The Dance of The Flower

Part 25


"Rumor, kenapa aku harus memedulikan rumor?", tanya permaisuri yang untuk sesaat menghentikan kegiatan menulisnya. Agenda pertemuan hari ini sebenarnya untuk membahas kemajuan penangkapan kelompok Hebi, tapi entah bagaimana para pejabat malah membahas rumor tak sedap tentang dirinya.

Sekarang ia paham mengapa para dayang menundukan kepala lebih dalam atau pun berbisik saat dia bersama Jendral Gaara atau bagaimana lelaki itu merasa risih dan mencoba untuk tidak berduaan saja dengannya dalam suatu ruangan.

Memang benar seharusnya dia mengisolasi diri di dalam kuil untuk mendoakan Itachi selama enam bulan lamanya, tapi Ino sebagai permaisuri tak bisa melakukan prosesi berkabung sesuai dengan tradisi kerajaan karena dia harus memerintah. Yang masih bisa dia lakukan hanyalah memakai pakaian berwarna putih untuk menyatakan dia sedang menghormati mendiang suaminya.

Ia mengangkat wajah untuk menilai tatapan skeptis yang ditujukan padanya. Para pejabat ini, meskipun berpihak pada klan Yamanaka sepertinya enggan bekerja untuk seorang wanita. ia tahu ia sedang diremehkan, sedang diragukan. legitimasinya tengah dipertanyakan, tapi dia adalah putri perdana menteri. Seorang permaisuri utama. Tidak ada yang berani melempar kritisi secara langsung di hadapannya.

Ino melirik sang ayah menantikan pendapat dan Inoichi pun buka suara atas rumor busuk yang menerpa putrinya. Rumor yang mereka semua tahu bersumber dari istana.

"Permaisuri, anda harus menyadari kekuasaan yang anda pegang saat ini hanyalah sebuah titipan yang berdiri di atas sebuah fondasi rapuh hal semacam ini bisa menguncang legitimasi anda."

"Lalu apa yang ayah bisa sarankan? Meskipun kita tahu siapa yang menyebarkan kebohongan itu, gossip tidak akan padam. Apakah aku harus menyerahkan tahkta pada Pangeran Sasuke seperti yang dia inginkan dan menunggu dia menghabisi kita pelan-pelan."

"Permaisuri, Posisi anda tidak lemah. Mengalah bukan solusi," balas sang perdana menteri.

"Berperang juga bukan solusi, menghabisi Pangeran Sasuke juga bukan solusi terbaik karena rakyat akan berpikir klan Yamanaka memang sejak awal berencana melakulan kudeta. Katakan padaku apa yang bisa kita dilakukan?"

"Ada baiknya jika anda meminta Jenderal Gaara untuk meninggalkan ibu kota," ujar Inoichi Yamanaka.

"Bukankah itu hanya membuat orang semakin percaya bahwa aku mengusirnya untuk menyelamatkan reputasiku? Selain itu siapa yang akan membantu kita? Kekuatan militer kerajaan masih berada di tangan Pangeran Sasuke kita membutuhkan Jendral Gaara."

"Permaisuri, anda tentu tidak lupa kita juga punya kekuatan. Pangeran Sasuke punya prajurit, tapi tidak punya uang. Jika anda bijak sebaiknya anda mencari kesepakatan dengannya. Pikirkan baik-baik, Meski anda sekarang sedang mengandung, garis keturunan Uchiha yang anda bawa sedang dipertanyakan."

"Mereka tidak akan bisa membuktikan rumor itu sampai bayinya lahir," tukas Ino membela diri.

"Bagaimana jika yang lahir bukanlah anak laki-laki berambut hitam, tapi bayi berambut pirang seperti anda? Hanya dalam sekejap pangeran Sasuke bisa menggoreng opini dan mengecap kita sebagai seorang penipu serta pengkhianat dan anda permaisuri akan dihukum dan dimakzulkan. Kita tak bisa bertaruh pada bayi yang belum lahir," ucap salah satu pejabat.

"Permaisuri, Jalan satu-satunya untuk menghentikan konflik kekuasaan ini adalah anda menikahi pangeran Sasuke sebelum dia membuat reputasi anda semakin buruk." Salah seorang pejabat lain mencoba memberi usulan.

