Summary :
Hinata tak menyangka bertemu lagi dengan orang itu setelah sekian lamanya. Dengan matanya yang segelap malam itu tak pernah terlupakan. Ialah salah satu pria yang menorehkan tinta kenangan buruk ke dalam kertas kehidupannya. Di saat itulah Hinata memutuskan untuk tidak pernah percaya lagi pada cinta pandangan pertama. Akan tetapi, orang itu dengan wajah temboknya malah datang berlutut untuk menikahinya lagi. Hingga suatu hari terjadi, dan di sanalah hiduplah berubah.
.
.
.
Pernikahan karya R-daisy.
Semua karakter Anime/manga milik Masashi Kishimoto.
Peringatan : AU, OOC, Crackpair dll.
.
.
.
"Tadi Nee-chan lihat, kan?" tanya adik tercintanya penuh dengan nada sinis, "Dasar gak tau malu!"
Mendengar ini Hinata hanya menunduk terdiam. Memilin tangannya dengan gugup dan memilih menatap tamu yang semakin banyak, akan tetapi diam-diam mencuri pandang terhadap orang itu. Di sisi lain, Hinata mencoba mencari topik baru agar adiknya tersebut tidak menyinggung masa lalu, yang goresan lukanya masih terbayang hingga sekarang.
Bagaimana Hinata sangat ingin menghindarinya!? Mantan tunangan yang hampir dinikahinya itu muncul lebih menawan dari dirinya yang menyedihkannya ini. Dunia seakan tidak adil, hidupnya bahkan lebih suram setelah dicampakkan di hari pernikahan.
Karena pernikahan itulah Hinata pergi dari rumah dan meninggalkan semua kemewahan yang ada, kini ia harus hidup dengan biaya yang pas-pasan serta tinggal di apartemen yang kecil. Tapi setidaknya Hinata harus bersyukur karena kehidupan pribadinya tak perlu dikorek mengingat ia bukanlah selebriti atau orang terkenal.
"Hanabi, sepertinya Konohamaru mencarimu?"
Hinata sontak menelengkan kepalanya ke arah Konohamaru yang tampak bahagia bak berhasil menemukan jarum di dalam tumpukan jerami. Menanggapi hal demikian, Hanabi sontak merutuk kasar. Gadis kecil itu membelakangi kakaknya dengan wajah yang tertekuk kesal.
"Cih, amit-amit!"
Hinata menatap punggung Hanabi penuh dengan prihatin. Kisah asmara Hanabi juga tak berjalan dengan baik. Pemuda bernama Konohamaru itu bahkan tak kalah brengsek dengan mantan tunangannya. Kakak Neji -sepupu tersayangnya- juga ditinggal mati oleh istrinya dan menyendiri sampai sekarang.
Kisah asmara mereka kali ini sepertinya tak ada yang berjalan indah, tidak seperti ayahnya yang menikah dengan cinta pertamanya atau almarhum paman dan bibi yang sehidup-semati.
"Ngapain juga bocah brengsek itu mencariku? Dia kan punya mainan baru!" Nada Hanabi bertambah sinis lagi ketika mendengar nama laki-laki yang hampir menjadi teman kencannya tersebut terus meliriknya, "Untung saja belangnya kelihatan, kalau tidak... mungkin aku berakhir dengan nasib yang sama, Nee-chan!"
"Memangnya sudah dipastikan kalian akan berakhir dipelaminan?" celetuk Hinata yang sedikit tersinggung, ia meminum minumannya sambil diam-diam melirik lagi mantan tunangannya. Orang itu tampak mengobrol dengan tamu lain dengan sebelah tangan yang menempel pada pinggang pasangannya.
"Persetan dengan pandangan pertama!" bisik Hinata yang dibalas dengan kekehan Hanabi.
"Itu mungkin saja..." Hanabi yang tak malah mengalah pun mengibaskan rambut coklat panjangnya dengan kerennya, "Lihat saja orang tua kita!"
Adik yang beda umur dua tahun dengannya itu kemudian menyerahkan gelas kosong pada Hinata, mendekatkan wajahnya dengan serius lalu berkata, "Kita tak tahu apa yang terjadi nantinya Nee-chan... Tapi bukankah lebih baik kita harus menjauhi kenangan buruk itu?"
Hanabi sejenak melirik ke arah orang itu dan menatap jijik, "Aku mau keluar saja, rasanya badanku langsung kotor jika lama-lama di sini."
Hinata langsung mendesah, dengan terburu-buru Hanabi kini meninggalkannya di tengah pesta ulang tahun dari model terkenal, yang kemudian disusul oleh Konohamaru yang tampak panik. Di sisi lain ia merasakan tatapan dari mantan tunangan tertuju padanya bak tengah memakunya ke dalam tanah.
