Resonance of Souls
Rate M (for blood and mention of decapitated)
DCMK milik Aoyama Gosho. Author hanya meminjam karakternya untuk 'memasak' asupan pribadi.
WARNING! Shinichi dan Conan adalah 2 orang yang berbeda (mereka saudara). Mention of Character Death (not really dead anyway). Mention of magic. Timeline what timeline? OOC (diusahakan tidak). Mention of panic attack.
Fanfiksi ini terinspirasi dari "The Discard Pile" chapter 3 punyanya AngelicSentinel di AO3. Tidak mengandung unsur Time Travel karena aku lagi pingin Pandora dan Magic AU.
Kayaknya itu aja. Selamat membaca!
.
.
.
Conan membeku di tempatnya berdiri ketika melihat kepala KID meledak di depan matanya.
Darah terciprat dimana-mana, membuat Conan tidak dapat bernapas dan hanya bisa melihat tubuh tanpa kepala KID yang jatuh ke atas lantai.
Segalanya terlihat seperti bergerak dengan sangat lambat dan Conan terpaku tanpa dapat berbuat apapun.
"K-KID…?" Conan membisik. Dia tidak mempercayai ini dan KID tidak mungkin matimatimatimati—"N-niichan… Shinichi-niichan… tolong…"
Seseorang membekap bibirnya dari belakang dan Conan memberontak hingga menyadari bahwa yang membekapnya adalah Shinichi, kakaknya sendiri.
Ketika Conan menyadarinya, dia langsung mencengkram ujung baju Shinichi erat-erat dan memohon padanya untuk menyelamatkan KID. Dia tidak tahu apa yang dia katakan, tapi Shinichi dengan cepat bergerak mendekati tubuh KID yang tergeletak dan menarik keluar kalung yang tidak pernah dilepasnya.
Mata Conan berkilau dengan cahaya merah ketika kalung Shinichi dimandikan oleh cahaya bulan.
"Anesidora, Pandora, seperti KID pertama pernah menyelamatkanku dengan kekuatanmu, kali ini selamatkanlah juga keturunannya. Dia tidak layak mati di tempat seperti ini."
Kalung Shinichi mulai bersinar sebanyak tiga kali sebelum perlahan meleleh menjadi butiran air sejernih kristal. Conan bahkan bisa bersumpah dia melihat tetesan-tetesan air itu berkilau dibawah cahaya bulan.
Shinichi meneteskan air itu di atas tubuh KID dan secara ajaib kepala KID yang meledak perlahan kembali terbentuk, membuat Conan terkesiap dan menatap keajaiban itu dengan tidak percaya. Tangan kecilnya dengan gemetar menyentuh wajah KID yang tidak tertutup apapun hingga Shinichi memandunya untuk merasakan denyut nadi KID.
Air mata secara perlahan mulai jatuh membasahi pipi Conan, membuat Shinichi mengambil kacamata anak itu dan mulai 'mengubah' wajah KID menjadi seorang pria dewasa berusia 40 tahunan.
Saat itulah Conan baru menyadari suara langkah kaki di belakangnya.
"KID! Aku akan—…apa yang terjadi?" tanya Nakamori dengan bingung. Disampingnya, Hakuba Saguru menatap mereka berdua dengan terkejut.
Tanpa sadar, Conan bergerak mundur dan melindungi tubuh KID di belakangnya dengan ekspresi penuh teror. Kedua tangannya mencengkram baju KID seolah takut mereka berdua akan mengambil KID darinya.
Shinichi menatap perilaku Conan dengan tatapan sedih dan berdiri di depan Conan dan KID, menutupi mereka berdua dari pandangan Nakamori dan Hakuba. "Nakamori-keibu, Hakuba-san, aku takut malam ini kalian tidak bisa menangkap KID."
Wajah Nakamori dengan cepat memerah marah. "Apa maksudmu kami tidak bisa menangkap pencuri itu?! Ini kesempatan—!?"
Nakamori tersentak dan mengerang ketika bahunya tertembak, membuat Hakuba panik dan Shinichi secara insting langsung mengangkat tubuh KID dan Conan ke dalam gendongannya untuk bersembunyi di balik tangki air. "Kalian berdua! Cepat sembunyi!"
Tidak sampai sedetik setelah Shinichi memperingatkan mereka berdua, tembakan kedua sukses melubangi dinding tempat kepala Hakuba berada sebelumnya. Tembakan ketiga dimulai setelahnya dan Hakuba tidak cukup cepat hingga lengannya tergores.
Shinichi mengumpat dan mengaktifkan penglihatan malam kacamata Conan. Matanya dengan panik memperhatikan sekeliling gedung dan menemukan dua sniper yang sedang bersembunyi di gedung seberang.
Ketika Shinichi menemukan mereka, otaknya langsung berpikir cepat untuk menghapus ingatan dua orang itu tentang KID yang meninggal dan bangkit kembali berkat Pandora.
"Kudo! Ada apa ini?! Siapa mereka?!" teriak Hakuba dengan panik. Detektif Inggris itu membantu Nakamori menekan bahunya yang terluka sekaligus menarik mereka berdua ke balik dinding di seberang Shinichi, dia mengabaikan lengannya yang juga mengeluarkan darah dan memprioritaskan Nakamori.
Shinichi tidak menjawab mereka dan mengaktifkan sepatu supernya, dengan cepat menendang bola sepak untuk melumpuhkan kedua sniper yang mengincar mereka.
Suara debuman terdengar dan Shinichi mengecek sekali lagi untuk memastikan bahwa dua sniper itu kini pingsan karena tendangan bola sepaknya.
Sayangnya, dia tidak bisa menarik napas lega karena instingnya menjerit agar mereka semua segera pergi dari sana. Telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat dengan cepat dan mereka bukanlah bawahan Nakamori.
"Sialan! Hakuba! Nakamori-keibu! Cepat kesini!" lagi-lagi Shinichi mengangkat KID dan Conan sekaligus sebelum mulai berlari menuju ruang penyimpanan yang dia tahu berada di sekitar sini—
'Ketemu.' Pikir Shinichi dengan lega. Setidaknya mereka akan punya tempat untuk bersembunyi.
Dia menyuruh Nakamori dan Hakuba untuk masuk dan menutup pintunya rapat-rapat. Dia juga menggunakan 'trik' untuk menutupi pintu dari depan agar terlihat seperti dinding.
"Kudo, apa—"
"Ssst!" desis Shinichi. Dia menurunkan KID yang masih pingsan dan Conan di balik bayangan, lalu melepas jaketnya untuk menutupi kepala KID. Kemudian dia membuat gerakan agar mereka tetap diam dan mendengarkan suara di luar sana.
"KID sialan!"
Bang! Bang! Bang!
Suara tembakan berulang kali terdengar, membuat Hakuba dan Nakamori berjengit dengan ekspresi ngeri.
"Bajingan Toichi itu! Bagaimana caranya dia bisa kabur dari jebakanku?!"
Shinichi mengumpat dalam hatinya. Musuh KID sama sekali tidak berhati-hati seperti Organisasi Hitam, membuat mereka dengan mudah terekspos seperti ini. Tapi jika masyarakat tahu tentang ini—
'Tidak-tidak, aku harus memberitahu Nakamori dan Hakuba untuk tutup mulut.' Pikir Shinichi, melirik pada Hakuba dan Nakamori yang terlihat sangat fokus mendengarkan umpatan dan perkataan para pembunuh di luar sana.
"Aku yakin sudah membunuhnya delapan tahun yang lalu! Tapi dia masih saja kembali seperti kecoak!"
Melihat fokus keduanya, Shinichi menggunakan kesempatan itu untuk berteleportasi ke samping dua sniper yang sebelumnya dia lumpuhkan. Dia mengirim pesan pada agen Camel dari FBI untuk menangkap mereka sebelum membius dua sniper itu dengan obat bius buatan Ai.
Shinichi tidak akan ceroboh dan memastikan bahwa dua orang itu benar-benar pingsan sebelum meletakkan mereka di titik koordinasi yang dia kirimkan pada agen Camel. Dia juga mengikat mereka erat-erat, menghapus ingatan mereka tentang kematian KID dan cahaya merah Pandora, kemudian memasukkan mereka ke dalam kotak kayu yang terbuang sebelum kembali berteleportasi ke sebelah Conan.
Adiknya itu berjengit kaget, tapi dengan cepat tatapannya berubah lega ketika melihat Shinichi.
Untungnya, baik Nakamori maupun Hakuba tidak menyadari apa yang dia lakukan. Mereka berdua terlalu fokus mendengarkan apa yang terjadi di luar sana.
"Dimana permata yang KID curi?! Pencuri itu sudah terluka, dia tidak akan jauh. Cari tempat ini dan bunuh siapapun yang mencurigakan!" Mendengar itu, Hakuba mengumpat dibawah napasnya dan Nakamori mendesis jengkel.
"Boss! Bagaimana dengan para polisi?"
Mendengar itu, Hakuba dan Nakamori membeku. Wajah inspektur itu bahkan sudah memucat. Luka tembak di bahunya juga sama sekali tidak membantu.
Yang dipanggil 'boss' itu meludah. "Para polisi bodoh itu masih terjebak jebakan KID. Biarkan saja mereka, kita tidak bisa membiarkan mereka mengetahui rencana kita. Lagipula, dengan membunuh KID kita bisa dianggap membantu mereka."
Tangan Conan mencengkram Shinichi, gemetaran.
Shinichi tanpa mengatakan apapun langsung mengangkat Conan ke dalam gendongannya dan memeluknya erat. Mereka berdua masih berdiri jauh dari pintu, dengan KID yang masih pingsan di belakang mereka.
Derap langkah kaki terdengar, tapi tidak ada yang membuka pintu ruang penyimpanan.
Mereka berempat menahan napas hingga akhirnya setelah beberapa menit 'boss' mengumpat dan menendang sesuatu karena tidak dapat menemukan KID maupun permata yang dicurinya.
"Kita pergi sekarang! KID, jangan harap kau lolos untuk yang kedua kalinya! Aku akan menembak kepalamu hingga hancur, sama seperti ketika dulu aku membakarmu hidup-hidup!"
Perkataan itu membuat warna hilang dari wajah Hakuba dan Nakamori. Mereka berdua menoleh pada Shinichi yang hanya terlihat marah dan khawatir.
"Kudo-kun… apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Hakuba dengan ngeri.
Shinichi mengigit bibirnya dan menggeleng. "Tidak sekarang. Nanti, Hakuba-san."
Hakuba terlihat ingin menolak, tapi matanya melihat Conan yang ada di dalam gendongan Shinichi dan memutuskan untuk menutup mulut.
Jika saja Nakamori tidak tertembak, Shinichi ingin sekali menghapus ingatan mereka. Tapi dia tidak bisa melakukannya karena hal itu akan menimbulkan pertanyaan.
"Boss! Aku melihat KID terbang ke barat daya!"
Bahu Shinichi hampir merosot lega. Boneka yang KID pasang pasti sedang mengecoh mereka.
"Tch, dia berhasil lolos. Kejar dia! Kita harus mendapatkan permata itu!"
Mereka menunggu selama beberapa saat untuk memastikan bahwa 'boss' dan bawahannya sudah meninggalkan atap sebelum melangkah keluar dengan hati-hati. Shinichi kembali menggendong KID dan Conan di dalam tangannya.
"Sekarang jelaskan! Siapa mereka?! KID, apa dia baik-baik saja? Kenapa kau bisa ada disini? Aku tidak melihatmu di bawah. Apakah kau kenal KID? Kenapa kau membantunya? Apakah ini berhubungan dengan gosip kematianmu? Kudo—"
Pertanyaan beruntun Hakuba terpotong ketika KID mengerang di gendongan Shinichi, membuat remaja itu menghembuskan napas. "Hakuba-san, tolong satu-satu… dan Nakamori-keibu membutuhkan pengobatan sekarang."
Remaja lainnya terlihat di ujung histeris dan Shinichi mulai merasa kasihan padanya.
Anehnya, Nakamori terlihat lebih tenang sekalipun pria itu meringis sambil memegang bahunya. "Kudo, mereka itu… apa kau mengetahui apa yang mereka maksud?"
… sejujurnya, tidak aneh jika Nakamori terlihat tenang. Pria itu inspektur polisi.
Conan merengek di atas tubuh KID, membuat Shinichi mengabaikan Nakamori dan memprioritaskan adiknya. "Conan, aku akan membawamu dan KID pulang, oke? Bagaimana jika kau menelfon Kaito sekarang dan memintanya datang ke rumah? Dia bisa membantu."
Dari sudut matanya, Shinichi tahu bahwa Hakuba dan Nakamori kini melihatnya dengan keterkejutan. Shinichi sebenarnya tidak ingin melakukan ini, tapi Kaito membutuhkan alibi setelah apa yang terjadi. Dia hanya berharap bahwa Kaito bisa memaafkan Shinichi nanti.
"… oke, Shinichi-niichan…" jawab Conan dengan perlahan. Suaranya masih gemetar halus dengan rasa takut, tapi jika Shinichi bisa membuatnya mengalihkan pikirannya dari apa yang baru saja terjadi, dia akan melakukannya.
Lagipula, 'Kaito' yang Conan telfon bukanlah 'Kuroba Kaito', melainkan ibu baptis mereka, Kuroba Chikage.
(Tentu saja, karena Kuroba Kaito yang asli sedang ada di gendongan Shinichi, pingsan dan tidak dapat melindungi diri. Kuroba Kaito beruntung karena Chikage sedang berada di Jepang saat ini.)
"K-kaito-niichan…?" Conan memanggil ketika telfonnya sudah tersambung. Suaranya terdengar hampir menangis dan Shinichi bahkan tidak bisa menyalahkannya. "Niichan… t-tolong datang ke rumah Shinichi-niichan… KID…"
Bagaimanapun, Conan masihlah anak-anak walaupun dia lebih dewasa dari anak seusianya. Dia tidak seharusnya melihat kejadian penuh darah beberapa saat lalu.
"Conan, biarkan aku yang bicara." Gumam Shinichi, membuat Conan mengarahkan ponselnya ke wajah Shinichi sebelum menyembunyikan wajahnya di leher Shinichi. "Halo, Kaito? Bisakah kau datang ke rumah malam ini? Aku tahu kau sekarang mungkin sudah dalam perjalanan pulang dari heist KID, tapi aku butuh bantuanmu. KID, dia terluka dan masih pingsan sampai sekarang. Mereka menembaknya, juga Nakamori-keibu dan Hakuba-san."
"APA?! Apa kalian baik-baik saja?! Aku segera ke rumahmu. Dimana kalian sekarang? Aku akan menjemputmu!" suara 'Kaito' terdengar panik. Bahkan nadanya pecah di ujungnya, membuatnya tidak benar-benar terdengar seperti Kaito.
Shinichi bersyukur Hakuba dan Nakamori terlalu syok untuk menyadari keanehan suara 'Kaito'. "Tidak-tidak, kau datanglah ke rumah. Aku akan segera kembali setelah… memastikan Hakuba-san dan Nakamori-keibu baik-baik saja. Tidak akan lama, aku janji. Lagipula aku membawa mobil."
'Kaito' menyetujui ucapannya walaupun suaranya masih terdengar panik dan khawatir. Dia baru menutup telfon setelah Shinichi menenangkannya lagi.
"Kau kenal Kuroba-kun?!" tanya Hakuba, terkejut. Shinichi mulai bertanya-tanya apakah remaja itu sedang histeris sekarang, tapi dia tetap mencoba menjawabnya dengan tenang.
"Ya, aku kenal Kaito. Lupakan itu, Hakuba-san. Kita harus memberi Nakamori-keibu pertolongan pertama tanpa membahas orang-orang yang mengincar KID."
"Kau tidak ingin mereka tahu?! Mereka itu kriminal, Kudo-kun!"
"Kenapa kau tidak ingin kami memberitahu yang lain? Kami bisa menangkap mereka." tanya Nakamori. Pria itu lebih tenang dan berkepala dingin dibandingkan Hakuba, sekalipun luka tembaknya membuatnya pucat dan lemas.
Shinichi menghela napas. "Jika kau memberitahu kepolisian tentang mereka, mereka akan waspada dan lebih berhati-hati. Akan lebih susah menangkap mereka… lagipula, apa buktinya? Apa bukti bahwa mereka mengincar KID? Sejauh yang orang lain tahu, bisa saja malam ini terjadi serangan teroris."
Hakuba membuka mulut, lalu terlihat berpikir dan menutup mulutnya lagi.
"… jika kalian benar-benar ingin tahu, kalian bisa datang ke rumahku dan aku akan memberitahu kalian. Tapi aku akan memperingatkan kalian. Ignorance is bliss, jadi aku akan bertanya pada kalian; apakah kalian siap dengan konsekuensinya?" Dia menawarkan.
Kudo Shinichi adalah seorang detektif. Hal pertama yang diinginkan oleh seorang detektif adalah kebenaran. Dia tahu ini dan dia juga tahu bahwa Hakuba Saguru juga menginginkan hal yang sama. Nakamori sebagai inspektur polisi juga pasti merasakan hal yang sama.
Daripada Nakamori dan Hakuba berada dalam bahaya karena tidak menyadari betapa berbahaya-nya Organisasi Hitam, Shinichi memutuskan untuk menawarkan informasi yang dimilikinya.
"Konsekuensi seperti apa yang bisa mereka lakukan? Mereka bersenjata tapi ceroboh! Demi Tuhan, mereka menembak seorang polisi dan mereka pikir mereka bisa kabur? Kita bisa menangkap mereka!"
Shinichi dapat merasakan sakit kepala yang mulai timbul karena ini semua. "Nakamori-keibu. Hakuba-san. Mereka punya sniper yang bahkan tidak pernah kalian ketahui sebelum ini. Mereka pernah membunuh orang tidak bersalah dibalik 'kecelakaan panggung' karena mengira bahwa orang itu adalah KID. Organisasi mereka tidak hanya terbatas di Jepang, tapi juga seluruh dunia. Seharusnya aku tidak perlu menjelaskan pada kalian betapa berbahayanya mereka."
"N-niichan, aku mau pulang." Conan merengek, menyadarkan Shinichi bahwa adik kecilnya itu baru saja melihat hal yang mengerikan. KID juga masih berada di gendongannya dan Shinichi dapat merasakan lengannya mulai lelah.
"Kau benar, ayo pulang, Conan. Kau dan KID harus beristirahat." Shinichi mengabaikan Nakamori yang terlihat semakin pucat (serius, kenapa mereka tidak segera turun dan mencari bala bantuan? Nakamori bisa terkena anemia!) juga Hakuba yang menatapnya dengan tidak percaya. Fokusnya hanya pada Conan dan KID. "Tolong pikirkan perkataanku, Nakamori-keibu, Hakuba-san."
