Chapter 10:
Popuri dan Naruto berjalan menyusuri jalanan desa yang menuju ke toko Saibara. Selama perjalanan, Popuri tak bisa menahan senyum kecilnya saat melihat Naruto yang terlihat bingung dengan semua hal baru yang dia pelajari tentang pertanian. Tentu saja, Popuri merasa bahagia bisa berbagi ide-ide dengan Naruto, tapi terkadang dia terkejut dengan bagaimana pemuda itu begitu cepat beradaptasi dengan segala hal yang sulit di luar pengalaman sebelumnya.
"Ayo, Naruto, cepat sedikit. Kalau kita ke Saibara, kita bisa belajar lebih banyak cara merawat hewan dan tanaman," kata Popuri sambil tersenyum lebar. "Kau kan sudah mulai mengurus sapi-sapi itu. Mungkin kita bisa cari alat yang lebih baik di sana."
Naruto mengangguk sambil tersenyum. "Iya, aku ingin belajar lebih banyak agar bisa melanjutkan pekerjaan ini dengan lebih baik. Lagipula, aku tidak ingin kau kecewa padaku."
Popuri merasakan hangat di dadanya mendengar kata-kata Naruto. Meski sederhana, perhatian Naruto membuatnya merasa dihargai. Seiring mereka melangkah, Popuri semakin yakin bahwa keputusannya untuk tinggal di desa ini adalah yang terbaik. Rasanya seperti setiap langkah yang diambilnya berhubungan dengan seseorang yang penting—Naruto.
Namun, saat mereka berjalan mendekati toko Saibara, Popuri mendengar suara familiar yang membuat langkahnya terhenti. "Popuri! Naruto!"
Ternyata, itu adalah Kai yang sedang berdiri di dekat kedai Es Serut miliknya, tampaknya baru saja selesai melayani pelanggan. Melihat Popuri dan Naruto bersama membuat Kai sedikit terkejut, namun dia menyembunyikan perasaan itu dengan senyum tipis.
"Kai?" Popuri terkejut melihatnya, tetapi dia cepat menyadari bahwa tidak ada alasan untuk merasa canggung. "Apa yang membawamu ke sini?"
Kai melangkah mendekat, matanya melirik ke arah Naruto dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Hanya mampir sebentar. Bagaimana kabar kalian berdua? Sepertinya kalian sedang menikmati waktu bersama."
Naruto mengangkat bahu, terlihat agak canggung, namun tetap tersenyum. "Kami baru saja berencana untuk ke Saibara. Ada beberapa alat yang perlu kami beli untuk peternakan."
Kai menatap mereka, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. "Aku juga mendengar tentang rencanamu untuk membeli lebih banyak sapi, Naruto. Sepertinya, kamu benar-benar serius mengurus peternakan ini." Lalu dia beralih menatap Popuri. "Dan Popuri... apakah ini berarti kau akan terus tinggal di desa, dan tidak ada rencana ke kota?"
Popuri sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun dia mengangguk dengan mantap. "Aku merasa lebih baik tinggal di sini. Ada banyak hal yang bisa kulakukan, dan keluarga serta Naruto sangat berarti bagiku."
Kai terdiam, wajahnya sedikit murung, namun dia segera menyembunyikan perasaan itu. "Baiklah. Aku hanya berharap kalian berdua bahagia," kata Kai dengan suara yang terdengar sedikit berat, meskipun dia mencoba untuk tersenyum.
Popuri merasa sedih melihat ekspresi Kai, namun dia juga tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Dengan senyum lembut, Popuri berkata, "Terima kasih, Kai. Aku berharap yang terbaik untukmu juga."
Naruto menepuk bahu Popuri dengan lembut, lalu berkata, "Yuk, kita lanjut ke Saibara, Popuri. Kita masih perlu mempersiapkan banyak hal."
Kai melihat mereka berdua pergi dengan tatapan kosong, meskipun dia berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya. Dalam hati, dia tahu bahwa Popuri telah memilih jalannya. Dengan langkah berat, Kai kembali ke kedainya, merasakan angin laut yang sepoi-sepoi, mencoba menenangkan perasaannya.
.
..
.
Di toko Saibara, Popuri dan Naruto berbicara dengan Saibara yang sedang sibuk mempersiapkan beberapa alat pertanian baru. "Selamat datang, kalian berdua," kata Saibara sambil tersenyum. "Ada yang bisa saya bantu?"
Popuri mulai menjelaskan kebutuhan mereka, sementara Naruto melihat sekeliling, memikirkan segala kemungkinan untuk meningkatkan peternakan yang sedang mereka bangun. Mereka memutuskan untuk membeli beberapa alat baru yang dapat membantu mereka memelihara sapi lebih baik lagi dan mengembangkan peternakan mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah selesai berbelanja, Popuri dan Naruto berjalan pulang dengan tangan penuh alat-alat baru. Popuri merasa senang, karena setiap langkah mereka bersama membawa mereka lebih dekat untuk mewujudkan impian mereka.
"Besok, aku akan mulai menanam jagung lagi di rumah kaca," kata Naruto dengan semangat. "Kau pasti akan terkejut melihat hasilnya nanti."
Popuri tersenyum lebar. "Aku tidak sabar menunggu. Bersama-sama, kita pasti bisa membuat peternakan ini lebih baik lagi."
Naruto tersenyum, dan mereka melanjutkan perjalanan kembali ke rumah dengan hati penuh harapan.
Namun, di kedai Es Serut, Kai masih berdiri di sana, memikirkan kembali semua kata-kata Popuri. Dia tahu bahwa dia harus melepaskan, meskipun itu sangat sulit. Tapi satu hal yang pasti—cinta tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan.
TBC