Seketika bulu kuduknya berdiri, ia merasakan firasat buruk. Hinata menghabiskan minumannya dengan sekali teguk. Kali ini ada baiknya ia mendengarkan perkataan adiknya. Tak mau ada drama yang merepotkan, perlahan Hinata pun meninggalkan ruangan. Baginya, ruangan pesta itu terlalu sempit untuknya bernapas.
.
.
.
Lima bulan kemudian...
Hanabi yakin pendengarannya masih bagus, ia juga masih berusia 23 tahun. Namun kenapa di hari yang damai ini ia harus mendengar Kabar yang mampu menggemparkan rumah.
Apa yang terjadi selama lima bulan belakangan ini?
Selama lima bulan disibukkan oleh pekerjaan, ia jadi tak bisa mengunjungi kakaknya seperti biasanya. Dan kakaknya juga selain sibuk kerja, ia juga punya kesibukan lain membantu kelompok lansia di lingkungannya. Mereka hanya bisa berhubungan lewat telepon beberapa kali saja. Tetapi, selama itu ia sama sekali tak menangkap pembicaraan aneh dari kakaknya. Hinata masih seperti biasanya.
"APA NEE-CHAN SUDAH GILA!?" teriak Hanabi seraya beranjak berdiri dengan suara yang mampu memekakkan telinga.
"Menikah!? NEE-CHAN AKAN MENIKAHI SI BRENGSEK INI!"
"Hanabi jaga bicaramu." Hinata mengingatkan dengan tenang.
Dada Hanabi masih bergemuruh. Ia tak menemukan alasan yang logis buat kakaknya untuk bisa menikahi pria brengsek itu. Masih segar diingatannya ketika kakaknya begitu down setelah hari pernikahan mereka. Pria brengsek bernama Uchiha Sasuke itu ternyata punya kekasih gelap dan di hari pernikahannya ia malah kabur dengan kekasih gelapnya. Yang lebih mencengangkan lagi, Hanabi malah mendengar dari mulut kakaknya sendiri bahwa kekasih gelap Sasuke itu tengah berbadan dua.
"Jangan bilang dia memeras Nee-chan!?"
Hanabi segera berdiri di samping pria itu dengan tatapan tajam dan menarik kerah baju. Sedangkan Sasuke sendiri tak bergeming saat Hanabi bertingkah kasar padanya, mencoba tetap tenang.
Mata sepekat malam itu melirik wanita yang duduk di sebelahnya. Hinata tampak tak terusik melihat sikap adiknya, wanita itu masih saja menatap ayahnya.
"Gak ada yang seperti itu."
"Atau jangan-jangan Nee-chan sudah hamil gara-gara pria ini!?"
Bagaikan petir di siang hari, tuduhan Hanabi mampu menggerakkan ketenangan Hinata. Dengan tatapan yang tak kalah dingin dengan gunung es kutub utara Hinata akhirnya menatap balik adiknya.
"Hanabi."
Seketika itu Hanabi langsung membatu. Suara Hinata membuat bulu kuduknya berdiri. Sang kakak yang memiliki hati sebening kaca akan sangat mengerikan ketika marah dibandingkan ayahnya. Dalam sekejap pun tubuh Hanabi mundur perlahan. Kalau sudah begini, ia tak dapat berkilah lagi.
"Jangan bikin tuduhan yang tak mendasar!"
Hanabi membuang muka yang memerah kesal. Ia merasa malu.
"Dan mulai sekarang kau harus menghormati Sasuke-san, dia sudah jadi kakak iparmu, mengerti?"
Kali ini Hanabi hanya bisa tercengang. Ia tak pernah terkaget sebesar ini sepanjang hidupnya.
Kakak tercintanya...
Bagaimana bisa?
Hanabi merasa ada yang salah dengn otak kakaknya.
Tapi, melihat kondisinya sekarang... Dia terlihat baik-baik saja.
Apa mungkin kakaknya dipelet?
"Najis-"
"Hanabi." sela sang ayahnya yang duduk tenang di samping putri keduanya, "Kembali ke kamarmu."
"Tapi Otou-sama!" Seru Hanabi.
Gadis itu kira ayahnya akan membantunya, namun ia salah. Tatapan sang ayah yang menusuk tanpa ampun itu melukai hatinya. Hanabi sontak mengunci rapat mulutnya. Sejenak ia menatap kembali Hinata sebelum akhirnya dengan kesal ia naik ke kamarnya.