Setelah Shinichi menghilang dari pandangan mereka berdua, dia memeriksa sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada kamera pengawas sebelum berteleportasi kembali ke rumahnya.
.
.
.
Akai Shuuichi, yang sekarang sedang menyamar sebagai Okiya Subaru menatap Shinichi dengan khawatir ketika melihatnya masuk ke ruang tengah dengan Conan dan KID di dalam gendongannya.
Shinichi hanya memberikan gestur 'mereka' dan 'aku akan memberitahumu nanti' pada pria itu sebelum pergi menuju kamar tamu.
"Conan," panggil Shinichi pada adik kecilnya yang sejak tadi diam saja. "Dia akan baik-baik saja."
Conan mengangkat kepalanya dari leher Shinichi dan perlahan mengangguk. Tapi tangannya masih tidak lepas dari jubah KID, membuat Shinichi menghembuskan napas.
"Apakah kau ingin aku menghapus ingatanmu?" Tanya Shinichi, khawatir jika Conan akan mengalami mimpi buruk dan PTSD karena kejadian malam ini.
"... Tidak perlu, niichan. Aku akan baik-baik saja." Conan mengeratkan cengkramannya pada jubah KID selama beberapa saat sebelum melepaskannya sepenuhnya. "Kapan Chi-chan datang?"
Shinichi mulai membersihkan KID, mengganti bajunya dan melepas topeng yang Shinichi pakaikan sebelumnya lalu menyelimutinya setelah memastikan bahwa remaja itu baik-baik saja. Dia melirik jam dan menyadari bahwa Chikage seharusnya sudah dekat dengan Beika. "Mungkin lima menit lagi. Bagaimana jika kau memberitahu Akai-san tentang kedatangan Chi-chan, Conan? Kau juga bisa menunggunya di bawah."
Conan menatap dada KID—Kaito yang naik turun, lalu mengangguk, tapi anak itu tetap diam di tempatnya berdiri. Shinichi menghela napas dan memilih untuk membiarkannya. "Apakah Pandora akan memberikannya kekuatan sepertimu, niichan?"
"... Aku tidak tahu. Kita bisa memeriksanya setelah dia sadar. Menurut tousan, dulu aku pingsan selama dua hari setelah menerima bagian dari Pandora. Kemungkinan besar dia juga akan tertidur selama dua hari."
"Aku harap dia segera sadar…"
Shinichi mengangkat Conan kedalam pelukannya dan membawanya keluar agar Kaito bisa beristirahat sepenuhnya. "Yeah, aku juga. Sekarang ayo kita tunggu Chi-chan dan aku akan membuatkanmu teh lemon hangat, oke?"
Conan menempelkan pipinya di bahu Shinichi dengan ekspresi rumit, membuat Shinichi merasa bersalah karena membuat Conan melihat dan merasakan semua itu.
Jika saja Shinichi tidak bertemu Organisasi Hitam, dia tidak akan dipaksa untuk 'mati' dan harus hidup dalam bayang-bayang. Conan dapat dengan bebas berjalan dengan menggandeng tangannya, sama seperti saat mereka di Amerika.
Sayangnya, pertemuannya dengan Organisasi Hitam membuatnya harus bersembunyi. Conan bahkan tidak bisa menggunakan nama aslinya dan harus menggunakan identitas palsu, ikut bersembunyi dibalik nama 'Edogawa'.
Sekalipun, kalau Shinichi boleh jujur, dia cukup geli dengan deduksi para detektif di sekitar Conan. Seperti Hattori yang berpikir bahwa Organisasi Hitam meracuni Kudo Shinichi dan membuatnya mengecil menjadi Edogawa Conan. Dari yang dia ketahui, KID juga mengira bahwa 'Edogawa Conan' sebenarnya adalah 'Kudo Shinichi' yang mengecil karena efek samping racun APTX 4869.
Walaupun, pada akhirnya Shinichi tidak bisa menyalahkan detektif Osaka itu. Haibara bersaudari sendiri adalah bukti bahwa racun yang bisa mengecilkan tubuh benar-benar ada. (Dia tetap akan menyalahkan KID. Bagaimana bisa pencuri itu percaya begitu saja hanya karena pernah tidak sengaja mendengar Agasa Hakase memanggil Conan dengan 'Kudo-kun'? Shinichi pikir Kaitou KID itu jenius?)
Kudo Shinichi diracuni, benar. Tapi dia tidak mengecil menjadi anak-anak. Dia hanya punya masalah kesehatan akibat efek samping racun APTX 4869. Kadang-kadang kesehatannya menurun drastis, tapi terkadang juga tubuhnya menjadi sangat sehat.
Haibara Ai berkata bahwa Shinichi harus berterimakasih pada kekuatan Pandora di dalam tubuhnya. Kekuatan itu memiliki efek menetralisir racun APTX 4869, dan dalam jangka panjang juga akan memperbaiki sistem imun tubuhnya yang rusak karena efek samping racun itu.
Suara bel kemudian menyadarkan Shinichi dari pikirannya dan dengan cepat dia membuka pintu rumahnya.
Wajah 'Kuroba Kaito' terlihat di depannya dan Shinichi langsung menyingkir untuk membiarkan 'remaja' itu masuk. "Shinichi-chan! Apa yang terjadi?!"
"Chi-chan," Shinichi mencoba menenangkan Chikage yang khawatir. Tanpa banyak bicara dia langsung melangkah menuju kamar tamu dimana Kaito beristirahat diikuti Chikage di belakangnya. "Organisasi itu menembak KID dan… aku harus menggunakan 'benda itu' untuk menyelamatkannya. Conan yang saat itu bersama KID memanggilku, ketika aku datang…"
Ekspresi 'Kaito' berubah diantara ngeri, takut dan khawatir. Shinichi yakin bahwa wajah Chikage saat ini sudah memucat dibawah topeng yang dipakainya.
Shinichi tidak punya keberanian untuk mengatakan bagaimana kondisi KID ketika Shinichi sampai di atas atap. Dia tidak bisa menyakiti Chikage seperti itu. "... kondisinya buruk. Tapi untungnya 'benda itu' bisa menyelamatkannya. Sekarang dia sedang tidur, aku baru saja memeriksanya dan sama sepertiku, sama sekali tidak ada bekas luka."
Conan tidak mengatakan apapun selain mengeratkan pelukannya di leher Shinichi ketika Chikage menatapnya dengan khawatir.
"Kau bisa menginap disini, Chi-chan… masih ada beberapa hal yang harus aku jelaskan, tapi itu bisa menunggu." Shinichi membuka pintu kamar Kaito dan membiarkan Chikage masuk untuk memeriksa Kaito. "Kamarmu masih di tempat yang sama."
Chikage melangkah masuk dan langsung mengenggam tangan Kaito, memeriksa putranya dengan khawatir sebelum menghembuskan napas dengan penuh kelegaan. "Terima kasih, Shinichi-chan, Conan-chan."
"Jangan dipikirkan, Chi-chan. Kami akan turun ke bawah sekarang, aku menjanjikan Conan teh lemon dan penjelasan pada Akai-san."
"Mn, jangan memaksakan diri, oke? Kalian sudah mengalami malam yang panjang."
"Kau juga, Chi-chan." Shinichi membalas sebelum meninggalkan Chikage dan Kaito.
.
.
.
"Aku sudah mendengarnya dari Camel." Akai Shuuichi berkata ketika Shinichi masuk ke perpustakaan dengan Conan yang tertidur di gendongannya. Agen FBI itu duduk di sofa tunggal dengan laptop di pangkuannya dan segelas bourbon di tangannya. "Mereka bagian cabang dari Organisasi kita. Fokus mereka adalah menemukan sebuah permata spesifik."
Shinichi mengangguk. "Aku juga berpikir begitu. Cara kerja mereka terlalu sembrono."
Shuuichi mengangkat alis, "sniper yang kami tangkap tidak mengingat apapun tentang KID yang terluka. Mereka hanya mengingat perintah yang diberikan oleh 'Snake' di malam sebelumnya."
"Aku menghapus ingatan mereka. Terlalu berbahaya jika mereka tahu bahwa aku menggunakan Pandora untuk menyelamatkan KID." Jawab Shinichi sambil membaringkan Conan di atas sofa dan menyelimutinya. Dia terlalu khawatir untuk meninggalkan Conan sendirian di kamar, jadi dia membawanya bersamanya. "Kondisi KID saat aku sampai disana… benar-benar buruk, Akai-san. Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkannya selain menggunakan Pandora."
"Hm. Pandora adalah permata yang selalu kau pakai di lehermu 'kan? Apa yang akan terjadi jika anak itu menggunakan kekuatan sihir Pandora?" Shuuichi bertanya. Kilat penasaran muncul di matanya, tapi dengan cepat menghilang. "Sampai sekarang kita belum mengetahui secara pasti konsekuensi jangka panjang penggunaan Pandora. Kau harus lebih hati-hati, boya."
"Aku tahu, Akai-san."
"Bagaimana dengan sisa Pandora?"
Shinichi menggeleng, "aku sudah menggunakan semuanya untuk menyelamatkan KID. Tidak ada yang tersisa."
"Hm… dan KID tidak tahu tentang hal ini. Kau harus memberitahunya ketika dia bangun, boya. Kita tidak mau anak itu tanpa sengaja menggunakan sihir-nya di depan banyak orang." Shuuichi menyesap bourbon miliknya dan melirik layar laptop. Tatapannya tidak terbaca. "Inspektur kepolisian divisi dua saat ini berada di rumah sakit dan mengatakan ada serangan teroris."
"Oh… apa dia baik-baik saja?" Shinichi tanpa sadar menghembuskan napas lega. Nakamori mau mendengarkannya. Dia berharap Hakuba juga melakukan hal yang sama.
"Hanya anemia, untungnya pelurunya tidak mengenai saraf penting di bahunya. Tapi hanya sampai sana informasi yang aku tahu."
"Tidak masalah. Lebih baik daripada sama sekali tidak memiliki informasi." Shinichi refleks mengusap kepala Conan untuk menenangkannya ketika adiknya itu mulai terisak di dalam tidurnya. "Aku harus meminta Ai untuk memeriksa Conan. Dia melihat KID ditembak dan aku khawatir dia terkena PTSD."
"Kau bisa mengabarinya besok. Ini sudah terlalu malam. Kau juga perlu tidur."
Perkataan Shuuichi membuat Shinichi memutar mata. "Kata orang yang masih bekerja di jam segini." Komentarnya sambil mengambil berkas kasus yang belum diselesaikannya. "Aku tidak yakin aku bisa tidur malam ini."
"Understandable."
Mereka berdua kemudian kembali bekerja tanpa suara hingga pagi menjelang.
.
.
.
Haibara bersaudari menemukan mereka di posisi yang sama ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
Ai berdecak tidak setuju dan Yume menatap mereka berdua dengan sedih.
"Aku tahu bahwa Shuu-kun punya gaya hidup yang buruk, tapi aku tidak tahu kau juga mengikuti jejaknya, Shinichi-kun."
Shinichi meringis ketika mendengar omelan lembut itu. Miyano Akemi memang terkenal dengan kelembutan dan ketegasannya, membuat Shinichi tanpa sadar selalu mematuhi omelan wanita itu (sekalipun Akemi sekarang menyusut menjadi anak berusia 9 tahunan). Bahkan ancaman sadis Miyano Shiho kalah mengerikan dari omelan Akemi. Shuuichi di sisi lainnya tidak jauh berbeda.
Miyano Akemi adalah mantan pacar sekaligus sepupu Shuuichi. Hubungan keduanya sangat canggung ketika Shinichi memaksa mereka untuk melakukan tes DNA karena wajah mereka yang hampir mirip, tapi untungnya mereka menyelesaikannya seperti orang dewasa dan sekarang hubungan mereka lebih seperti kakak-adik.
"Hey, kita punya malam yang panjang dan aku tidak bisa tidur karena menjaga Conan."
"Jangan gunakan Edogawa-kun sebagai alasan, Kudo-kun. Itu tidak baik." Ai melangkah mendekati gumpalan selimut yang berisi Conan di baliknya dan mengerutkan kening ketika melihat kantung mata di wajah temannya itu. "Apa yang terjadi?"
"Cabang mereka menyerang KID dan tanpa sengaja memperlihatkan diri pada Nakamori dan Hakuba. Conan melihat pencuri bodoh itu tertembak dan… keadaannya buruk, Ai."
Ekspresi Yume menggelap, sedangkan Ai memucat. "Apa kau menggunakan benda itu untuk menyelamatkan KID?"
Alis Conan berkerut dalam tidurnya dan Shinichi mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Conan ketika anak itu mulai memberontak dan menangis.
Panik, Shinichi langsung memegang kedua bahu Conan dan menggoyang adiknya itu. "Conan? Conan! Hey!"
"GASP! KID!" Conan tersengal dan berteriak dengan air mata membasahi pipinya. "… niichan?"
"Hey, hey, tidak apa-apa, niichan disini. KID baik-baik saja." Shinichi mencoba menenangkan.
Conan menarik napas dalam-dalam, terlihat jelas sedang mencoba menenangkan diri. Shinichi mengusap-usap punggungnya, sedangkan Shuuichi menepuk kepalanya dengan hati-hati.
"… apa kau ingin menceritakannya?"
Hanya gelengan pelan yang menjadi jawaban, membuat Shinichi merasa tidak berdaya. Dia secara harafiah membesarkan Conan selama masih di Amerika (kedua orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan. Ini adalah salah satu alasan Conan ingin tinggal di Jepang bersama Shinichi), tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya di saat seperti ini.
Untungnya, Haibara Ai ada disana.
"Edogawa-kun, bagaimana jika kau mengunjungi KID setelah sarapan? Aku yakin kau bisa lebih tenang ketika melihatnya baik-baik saja. Aku juga akan memeriksanya setelah ini."
Perkataan itu membuat Conan mengerjap dan tersenyum kecil. "Yeah, terima kasih Haibara."
Disaat yang sama, Chikage masuk ke dalam perpustakaan tanpa penyamaran. Wanita itu membeku ketika melihat Shuuichi, namun dengan cepat rileks ketika menyadari siapa Shuuichi. "Oh, maaf, apakah aku mengganggu pembicaraan penting?"
Haibara bersaudara menegang waspada, tapi Shinichi dengan cepat menjelaskan bahwa wanita itu adalah Kuroba Chikage, ibu baptis Shinichi dan Conan.
Keduanya langsung rileks, walaupun tidak sepenuhnya.
Shinichi juga memperkenalkan Shuuichi (yang tanpa penyamaran), Yume dan Ai pada Chikage, kemudian bertanya apa yang membawanya ke perpustakaan.
"Aku hanya ingin mengatakan bahwa sarapan sudah siap… maaf karena terlambat, tapi aku yakin kalian juga belum makan."
Itu bukan pertanyaan dan mereka tahu itu.
"Yeah, ayo sarapan, Yume, Ai, ikutlah sarapan bersama kami." Ajak Shinichi sambil melemparkan tatapan bertanya pada Chikage. Wanita itu hanya mengangguk singkat sebelum berbalik pergi.
Yume dan Ai bertukar pandangan sebelum mengangguk setuju.
.
.
.
Mereka makan diselingi percakapan ringan antara Shuuichi, Chikage, Shinichi, Yume dan Ai. Conan sendiri hanya menanggapi jika di tanya.
Setelahnya, Conan, Ai, Shinichi dan Chikage pergi ke kamar Kaito untuk memeriksa keadaannya.
Remaja dibalik topeng KID itu belum sadar, sesuai dengan prediksi Shinichi.
Untungnya Shinichi sudah memberi alibi untuk Kaito di depan Hakuba. Chikage juga jarang berada di Jepang, sehingga tidak akan ada yang merasa curiga dengan rumah Kuroba yang kosong.
Satu-satunya kekhawatiran Shinichi adalah keputusan Hakuba dan Nakamori… dan juga keadaan mental Conan, tentu saja.
Ai berkata bahwa Conan harus mengalihkan pikirannya, tapi berada di sekitar KID juga dapat membantunya meyakinkan alam bawah sadarnya bahwa KID masih hidup dan bernapas.
Jadi Shinichi membantu Conan dengan satu-satunya hal yang dia tahu; kasus dan buku novel.
Dia sedikit cemas dengan cara ini, tapi untungnya mimpi buruk Conan berkurang setelah dua hari penuh Shinichi mengajak Conan menyelesaikan kasus dan Ai, Yume dan Shuuichi mengajak Conan keluar dari rumah untuk 'menghirup udara segar'. Ekspresi Conan juga tidak lagi kosong ketika membicarakan tentang KID, membuat Shinichi menghembuskan napas lega.
Yang menjadi kekhawatirannya sekarang adalah Kaito yang masih belum sadar.
Tidak ada yang salah pada tubuhnya, tapi sudah lima hari berlalu sejak malam itu dan dia masih belum bangun.
Chikage terlihat semakin cemas hari demi hari walaupun wanita itu berusaha menyembunyikannya.
Ai berteori bahwa kekuatan Pandora membutuhkan waktu untuk memulihkan 'jiwa' Kaito karena luka yang parah. Jika dibandingkan dengan luka Shinichi yang hanya melubangi dada hingga jantung, luka Kaito lebih 'besar' sehingga membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama.
Namun, semua itu hanya teori tanpa bisa dibuktikan karena kekuatan Pandora adalah hal misterius yang bahkan tidak dapat dipahami dengan alkimia. Darah Shinichi dan Kaito juga tidak menunjukkan perbedaan dengan manusia biasa (terlepas dari darah Shinichi yang mengandung racun APTX 4869), seolah-olah 'air mata Pandora' tidak pernah membangkitkan mereka dari kematian dan memberikan mereka sihir yang tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat.
(Shinichi juga kesulitan untuk memahami dan menggunakan kekuatan sihir Pandora pada awalnya. Dia bahkan ketakutan dan mengira bahwa dirinya monster hingga Toichi dan ayahnya membantunya untuk mengendalikan 'sihir Pandora'.)
Itu semua tidak menghentikan Shinichi untuk berharap bahwa teori Ai benar, tentu saja.
"Cepatlah sadar, Kuroba. Kami semua khawatir." Gumam Shinichi sambil memperhatikan bulan yang bersinar cerah dari balik jendela.
Saat ini, mereka semua hanya dapat menunggu.
.
.
.
Kuroba Kaito membuka kedua matanya tepat setelah satu minggu penuh sudah berlalu sejak heist terakhir KID.
Remaja itu awalnya terlihat bingung dan tidak mengingat apa yang terjadi, tapi setelah Chikage memeluknya dan menjelaskan padanya bahwa KID terluka saat melakukan heist dan sekarang mereka ada di Kudo mansion, Kaito mulai panik.
Butuh waktu beberapa saat hingga remaja itu bisa tenang dan mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.
