lebar terpaku pada tubuh penjaga toko yang kini tak bernyawa. Darah yang terciprat ke wajahnya terasa hangat, menambah kekacauan di dalam pikirannya. Tubuhnya kaku, seakan waktu berhenti bergerak. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangan, mencoba mengusir pemandangan mengerikan itu dari pikirannya.

"Tuan... Tuan penjaga..."

Bisiknya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. Namun, saat kata-kata itu keluar, emosi yang terpendam dalam dirinya mulai meledak. Wajahnya memerah, dan napasnya mulai terengah-engah. Teriakan tertahan di tenggorokannya, namun itu hanya membuat rasa sakit semakin membesar.

*Kenapa harus dia? Kenapa selalu mereka yang baik padaku?!*

Mata Mika perlahan terpejam saat air mata mulai mengalir deras. Gambar kematian penjaga toko itu tumpang tindih dengan kenangan mengerikan dari masa lalunya. Bayangan masa lalu di Kerajaan [Eden] kembali menghantuinya—ketika ia masih kecil, orang tuanya dengan putus asa memintanya bersembunyi di lemari, sementara suara teriakan dan ledakan senjata api terdengar di luar.

Mata kecilnya kala itu hanya bisa melihat dari sela-sela lemari, menyaksikan orang tuanya dibunuh tanpa ampun oleh orang tak dikenal. Rasa takut dan kebencian yang terpendam sekian lama kembali menghantui dirinya. Kematian penjaga toko yang penuh kebaikan itu memicu ingatan lamanya, mengembalikan trauma yang telah terkubur.

"AARRRGHHH!" Mika berteriak sekencang-kencangnya, kedua tangannya mencengkeram kepala dengan kuat. Tangisannya bercampur dengan jeritan kebencian yang mendalam. Tubuhnya mulai kejang, dan kesadarannya perlahan tenggelam ke dalam kegelapan yang ia coba lupakan selama ini.

Namun, ketika pikirannya terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu, sesuatu yang lain bangkit dari dalam dirinya. Energi tak dikenal mulai mengalir dari tubuhnya, aura merah muda keluar dan memancar dengan kuat. Perlahan-lahan, tubuhnya diselimuti oleh kekuatan besar yang tak pernah ia sadari sebelumnya.

Sebuah suara misterius bergema di dalam alam bawah sadarnya, suara yang dalam dan penuh kehancuran.

*"Bangkitlah, penerusku."*

Dari punggung Mika, sepasang sayap putih yang suci muncul, merentang dengan megah, mengoyak kursi dan etalase toko yang ada di sekitarnya. Sayap itu berkilauan dengan aura sakral, meskipun kekuatannya memancarkan kehancuran. Dikepalanya, terbentuk sebuah halo yang berputar dengan lambat, berbentuk galaksi yang memancarkan cahaya ilusi.

Mika perlahan mendongak, memperlihatkan mata yang kosong dan penuh kekosongan. Tak ada lagi air mata, tak ada lagi rasa takut—hanya kehancuran yang tersisa. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, menyisakan kulit yang mulus tanpa bekas. Energi merah muda yang indah tapi penuh ancaman mengelilingi tubuhnya, seolah melindunginya dari apa pun yang berani mendekat.

Makhluk alien kecil yang membunuh penjaga toko itu kini berusaha melarikan diri, merasakan bahaya luar biasa dari sosok Mika yang telah bangkit. Namun, ketika alien itu melompat untuk kabur, tubuhnya tiba-tiba berhenti di udara, terhenti seperti ada tangan tak terlihat yang mencengkramnya.

Dengan gerakan lambat namun tegas, Mika mengangkat tangannya dan menggenggam udara. Dalam sekejap, alien kecil itu meledak di udara, pecah menjadi cairan darah yang memercik ke segala arah. Anehnya, darah tersebut menghindari tubuh Mika, seolah tidak berani menyentuhnya.

Mika melangkah keluar dari toko dengan langkah yang ringan namun penuh ancaman. Saat ia baru saja melewati ambang pintu, seekor kumbang raksasa dengan kristal di dahinya tiba-tiba menghadangnya. Mata kumbang itu bersinar tajam, dan kristal di kepalanya mulai berkilau.

Seketika, sinar dari kristal itu melingkupi tubuh Mika. Energi yang mengelilinginya melemah dengan cepat, dan tubuh Mika terjatuh ke tanah dengan bunyi berdebam. Sayap putihnya yang megah menyusut, lingkaran cahaya di atas kepalanya lenyap, dan energi merah muda yang tadinya memancar kini berkurang, meski masih terlihat samar di kulitnya.

Kumbang itu mendekati tubuh Mika yang terbaring, matanya yang majemuk menatap dalam diam.

{"Tak kusangka, ada warisan kekuatan menakutkan di planet ini. Tidak sia-sia aku menyerahkan semua kekuatanku dan terlahir kembali. Era ini benar-benar menakutkan, sesuai dengan legenda."}

A/N: kumbang tidak bicara, dia berbicara dipikirannya alias batin aja.

Kristal di dahinya berkilau redup, menampilkan bayangan seekor kumbang raksasa sebesar bulan yang telah mati, terombang-ambing dalam kehampaan tanpa akhir. Di sekitarnya, ratusan ribu mayat kumbang lain berbagai ukuran yang lebih kecil melayang, terjebak dalam kehampaan yang sama.

Deg!

Kumbang itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya, menatap ke arah SMA Suo di kejauhan. Sekolah itu kini berantakan, dipenuhi monster dan kekacauan. Ia memandang sekolah itu beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk bergerak ke sana, tanpa memperdulikan manusia yang dimangsa oleh monster di jalanan.

Monster-monster lain berlarian, beberapa menghindari kumbang raksasa itu dengan rasa takut, sementara beberapa lainnya mencoba menerjang tubuh Mika yang terbaring tak berdaya di tanah.

Namun, tubuh Mika tiba-tiba bangkit. Tanpa ekspresi, ia mulai menghancurkan setiap monster yang mendekat dengan kekuatan yang tak tertandingi. Ia bahkan mengangkat sebuah mobil di dekatnya dan melemparkannya ke arah kerumunan orang dan monster. Ledakan besar terjadi, membunuh monster dan manusia tanpa pandang bulu.

Nyala api ledakan menyinari area sekitar dan suara ledakan menakuti berbagai makhluk yang mendengarnya dan mengosongkan area sekitar. Sementara itu, wajah Mika yang sebagian disinari nyala api ledakan terlihat kusam dengan pandangan kosong, dan di dahinya kini terdapat tato ukiran kristal berbentuk segi empat.

TTBC

Chapter kali ini menceritakan sosok yang menendang kepala Naruto. Oh iya, maaf kalau maju mundur gk jelas kayak gini. Kebanyakan minum param*" soalnya. Pusing wak.

Segini aja dulu.

Sampai jumpa lagi dan semoga kita bisa berjumpa di chapter selanjutnya.

Adios!