"Kalian yang berdiri di sini, Bukankah kalian pendukungku!" ujar Ino geram. "Kalian semua tahu kematian Kaisar direncanakan olehnya. Apa kalian tidak menginginkan keadilan bagai beliau?"

"Maafkan pendapat hamba, Permaisuri. Dari zaman dahulu takha ini dikuasai oleh mereka yang menang.Meski dengan cara buruk, Pengeran Sasuke berhasil menyingkirkan pesaingnya dan anda hanyalah seseorang permaisuri dari mendiang kaisar. Anda tidak akan pernah diterima menjadi pemimpin tanpa ada seorang Uchiha di sisi anda."

Ino menjadi geram, "Aku menjalankan mandat kaisar Itachi untuk mencegah adiknya mendapatkan kekuasaan absolut. Jika aku menikahi Sasuke bukankah itu sama saja dengan menyerahkan leherku padanya."

"Permaisuri, gunakan kebijaksanaanmu. Memberikan gelar tak selalu berarti memberikan wewenang. Jika semua lini penting sudah kita kuasai, kita bisa mengabaikan perintah kaisar." Inoichi kembali mendesak putrinya. Ia benci melakukan ini, alangkah baiknya jika Ino bisa keluar istana, tapi sekarang dia juga harus memperjuangkan hak cucunya yang belum lahir. Opini dan desakan publik membuatnya harus mengambil langkah ekstrim.

"Jadi ayah juga setuju untuk menikahkan ku pada Pangeran Sasuke?"

"Maafkan ayah, kita harus mencegah konflik suksesi. Pangeran Sasuke menginginkan tahkta dan kita memberikannya. Pengaruh kita cukup besar untuk mengontrol tindak-tanduknya."

Ino tak menjawab, tak seorang pun di sini menyadari seberapa besar ambisi Sasuke, lelaki itu tak akan pernah merasa cukup dengan apa pun. Semakin besar pengaruh klan Yamanaka maka semakin besar pula kemungkinan Sasuke melihat mereka sebagai ancaman. Ayahnya tidak mengerti, mencoba merangkul orang seperti itu sama seperti memilih tidur dengan ular berbisa.

Dia merasa lelah, mungkin seharusnya dia memilih menjadi bikshuni keluar dari istana dan membiarkan Sasuke menjadi Kaisar, memutus semua ikatan aneh ini, tapi dia tak bisa tutup mata atas kehancuran yang akan melanda keluarganya dan negara ini, Jika dia tetap menjadi permaisuri paling tidak ia bisa mempengaruhi beberapa kebijakan Sasuke.

Ino menghela nafas, "Aku akan membahasnya secara pribadi dengan Pangeran Sasuke."

Selepas siang, Ino mengirimkan pelayan untuk mencari pria sialan yang menjadi nasib buruknya. Apakah kali ini ia juga gagal mengubah nasib? Pada akhirnya ia tetap harus menikahi Sasuke dan kemudian mati begitu saja. Lalu untuk apa dia mengulang waktu?

Suara langkah kaki membuat lamunan Ino buyar, dengan cepat ia menyembunyikan kegalauannya. Tak seorang pun boleh melihatnya cemas.

"Permaisuri, Hamba datang untuk melaporkan kelompok Hebi sudah berhasil ditumpas tuntas oleh Jenderal Gaara dan korban penculikan akan mengikuti program rehabilitasi di tempat Nyonya Tsunade."

"Itu berita bagus, Sai. Paling tidak satu masalah beres."

"…tapi, mengapa anda terlihat muram?"

"…karena kali ini aku harus menikah dengan Pangeran Sasuke, mereka menuntut seorang Uchiha untuk mengisi singasana. Wanita sepertiku tidak dianggap layak."

"Permaisuri, apakah identitas hamba tak bisa membantu anda? Saya juga pewaris yang memiliki darah Uchiha," tanya Sai bingung.

"Klan Yamanaka bisa saja mendeklarasikan dirimu sebagai pangeran dan membuatku menikahimu, tapi asal-usulmu akan selalu disangkal meski pun kita berhasil menunjukan bukti, menjadikanmu kandidat kaisar akan menimbulkan perang antara klan Yamanaka dan Pangeran Sasuke. Saat ini pun pangeran Sasuke sedang berupaya keras untuk menjatuhkanku dengan membuat bayi yang aku kandung ini sebagai anak haram. Dia ingin cepat-cepat menguasai istana, tapi aku tak akan pernah membiarkan orang lalim sepertinya memiliki kuasa penuh. Sai tingkatkan kemampuanmu, karena setelah ini. Mungkin kau harus berjibaku untuk menyelamatkan nyawaku."