Untungnya, Conan sedang berada di sekolah. Shinichi tidak tahu apa yang akan Kaito lakukan ketika pencuri itu mengetahui bahwa Shinichi bukanlah 'Conan' dan Conan bukanlah 'Shinichi'. Remaja itu sudah terlihat sangat stress, panik dan takut saat melihat Shinichi. Dia tidak ingin remaja itu kembali pingsan karena syok.
Keberadaan Chikage juga—sangat—membantu, walaupun ekspresi Kaito ketika mengetahui bahwa dia punya ibu dan ayah baptis sangat lucu hingga Shinichi tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa geli.
Kuroba—atau Kaito? Tapi mereka tidak lagi sedekat itu—menatapnya dengan jengkel sebelum cemberut dan merengek seperti anak kecil pada Chikage. Dia berkata bahwa kritikus favoritnya sangat jahat dan seharusnya Meitantei-nya tidak boleh mentertawakan ketidaktahuannya.
Shinichi hanya memutar mata ketika mendengarnya. "Hentikan itu, ayo serius sekarang. Ini penting jika kau tidak ingin identitas sipilmu terungkap."
Perkataan itu langsung membuat Kaito menegakkan badan. Chikage disampingnya mengenggam tangan putranya, secara tidak langsung mengatakan bahwa Chikage ada disana untuk Kaito.
Kemudian Shinichi mulai menjelaskan rencananya untuk mengelabuhi Hakuba dan Nakamori. Dia juga menjelaskan bahwa Conan dan dirinya memberikan alibi untuk Kaito tepat di depan Nakamori dan Hakuba.
"Tunggu! Bukankah kau Conan? Kenapa kau berkata seolah-olah kalian berdua adalah orang yang berbeda?"
Chikage tersenyum geli, sedangkan sudut bibir Shinichi berkedut. "Kau mengira bahwa aku menjadi 'Conan' karena racun percobaan yang membuat tubuhku mengecil hanya karena kau tidak sengaja mendengar Hakase memanggil Conan dengan 'Kudo-kun'? Bagaimana caranya kau bertahan sebagai pencuri, hm?"
Ekspresi Kaito akan sangat berharga jika Shinichi bisa mengabadikannya. Sayang sekali mereka sedang mencoba untuk serius disini.
"Conan itu adikku, pencuri bodoh. Dia tinggal di Amerika selama ini dan pindah ke Jepang karena ingin tinggal bersamaku karena kedua orang tua kami terlalu sibuk."
"Tapi-tapi-tapi rumor bahwa kau menghilang dimulai ketika Tantei-kun datang!"
"Itu karena aku diracuni bertepatan dengan Conan datang ke Jepang, sangat kebetulan, ngomong-ngomong." Shinichi mengangkat alis ketika melihat kebingungan di mata Kaito.
"Sepertinya kita harus mulai dari awal, hm? Kaito pasti bingung dengan informasimu, Shinichi-chan. Kau bersembunyi terlalu dalam." Chikage menengahi ketika melihat bahwa Kaito dan Shinichi tidak tahu harus mulai dari mana. "Bagaimana jika kita mulai dari kejadian 10 tahun yang lalu?"
Kaito tergagap ketika mendengarnya. "Sepuluh tahun?! Sudah berapa lama Meitantei mengetahui ini?!"
Shinichi mendesah. Ini akan menjadi pembicaraan panjang dan dia membutuhkan kopi. Dilihat dari ekspresi pahit Chikage, wanita itu juga membutuhkannya.
Jadi Shinichi memanggil kekuatan Pandora dan menjentikkan jari. Kedua matanya berkilat merah sebelum tiga cangkir minuman berisi kopi muncul di atas nakas.
"Kau—huh? Bagaimana?!" Kaito melongo dan menatap Shinichi dengan mata terbuka lebar. "Aku tidak tahu kau juga bisa sulap!"
"Itu bukan sulap… ugh, oke, ayo mulai dari heist KID sepuluh tahun yang lalu." Shinichi memijat kepalanya dan mengambil cangkir kopinya, menyesapnya dalam-dalam, kemudian mulai bercerita kejadian sepuluh tahun yang lalu.
Kejadian itu sudah lama, tapi Shinichi masih mengingatnya dengan jelas. Bagaimanapun, sepuluh tahun yang lalu adalah saat dimana seluruh hidupnya berubah.
Kaitou KID saat itu—Kuroba Toichi—sedang melakukan heist di sebuah gedung pameran. Yuusaku sebagai rival dari KID tentu saja datang dan Shinichi ikut serta bersama ayahnya, bersenang-senang memecahkan teka-teki yang KID buat untuk mereka.
Tentu saja, sama seperti KID yang sekarang, KID yang dulu juga selalu memeriksa permata yang dicurinya dibawah cahaya bulan.
Shinichi yang saat itu masih kecil, dengan suka cita berlari mengejar KID dan 'menangkap'nya di atas atap, sedang mengangkat sebuah permata berwarna hijau keemasan.
Anehnya, permata itu berkilau kemerahan dibawah cahaya bulan dan KID terlihat panik dan… lega.
Tapi tentu saja, saat itulah semuanya kacau.
Seseorang muncul di balik pintu, membantingnya, lalu mulai menembak KID, membuat Shinichi langsung melompat minggir secara refleks.
KID juga berhasil menghindari peluru-peluru itu, tapi pencuri itu menatap Shinichi dengan ketakutan dan kekhawatiran, membuat penembak yang menyerang mereka mengatakan sesuatu dalam bahasa yang belum Shinichi mengerti.
Shinichi saat itu tidak memiliki apapun untuk melindungi diri, tapi dia pintar dalam bersembunyi dan tidak menarik perhatian. Jadi dia diam-diam melangkah mundur, memanfaatkan penyerang yang tidak memperhatikannya.
Sayangnya, takdir tidak berpihak pada Shinichi.
Penyerang itu lebih waspada daripada dugaan mereka dan tanpa menoleh, pria jahat itu langsung menembak Shinichi—
Tepat di jantungnya.
Hal terakhir yang Shinichi lihat malam itu adalah ekspresi panik dan ngeri KID, juga tawa kejam yang menghantui mimpinya.
Lalu ketika Shinichi terbangun setelah mimpi buruk itu, dia terkejut dengan tangisan kedua orang tuanya dan juga ekspresi lega ayah baptisnya.
Mereka menjelaskan bahwa Shinichi tertembak dan sempat berhenti bernapas hingga KID menggunakan Anesidora Last Gift, permata curiannya malam itu, pada Shinichi secara tidak sengaja.
"Anesidora Last Gift…" gumam Kaito, tidak menunjukkan apapun di wajahnya, tapi Shinichi tahu bahwa remaja itu tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Mungkin kau lebih mengenalnya dengan 'Pandora'. Aku menyelamatkan nyawamu dengan cara yang sama, ngomong-ngomong. Mitos yang mengatakan bahwa kau butuh komet fiksi untuk membuatnya 'menangis' itu tidak benar. Kau hanya butuh cahaya bulan dan permohonan."
Shinichi kemudian melanjutkan ceritanya tentang bagaimana dia mulai merasakan keanehan sejak saat itu.
Kedua orang tuanya berkata bahwa Shinichi bisa melakukan sihir sebagai konsekuensi dari penggunaan Pandora untuk 'membangkitkan'nya kembali. Mereka juga mengatakan bahwa mata Shinichi akan berwarna kemerahan ketika menggunakan kekuatan Pandora.
Tidak ada keanehan lain selain Shinichi bisa menggunakan sihir dan juga tidak mudah sakit (walaupun dia menjadi lebih mudah lelah). Tapi mereka semua masih khawatir dengan mitos 'keabadian' yang Pandora berikan.
Karenanya Toichi—KID, Shinichi tahu ayah baptisnya itu adalah seorang pencuri internasional—membuatkan Shinichi kalung berbandul permata berwarna hijau keemasan. Warna Permata itu mirip dengan permata yang KID curi, hanya saja bentuknya lebih kecil dan aneh, seolah-olah beberapa bagian dari permata itu sudah meleleh.
Toichi menjelaskan bahwa Pandora meleleh dan meneteskan air jernih ketika Toichi memohon agar Shinichi selamat. Akibatnya, permata itu mengecil dan Toichi dan kedua orang tuanya memutuskan agar Shinichi melindungi sisa permata Pandora karena ada organisasi yang menginginkan permata itu.
Sejak saat itu Shinichi tinggal di Amerika hingga pada usianya yang ke 14 kembali pindah ke Jepang karena janjinya pada Ran. Tapi dia tidak mengatakan apapun tentang adiknya karena identitas Conan dirahasiakan dari publik. Kedua orangtuanya tidak mau Conan merasakan hal yang sama seperti Shinichi dulu—melihat kasus pembunuhan secara langsung dan juga masuk berita, dikerumuni wartawan dan mengabaikan privasinya sebagai anak kecil, kemudian mendapatkan teman-teman yang hanya mengincar kekayaan dan ketenarannya.
Hingga pada usianya yang ke 17 tahun Shinichi tidak sengaja melihat transaksi obat-obatan di Tropical Land, membuatnya diracuni.
Menurut ilmuan yang membuat racun itu, APTX 4869 seharusnya menguapkan tubuh manusia tanpa sisa, tapi memiliki efek samping mengecilkan tubuh.
Entah sial atau beruntung, Shinichi kebal dari kedua efek ini. Sayangnya kesehatannya menjadi kacau, belum lagi dia sudah melihat hal yang tidak seharusnya dilihat, membuatnya terpaksa harus bersembunyi jika tidak ingin orang-orang yang dekat dengannya menjadi korban.
Disaat yang sama, Conan datang dari Amerika dan mendapati bahwa kakaknya diracuni, membuatnya secara implusif bersembunyi dibalik nama 'Edogawa' ketika Ran menerobos masuk ke dalam rumahnya. Lalu disinilah mereka sekarang, hampir satu tahun sejak Shinichi 'meninggal' dan bersembunyi di rumahnya sendiri.
"Kita pernah bertemu, kau tahu. Jauh sebelum menara jam Ekoda. Tapi setelah Toi-san… kau tidak mengingatku, dan aku tidak tahu apakah aku akan mengingatkanmu dengan traumamu, jadi aku menjaga jarak…" suara Shinichi mengecil diakhir kalimatnya, tidak yakin apakah dia harus mengingatkan Kaito tentangnya yang datang ke pemakaman Toichi dan mencoba menghibur Kaito hanya untuk menyadari bahwa Kaito tidak mengingatnya karena syok.
Kaito, disisi lain sangat terkejut. Dia melihat ke arah ibunya dan menyadari bahwa semua yang dikatakan Kudo—atau Shinichi? Shin-chan? Nichi? Kaito benar-benar tidak ingat bahwa mereka pernah bertemu saat mereka masih kecil!—merupakan rahasia yang tidak pernah dia ketahui.
Dan menara jam Ekoda?! "Itu kau?! Yang menembakku dari helikopter?!" pekik Kaito sambil menunjuk Shinichi yang hanya mengangkat alis, seolah berkata 'aku-tidak-menembak-mu.'
Belum lagi sihir yang ternyata nyata (Kaito tidak pernah percaya dengan 'sihir' yang dikatakan Akako), Pandora yang ternyata sudah ditemukan dan digunakan oleh mendiang ayahnya untuk menyelamatkan detektif dari timur… informasi ini terlalu mengejutkan untuk Kaito.
Shinichi kemudian menjelaskan tentang bagaimana Conan melihat kepala KID tertembak dan kondisinya parah, membuatnya menggunakan sisa permata Pandora untuk menyelamatkan nyawa KID, sama seperti ketika Toichi menyelamatkan nyawa Shinichi sepuluh tahun yang lalu.
"A-aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini…"
Shinichi menatap Kaito beberapa saat sebelum mengangguk. "Aku akan ada di perpustakaan. Conan akan pulang sekitar dua jam lagi, jangan kaget jika dia mengunjungimu. Kau membuatnya sangat khawatir."
Bibir Kaito berkedut. Jika dia sedang tidak stress dengan semua informasi yang didapatkannya sekarang, dia pasti akan menggoda Shinichi dan kritikus mininya itu. Jadi dia hanya meringis kecil. "Terima kasih peringatannya."
Shinichi melambaikan tangan dan pergi, diikuti Chikage yang mengecup puncak kepala Kaito sebelum berkata bahwa dia akan membawakannya makanan. Meninggalkan Kaito sendirian untuk memikirkan informasi dan apa yang sebenarnya terjadi pada identitas KIDnya.
.
.
.
Conan melangkah masuk ke dalam perpustakaan tiga jam kemudian bersama dengan Kaito di belakangnya.
"Niichan, aku pulang!" sapa Conan, langsung tersenyum lebar layaknya anak kecil seumurannya.
Shinichi mendengus geli ketika melihat ekpresi Kaito yang penuh dengan ketidakpercayaan dengan apa yang dilihatnya. "Selamat datang kembali, Conan. Alasan apa lagi yang kau katakan pada Ran kali ini, hm?"
"Ehehe, Ran-neechan berkata bahwa aku boleh menginap di rumah Hakase selama dua hari! Dari yang kudengar, Sonoko-neechan mau mengajak Sera-neechan dan Ran-neechan untuk sleepover."
"Oh, baiklah. Jangan lupa rapikan kamarmu sebelum tidur, aku tidak mau melakukannya."
Conan cemberut sebelum tersenyum menyebalkan, "aku juga mau sleepover! Bagaimana jika aku tidur di kamar niichan saja?"
Kaito di belakang Conan tersedak, membuat Kudo bersaudara itu menoleh ke arahnya.
('Tantei-kun dan Meitantei tidur bersama?! Bayangkan betapa imutnya itu!' Otak Kaito tanpa dapat dicegah langsung membayangkan Shinichi yang tidur dengan Conan di pelukannya, lalu Conan yang mini balas memeluk Shinichi dengan kedua tangan kecilnya—)
"Kaito-niichan, kau baik-baik saja?" tanya Conan sambil memiringkan kepala, persis seperti anak kecil yang polos.
Sayang sekali Shinichi dan Kaito sudah tahu bahwa kepolosan itu hanya pura-pura belaka. Karena sejak kapan Conan berbuat baik pada KID?
('Tapi dia imut sekali jika tidak sedang mengancamku dengan bola sepaknya yang mengerikan itu…' Kaito merinding sendiri dan cepat-cepat membuang jauh-jauh pikiran itu.)
"Aku—aku baik-baik saja, Tantei-kun." Kaito terbatuk dan mencoba menghilangkan imajinasi liarnya, lalu menatap Shinichi dengan senyuman tipis. "Kalian sudah mengenal identitasku dibalik KID. Apa kalian akan menangkapku sekarang, Meitantei? Tantei-kun?"
Shinichi dan Conan sama-sama menatapnya seperti melihat orang idiot, membuat Kaito berkedut jengkel.
"Baka. Jika kami ingin menangkapmu kami tidak akan repot-repot membuat alibi untukmu."
"Tidak salah jika Conan memanggilmu dengan 'Pencuri Idiot'. Kupikir kau punya 400 IQ?"
"Hey, hey! Aku hanya ingin memastikan!" Kaito mengangkat kedua tangannya, tanda bahwa dia menyerah. "Um, jadi, bagaimana aku harus memanggilmu? Kudo-san? Shinichi? Shin-chan? …Nichi?"
Shinichi hanya menatapnya, lalu secara perlahan menjawab. "… kau dulu selalu memanggilku 'Nichi'. Tapi karena kita sudah lama tidak bertemu, kau bisa memanggilku Shinichi, Kuroba."
"'Matahari' huh? Terdengar cocok untukmu, Nichi. Dan kau bisa memanggilku Kaito, atau apapun yang kau gunakan untuk memanggilku saat kita masih kecil." Kaito tersenyum cerah hingga Shinichi bertanya-tanya kenapa dia yang disebut 'matahari' dan bukannya Kaito. "Ayo berkenalan lagi, namaku Kuroba Kaito, pesulap luar biasa! Salam kenal!"
Pooft!
Dua tangkai bunga mawar berwarna biru muncul di tangan Kaito dan remaja itu mengulurkannya pada Shinichi dan Conan.
Conan menatapnya dengan tertarik sebelum menyipitkan mata pada wajah Kaito.
Shinichi juga melakukan hal yang sama dan menghela napas ketika melihat warna kemerahan di kedua mata Kaito. Dia mengambil mawar itu dan memutarnya di tangannya. "Halo, Kuroba Kaito. Namaku Kudo Shinichi dan ini adalah adikku, Kudo Conan. Kami berdua seorang detektif, aku berfokus pada kasus pembunuhan dan Conan pada pencurian. Salam kenal."
"Salam kenal, Pencuri. Kuharap kini kau tahu kenapa aku selalu bisa mengungkapmu ketika kau berpura-pura menjadi niichan-ku." Conan mengambil bunganya dan menatapnya dengan ekspresi datar. "Kuharap kau tidak melakukannya lagi."
"Conan…" Shinichi mengingatkan, membuat anak itu memutar mata dan memilih untuk memanjat sofa di sebelah kakaknya. Kaito di sisi lain meringis karena Conan (dan Shinichi) menyadari bahwa dia menggunakan identitas Shinichi. "Kai, aku yakin kau punya pertanyaan. Duduklah,"
"Oh ya, niichan. Hakuba-niichan menemuiku dan memberiku pesan bahwa mereka ingin menemuimu." Ujar Conan tiba-tiba. "Chi-chan sepertinya mengirimkan surat izin pada sekolah Kaito-niichan dan Hakuba-niichan berpikir bahwa Kaito-niichan masih berada di sini bersama KID."
Ekspresi Kaito memburuk. "Kenapa Hakubastard itu mau bertemu denganmu?"
Shinichi memijat kepalanya. "Ugh. Baiklah. Kau mungkin belum dengar ini, Kai, tapi singkatnya Hakuba-san dan Nakamori-keibu melihat kau pingsan dan ada sniper yang mengincarmu. Mereka ikut mendengar Snake mengumpatimu dan menyebut nama ayahmu. Aku tidak bisa menghapus ingatan mereka karena luka di tubuh mereka akan membuat mereka menyelidiki apa yang terjadi dan Snake terlalu arogan. Mereka tidak menutupi jejak mereka dengan benar dan polisi akan menemukannya jika mereka merasa ada yang janggal."
"Jadi kau memutuskan untuk memberitahu mereka?" tanya Kaito pada Shinichi. Dia punya ide tentang rencana Shinichi, tapi tidak sepenuhnya yakin.
"Ya. Aku panik, Kai. Kau pingsan dan tidak dapat melindungi diri. Hakuba-san tahu identitas sipilmu dan dia akan curiga jika kau tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku butuh alibi agar mereka tidak mencurigaimu. Ditambah rasa penasaran mereka sudah terpicu, aku tidak bisa menyembunyikannya tanpa menghapus ingatan mereka. Kau tahu betapa berbahayanya mereka."