Untuk sekarang Hanabi kalah, tapi tidak dengan hari setelahnya. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Besok ia akan menyelidiki alasan kakaknya menikah lagi dengan si brengsek Uchiha itu. Jika si brengsek telah melakukan sesuatu buruk terhadap kakak tersayangnya, maka ia tidak akan segan lagi menghajarnya sampai babak belur.
Setelah kepergian Hanabi, Hyuuga Hiashi kembali menatap putri sulungnya. Sejak kedatangan putrinya, ia sama sekali tak sedikit pun mengendurkan wajah kerasnya. Sejenak ia menatap tajam pria yang duduk di sebelah Hinata dengan ingatan yang terbang ke masa lalu.
Uchiha Sasuke, dulu adalah calon menantu yang sangat ia harapkan dapat menyatukan dua klan besar. Sementara Hiashi dan Fugaku adalah rekan bisnis yang sudah menjalin hubungan sejak lama. Mereka bahkan berencana membuat perusahaan baru dengan menggabungkan nama klan mereka jika kedua anak mereka jadi menikah.
Tetapi gara-gara ulah Sasuke, mimpi mereka seketika runtuh. Padahal saat melakukan pendekatan putra-putri mereka tidak ada sesuatu yang patut dicurigai. Namun nyatanya Sasuke telah memiliki kekasih yang telah hamil. Sasuke telah menipu klan Hyuuga dengan membawa kabur mahar 1,000,000 yen. Karena itulah hubungan antara Hyuuga dan Uchiha menjadi renggang. Ini membuat Hiashi kecewa berat.
Belum lagi Hiashi harus kecewa juga dengan putri sulungnya. Pasalnya jika saja putrinya melaporkan kasus itu maka dia tak akan hidup seperti ini. Dan sekarang dia malah datang untuk minta restu padanya. Hiashi tak pernah bermimpi ini seumur hidupnya.
"Aku terserah padamu... Sejak kau memutuskan hidup dengan kedua kakimu sendiri, urusanmu bukan urusanku lagi." ujar dingin Hiashi yang menatap rendah pria di sebelah putrinya.
Hinata lantas menarik napas panjang. Ini sudah ia perkirakan sebelumnya. Ayahnya masih dendam terhadap Sasuke, dan ia tak berhak memaksa ayahnya menerima keberadaan calon suaminya. Dan ia juga tahu bahwa ayahnya akan kecewa berat padanya. Beginilah nasib memiliki ayah yang punya hati sekeras batu. Tapi, ia bersyukur, setidaknya ayahnya tidak menentang pernikahan ini.
"Baiklah, terimakasih atas waktunya, Otou-sama."
Hinata terbangun setelah ayahnya menghilang dari pandangan. Kemudian ia melihat pria di sampingnya.
"Ayo kita pergi!"
"Hanya segini saja?"
Sasuke yang masih betah duduk menatap bingung lawan jenisnya. Sementara Hinata hanya menerka apa yang ada dipikiran Sasuke.
"Kukira Hyuuga-san akan menghajarku."
Terdiam. Sekarang Hinata mengerti. Bagi klan Hyuuga, Uchiha Sasuke adalah penjahat. Ia pun teringat ketika mereka datang ke mansion Uchiha untuk mengabarkan pernikahan mereka. Di sanalah Hinata melihat sambutan yang tak kalah dingin dari keluarganya. Begitu pulang Sasuke harus membawa buah tangan berupa babak belur di wajahnya. Uchiha Fugaku tak segan menghajar anaknya sendiri di depan orang lain. Dan jika bukan karena foundation, orang-orang bisa melihat sedikit memar biru di sudut pipinya.
"Otou-sama tak suka mengotori tangannya."
Hinata menunjukkan senyuman tipis di bibirnya, sedangkan Sasuke terdiam -terpana- akan pemandangan jarang yang disuguhkan Hinata kepadanya. Sang Hyuuga kemudian melihat arloji di tangannya seolah tengah menanti sesuatu.
"Ini sudah waktunya." ujarnya yang mengulurkan tangan, yang sontak disambut cepat Sasuke.
"Kita harus menyelesaikannya hari ini, kan? Pernikahan?"
Ini bukan pernikahan di mana banyak orang hadir untuk menyaksikan mereka. Ini juga bukan pernikahan di mana semua orang akan berdoa atas kebahagiaan mereka. Tidak ada orang tua yang menjadi saksi, serta tak ada gaun putih pernikahan yang Hinata impikan.
Ini hanyalah pernikahan di mana Tuhan sebagai saksi mereka.
.
.
.
Note :
Aku mencoba ngepost di sini ya, jadi jangan terlalu berharap ya
Salam hangat,
Risu-daisy