"Permaisuri, Hamba akan melakulan apa yang anda perintahkan. Tugaskan hamba untuk membunuh Pangeran Sasuke jika itu akan membuat anda tenang."

" Sai, aku tak akan mengirimkanmu untuk terbunuh. Cukup Kaisar saja yang diambil olehnya, yang jelas selama aku hidup. kau tak boleh mati karena kau adalah perisaiku. Apa kau paham?"

"Hamba mengerti."

"Pergilah ke belakang, Aku harus berbicara dengan Pangeran Sasuke sekarang."

Tak lama berselang, tamu yang dinantikan permaisuri datang. Dengan wajah sombong dan keenganan pangeran ke dua membungkuk di depan kakak iparnya, "Salam permaisuri, apa yang telah terjadi sehingga saya mendapatkan kehormatan ini?"

"Duduklah Pangeran Sasuke, Siapa lagi orang yang tepat untuk diajak mengenang mendiang kaisar. Putri Izumi sedang berada di kuil untuk berdoa dan aku jadi tak punya teman bicara." Ino menuangkan secangkir minuman beralkohol dan memberikannya pada Sasuke. "Ini adalah arak dari buah plum merah, maaf aku tidak bisa ikut menikmatinya. Tabib melarangku mengkonsumsi banyak hal."

Sasuke menyesap minumanya dan bertanya dengan sopan, "Bagaimana kesehatan anda permaisuri."

"Aku baik-baik saja dan bayinya juga sehat." Ino mengelus perutnya. "…,tapi mengurus negara sangat melelahkan dan aku juga mendengar rumor buruk beredar di luar sana."

"Saya turut prihatin dengan kesulitan yang anda alami," ujar Sasuke dengan simpatik.

"Pangeran, berhentilah berpura-pura sopan dan peduli. Saya tahu andalah yang menyebarkan rumor itu."

Sasuke menyeringai, " Yamanaka Ino, Salah siapa kau terlalu dekat dengan laki-laki yang bukan suamimu. Kenapa kau menuduhku? Semua orang bisa berasumsi. Aku sendiri curiga Apa karena sekarang kau berkuasa kau merasa bisa bertingkah sesuka hatimu, merayu seisi istana?"

"Sasuke, kau pintar mengiring opini, jika anak ini dianggap anak haram. Bukankah ini sangat menguntungkanmu, semakin melapangkan jalan menuju suksesi."

"jika kau menjamuku hanya untuk berbicara hal tidak berguna lebih baik aku pergi."

"Aku ingin bernegosiasi," ujar Ino perlahan.

Kalimat itu cukup efektif untuk membuat Sasuke tetap diam di posisinya.

"Apa yang membuatmu berpikir aku terbuka untuk negosiasi dengan klan Yamanaka? Kau tak pernah melakukan hal yang kau tawarkan padaku."

"Kau masih kesal karena aku tak membunuh Itachi dengan tanganku sendiri? Aku tidak bodoh, Sasuke kau hanya mencoba memanfaatkanku. Jika aku membantumu membunuh Itachi, kau akan menghabisi klan Yamanaka dengan alasan makar dan pembunuhan Kaisar. Kau takut dengan pengaruh yang kami miliki, sayang sekali aku tak terpincut oleh rayuanmu."

"Ah, Aku sudah curiga kau hanya pura-pura tertarik padaku. Niatmu untuk bergabung dengan pihakku hanya untuk memata-mataiku. Bukankah begitu Ino Yamanaka?"

"Kau tidak salah, Sebenarnya aku sudah memperingatkan Itachi, tapi dia terlalu bodoh untuk bersikap objektif."

"dan kau menyukai lelaki bodoh seperti itu."

"Lelaki yang bodoh mudah diatur dan lihatlah dia memberikan semua kekuasaan ini padaku," ucap Ino berseloroh.

"Kau dan keluargamu tidak akan berada di posisi itu cukup lama untuk menikmatinya."