"Niichan secara spontan merencanakan alibimu ketika Hakuba-niichan dan Nakamori-keibu ingin mengetahui siapa mereka. Kami sudah memberitahu Chi-chan tentang ini dan dia setuju. Tapi kami masih tidak tahu bagaimana denganmu."
Kaito duduk tegak dan menatap Kudo bersaudara itu. "Apa yang kalian ingin lakukan?"
"Simpel, undang Hakuba-san dan Nakamori-keibu kesini, jelaskan pada mereka betapa berbahayanya Snake, tidak, mereka. Berikan bukti operasi organisasi Snake dan korban mereka, lalu buat 'kau' mengaku bahwa KID membantumu menangkap pembunuh ayahmu karena Snake mengira bahwa Toi-san adalah KID. Aku juga akan menggunakan rumor kematianku dan alasanku menghilang untuk mendukung alibimu."
"Organisasi yang meracuni niichan berbeda dengan Snake, tapi kami curiga mereka punya akar yang sama." Conan menambahkan sebelum memeriksa handphonenya. Dahinya berkerut, "Hakuba-niichan bilang mereka akan menemui kita besok, niichan. Apa yang harus aku jawab?"
Shinichi menatap Kaito, membuat remaja itu memikirkan apa yang dikatakan Shinichi selama beberapa saat dan mengangguk. "Baiklah. Dengan begini dia juga akan berhenti menuduhku sebagai KID. Snake tahu identitas sipil mendiang ayahku. Jika dia mendengar Hakubastard menuduhku, siapa yang tahu apa yang akan Snake lakukan."
"Oke, aku akan menjawab bahwa mereka bisa datang." Jawab Conan sambil mengetik di handphonenya.
"Kuserahkan padamu, Conan." Shinichi mengusak kepala Conan sebelum kembali menatap Kaito. "Kau sudah bisa menggunakan kekuatan Pandora."
Bukan pertanyaan, tapi pernyataan.
"Yeah, agak susah mengendalikan dan menggunakannya, tapi aku bisa. Apa saja yang sihir ini bisa lakukan, ngomong-ngomong?"
"Banyak hal," Shinichi meringis. "Terlalu banyak."
Remaja itu lalu menjelaskan sebelum Kaito bertanya, "Secara teknis, apapun yang kau inginkan. Kau ingin terbang? Telekinesis. Kau ingin pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat? Teleportasi. Kau membutuhkan sesuatu? Jentikkan jarimu dan benda itu akan ada di depanmu. Seperti yang kukatakan, apapun."
Mendengarnya, Kaito tersenyum lebar, tapi segera membeku ketika menyadari apa yang Shinichi maksud dengan 'terlalu banyak' dan 'apapun'.
"Apa… konsekuensinya?" tanyanya dengan perlahan. 'Kekuatan sebesar itu mustahil tidak memiliki konsekuensi…'
Shinichi terdiam dengan tatapan muram. "… emosimu. Moralmu. Kebahagiaanmu. Semakin sering kau menggunakan kekuatan Pandora, semakin apatis dirimu."
Mata Kaito terbelalak. "Itukah sebabnya kau, um, seperti ini?"
"Agak dingin, maksudmu? Yeah. Emosiku akan kembali setelah beberapa waktu dengan catatan aku tidak lagi menggunakan kekuatan Pandora selama periode waktu itu. Uh, pikirkan saja seperti handphone. Kekuatan Pandora adalah handphone dan emosi kita adalah baterainya."
Penjelasan itu membuat Kaito mengangguk. "Aku akan menggunakannya hanya di saat-saat terdesak saja, kalau begitu."
"Mn. Lagipula apa serunya sulap jika tidak ada trik dibaliknya?"
"Heh, jadi kau suka dengan sulapku?" goda Kaito, mencoba mencairkan suasana yang agak canggung. "Tidak kusangka Meitantei suka dengan sulap~"
Shinichi memutar mata. "Aku tidak pernah bilang aku tidak suka dengan sulapmu. Lagipula, heist-mu menghiburku… membuatku selalu bersenang-senang memecahkan trikmu dan melupakan banyaknya kasus pembunuhan yang kutangani. Yah, satu-satunya yang kurang hanyalah aku tidak bisa terang-terangan ikut mengejarmu."
Untuk sesaat, pipi Kaito memerah sebelum poker face-nya kembali terpasang sempurna. "Ekhem! Aku senang heist-ku membuatmu senang, Meitantei. Sebuah kebanggaan untuk pencuri tidak bersalah ini."
"Oi, oi, 'pencuri tidak bersalah'? Apa kau lupa apa yang sudah kau lakukan pada Ran-neechan? Pembobolan yang sudah kau lakukan? Dan juga penipuan identitas!" Conan mengangkat kepala dari handphone-nya dan cemberut.
"Eeh…"
"Lalu kau juga mencoba berbuat mesum pada Ran-neechan!"
Kaito melihat Shinichi dengan tatapan meminta pertolongan, tapi Shinichi hanya menatapnya dengan datar.
"Aku masih ingat kau menggunakan wajah niichan untuk melakukannya, dasar pencuri mesum!"
Wajah Kaito memucat walaupun Shinichi tidak bereaksi apapun. "Aku minta maaffffffffffffff! Aku janji aku tidak akan melakukannya lagi!"
"Hmph, katakan itu pada Ran-neechan, pencuri. Itu jika Ran-neechan tidak mengkaratemu lebih dulu."
"Tidaaakkk! Conan-kun, jangan lakukan itu padaku!"
"Menderitalah, pencuri."
Kaito tidak pernah tahu bahwa kritikus mininya akan sesadis ini padanya.
.
.
.
Shinichi membuka pintu rumahnya dan mendapati tiga orang di depannya, membuatnya mengerjap kaget karena tidak menduga bahwa putri Nakamori-keibu akan ikut datang ke rumahnya. Hakuba tidak mengatakan apapun tentang ini dan dari tatapan penuh rasa bersalah yang Nakamori-keibu dan Hakuba berikan padanya, mereka juga tidak mengundang gadis itu.
"Kudo-kun, ini adalah putri Nakamori-keibu, Nakamori Aoko-san, teman masa kecil Kuroba-kun."
Nakamori Aoko membungkuk, "Halo, Kudo-san. Maaf karena datang tiba-tiba, tapi Aoko khawatir dan Aoko tidak ingin di tinggalkan dalam gelap! Sesuatu telah terjadi dan itu melibatkan orang-orang di sekitar Aoko! Jadi ketika Aoko tahu bahwa tousan dan Hakuba-kun ingin pergi mendapatkan jawaban, Aoko memutuskan akan ikut dengan mereka!"
Bibir Shinichi berkedut, tapi tetap menjawab putri Nakamori-keibu dengan sopan dan menyuruh mereka semua masuk. Mereka tidak bisa berkerumun dan berbicara di tempat dimana semua orang bisa mendengar perkataan mereka.
Shinichi menatap pintu rumahnya beberapa saat sebelum diam-diam menggunakan kekuatan Pandora untuk mencegah orang yang tidak diinginkan untuk masuk.
"Kai, bisakah kau memanggil KID ke ruang keluarga?" tanya Shinichi ketika melihat Kaito dan Conan yang sedang membicarakan gadget ciptaan Agasa Hakase. "Mereka sudah datang."
"Tentu, Ni—"
"BAKAITO!" Aoko berteriak dan menatap Kaito di balik bahu Shinichi dengan ekspresi kesal bercampur khawatir.
Kaito tersentak kaget dan menatap Shinichi dengan bingung, tapi Aoko sudah melanjutkan perkataannya.
"Kenapa Kaito menyembunyikan ini semua dari Aoko?! Jika Aoko tidak mendengar dari tousan dan Hakuba-kun, Aoko mungkin tidak akan pernah tahu! Kaito seharusnya tidak menyembunyikannya dan menanggungnya seorang diri!"
Shinichi menghembuskan napas dan memijat kepalanya. Dia dapat merasakan sakit kepala mulai terbentuk di kepalanya. Apa gadis remaja selalu se-emosional ini? Ran juga sering melakukannya ketika Shinichi sedang sibuk dengan kasus. "Nakamori-san, ayo duduk lebih dulu dan kita akan mulai menjelaskannya… Kai?"
"Aku akan memanggil KID." Jawab Kaito sebelum menghilang di balik dinding.
"Conan—"
"Tidak mau! Aku akan tetap disisi niichan!"
"Aku tidak bermaksud mengusirmu dan kau tahu itu." Shinichi lagi-lagi menghembuskan napas dan mengusak kepala Conan dengan sayang. "Tolong bawa mereka ke ruang keluarga, aku akan membawakan minuman."
Conan menatap Shinichi dengan terkejut, tapi dengan cepat digantikan oleh senyuman penuh kelegaan. "Oke, niichan. Hakuba-niichan, Nakamori-keibu, Nakamori…san? Tolong ikut bersamaku."
Mereka mengikuti Conan dan Shinichi pergi ke dapur untuk membuat beberapa cangkir teh, kopi dan coklat panas (khusus untuk Kaito, tentu saja). Setelahnya Shinichi membawa semua itu ke ruang keluarga dan mendapati bahwa Kaito dan Hakuba sedang adu mulut.
Bahkan Aoko juga ikut adu mulut dengan mereka, membuat Shinichi menutup mata dan menarik napas dalam-dalam sebelum kembali memperhatikan keadaan ruang keluarganya.
KID sedang duduk di sofa tunggal dengan jendela di belakangnya. 'Pria' itu terlihat duduk dengan tenang seolah menikmati adu mulut yang dilakukan oleh tiga remaja dari Ekoda di depannya. Conan duduk di sofa panjang di sebelah KID, dan Kaito sendiri duduk di sebelah lain Conan dengan ruang kosong diantara mereka. Nakamori-keibu mengambil sofa tunggal di samping Kaito, menjadikan inspektur itu duduk berhadapan dengan KID, diikuti dengan Aoko dan Hakuba yang duduk di sofa panjang di samping lainnya. Di tengah-tengah mereka, beberapa tumpuk berkas tebal terlihat lebih berantakan sejak Shinichi meninggalkannya sebelumnya.
"—kau yang selalu saja—"
"—jika kau tidak menyembunyikan hal seperti ini—"
"—dan membiarkan kami membantu! Bakaito—"
Nakamori-keibu sama sekali tidak menghentikan perdebatan mereka dan sibuk menatap KID dengan ekspresi rumit. KID sendiri hanya membalas tatapan itu dengan seringai khas KID, membuat Nakamori-keibu menyipitkan mata dengan jengkel.
"—tidak bisa memberitahu—"
"—bahwa mereka orang-orang berbahaya—"
"—kau terluka?! Tidakkah—"
"Ekhem." Shinichi terbatuk, menghentikan adu mulut mereka yang mulai membuatnya semakin sakit kepala. Dia melangkah masuk dan meletakkan minuman untuk mereka di ruang yang tersisa di atas meja sebelum mengambil duduknya diantara Conan dan Kaito. "Jika kalian bisa berdiskusi dengan lebih tenang, aku akan sangat menghargainya."
Kaito disebelahnya langsung mengenggam tangan Shinichi tanpa mengatakan apapun, tapi Shinichi menyadari gemetar halus di tangannya, membuatnya balas mengenggam tangan Kaito untuk memberikan sedikit kenyamanan.
Tentu saja, hal itu tidak lepas dari pengamatan Nakamori-keibu, Aoko dan Hakuba. Tapi untungnya mereka memilih untuk tidak mengatakan apapun.
"Jadi, kudengar dari Meitantei bahwa kalian mendengar dan terluka karena mereka." KID menunduk, terlihat merasa bersalah. "Apa kalian baik-baik saja?"
Hakuba mengerjap tidak percaya, tapi Nakamori—Ginzo hanya menggeleng. "Kami baik-baik saja."
Sayang sekali, Aoko tidak setuju dengan perkataan ayahnya. "Apanya yang baik-baik saja?! Ayah Aoko tertembak! Bahkan lukanya belum sepenuhnya kering sampai sekarang! Lengan Hakuba-kun juga memerlukan jahitan!"
Ginzo meringis ketika mendengar amukan putrinya. "Aoko, itu bukan salah KID, aku sudah menjelaskannya padamu sebelumnya."
"Tentu saja itu salahnya!" Mata Aoko berkaca-kaca, terlihat hampir menangis sambil menunjuk KID. "Jika saja dia tidak melakukan heist dan mencuri, jika saja dia tertangkap, maka tousan tidak akan terluka!"
Genggaman tangan Kaito secara perlahan berubah menjadi cengkraman, membuat Shinichi sedikit menyender padanya untuk menghiburnya. Kaito membalasnya dengan senyuman penuh syukur. "Nakamori-san, aku paham kenapa kau membenci KID, tapi dia juga punya alasannya sendiri."
KID sendiri duduk dengan tegak. Bibirnya menipis dengan ekspresi beku. Sangat berbeda dari Kaitou KID yang mereka kenal.
"Neechan, kau tidak boleh menuduh orang sembarangan! KID punya alasan kenapa dia mencuri! Lagipula bisakah apa yang dilakukannya disebut sebagai pencurian? Menurutku itu semua lebih terlihat seperti peminjaman." Conan berkata, membuat Aoko menatapnya dengan ekspresi rumit dan KID mengusap kepalanya dengan sayang.
"Nakamori-san, aku minta maaf karena membuat ayahmu terluka. Aku juga minta maaf karena mengambil waktu ayahmu hingga dia tidak bisa menghabiskan waktu denganmu." KID berdiri dan membungkuk dalam pada Aoko, membuat Aoko meneteskan air mata.
"Kau… katakan pada kami, padaku, kenapa kau mencuri? Kenapa kau melakukan ini?"
Kali ini KID terdiam selama beberapa saat sebelum membuka suara.
"Karena Kaitou KID mencoba untuk melindungi sesuatu dari kegelapan yang berusaha menelannya." KID berbalik dan melangkah mendekati jendela, membuat mereka semua tidak dapat melihat ekspresinya. "Untuk tujuan itu, Kaitou KID harus menemukannya lebih dulu."
Kaito menutup mata dan menyembunyikan wajahnya di bahu Shinichi, terlihat sedih dan berduka. Shinichi tidak mengatakan apapun selain membawanya masuk kedalam pelukan satu sisi dan mengusap punggung tangannya dengan ibu jari.
"Permata… itulah sebabnya kau mencuri permata!" Hakuba tersentak. "Kau mencari sebuah permata yang spesifik… untuk melindunginya?"
"Hee, seperti yang diharapkan dari Tantei-san." KID kembali berbalik dan menumpu kedua sikunya di atas kepala sofa, menyeringai. "Benar, aku mencari sebuah permata yang spesifik. Katakan, apakah kalian tahu mitologi Yunani?"
"Mitologi Yunani…?" tanya Ginzo, terlihat bingung dengan arah percakapan yang tiba-tiba berubah. "Apa ada mitologi Yunani yang berhubungan dengan permata?"
"Ada satu mitologi Yunani yang berkaitan erat dengan permata dan keabadian, Nakamori-keibu." Shinichi angkat suara, membuat mereka semua menatapnya. "Nama permata itu adalah Pandora."
KID mengangguk. "Pandora dikatakan akan meneteskan ramuan keabadian jika dipersembahkan dibawah hujan komet fiksi tiap sepuluh ribu tahun sekali. Mitosnya, permata Pandora disembunyikan di dalam sebuah permata lainnya yang akan bersinar kemerahan dibawah bulan."
Ginzo, Aoko dan Hakuba menatapnya dengan tidak percaya.
"Kau percaya hal itu? Itu hanya mitos!"
"Dan mitos ini dipercayai oleh sekelompok orang yang akan melakukan apapun untuk mendapatkannya." KID menjawab dengan sarkas. Dia mengambil salah satu berkas tebal di atas meja dan menyerahkannya pada Hakuba. "Di dalamnya adalah daftar korban dari orang-orang yang 'mempercayai mitos' seperti yang kau katakan."
Hakuba menerimanya dengan wajah pucat ketika melihat betapa tebalnya berkas itu. Dia membukanya dan membolak-baliknya sebelum berhenti di satu halaman. Matanya memperhatikan halaman itu sebelum menutup berkas ditangannya dengan gemetar.
Aoko tiba-tiba terkesiap. "Kaito… apakah Kuroba-san juga…?" tanya gadis itu dengan tidak percaya. Aoko tidak pernah bodoh, hanya saja memilih untuk menutup mata. Tapi dia tidak bisa melakukannya lagi ketika orang-orang yang berharga baginya berada dalam bahaya. Ayahnya yang tertembak beberapa hari yang lalu membuat Aoko membuka matanya lebar-lebar bahwa semuanya tidak selalu seperti yang terlihat.
Perkataan itu membuat Ginzo menatap Kaito yang masih menolak untuk membuka matanya. Tapi ekspresi penuh duka dan kesakitan Kaito sudah cukup untuk menjawab pertanyaan mereka. Hakuba sendiri menutup mata dengan ekspresi penyesalan.
Rasa duka atas kematian Kuroba Toichi masih menjadi hal yang menyakitkan bagi Kaito dan Chikage, begitupun bagi Shinichi.
"Oh… oh… Kaito…" bisik Aoko dengan sedih.
KID mengalihkan pandangan seolah tidak sanggup untuk melihat mereka semua dan berkata; "Mereka—Snake, nama boss yang melukai kalian—mengira bahwa Toi—Kuroba adalah aku. Karena mereka mengincarku dan ingin membunuhku…"
Conan turun dari duduknya dan memanjat naik ke pangkuan KID, kemudian memeluknya seperti bayi panda—seolah ingin memberikan penghiburan pada 'pria' itu.
Menurut cerita Yuusaku dan Yukiko, Kuroba Toichi menjadi KID dan memutuskan untuk mencuri permata karena ingin menarik perhatian Organisasi dari istrinya, Kuroba Chikage, atau lebih dikenal sebagai Phantom Lady.
KID menarik napas dalam-dalam dan kembali berbicara, tapi bahkan poker face-nya tidak dapat menyembunyikan getir di suaranya. "Kematiannya adalah salahku. Karenanya aku memutuskan untuk menghilang dan mencari jejak pembunuhnya selama delapan tahun tanpa hasil apapun."
"La-lalu, heist terakhirmu delapan tahun yang lalu…" Ginzo memberanikan diri untuk bertanya walaupun wajahnya sudah merah-hijau dengan kengerian dan amarah yang ditujukan untuk dirinya sendiri.