"Sasuke, apa yang bisa kau lakukan? Jika kau mencoba mendongkel kami. Kami tidak akan tinggal diam, kami bisa membayar prajurit untuk berperang dan apa yang bisa kau lakukan tanpa uang? Ayahmu telah membuat negara ini miskin. Apa kau tahu itu? Kekuatan yang menopangmu sudah kami netralkan. Geng hebi sudah jatuh, Danzo menanti hukumannya dan ibu suri tidak akan mendukungmu. Kau tak punya banyak pilihan selain menjabat tangan kami."

"Hah, Kau pikir hartamu akan menyelamatkanmu? Aku bisa mengisi kas negara dengan cara selain berhutang."

Ino bisa menebak pikiran Sasuke. "Jika kau berniat untuk merampok aset para bangsawan dan menaikkan pajak bagi rakyat yang sudah kesulitan. Kau tak akan punya apa-apa untuk diperintah. Rakyat yang tidak puas dan kaum bangsawan yang marah akan mempermudah pekerjaanku. Mereka yang merasa ditindas akan berdiri menuntut pergantian dinasti. Kau bukan satu-satunya yang bisa mengiring opini dan apakah ratusan ribu prajuritmu itu siap mengatasi kemarahan jutaan rakyat Konoha. Bahkan sebelum kau bisa duduk di singgasana itu, negeri ini akan hancur."

Sasuke hanya terdiam, tak terpikir olehnya rakyat jelata pun bisa melawan, tapi ia sendiri paham kenekadan dari orang-orang yang tersudut dan putus asa. Mereka yang tak memiliki apa-apa adalah orang-orang yang sanggup mengambil resiko apa pun, demi perubahan. Tak ada salahnya dia mendengar usulan klan Yamanaka.

"Apa yang ingin kau negosiasikan?"

"Jika kau ingin menjadi Kaisar, kau harus menikahiku dan mendengarkan perdana menteri."

"Ah, Jadi ini cara kalian untuk mengontrolku? Sekarang aku malah kasihan padamu. Mereka tak mempercayaimu untuk menjadi kepala negara."

"Jika kau tak mau menurut maka hadapilah pemberontakkan kami, jangan lupa koin-koin yang membayar prajuritmu berasal dari peti harta kami dan kita akan lihat apakah prajurit-prajurit itu akan setia pada dirimu atau setia pada uang yang menyambung hidup keluarga mereka dan kau pikir pasukan kerajaan akan setia padamu jika mereka mendengar kau mengorbankan nyawa ratusan prajurit di benteng timur untuk drama heroik mu."

Sasuke menjadi marah. Klan Yamanaka memojokkannya. "Kenapa kalian menghalangiku untuk mendapatkan hak ku? Hak yang aku perjuangkan dengan susah payah."

"…karena orang sepertimu hanya akan menjadi kaisar tiran yang kejam," sahut Ino dengan lantang.

Sasuke yang gelap mata menyerang dan mencekik wanita pirang itu. Cengkramannya tidak keras, lebih berupa ancaman ketimbang ingin benar-benar membunuhnya. "aku bisa membunuhmu sekarang."

"Bunuh saja dan ayahku akan menghancurkanmu," ucap Ino tanpa rasa takut.

Dari luar pintu terdengar suara ketukan. Shion berteriak dengan lantang.

"Maafkan hamba mengganggu permaisuri, tapi Jenderal Gaara telah menunggu sejak tadi di depan gerbang."

Sasuke melepaskan cekikannya dan mendorong tubuh Ino ke kursi. "Aku menerima usulan kalian, tapi kau harus menyingkirkan anjingmu itu."

Gaara dan Sasuke berpapasan di lorong, akan tetapi sang pangeran bersikap acuh, mengabaikan salam dari sang jenderal barat. Dia menemukan Permaisuri duduk memegangi leher dan terbatuk-batuk. Shion memeganginya.

"Apa yang terjadi pada anda?", tanya Gaara yang menahan diri untuk melihat kondisi Ino, protokol tak mengizinkannya untuk menyentuh permaisuri.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit perdebatan dengan Pangeran Sasuke."

"Saya datang setelah tahu apa yang mereka bahas tadi pagi. Apa anda yakin ini langkah yang tepat?"

"Aku menikahi adik mendiang Kaisar bukan suatu hal yang aneh. Pernikahanku dengan Itachi sendiri merupakan sebuah keputusan politik."

Gaara ingin sekali memberitahu Ino kalau Itachi masih hidup, tapi ia menutup mulutnya. "Anda wanita pemberani."

"Seperti yang kau lihat, negosiasi ini membuat pangeran Sasuke murka, tapi ia tak punya pilihan selain menerima usulanku. Aku akan takut bila aku terpojok, tapi aku bisa melawan. Yang tersisa dari pangeran Sasuke sekarang hanyalah pasukannya dan butuh waktu lagi baginya untuk menggalang dukungan untuk melawan ayahku."

"Anda harus tetap berhati-hati," balas Gaara.

"Jenderal Gaara, anda telah berbuat banyak untuk kami. Maaf jika pada akhirnya kedaulatan yang dijanjikan oleh Kaisar Itachi tidak bisa aku penuhi. Tugas anda telah usia, dengan begini anda bisa kembali ke kota barat menduduki pos anda."

"…,tapi Permaisuri saat ini anda sedang dikelikingi marabahaya."

"Jendral tugas anda tidak untuk mengawal saya, tugas anda untuk menjaga perbatasan barat. Saya tidak bisa menahan anda dengan egois di ibu kota."

"Saya menerima perintah permaisuri." Garaa membungkuk dengan berat hati. Hal yang akan dia lakulan sebelum pergi adalah memberitahukan rencana Itachi pada perdana menteri, sebelum mereka membuat Ino berkorban lebih banyak lagi. "Izinkan saya memohon diri."

"Sampai jumpa Jenderal. Berhati-hatilah."

Beberapa hari berselang, Gaara terlihat mempersiapkan kuda-kudanya untuk pergi. Pangeran Sasuke menghampiri lelaki itu. "Memang sudah saatnya kau pergi."

"Kepergian hamba bukan berarti kemenangan untuk pangeran," balas Gaara tanpa berhenti mengikat tali kekang kudanya.

"Ketika mahkota di atas kepalaku. Kau akan jadi orang pertama yang akan aku singkirkan kemudian satu-persatu sisa pendukung Itachi akan menghilang dan permaisuri menjadi sendirian."

Gaara berpaling untuk menatap Sasuke, tatapannya tajam dan lurus, dia tak peduli Sasuke sedang mengancamnya "Anda telah membuat saya menjadi musuh anda. Jangan berpikir kami tidak punya kekuatan untuk menghadapi Uchiha. Kami penduduk kota barat telah bersabar sekian lama menghadapi kebodohan pejabat Ibu kota."

"Sabaku Gaara, Kau pikir aku tak punya mata-mata. Aku tahu sudah lama kau mempersiapkan pasukanmu. Jika kau berani bergerak, aku akan mengirim kepala permaisuri padamu."

"Keluarga Sabaku tidak ada hubungannya dengan permaisuri."

"Begitukah, mari kita lihat apakah kau akan bersedih saat melihat mayatnya. Kau dan kakakku begitu mudahnya dipengaruhi oleh wanita itu, tapi aku akan memanfaatkan Ino Yamanaka sebaik mungkin."

"Hati-hati dengan perkataan anda. Posisi sudah terbalik, bukankah saat ini anda yang mengemis pada keluarga Yamanaka?"

Sasuke geram dihadapkan pada kenyataan. "Segera aku akan mengenyahkan mereka."

Gaara menapaki kudanya, mengabaikan Pangeran Sasuke. "Semoga beruntung, Yang mulia."

Lelaki berambut merah itu menghela kudanya, begabung bersama rombongan prajurit yang dia bawa dari barat. Dia telah mengirimkan surat rahasia pada Kankuro dan Perdana menteri.

Di ruang kerjanya, Inoichi yamanaka meleyapkan lembar rahasia yang baru saja dikirim padanya. Kalau begini ia harus menunda penobatan selama mungkin. Mereka punya kans besar untuk menguak konspirasi Pangeran Sasuke.

"Lapor perdana menteri, Tahanan Danzo Shimura telah berhasil dipindahkan dengan rahasia." Seorang pejabat dari departemen kejaksaan melapor. Sudah beberapa kali ada penyusup yang mencoba membunuh Danzo. Perdana menteri yakin itu adalah usaha daro Pangeran Sasuke yang berusaha melenyapkan saksi.