"… aku tidak datang karena takut mereka akan melukai orang tidak bersalah lainnya ketika melihat aku belum mati." KID memeluk Conan dengan erat, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri sekalipun bibirnya masih mengatakan kebohongan. "Tapi aku butuh informasi tentang mereka. Aku harus menangkap mereka dan menemukan Pandora. Aku ingin menjebloskan mereka ke dalam penjara dan membalaskan dendam Kuroba juga korban mereka yang lainnya."
"Karenanya KID bekerjasama dengan keluargaku, dan juga Kaito ketika dia mengetahuinya." Shinichi menyela. "Ayahku adalah rival KID, dan Toi-san adalah ayah baptisku, mereka dapat dikatakan sebagai teman baik… sejak Toi-san, ayahku menyadari tentang sidikat berbahaya yang mengincar nyawa KID dan setelahnya keluargaku selalu memasang mata pada KID."
"Kenapa kau tidak memberitahu ini pada polisi? Aku tahu kau, Kudo, seorang detektif muda yang dijuluki 'The Great Detective of the East'. Kau selalu berhasil memecahkan kasus dan dekat dengan polisi. Kenapa kau tidak mengatakan apapun?" tanya Ginzo. Dia tidak mengerti kenapa hal sebesar ini tidak pernah tercium oleh kepolisian!
Shinichi menggeleng. "Karena aku tidak memiliki bukti. Penyelidikan ayahku menemui jalan buntu, dan KID memutuskan untuk bersembunyi di balik bayang-bayang. Tanpa adanya bukti, aku hanya akan menyebabkan kecemasan yang tidak perlu."
"Lalu kenapa sekarang…?"
"Karena, Hakuba-san, aku menjadi korban dari sidikat yang sama." Shinichi tersenyum getir. "Aku tidak sengaja melihat transaksi illegal mereka dan mereka memutuskan untuk membunuhku dengan racun eksperimen mereka. Racun itu seharusnya membunuhku dan menguapkanku hingga tidak bersisa."
Aoko terlihat akan muntah dan Hakuba memucat seperti mayat. Remaja itu bahkan terlihat akan pingsan. Ginzo sendiri menatap Shinichi dengan ngeri.
"Untungnya, aku selamat. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka tahu bahwa aku masih hidup. Racun itu juga mengacaukan tubuhku. Aku bisa tiba-tiba pingsan tanpa alasan apapun, serangan jantung, atau mimisan dan muntah darah. Kadang aku juga akan sangat sehat, tapi terkadang sakit hingga berhari-hari."
Kaito dipelukan Shinichi membeku, tapi tidak mengatakan apapun. Ini adalah informasi baru baginya.
"Itu sebabnya ada rumor bahwa kau sudah meninggal…"
"Yeah. Aku mengontak KID melalui Conan, dan kami bekerja sama sejak beberapa waktu yang lalu. Berkas-berkas itu," Shinichi memberi gestur pada berkas-berkas tebal yang bertumpuk di depan mereka, "adalah hasil penyelidikan kami berdua, ditambah dengan catatan ayahku sebelum menemui jalan buntu. Aku yakin kalian akan mengetahui beberapa 'kasus teroris' diantaranya."
Perkataan itu bahkan bukanlah sepenuhnya kebohongan. Kaito dan Chikage menambahkan beberapa informasi yang mereka ketahui kedalam tumpukan berkas itu tadi malam.
Mata Hakuba dan Ginzo terbelalak. Mereka berdua dengan cepat langsung mengambil salah satu berkas yang ada dan Ginzo menarik napas penuh kengerian ketika membaca berkas di tangannya.
"I-ini… bukankah ini dilaporkan sebagai kasus teroris yang mencoba mencuri data di Pacific Buoy?!" Inspektur itu hampir berteriak.
Aoko menatap tumpukan berkas di depannya, terlihat tidak tahu apakah dia harus menyentuhnya atau tidak setelah melihat ayahnya berteriak tidak percaya seperti itu.
"Pandora hanya permulaan, Nakamori-chan. Kami merasa bahwa tujuan mereka jauh lebih besar dari sekedar 'keabadian'. Kalau boleh jujur… mereka bahkan jauh lebih berbahaya dari Snake." KID berkata setelah melihat ekspresi Aoko. 'Pria' itu masih memeluk Conan dengan erat dan bahkan akting Chikage tidak dapat menahan gemetar yang menyerang tubuhnya. "Mereka bisa menjadi siapapun. Mereka bahkan punya mata-mata di dalam polisi. Kita tidak pernah tahu siapa saja yang menjadi bagian dari mereka."
Mendengar bahwa ada mata-mata yang ditanam di dalam kepolisian membuat Ginzo gemetar marah, tapi juga ngeri dengan apa yang baru diketahuinya.
"Aku… aku akan memastikan bahwa aku menutup mulutku tentang hal ini." Tekad Ginzo. Dia tidak bodoh. Dia tahu bahwa nyawa putrinya dapat terancam karena informasi yang diketahuinya. Satu kesalahan kecil dan semuanya akan berakhir. KID dan Kudo mempercayainya dengan ini dan Ginzo bertekad tidak akan mengkhianati mereka. "Aku tidak akan mencaritahu tentang mereka, tapi aku akan memasang mata."
"Aku juga. Aku akan lebih berhati-hati dengan apa yang aku katakan mulai sekarang." Hakuba ikut menambahkan. Tatapannya seperti meminta maaf pada Kaito karena selama ini sudah menuduhnya sebagai KID dan tidak menyadari bahwa dia menaruh target di punggung temannya itu.
"Aoko tidak akan mengatakan apapun… tapi Aoko harap Kaito, Hakuba-kun dan otousan bisa lebih jujur pada Aoko dan tidak meninggalkan Aoko di dalam kegelapan."
Kaito baru akan menolak ketika Shinichi di sebelahnya tersentak dan mulai mencengkram dada kirinya dengan erangan kesakitan.
"Nichi?!" teriak Kaito, dengan panik mendorong Shinichi untuk duduk bersandar pada sofa, tapi detektif itu mulai kejang-kejang dan berteriak sakit sambil mencengkram tempat dimana jantungnya berada. "Nichi! Hey!"
"Kudo-kun?!"
KID dengan cepat menurunkan Conan dan menyuruh Kaito untuk menahan Shinichi di tempat sebelum melonggarkan pakaian Shinichi. Conan sendiri berlari ke lantai atas dan segera kembali dengan obat suntik di tangannya.
"Ini! Obat niichan!"
Kaito menerimanya dan tanpa ragu menggulung lengan Shinichi untuk menyuntikkannya.
Dengan segera, teriakan dan kejang-kejang Shinichi mereda, meninggalkan remaja itu bernapas berat dan bercucuran keringat. Tubuhnya juga gemetar halus.
"Nichi?" bisik Kaito sambil mengecek nadi Shinichi. KID disampingnya juga terlihat sangat khawatir.
"Tidak apa… efek samping racun…"
"Niichan harus istirahat." Conan mengenggam tangan kakaknya dengan khawatir, memaksa Shinichi untuk tersenyum lemah. "Kami akan baik-baik saja, tapi niichan harus istirahat. Aku akan memanggil dad."
"Conan…"
"Tantei-kun benar, Meitantei. Kau harus istirahat. Aku akan memanggil Okiya-kun." KID sudah mengambil ponsel dan menelfon Shuuichi saat mengatakan ini.
Tanpa menunggu jawaban Shinichi, Kaito langsung menggendong Shinichi seperti tuan putri dengan hati-hati dan membawanya pergi. "Aku akan membawanya ke kamar, kalian lanjutkan pembicaraan kalian."
Conan memanggil sebelum Kaito dapat sepenuhnya keluar dari ruang keluarga. Anak itu mengenggam tangan KID erat dengan ekspresi khawatir bercampur takut. "Kaito-niichan, tolong jaga niichan."
"Aku akan baik-baik saja, Conan…" bisik Shinichi, mencoba memberontak tapi tubuhnya lemas setelah serangan jantung mendadak.
Kaito tanpa sadar membawa Shinichi lebih dekat dalam gendongannya. "Aku akan menjaga kakakmu, jangan khawatir, Conan-kun."
.
.
.
Conan meringkuk di pangkuan KID dan menolak untuk turun dari sana setelah Kaito membawa Shinichi ke kamarnya. Ginzo, Aoko dan Hakuba tidak tahu harus mengatakan apa karena apa yang baru saja mereka lihat membuat mereka ikut khawatir dengan kesehatan Shinichi.
Racun adalah racun, dan racun harus dinetralisir agar tubuh manusia bisa bertahan.
"Hei, dia akan baik-baik saja." KID mengusap punggung Conan dengan menenangkan. Dia tahu bahwa Conan selalu seperti ini ketika efek samping APTX 4869 di tubuh Shinichi kambuh. "Apakah dia sering kambuh seperti tadi?"
Walaupun ini bukan pertama kalinya Chikage melihat Shinichi kambuh, dia jarang berada di Jepang untuk mengetahui seberapa sering Shinichi mengalaminya. Sejauh ini, Chikage hanya pernah melihatnya kambuh sebanyak dua kali, tiga jika termasuk apa yang baru saja terjadi.
"… frekuensinya tidak menentu… niichan biasanya mengalami setidaknya satu sampai tiga kali dalam sebulan."
"Satu sampai tiga kali dalam sebulan… apakah dia baik-baik saja? Obat yang Conan-kun berikan pasti cukup kuat karena Kudo-kun langsung terlihat lebih baik." Hakuba bertanya. Wajahnya masih pucat, tapi tidak lagi terlihat seperti mayat hidup.
Conan menolak untuk menjawab dan membenamkan kepalanya di dada KID, membuat 'pria' itu menghembuskan napas. "Aku yakin Meitantei akan baik-baik saja, Tantei-san."
Melihat Conan yang menolak menjawab dan turun dari pangkuan KID, Hakuba menahan diri dari bertanya dan mencoba untuk mengalihkan fokusnya pada berkas di tangannya. Berkas itu berisi tentang perampokan bank oleh seorang wanita yang ternyata kaki tangan Organisasi Hitam. Tapi wanita itu berakhir di bunuh dengan racun APTX 4869 dan tidak ada bagian tubuhnya yang tersisa.
Hakuba melihat bahwa yang mencacat laporan di berkas itu adalah Shinichi sendiri dan dia tidak dapat menahan perasaan ngeri ketika menyadari bahwa Shinichi melihat korban racun yang sama dengannya menguap di depan matanya sendiri tanpa dapat melakukan apapun.
Tiba-tiba saja Hakuba merasa tidak yakin dia bisa membaca semua berkas kasus ini dalam waktu satu hari.
Ginzo di sisi lain juga merasakan hal yang sama dengan Hakuba dan menginginkan alkohol untuk membantunya mencerna apa yang baru saja dibacanya.
"Ano… KID… san? Apakah kau tidak akan pernah memberitahu ini pada polisi jika kejadian kemarin tidak pernah terjadi?" tanya Aoko, masih menolak mengambil berkas didepannya dan lebih memilih untuk membaca di balik bahu Hakuba. "Jika… jika Kaito tahu dan keluarga Kudo-san tahu, maka siapa lagi yang mengetahuinya?"
"I'm afraid, miss, that information cannot be said." Seseorang tiba-tiba berkata dan membuat mereka semua terperanjat, kecuali KID dan Conan.
Seorang pemuda dengan mata sipit dan rambut coklat kemerahan berdiri dengan santai, tapi gestur tubuhnya waspada. Pemuda itu memakai kacamata bulat yang khas, sweater turtleneck warna hitam dan celana panjang warna biru.
Sekilas tidak ada yang aneh dari pemuda di depan mereka, hanya saja aura dan apa yang dikatakannya baru saja membuat Ginzo, Aoko dan Hakuba menegang.
"Dad!" Conan menyapa dan tersenyum lega, membuat pemuda itu tersenyum kecil.
"Aku kembali, boya. Dimana Shinichi-kun?" tanya Shuuichi. Dia bergegas kembali ketika Chikage menelfonnya dan mengatakan bahwa Shinichi kambuh.
Dengan adanya tiga orang asing yang berkunjung di rumah Kudo, Shuuichi memastikan bahwa dia dapat dengan cepat mengatasi mereka seandainya salah satu dari mereka adalah penyamar. Dia bisa mempercayai Chikage dan Kaito, tapi tidak dengan yang lainnya.
Terlebih lagi, dengan Shinichi yang kambuh, mereka semua membutuhkan sepasang tangan dan mata tambahan untuk mengawasi apa yang akan mereka lakukan dengan informasi yang mereka dapatkan.
"Meitantei berada di kamarnya. Sebaiknya kau segera memeriksanya, Okiya-kun." KID memberitahu dan Shuuichi pergi setelah menepuk kepala Conan sebagai penghiburan.
Anak itu jelas masih khawatir dengan Shinichi.
"Kau kenal dia, Conan-kun? Kau memanggilnya 'dad', tapi dia terlihat terlalu muda untuk punya anak seusia dirimu." Tanya Ginzo setelah Shuuichi menghilang di balik tangga.
"Dia lebih seperti ayahku daripada ayahku sendiri."
Mereka sepertinya menyadari bahwa Conan menolak untuk menjawab lebih dari itu, jadi mereka hanya mengangguk.
"'That information cannot be said'… huh, apakah kasus ini termasuk dalam informasi rahasia para petinggi?" Hakuba tiba-tiba menyadari. "Kasus sebesar ini, para petinggi tidak mungkin tidak mengetahuinya 'kan? Apakah jangan-jangan organisasi internasional juga sudah mengetahuinya?!"
KID dan Conan mengerjap. "… kuakui, Tantei-san, aku terlalu meremehkan kepintaranmu."
Sudut bibir Hakuba berkedut jengkel. "Aku senang bisa melebihi ekspetasimu."
KID terkikik geli sambil memeluk Conan layaknya boneka beruang. "Menjawab pertanyaanmu, Tantei-san, apakah menurutmu organisasi internasional tidak mengetahui hal ini sejak lama?" tanyanya dengan sarkas.
Mendengar itu, mata Ginzo, Aoko dan Hakuba terbelalak. "Sejak lama—jangan bilang bahwa kasus ini sudah berjalan selama bertahun-tahun?!"
Sejujurnya, Chikage juga tidak tahu pasti. Tapi orang-orang yang mengajaknya bekerja sama untuk mencari dan mencuri sebuah permata yang spesifik sudah ada sejak dia menjadi Phantom Lady. Saat itu mereka bukanlah organisasi yang besar hingga dapat mengancam nyawa, dan Chikage tidak tertarik dengan tawaran mereka, jadi dia menolaknya.
Siapa yang menyangka bahwa organisasi itu sekarang berhasil merenggut nyawa suaminya dan kini hampir membunuh putranya? Bahkan putra baptisnya ikut terseret dalam masalah ini!
"Boss organisasi ini sulit ditangkap. Kami bahkan tidak tahu siapa bossnya selain kode nama 'Anokata'."
Ginzo memijat pangkal hidungnya, sedangkan Hakuba menatap Conan dengan ngeri. Aoko sendiri memucat dan menutup mulutnya dengan tangan.
"Kalian harus mengerti, Tantei-san, Nakamori-keibu, Nakamori-san. Mereka itu berbahaya dan ini adalah salah satu alasan kenapa aku dan Meitantei tidak ingin kalian mengetahuinya."
Perkataan itu membuat ketiganya menatap KID dengan marah. Tapi KID segera menjelaskan alasannya, membuat mereka terdiam dengan tatapan muram.
"Aku akan jujur. Kalian tidak punya keahlian untuk menangkap mereka. Kalian tidak punya kesadaran situasi. Aku bisa mengikuti kalian, aku bisa menaruh bug di tubuh kalian untuk mendengarkan pembicaraan kalian, aku BISA menyamar menjadi salah satu dari kalian dan kalian tidak akan pernah menyadarinya. Percayalah. Aku sudah berkali-kali melakukannya di heist."
Mereka tidak punya jawaban untuk pernyataan itu karena itu semua benar adanya. KID sudah berkali-kali menyusup masuk dan menyamar menjadi salah satu gugus tugas KID dibawah pengawasan Ginzo. Bahkan Hakuba juga tidak bisa mengejar dan memecahkan triknya. Aoko sendiri tidak punya pengalaman secara langsung dengan KID, tapi dia tahu dari ayahnya dan Hakuba bahwa KID selalu melakukan trik kotor.
Ha, seperti organisasi yang membunuh orang tanpa rasa bersalah akan peduli dengan 'trik kotor'.
"Sekarang kalian tahu situasi ini, aku hanya berharap kalian tutup mulut. Sekali mereka menyadari bahwa kalian mengetahui informasi tentang mereka… aku harap itu tidak pernah terjadi." 'Seperti yang terjadi pada Meitantei sekarang. Dia beruntung, tapi bagaimana dengan kalian?' Tidak diucapkan tapi mereka semua mendengarnya dengan sangat keras dan jelas.
"Bagaimana dengan Conan-kun? Dia terlalu muda untuk mengetahui hal ini." Hakuba meremas celananya, terlihat malu dan juga sedih. "Dan Kuroba-kun? Bagaimana dengannya? Dia hanyalah seorang warga sipil. Terutama seperti yang kau katakan, Kuroba-kun adalah anak dari Kuroba Toichi-san. Dia bisa dalam bahaya."
"Aku bisa mempercayai Magician-kun karena dia seorang pesulap, sama sepertiku. Kami punya insting yang membantu kami untuk menyadari sekeliling. Sedangkan keluarga Kudo selalu punya insting yang berhubungan dengan hal berbahaya. Mereka dapat merasakan bahwa orang yang ada disekitar mereka itu berbahaya atau tidak, palsu atau tidak. Aku yakin kalian semua tahu bahwa Tantei-kun selalu bisa menebak penyamaranku."
"Tantei-san, aku tahu kau ingin membantu. Tapi dengan kemampuanmu sekarang, kau malah dapat lebih mudah berada dalam bahaya daripada kami… setidaknya Nakamori-keibu adalah seorang inspektur polisi. Dia tahu betapa bahayanya hal ini. Tapi kau? Kau hanyalah seorang detektif yang tidak pernah terjun langsung di peperangan." KID menghembuskan napas dan melirik jam antik di dinding, menyadari bahwa sudah saatnya makan siang. Dia menyenggol Conan dan memintanya turun sebelum berdiri dan melangkah pergi. "Pikirkan itu sebelum kalian berdua bertindak."
Conan dengan patuh mengikuti KID, seolah tidak ingin tinggal dengan mereka. Anak itu masih belum mengatakan apapun sejak Ginzo bertanya tentang pemuda yang naik ke lantai atas untuk menjaga Shinichi.
.
.
.
Kaito memasang poker face-nya ketika melihat Aoko yang menunggunya di ujung bawah tangga.
"Aoko, kenapa kau disini?" tanya Kaito, dalam hati berharap bahwa suaranya tidak bergetar.
"Kaito." Aoko menggeliat di tempatnya dan menghindari tatapan Kaito, terlihat bersalah dan juga sedih. "Aoko ingin bicara… tentang KID."
Kaito melirik Conan yang diam-diam melangkah pergi dari sudut matanya dan menghembuskan napas. "Oke, ayo ikut aku, tidak enak bicara sambil berdiri. Dimana Hakuba dan ayahmu?" tanyanya sambil melangkah menuju dapur.
"Tousan dan Hakuba-kun berada di ruang keluarga… mereka kembali membaca berkas yang KID dan Kudo-san letakkan disana." Aoko menjawab dengan pelan. "KID… Aoko tidak tahu KID pergi kemana kemana setelah makan siang."
"KID-sama pasti punya urusan pribadi. Dia bukan tahanan disini, jadi dia bebas pergi dan datang kapanpun dia mau."
Mereka tidak berbicara apapun lagi hingga mereka berdua memasuki dapur yang kini kosong.
"… Kaito, apakah selama ini Kaito mendukung KID karena Kaito mengetahui kebenarannya…?"
"…" Kaito tidak menjawab dan malah menuju konter untuk membuat minuman—coklat hangat untuknya dan teh untuk Aoko. Remaja itu menghembuskan napas panjang ketika melihat ekspresi ingin menangis sahabat masa kecilnya itu. "Apa kau ingat saat KID pertama kali mengirimkan undangan heist setelah delapan tahun berlalu? Saat dia kembali setelah hiatus selama delapan tahun?"
Aoko tersentak kaget, tapi dengan cepat menjawab. "Aoko ingat. Aoko bilang bahwa KID lebih baik dari Kaito dan Kaito berkata bahwa dia akan membuktikan sebaliknya."
"Aku menghadapinya di salah satu atap gedung tempatnya melakukan heist dan dia… dia berlutut dan meminta maaf padaku, karena orang-orang yang membunuh tousan mengira tousan adalah KID." Kaito meletakkan secangkir teh untuk Aoko dan menyesap coklat hangatnya, kemudian melirik rambut blonde yang terlihat di balik dinding dan mendengus pelan. "Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menangkap orang-orang yang membunuh tousan. Aku tidak bisa membencinya karena itu."
"Apakah… apakah Chikage-san tahu?"
Kaito tertawa miris, "aku mengkonfirmasinya pada kaasan dan Jiichan. Mereka berkata bahwa semua itu benar… lalu Conan muncul, dan aku bertemu kembali dengan Nichi. Dia… Aoko, kami berteman saat masih kecil. Tapi aku melupakannya karena syok. Kaasan bahkan punya foto kami berdua."
"Ketika aku tahu bahwa dia bekerja sama dengan KID untuk menangkap dan menghancurkan organisasi yang membunuh tousan, aku tahu aku tidak bisa tinggal diam… jadi kadang aku membantunya mengawasi Conan dari jauh. Ha, bahkan Tama-chan mencintainya." Kaito tidak bisa menahan diri dari tertawa kecil ketika mengingat burung merpatinya yang suka hinggap dan membuat sarang di atas kepala Conan sejak anak itu menyelamatkannya.
Aoko ikut tersenyum kecil walaupun tatapannya masih sedih. "Itukah sebabnya selama setahun kebelakang ini Kaito bertingkah aneh? Karena Kaito mengetahui bahwa… ada organisasi jahat yang berusaha melukai orang didekat Kaito?"
"Aoko…"
"Aoko tidak bodoh, Bakaito. Aoko bisa melihat bahwa Kaito lebih mengurung diri daripada sebelumnya. Kaito lebih waspada, seolah-olah ada orang jahat yang ingin menyakiti Kaito dan orang di sekitar Kaito." Aoko menarik napas dalam-dalam dan tersenyum. "Aoko sekarang tahu bahwa Kaito tidak bermaksud buruk. Tapi Aoko berharap bahwa Kaito bisa lebih mempercayai Aoko."
Untuk beberapa saat, Kaito tidak mengatakan apapun. Dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Aoko, jadi dia memutuskan untuk diam dan berpikir.
Hanya saja, Aoko tetaplah Aoko, teman masa kecil Kaito, sahabatnya yang sudah hampir seperti saudarinya sendiri. Gadis itu mengerti Kaito, jadi dia menyelesaikannya untuk Kaito. "Aoko sekarang tahu bahwa ada orang jahat yang mengintai, jadi Aoko bisa lebih waspada dengan sekeliling Aoko. Bakaito tidak perlu khawatir, Aoko akan menjaga diri. Setidaknya sekarang Aoko tahu seberapa berbahayanya mereka."
"…"
"Bakaito, bukankah meninggalkan Aoko sendirian dalam kegelapan bukanlah hal bagus? Bagaimana jika mereka mencoba sesuatu dan Aoko tidak tahu apa-apa dan malah membahayakan Kaito? Bagaimana jika, seandainya Aoko tahu lebih awal, apa yang akan mereka lakukan tidak akan terjadi karena Aoko sudah mengetahui rencana mereka?"
"Aoko, mereka berbahaya!"
"Bakaito juga dalam bahaya! Kudo-san juga! Edogawa-kun juga! Sekarang, Hakuba-kun dan tousan… juga Aoko. Bukannya jika Aoko tidak tahu apa-apa malah lebih berbahaya bagi Aoko?!" Aoko menunduk dan mengepalkan tangan, "Aoko tahu bahwa Aoko tidak se-jenius Kaito. Aoko juga tahu bahwa Aoko tidak punya kesadaran situasi. Tapi Aoko ingin membantu Kaito."
Kaito tertegun sejenak sebelum menghembuskan napas panjang. "Haaaah… baiklah Ahoko, kau menang."
"Tapi! Aku tidak mau kau melemparkan dirimu kedalam bahaya! Kami-sama tahu seberapa sering KID dan aku harus menyelamatkan Conan dan Nichi dari situasi berbahaya karena mereka menerjang masuk tanpa berpikir panjang." 'Yah, walaupun sebenarnya hanya Conan yang selalu membuat KID hampir serangan jantung, tapi Aoko tidak perlu tahu tentang itu.' (dan firasat Kaito mengatakan bahwa Shinichi tidak jauh berbeda dari Conan.) Kaito menghabiskan coklat hangatnya dan tersenyum pada Aoko, membuat gadis itu ikut tersenyum lega. "Ngomong-ngomong, kau bisa keluar sekarang, Hakubastard."
"Eh?" senyum Aoko luntur dan digantikan dengan kebingungan hingga Hakuba memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya dengan ringisan kikuk.
"Dasar, tidak bisakah kau memberi kami privasi? Dasar detektif menyebalkan."
"Ehhh?! Sejak kapan Hakuba-kun mendengarkan pembicaraan kita?!"
Kaito memutar mata, "sejak aku bertanya tentang heist KID yang pertama setelah delapan tahun."
"Aku hanya ingin membuat kopi…" Hakuba mencoba membela diri, hanya saja Kaito masih kesal dengan detektif satu itu.
"Mn-hm, tapi kau menguping pembicaraan kami. Bahkan Conan segera pergi ketika menyadari pembicaraan yang tidak seharusnya dia dengar. Caramu bersembunyi buruk, ngomong-ngomong. Sama-sama, aku senang bisa memberitahu."
Hakuba kembali meringis ketika mendengar ucapan sarkas Kaito. "Maafkan aku, Kuroba-kun, Aoko-san, aku tidak bermaksud mendengarkan pembicaraan kalian."
"O-oh, tidak apa-apa, Hakuba-kun, tolong jangan diulangi." Aoko ikut meringis malu. "Bagaimana berkas yang kalian baca sejauh ini?"
Pertanyaan itu membuat Hakuba mendesah lelah. "Terlalu banyak. Nakamori-keibu dan aku tidak yakin kami bisa selesai membaca semuanya dalam satu hari. Aku berharap Kudo-kun akan mengizinkan kami membawa berkas itu pulang, tapi sepertinya itu bukan ide yang bagus…"
"Apa yang kalian baca disini akan tetap berada disini. Kecuali buku novel Sherlock milik Nichi. Kau bisa meminjamnya. Aku yakin Nichi tidak akan keberatan. Aku ingat dia memiliki empat buku Sherlock dengan judul yang sama di perpustakaan…"
Mata Hakuba berkilau dan Kaito tiba-tiba menyesali perkataannya. Dia hampir lupa kalau Hakuba juga penggila Sherlock Holmes!
"Oh ya, Kuroba-kun… aku ingin meminta maaf karena selama ini sudah menuduhmu sebagai KID dan tanpa sadar menaruh target di punggungmu." Hakuba membungkuk dan sukses membuat rahang Kaito jatuh ke lantai. "… aku juga ingin meminta tolong padamu."
"Padaku?"
"Ya, aku memikirkan ucapan KID sebelum ini, dia mengatakan bahwa kami—aku tidak punya kesadaran situasi dan kau punya insting yang membantumu untuk menyadari sekelilingmu karena kau pesulap. Jadi… tolong ajari aku."
Kaito tercengang hingga tidak dapat berkata-kata. "Huh?"
"Tolong ajari aku instingmu itu, Kuroba-kun. Aku ingin membantu, sama seperti Aoko-san… jadi tolong… ajari aku."
"Aoko juga!" Aoko tiba-tiba berdiri dan ikut membungkuk. "Tolong ajari Aoko juga, Kaito!"
"E-eeh?!"
.
.
.
"Dan begitulah, mereka—bahkan Nakamori-san juga—ingin aku mengajari mereka." Kaito menghembuskan napas dan menatap Shinichi yang masih dengan tenang menyesap tehnya (remaja itu tidak diperbolehkan minum kopi setelah serangan jantung tadi pagi). "Bagaimana menurutmu?"
"Menurutku? Ajari saja mereka. Untuk Nakamori-san, kau bisa memulainya dengan pertahanan diri. Untuk Hakuba-san, kau bisa memulainya dengan serangkaian kasus dan situasi berbahaya. Sedangkan Nakamori-keibu… kau bisa mulai melatih kesabarannya. Inspektur itu pintar, kau hanya perlu bersabar untuk bisa menggunakan otakmu."
Perkataan Shinichi membuat tiga orang yang mereka bicarakan menatapnya dengan mata terbelalak.
Kaito mengerang. "Ugh… memikirkannya saja sudah membuatku sakit kepala. Apa kau tidak mau membantuku? Secara, kau tahu, kau juga detektif dan dekat dengan polisi."
Shinichi mengangkat alis, sedangkan KID dan Conan terkikik geli di ujung meja. Shuuichi sendiri hanya tersenyum.
"Mereka minta tolong padamu. Jangan tersinggung, tapi bukankah mereka akan lebih nyaman jika belajar darimu daripada dariku?"
"Uh, sebenarnya, jika Kudo-kun juga mau membantu mengajari… aku akan sangat senang. Bagaimanapun, Conan-kun selalu berkata bahwa kau bisa menyelesaikan riddle KID dalam waktu kurang dari setengah jam."
Kini gantian Kaito yang terbelalak. Dia ingin menjerit dan mengguncang Meitantei, tapi dia tidak bisa melakukannya. 'Apa maksudnya mengatakan bahwa Meitantei bisa menyelesaikan riddle KID dalam waktu KURANG DARI SETENGAH JAM?! Bahkan Tantei-kun saja baru bisa menyelesaikannya dalam waktu satu sampai dua jam! Hakuba bahkan butuh waktu setengah hari untuk menyelesaikannya!'
"APA?!" teriak Ginzo. Pria itu terlihat hampir menggebrak meja makan dan mencondongkan tubuh untuk memperhatikan Shinichi lebih dekat. "Kau bisa menyelesaikan riddle KID dalam waktu kurang dari setengah jam?!"
"My, aku harus mengundangmu dan membuat riddle super sulit khusus untukmu kalau begitu, Meitantei~!"
Shinichi melirik KID dan menggeleng. "Aku tidak bisa datang. Tapi jika kalian membutuhkan bantuanku untuk memecahkan riddle KID, aku akan membantu."
"Hmm, sayang sekali, Meitantei." KID merengut seperti anak kecil, tapi dengan cepat menyeringai. "Tapi tidak apa-apa, aku yakin Tantei-kun akan senang dengan tantangannya~"
"Ha, sepertinya kau meremehkanku, pencuri. Lihat saja, aku pasti akan memecahkan riddlemu!" Conan mendengus, membuat KID mulai menggodanya.
Shinichi mendesah, "menjawab permintaanmu, Hakuba-san, aku tidak bisa keluar sebagai Shinichi, ingat? Tapi jika kau mau berlatih simulasi di situasi berbahaya… aku bisa membantu."
Senyuman Shinichi tiba-tiba terlihat aneh dan remaja itu merogoh sakunya untuk mengeluarkan pistol.
Aoko, Ginzo, Kaito dan Hakuba membeku ketika melihatnya. "Ini adalah pistol dengan peluru karet. Dulu kaasan menggunakannya untuk membantuku berlatih menghindari peluru."
Mereka berempat merasakan dingin di punggung mereka ketika melihat seringai tidak waras Shinichi. "Kaasan juga melatih Conan dengan ini… aku yakin Hakuba-san bisa berlatih dengan pistol ini juga. Aku juga bisa melatih keakuratan tembakanku dengan ini."
Ginzo meringis dan bertanya-tanya apakah dia harus melaporkan Kudo Yukiko atas kekerasan pada anak ketika dia melihat bahwa satu-satunya yang panik disini hanyalah dirinya, putrinya, Kaito dan Hakuba.
KID terlihat tenang, begitupun pemuda berkacamata—Okiya Subaru. Conan juga kembali menyantap makan malamnya seolah sudah biasa melihat Shinichi tersenyum tidak waras sambil memegang pistol.
"Ahaha, Nichi, sepertinya itu berlebihan. Kita bisa mulai dari latihan bela diri…?" Kaito mencoba tersenyum, tapi malah terlihat dipaksakan. Dia melirik ibunya sendiri dalam topeng KID yang malah tersenyum seperti sudah biasa melihat ini semua.
Kaito bertanya-tanya apakah Shinichi memang sudah tidak waras… karena Kaito sadar bahwa dirinya sendiri sedikit tidak waras, terutama saat menggunakan topeng KID. Tapi ini menjawab pertanyaannya kenapa Conan bisa sangat lihai dalam menghindari peluru dan tembakan kartunya.
Shinichi mengerjap, "oh, oke. Tapi aku tidak pintar bela diri."
"Omong kosong, Meitantei. Aku tahu Shousetsu-kun mengajarimu berbagai teknik bela diri."
"Hanya dasar-dasarnya saja, KID. Jika mereka mau belajar, mereka butuh profesional."
"Anu… aku bisa bartitsu…? Jadi kurasa aku tidak memerlukan teknik bela diri lagi." Hakuba angkat suara dengan wajah pucat dan senyum bergetar. "Tapi jika Kudo-kun bisa membantuku memperbaiki analisis kasusku, aku akan sangat berterima kasih."
"Hakuba-san, aku baru saja mengatakan aku tidak bisa keluar."
"Tapi Kudo-san bisa keluar sebagai orang lain, kan? Seperti, kau tahu, menyamar? Kudo-san bisa menyamar sebagai orang lain dan keluar untuk membantu Hakuba-kun?" Aoko bertanya dengan ragu. Wajahnya agak pucat setelah melihat dan mendengar apa yang Shinichi akan lakukan pada mereka sebagai 'latihan'.
Shinichi bertukar tatapan dengan Shuuichi sebelum menjawab, "secara teknis, aku bisa melakukannya. Itu hal mudah, malah. Tapi yang menjadi masalah adalah efek samping racun di tubuhku. Akan berbahaya jika sampai aku kambuh seperti tadi. Ini alasan lain kenapa aku mengurung diri di rumah dan jarang keluar sebagai 'Kudo Shinichi'."
Hakuba dan Kaito segera menangkap maksud dari perkataan itu, membuat Shinichi tersenyum kecil. "Fujimine Sanashi."
"'Sanashi'?" tanya Kaito. 'Tunggu, dia menyamar menjadi seorang gadis?! Ooh, apakah dia melakukannya karena sering melihatku menyamar menjadi seorang gadis?'
Setiap kali KID menyamar menjadi seorang gadis atau wanita tua, para polisi tidak mudah menemukannya dan lebih sopan padanya. Mungkin karena mereka menganggapnya sebagai gadis lemah yang bisa menangis jika diperlakukan kasar sedikit saja. Bahkan Ginzo juga lebih sopan pada seorang wanita atau gadis… mungkin karena putrinya, Aoko.
"Sana artinya 'kebenaran' dan Shi artinya 'kematian'. Karena Shinichi 'satu kebenaran' yang sudah 'mati'. Fujimine sendiri adalah nama gadis ibuku."
"Kau akan menyamar menjadi, um, seorang gadis?" tanya Aoko, terlihat antara ngeri dan marah.
"Lebih mudah bersembunyi jika yang mereka cari adalah 'remaja laki-laki', Nakamori-san." Shinichi menenangkan, "jangan khawatir, aku hanya menggunakannya untuk membeli kopi dan mengirimkan berkas kasus lama ke kantor Megure-keibu."
"Fujimine Sanashi. Aku akan mengingatnya, Kudo-kun." Hakuba mengangguk.
"Mm. Kau bisa menyapaku sebagai kenalanmu yang sedang berlibur ke Jepang. Tapi kau harus ingat, 'Sanashi' bukanlah seorang detektif. 'Sanashi' akan membantumu melihat hal-hal yang kau lewatkan, tapi dia bukanlah detektif, jadi perlakukan dia selayaknya orang sipil biasa."
"Aku mengerti, terima kasih, Kudo-kun."
"Jangan pikirkan itu. Sekarang, apakah kalian berencana menginap disini atau pulang? Aku tahu kalian belum selesai membaca semuanya… tapi menurut pendapatku, membaca semua yang mereka lakukan tidak akan ada habisnya. Lebih baik berfokus dengan apa yang akan mereka lakukan."
Hakuba, Ginzo dan Aoko bertukar pandangan, sedangkan Kaito langsung menggeleng. "Aku akan menginap dan akan kembali ke Ekoda besok."
Shinichi meliriknya, tapi tidak mengatakan apapun. KID sendiri tersenyum geli, tapi tidak mengatakan apapun dan menyibukkan diri mengisi piring Conan, Shinichi dan Kaito, mengomel bahwa ketiga anak itu tidak makan dengan cukup.
Kaito memanfaatkan kesempatan itu untuk ber-fanboy di depan Ginzo, Aoko dan Hakuba. "Aaah~! KID-sama memperhatikanku! Bisakah aku mendapatkan coklat setelah ini, KID-sama?" remaja itu bahkan mengerjapkan bulu matanya dengan imut, seolah-olah dia adalah anak kecil yang mencoba membuat orang dewasa untuk mengikuti keinginannya.
(Shinichi dan Conan hampir menyemburkan makanan mereka ketika melihatnya. Kekehan geli Shuuichi juga sama sekali tidak membantu.)
Melihat ekspresi jengkel Aoko dan tatapan pasrah Ginzo, sepertinya hal ini sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.
Hakuba sendiri terlihat tidak tahu apakah dia harus ngeri atau pura-pura tidak lihat apa yang baru saja terjadi.
"My, my, of course my lovely Magician-kun, tapi kau harus menghabiskan makan malammu lebih dulu." KID terkikik geli ketika melihat ekspresi Hakuba. "Bagaimana denganmu, Tantei-kun? Meitantei tidak suka manis, jadi aku tidak akan menawari."
Conan yang dipanggil tersenyum polos. "Tidak usah, KID-san, aku tidak mau gigiku berlubang karena makan coklat malam-malam. Dan lagi, nanti aku tidak bisa tidur jika makan coklat."
"Eeeeeh? Bagaimana bisa kau menolak coklat?!" Kaito merengut, membuat Shinichi tanpa sadar mencubit pipi remaja itu.
"Jangan pengaruhi Conan dengan maniak coklatmu, Kaito."
"Aaah! Jangan cubit aku, dasar manusia-tidak-suka-manis!"
"Kebanyakan gula bisa membuatmu diabetes!"
"Aku baik-baik saja sampai sekarang!"
"Baik-baik saja bukan berarti akan selamanya baik-baik saja!"
"Coklat itu mengandung banyak zat baik! Lagipula aku tidak akan langsung tidur setelah makan coklat!"
"Haaa?! Jadi kau berencana melakukan sesuatu malam ini? Senang bisa mengetahuinya, tolong jauh-jauh dari kamarku dan Conan."
"Hey! Bukan begitu maksudku!"
"Dan mereka malah adu mulut…" Conan mendengus lelah. Disampingnya, KID sudah tertawa. Shuuichi disisi lain hanya memperhatikan seolah-olah ini semua adalah tontonan yang menarik.
Untungnya, makan malam itu berakhir baik-baik saja.
.
.
.
"Ano, Aoko bingung…" Aoko membuka suara setelah membaca catatan Yuusaku tentang heist KID dua belas tahun yang lalu. "Jika KID mencari sebuah permata yang spesifik karena ingin melindunginya, tapi ada organisasi jahat yang juga ingin mendapatkannya… kenapa KID tidak membuat permata palsu dan memancing mereka agar polisi bisa menangkap mereka…?"
Pertanyaan itu membuat semua orang yang ada di ruang keluarga Kudo—Ginzo, Hakuba, Kaito, Shinichi, Shuuichi, KID dan Conan—menatapnya… dan terus menatapnya dengan tercengang.
"Oh astaga. Astaga." Kaito terbelalak, bibirnya membuka-tutup seperti hewan air yang dibencinya, tapi tidak ada suara apapun yang keluar kecuali 'astaga'.
"Nakamori-san…" Shinichi secara perlahan menyeringai seolah-olah berhasil memecahkan kasus sulit. "Kau jenius! Kenapa aku tidak pernah memikirkan hal itu?!"
"Hakase mungkin bisa membuat permata tiruannya! Lalu kita bisa menanam pelacak didalamnya dan menangkap mereka semua!" Conan ikut menyeringai dan langsung mengeluarkan ponselnya. "Aku akan bertanya pada Hakase!"
"Jika Hakase bisa membuatnya, maka kita bisa meminta tolong pada Suzuki-san untuk memamerkannya! Ketika mereka terpancing, KID bisa mencuri permatanya dan kita bisa menangkap mereka!"
"Kita mungkin bisa membuat mereka berhasil mengambilnya dari KID dan membuat mereka membawa 'Pandora' pada salah satu petinggi mereka." Shuuichi dengan penyamaran Okiya Subaru menambahkan. "Menarik, Shinichi-kun. Aku ikut."
"Oke. Perlukah kita memberitahu dia?"
"Nah, biar FBI yang menangani ini. Lagipula, aku bisa bersikap picik sebagai pembalasan karena dia sering membuatku repot."
"FBI?!" Hakuba terbelalak. "Kau… apa kau seorang agen FBI?! Tidak, tunggu, bukankah organisasi luar negeri butuh izin dari petinggi kepolisian untuk dapat beroperasi di Jepang?!"
Shuuichi hanya tersenyum. "Aku tidak pernah bilang bahwa kami tidak pernah mendapat izin."
Kali ini Ginzo ikut terbelalak. Pria itu meneguk ludah dan berkata dengan serak. "Apakah PSB juga mengetahui ini?"
Shinichi hanya menatap Ginzo, sedangkan Shuuichi sama sekali tidak memberikan reaksi apapun.
"Oh, benar. Informasi rahasia." Ginzo meringis. "Divisi satu dan divisi dua akan membantu, divisi Megure lebih berpengalaman dalam kasus kejahatan, sedangkan divisiku lebih pada kasus pencurian."
"KID, bagaimana?" tanya Shinichi.
Chikage melirik Kaito yang bersemangat dan mengerti apa yang putranya inginkan. Jadi dia menyeringai khas KID. "Rencana yang bagus, Meitantei. Tapi bukankah akan susah mengatur semua itu? Aku tidak mau fansku terluka."
"Kita bisa membatasi siapa saja yang masuk ke dalam ruang heist. Hanya polisi dan agen FBI, itupun hanya beberapa orang. Akan lebih mudah bagi kita untuk mengetahui siapa saja 'penipu' yang ditanam diantara kita jika kita membatasi jumlah orang yang akan masuk."
"Karena tujuan heist ini adalah untuk menangkap Snake, maka KID akan bekerja sama dengan polisi." Conan terkekeh geli, "aku tidak menyangka akan ada hari dimana KID tidak akan ditangkap atas aksi pencuriannya."
"Oi!" Kaito yang tersadar langsung memprotes. "KID-sama tidak akan pernah tertangkap!"
"Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Aku pasti akan menangkap KID! Kalau bukan aku, maka niichan yang akan menangkapnya!"
Shinichi hanya menggelengkan kepala, sudah biasa dengan tingkah Conan. KID disisi lain terkekeh geli, "my, my, so eager, aren't you?"
"Tentu saja! Sebagai KID Killer, aku pasti akan menangkapmu ketika kau beraksi!" Conan tersenyum lebar, "lagipula, aku sudah meminta Hakase untuk 'memperbaiki' sepatu dan sabuk-ku."
Kaito menahan gemetar di tubuhnya ketika mendengar hal itu. 'Gadget yang Tantei-kun gunakan selalu menyeramkan! Bocah itu benar-benar iblis kecil yang kejam! Aku harap Meitantei tidak seperti itu…' Pikir Kaito, lalu mengingat heist-nya di menara jam Ekoda dan meringis. Shinichi lebih buruk lagi pada pencuri tidak bersalah seperti KID!
"Kalian berdua, hentikan itu. Kita belum bisa membuat rencana finalnya jika Hakase belum membuat Pandora dan Suzuki-san belum menyetujuinya." Shinichi memijat pangkal hidungnya, "Conan, bagaimana jawaban Hakase?"
"Hakase belum menjawab, niichan. Mungkin sudah tidur atau sibuk dengan percobaan barunya."
Perkataan itu membuat Shinichi melirik jam antik di dinding dan menyadari bahwa hari sudah terlalu malam.
Ginzo, Aoko dan Hakuba berniat menginap—lebih tepatnya begadang membaca berkas kasus yang Shinichi berikan—tapi Conan, KID dan Kaito butuh istirahat. "Nakamori-san, apa kau berencana begadang bersama mereka? Jika tidak, aku akan menyiapkan kamar tamu dan baju ganti untukmu."
KID menangkap tatapan mata Shinichi dan dengan ceria mengangkat Conan ke dalam gendongannya. "My~ sudah saatnya kau tidur, Tantei-kun~! Tidak baik anak-anak tidur larut malam! Karena aku pencuri yang baik hati, aku akan menidurkanmu, kritikus mini-ku!"
"WHA—KID! Turunkan aku!" Conan menggeliat dan memberontak dari gendongan KID, tapi tidak terlalu keras karena dia tidak berani melawan Chikage. "Aku tidak mau tidur! Niichan juga belum tidur!"
"Meitantei akan tidur setelah menyiapkan kamar untuk Nakamori-chan, kau bisa menunggunya selama itu~" tanpa menunggu jawaban, KID membawa Conan yang masih memberontak naik ke lantai atas, membuat Kaito mendengus geli dan Shinichi menggelengkan kepala.
"Um, Aoko akan tetap bersama tousan dan Hakuba-kun." Aoko menjawab, membuat Hakuba, Ginzo dan Kaito langsung protes.
Shuuichi sendiri sudah pamit ketika KID mulai membawa Conan pergi. Dia juga akan begadang dan mengerjakan tugas FBI-nya di perpustakaan keluarga Kudo.
Shinichi sendiri hanya menghembuskan napas dan pergi diam-diam ketika Kaito, Ginzo, Hakuba dan Aoko mulai berdebat. Dia akan menyiapkan kamar untuk Ginzo, Hakuba dan Aoko di lantai atas. Firasatnya mengatakan bahwa mereka semua akan berujung menggunakan kamar tamu yang disiapkannya.
Shinichi juga menggunakan kekuatan Pandora untuk mengunci ruangan-ruangan yang tidak seharusnya mereka lihat, seperti kamar Shuuichi, ruang peralatan, kamar kedua orangtuanya, kamar KID, dan lainnya. Hanya akan orang yang 'berhak' masuk yang bisa membukanya, selain itu mereka tidak akan bisa membukanya.
Setelah semuanya terkunci dengan kekuatan Pandora dan kamar tamu untuk Aoko, Ginzo dan Hakuba sudah selesai dibersihkan, Shinichi kembali ke ruang keluarga dan melihat Ginzo yang mengangkat tangan, Hakuba yang pasrah, Kaito yang meringis, dan Aoko yang menatap mereka dengan jengkel.
"Kurasa kalian semua akan menggunakan kamar tamu?" tanya Shinichi sambil menyenderkan tubuhnya di dinding. "Aku sudah membereskan tiga kamar di lantai atas. Kai, kamar mereka ada di sebelah kiri kamarmu."
"Terima kasih, Kudo-san. Terima kasih sudah mengizinkan kami menginap." Aoko membungkuk sopan.
Ginzo masih terlihat tidak rela, tapi pelototan Aoko membuatnya menghembuskan napas. "Maaf merepotkanmu, Kudo."
"Tidak masalah, Nakamori-keibu. Sekarang aku permisi, sepertinya Conan sedikit rewel malam ini. Kaito bisa menunjukkan kamar kalian." Setelah mengatakannya, Shinichi pergi begitu saja tanpa berbalik, membuat Kaito mengerutkan kening tapi tidak mengatakan apapun.
'Sepertinya Nichi menggunakan kekuatan Pandora lagi… dia telihat jauh lebih dingin daripada sebelum naik ke lantai atas.' Pikir Kaito, sedikit khawatir dengan… teman? Rekan? Sekutu? Partner? Rival? nya itu. 'Aku akan menyusup ke kamarnya nanti.' "Kita bisa tinggal dan membaca selama beberapa jam lagi, kalau kalian berdua mau. Aoko bisa tidur duluan."
"Tidak, jika tousan dan Hakuba-kun masih mau membaca berkas, Aoko akan tetap disini dan menemani mereka agar mereka tidak lupa waktu."
Kaito melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. "Ini sudah larut malam, kalian lebih baik beristirahat… berkas itu tidak akan kemana-mana dan kalian bisa membacanya lagi besok."
Hakuba ikut melihat jam dan menghela napas. "Kami akan beristirahat. Kuroba-kun benar, Nakamori-keibu, berkas-berkas itu tidak akan pergi kemanapun. Juga… walaupun kita menghabiskan waktu untuk membaca seluruhnya, belum tentu kita bisa langsung menangkap mereka semua. Kudo-kun berkata bahwa mereka sudah lama beroperasi dan mereka punya cabang di seluruh dunia. Akan membutuhkan waktu lama untuk menghancurkan mereka."
Ginzo menatap berkas di depannya dengan tidak rela, tapi pada akhirnya menutup mata dan mengangguk.
Kaito menunjukkan mereka kamar mereka dan mengucapkan selamat malam, kemudian dengan hati-hati menyusup masuk ke dalam kamar Shinichi.
Lampu kamar remaja itu sudah mati, tapi Kaito samar-samar bisa melihat Conan yang tidur di pelukan Shinichi dengan selimut yang merosot turun hingga pinggang mereka.
Perlahan, Kaito mendekati kasur Shinichi dan hampir terlonjak ketika melihat sepasang mata kemerahan yang balas menatapnya.
"Apa yang kau inginkan." Bisik Shinichi, tanpa emosi tapi Kaito dapat mendengar kekesalan di dalamnya. "Tidak bisakah kau menunggu sampai pagi."
Tiba-tiba saja Kaito merasa tidak enak pada remaja di depannya. Lagipula… dia baru menyadari bahwa Shincihi benar. Pertanyaannya bisa menunggu hingga pagi tiba. Tapi karena sudah terlanjur, dia hanya bisa memberikan senyum canggung pada Shinichi. "Uh, apa kau baik-baik saja?"
Shinichi hanya menatap Kaito tanpa ekspresi. Tatapannya hampir terlihat kosong, membuat Kaito agak takut. "Kau… menggunakan kekuatan Pandora ketika menyiapkan kamar mereka."
"Ah." Shinichi mengangguk dan menutup matanya. "Aku akan baik-baik saja. Pergilah tidur. Ini sudah larut malam."
Mendengar usiran itu, Kaito cemberut. Tapi dia tahu bahwa Shinichi butuh istirahat, jadi dia tidak akan menganggu remaja itu lebih lama lagi. "Selamat malam, Nichi,"
"Selamat malam, Kai." Balas Shinichi ketika Kaito hampir sepenuhnya keluar dari kamarnya.
.
.
.
Pada akhirnya, Kaito setuju untuk membantu Ginzo, Aoko dan Hakuba untuk 'berlatih'. Conan juga akan membantu ketika KID melakukan heist atau ketika mereka tidak sengaja bertemu. Shinichi sendiri hanya akan membantu jika keadaan benar-benar berbahaya.
(Mereka tahu Shinichi sibuk dengan informan dari luar negeri, itu juga sebabnya berkas yang Shinichi berikan pada mereka sangat tebal dan bertumpuk.)
"Ah, benar juga, Kudo-kun, boleh aku minta kontakmu?" tanya Hakuba ketika Shinichi mengantar keempat tamunya keluar.
Shinichi masih terlihat dingin, tapi tidak terlalu apatis dibandingkan tadi malam. Remaja itu mengerjap dan mengangguk sebelum merobek selembar kertas dari buku catatannya dan mencatat nomornya.
Kaito memastikan bahwa dia dapat melihat dan mengingat nomor yang Shinichi berikan pada Hakuba.
"Kalau begitu, kami pergi, Kudo-kun. Terimakasih atas… informasinya." Hakuba membungkuk diikuti Ginzo dan Aoko.
"Hati-hati di jalan. Dan… kalian tahu apa yang harus dilakukan." Shinichi melambaikan tangan dan memelankan suara di akhir kalimatnya.
Ginzo mendengus, "serahkan pada kami, Kudo."
"Terima kasih karena sudah mempercayai Aoko. Sampai jumpa, Kudo-san." Aoko ikut melambai dengan senyuman.
Shinichi hanya membalasnya dengan anggukan singkat.
Kaito disisi lain tersenyum dan memeluk Shinichi. "Sampai jumpa minggu depan, Nichi!" ujarnya dengan riang dan memanfaatkan kesempatan untuk berbisik di telinga Shinichi. "Kita harus bicara."
"Sampai jumpa minggu depan, Kai." Shinichi menepuk punggung Kaito dan mengangguk, sekalipun mereka berdua tidak punya rencana untuk minggu depan.
Setelah mereka pergi, Shinichi menutup pintu dan memanggil Conan yang sejak tadi bersembunyi di balik dinding. "Conan. Kau tidak bersiap ke Agensi?"
"Niichan, niichan memakai kekuatan Pandora lagi."
Shinichi hanya mengangguk, apatis dan dingin, tidak seperti Shinichi yang Conan kenal.
"Niichan harus mengurangi frekuensi penggunaan kekuatan Pandora."
"… aku akan berusaha."
Conan menatap kakaknya itu dengan penuh selidik, tapi tidak menemukan apa yang dicarinya dan dengan cemberut dia memanggil Chikage. "Chi-chan! Shinichi-niichan pakai kekuatan Pandora secara berlebihan lagi!"
Shinichi hanya menghela napas panjang dan menyiapkan diri untuk mendengar omelan ibu baptisnya.
"Yume-neechan! Haibara! Shinichi-niichan pakai kekuatan Pandora lagi!"
… dan juga omelan dua wanita mini yang sedang berkunjung sore ini.
(Shinichi bertanya-tanya apakah dia harus kabur sekarang.)
.
.
.
[xxxx-xxxx-xxxx]
Hey Nichi!
Kita harus bicara. Bagaimana jika kita bertemu di kafe Nakamura besok selasa jam empat sore?
Shinichi mengangkat alis ketika Kaito menghubunginya, tapi tidak terkejut. Dia hanya penasaran apa yang ingin remaja itu bicarakan dengannya.
[Kudo Shinichi]
Oke.
[Kuroba Kaito]
Apakah efek kekuatan Pandora belum berakhir?
Apa kau baik-baik saja?
Kau masih terlihat dingin dan tanpa emosi kemarin sore…
Hakubastard dan Aoko bertanya apakah mereka melakukan kesalahan
Aku hanya menjawab bahwa kau kelelahan, terutama setelah serangan jantung
[Kudo Shinichi]
Aku akan baik-baik saja.
Terima kasih alibinya.
[Kuroba Kaito]
Hehe, senang bisa membantumu, Nichi!
Ngomong-ngomong, boleh aku minta kontak Conan?
Kemarin aku belum sempat memintanya
Aku juga tidak yakin dia mau memberikannya padaku, sih
Padahal pesulap tidak bersalah ini menganggapnya imut -3-
[Kudo Shinichi]
Hati-hati, Conan bisa membuatmu masuk rumah sakit dengan bola sepaknya.
(Kontak: Otouto)
Jangan terlalu sering menggodanya.
[Kuroba Kaito]
Terima kasih, Meitantei!
Aww, apakah kau khawatir padaku?
Aku tidak bisa berjanji~
Dia imut sekali ketika aku menggodanya!
[Kudo Shinichi]
Aku sudah memperingatkanmu.
Conan bisa… menjadi iblis kecil jika kau terus mengganggunya.
[Kuroba Kaito]
!
Meitantei memberiku saran?! Apa yang terjadi?!
Shinichi tidak menjawab pesan terakhir Kaito dan memilih untuk kembali mengerjakan tugas sekolahnya yang menumpuk selama seminggu ini.
Dia izin bukan berarti bebas dari tugas sekolah. Karena izin tanpa batas waktu, sekolahnya memberikannya tugas tambahan dua kali lipat untuk membantunya mengejar nilai. Lebih lagi dia harus mengumpulkan semua ini besok melalui email.
Jadi untuk sementara Shinichi menyingkirkan semua yang tidak berhubungan dengan tugas dan kasus dari kepalanya.
Ponselnya yang terus bergetar juga diabaikannya. Conan tahu bagaimana cara memanggilnya jika terjadi hal gawat, jadi Shinichi tidak terlalu khawatir.
[Kuroba Kaito]
Heyyyy
Meitantei apakah kau mengabaikanku?
Shinichiiii
Jawab akuuu
Apakah kau sibuk?
Conan-kun kejam sekali!
Aaah hati kecilku yang rapuh ini hancur!
Aku menyesal tidak mendengarkanmu
Conan benar-benar seperti iblis kecil…
Aku bahkan takut untuk membuka roomchat-ku dengannya
Tapi dia imut sekali!
Hey Meitantei, apakah kita tidak bisa berpura-pura menjadi kakaknya?
Bagaimana dengan 'Edogawa Arthur' dan 'Edogawa Arsene'?
Kita bisa berpura-pura menjadi saudara kembar!
Dengan begitu aku bisa memeluk kritikus mini-ku sesuka hati~
Dia kecil sekali dan imut seperti boneka beruang!
Eh tunggu, kita tidak punya hubungan darah 'kan?
Jangan-jangan kita sepupu?!
Wajah kita juga mirip!
Eh tapi kaasan tidak pernah berkata apapun…
Shinichiiiii jawab akuuuu
Shinichi melirik layar ponselnya dan menghembuskan napas lelah. Sepertinya Kaito tidak akan berhenti mengiriminya pesan sebelum dia menjawab.
[Kudo Shinichi]
Kita tidak punya hubungan darah. Toi-san dan tousan sudah pernah melakukan tes DNA.
Idemu menarik. Kita bicarakan lagi besok.
Aku sudah memperingatkanmu.
Aku sibuk mengerjakan tugas. Jangan ganggu aku.
[Kuroba Kaito]
Nichi!
Aku tahu kau akan menyukai ide jeniusku!
Hehe, aku menunggu saat kita bertemu besok~!
Jangan sampai lupa, oke?
Mouri-chan selalu mengeluh bahwa kau selalu lupa karena mengerjakan kasus atau membaca buku Holmes -3-
Pokoknya kalau kau lupa, aku akan menjemputmu!
Sampai jumpa besok~
"…"
"…"
Shinichi melirik ponselnya yang tidak lagi bergetar sebelum menghela napas lega dan melanjutkan apa yang sebelumnya dia kerjakan.
.
.
.
Kafe Nakamura adalah kafe yang terkenal dengan dessert manis mereka. Lokasinya ada di samping pusat perbelanjaan, membuat kafe itu ramai pengunjung.
Shinichi yang melihatnya menggerutu karena tidak suka keramaian. Tapi untungnya kopi di kafe itu punya rating yang lumayan dan mereka memiliki pai lemon.
Sambil menunggu, Shinichi menatap orang-orang yang ramai berlalu-lalang di balik jendela.
Kali ini dia menggunakan penyamaran sebagai seorang gadis remaja dengan rambut hitam dan kacamata bulat. Setengah kepalanya tertutup topi dan dia menggunakan celana jeans juga sweater kebesaran warna coklat susu. Simpel, tapi mudah dilupakan.
"Kau terlihat manis dengan pakaian itu." Seseorang berkomentar dan tanpa permisi meletakkan semangkuk es krim coklat dan mapel milkshake di meja Shinichi sebelum duduk. "Boleh aku tahu namamu?"
Shinichi mendengus dan melirik remaja 'perempuan' yang duduk tanpa permisi di depannya. Remaja itu menggunakan kemeja putih dan rok warna pink selutut juga jaket jeans warna biru. Rambutnya yang berwarna coklat kemerahan dikuncir separuh dengan pita putih.
"Kirika Ayaka. Kau sendiri tidak buruk…?"
"Yuki Shinobu. Salam kenal, Ayaka-chan!" Kaito tersenyum dan mengulurkan tangan.
Dari sudut pandang orang lain, mungkin 'Yuki Shinobu' hanya mengulurkan tangan. Tapi dari sudut pandang 'Kirika Ayaka', 'Yuki Shinobu' sedang meletakkan sesuatu di atas meja, tersembunyi di balik piring dan warna meja.
'White noise generator. Agak berlebihan di tempat yang ramai seperti ini, tapi lebih baik berhati-hati daripada menyesal.' Pikir Shinichi sambil menerima tangan 'Shinobu'. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku, Shinobu-san?"
"Astaga, tidak sabaran sekali~"
'Ayaka' tersenyum, membuat 'Shinobu' mengangkat kedua tangannya dan mulai serius. "Kekuatan Pandora. Apakah efeknya selalu seperti itu?"
"Ya dan tidak." jawab Shinichi. Dia tidak terkejut Kaito menanyakannya. Bagaimanapun, Shinichi sudah memiliki kekuatan ini lebih dari sepuluh tahun. "Kekuatan Pandora tidak selalu 'mengambil' emosiku. Itu hanya terjadi jika aku terlalu sering menggunakan kekuatan Pandora."
"Seperti kemarin? Kau menggunakannya untuk melapisi seluruh mansion 'kan? Aku entah bagaimana bisa merasakannya."
'Ayaka' tertegun. Dia… tidak menyangka Kaito bisa merasakan kekuatan Pandora yang Shinichi lakukan. "… biasanya tidak ada yang tahu dimana dan apa yang aku lakukan dengan kekuatan Pandora. Tapi kurasa wajar bahwa kau mengetahuinya karena kau sekarang juga memiliki kekuatan yang sama."
"Masuk akal, aku tidak akan pernah mengetahuinya jika aku tidak punya kekuatan yang sama denganmu." 'Shinobu' melahap es krimnya dengan semangat, seolah-olah mereka tidak sedang membicarakan hal serius. "Rasanya agak aneh, kau tahu? Saat kau menggunakan sihirmu, maksudku."
"Kekuatan Pandora, bukan sihir. Aku menolak menganggap kemampuan ini sebagai sihir."
"Baiklah, baiklah, kekuatan Pandora. Aku bisa merasakannya ketika… uh, seperti ada sesuatu tak kasat mata naik ke sekitarku, seperti kubah. Lalu ketika kau menggunakannya lagi untuk mengunci beberapa ruangan di rumahmu, aku bisa samar-samar merasakan seperti ada, hm, bagaimana aku menjelaskannya?"
"Seperti ada dinding tidak terlihat tambahan yang tiba-tiba naik dari atas tanah?"
"Mm, bukan seperti itu… um… ah! Seperti cahaya. Kau tahu, rasanya berada di dalam kegelapan dan ada sebuah cahaya kecil yang tiba-tiba muncul? Rasanya seperti itu."
'Ayaka' melipat tangan dengan ekspresi rumit. "Jadi kau juga merasakan ketika aku menggunakan kekuatan Pandora, dan bukan hanya setelah aku menggunakannya."
"Ini hanya teoriku, tapi mungkin kita bisa merasakan 'kekuatan' satu sama lain saat menggunakan terlalu banyak kekuatan Pandora. Kau tidak merasakan apapun ketika aku menggunakannya untuk memberikanmu dan adikmu bunga 'kan? Mungkin… semakin besar kekuatan Pandora yang digunakan, maka semakin besar yang lain menyadarinya?"
'Ayaka' menatap 'Shinobu' yang masih sibuk melahap es krimnya, "Bisa jadi begitu. Kita 'hidup' dari 'air' yang sama. Jadi kekuatan Pandora kita berdua bisa saja terikat, menyebabkan kita berdua 'menyadari' kekuatan satu sama lain."
(Meaning: mereka berdua dihidupkan kembali dengan air mata dari permata yang sama, Pandora. Menyebabkan mereka berdua bisa selalu menyadari keberadaan satu sama lain ketika menggunakan kekuatan Pandora dalam jumlah besar.)
"Bagaimana jika kita mencoba sedikit eksperimen dengan teori ini?" tanya 'Shinobu', membuat 'Ayaka' menyipitkan mata padanya.
"Tidak. Sebisa mungkin jangan gunakan kekuatan Pandora jika kau tidak terdesak… konsekuensinya terlalu berat." 'Ayaka' berkata dengan serius.
"Bicara tentang konsekuensi, kau belum menjawab pertanyaanku."
'Ayaka' mengerjap kaget. Shinichi hampir melupakan pertanyaan Kaito dan tujuannya untuk berbicara disini. "Efek samping lainnya adalah kesehatanku, tenagaku. Kau pikir kenapa kemarin aku tiba-tiba serangan jantung? Racun APTX ditambah dengan penggunaan kekuatan Pandora membuat daya tahan tubuhku turun. Dan lagi, 'kehilangan emosi' bukanlah hal terburuk."
Kaito meneguk ludah, membuat 'Shinobu' terlihat agak pucat. "Bukan hal terburuk…?"
"Yeah. Kau… ugh. Apakah kau tahu rasa bersalah yang seperti akan mencekikmu sampai mati ketika kau menyadari apa yang sudah kau lakukan pada orang di sekitarmu ketika kau sedang 'kehilangan emosi'? Menjadi sangat dingin, tidak mempedulikan hal yang seharusnya penting, bahkan sampai pada titik tidak bersemangat melakukan apapun?"
"… Oh… apakah kau…?"
'Ayaka' memalingkan wajah, dan berkata dengan sedih, marah dan takut didalam suaranya. "Aku pernah merasakannya dan aku tidak ingin merasakannya lagi. Rasanya sangat mengerikan. Aku bahkan tidak menyadari bahwa aku 'kehilangan emosi' sampai ayahku menyadarinya dan memaksaku berhenti menggunakan kekuatan Pandora."
Shinichi kemudian kembali melihat Kaito tepat di mata. "Aku butuh dua tahun lebih untuk sepenuhnya pulih dari itu semua."
"Dua tahun?!" 'Shinobu' hampir berteriak. "Selama itu?! Apa yang kau lakukan hingga kau butuh waktu selama itu untuk pulih?!"
"…" Shinichi menolak untuk menjawab pertanyaan itu.
Apa yang dulu dia lakukan dengan kekuatan Pandora adalah hal yang sangat bodoh.
Dia… karena ketenarannya di Amerika sebagai detektif anak-anak yang jenius, dia menggunakannya untuk menyelesaikan kasus lebih cepat dan membuat orang dewasa secara otomatis mempercayai apa yang dia katakan. Dia juga menggunakan kekuatan pandora untuk menangkap kriminal dan membuatnya tidak dapat melarikan diri, entah itu dengan cara membuat mereka tersandung atau pingsan. Selain itu, Shinichi juga menggunakannya untuk memastikan bahwa anak-anak lain tidak membencinya karena ketenarannya.
Biasanya Shinichi menahan diri dari menggunakan kekuatan Pandora karena khawatir dengan konsekuensi yang saat itu belum diketahuinya. Dia tahu bahwa kekuatan sekuat Pandora akan memiliki konsekuensi yang serius, tapi saat itu mereka semua masih belum menemukan konsekuensi apa yang akan terjadi jika Shinichi menggunakannya terus menerus.
Akan tetapi Toichi tiba-tiba meninggal ketika Shinichi dan Kaito berusia 9 tahun. Kematiannya yang mendadak membuat Shinichi sangat berduka, terutama karena Kaito melupakannya karena syok. Lalu dia tanpa sadar melampiaskannya dengan cara menyelesaikan kasus. Hingga rasa frustasinya membuatnya menggunakan kekuatan Pandora, lagi dan lagi dan lagi dan lagi hingga Yuusaku menyadari keapatisan Shinichi 5 bulan setelah kematian Toichi.
Segera setelah Yuusaku menyadari apa yang terjadi pada Shinichi, kedua orangtuanya melarangnya untuk menyelesaikan kasus dan menggunakan kekuatan Pandora. Mereka juga memaksanya menemui psikiater setiap hari hingga rasa apatisnya perlahan menghilang. Saat itulah Shinichi juga menyadari bahwa tubuhnya tanpa alasan menjadi sangat kelelahan. Dia bahkan tidak menyadari bahwa kelelahannya tidak normal, sampai dia tidak lagi menggunakan kekuatan Pandora.
Shinichi saat itu tidak hanya harus berurusan dengan kondisi tubuh dan mentalnya yang kelelahan, tapi juga rasa bersalah yang menumpuk di hatinya ketika mengingat apa yang dilakukannya selama 'kehilangan emosi'. Untungnya, psikiaternya membantunya mengatasi semua rasa bersalah yang perlahan mencekiknya ketika emosinya kembali.
(Shinichi merinding ketika mengingatnya. Dua tahun itu adalah tahun terburuk dalam hidupnya.)
Karena itulah keberadaan dan kelahiran Kudo Conan disembunyikan dari publik. Kedua orangtuanya melihat apa yang terjadi pada Shinichi karena ketenaran dan tidak ingin Conan tumbuh dengan cara yang sama.
Shinichi bahkan tidak dekat dengan Conan selama satu setengah tahun sejak kelahiran adiknya karena semua yang terjadi. Conan sendiri lahir ketika Shinichi berusia 10 tahun, hampir setengah tahun setelah Shinichi memulai pengobatannya dengan psikiater.
Rasa bersalah Shinichi itulah yang membuatnya tutup mulut tentang keberadaan Conan, bahkan pada Ran, sahabatnya. Dia juga menjadi sedikit overprotektif pada adiknya satu-satunya itu.
"Ayaka-chan?" panggil Kaito dengan tatapan khawatir. "Kau… tidak perlu memberitahuku jika tidak ingin. Kau pasti sudah mengalami banyak hal selama dua tahun itu."
Shinichi menarik napas dengan gemetar. "Aku… tidak ingin mengingatnya, yang harus kau ketahui hanyalah kau harus berhati-hati dalam menggunakannya. Sebisa mungkin, jangan gunakan kekuatan Pandora terus menerus tanpa jeda. Kau tidak akan menyadari bahwa emosimu sudah sepenuhnya hilang sebelum semuanya terlambat."
'Shinobu' menggenggam tangan 'Ayaka' di atas meja dengan erat, "Aku janji aku akan hati-hati."
"Mm."
Bibir 'Shinobu' kemudian melengkung naik hingga matanya menyipit. "Tapi Ayaka-chan~ kau juga harus hati-hati. Bukankah kemarin kau juga menggunakan kekuatan Pandora tanpa jeda?"
Shinichi ingin membantah, tapi apa yang dikatakan Kaito tidak salah. Dia memang terlalu banyak menggunakan kekuatan Pandora belakangan ini. Dimulai dari teleportasi karena panggilan Conan, menggunakan permata Pandora yang tersisa untuk menyelamatkan KID, lalu teleportasi lainnya, 'trik' pintu untuk bersembunyi, juga menghapus ingatan sniper yang mengincar mereka.
Belum selesai sampai disana, Shinichi tidak beristirahat dengan baik karena khawatir. Setelahnya ditambah dengan kehadiran Ginzo, Aoko dan Hakuba. Dia tidak benar-benar mendapatkan waktu istirahat.
"Itu sebabnya aku tidak berniat menggunakannya lagi dalam waktu dekat." 'Ayaka' mendengus dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan. "Kenapa kau mengajakku bertemu disini?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya, Ayaka-chan? Aku ingin bicara berdua saja denganmu~"
'Ayaka' memutar mata dan meminum kopinya yang mulai dingin. "Jika kau hanya ingin bicara, kau tidak akan repot-repot mengajakku kesini. Kau bisa langsung datang ke rumahku. Lagipula tempat seperti ini bukanlah tempat yang tepat untuk sekedar bicara."
"Kau menangkapku~" 'Shinobu' terkekeh kecil, "aku mengajakmu kesini karena aku ingin kau menemaniku belanja~!"
"Kau…" Shinichi kehabisan kata-kata. Apa maksudnya bahwa dia mengajak Shinichi kesini hanya untuk berbicara dan belanja?! Oke mungkin bagian 'bicara' memang penting, terutama karena Kaito baru memiliki kekuatan Pandora beberapa hari yang lalu. Tapi tetap saja! "Ugh, aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiranmu."
"Bukan tanpa alasan aku mengajakmu, kau tahu?" 'Shinobu' dengan ceria berkata. "Kaasan berkata bahwa kau terlalu banyak mengurung diri di rumah dan hanya sesekali keluar. Itu tidak bagus, jadi aku memutuskan bahwa aku akan mengajakmu keluar setidaknya seminggu sekali!"
'Ah. Jadi ini ulah Chi-chan.' Pikir Shinichi, entah kenapa tidak terkejut dengan apa yang direncanakan Kaito dan Chikage. Dia menghembuskan napas panjang dan memasrahkan diri untuk mengikuti Kaito sepanjang sisa hari ini (karena dia punya firasat bahwa cara belanja Kaito akan mirip dengan Chikage dan Yukiko—bahkan mungkin lebih parah.) "Oke."
'Shinobu' tersenyum lebar, membuat Shinichi menahan gemetar di punggungnya. "Aku yakin kita akan sangat bersenang-senang hari ini, Ayaka-chan~!"
(… apakah sekarang sudah terlambat bagi Shinichi untuk kabur?)
"Oh ya, ngomong-ngomong, bagaimana jika kita menyamar menjadi kakak Co-chan dan tiba-tiba muncul di Agensi untuk mengajak Co-chan berlibur?"
'Ayaka' mendesah panjang dan memijat pangkal hidungnya.
Ini akan menjadi hari yang panjang.
.
.
.
Tbc.
A/n:
Ini sudah terlalu panjang, aku memutuskan akan melanjutkannya kapan-kapan kalau ada waktu dan mood.
Masih ada banyak yang belum diselesaikan, seperti latihan yang Kaito berikan pada Hakuba, Ginzo dan Aoko. Lalu Shinichi yang membantu Hakuba menyelesaikan kasus, Agasa yang membuat tiruan Pandora, kecurigaan Ai tentang tujuan asli Organisasi Hitam, dan lainnya.
Semoga aku bisa menyelesaikan fanfiksi ini. Jika tidak, mungkin aku hanya akan posting ide kasar apa yang aku miliki untuk fanfiksi ini.
Terima kasih sudah membaca.
11 Januari 2025.
