Muncul tanpa suara disamping pohon besar diseberang rumah orangtuanya, Naruto berdiam sejenak sambil memandangi rumah tersebut.

'aku berharap mereka mau berubah'

naruto masih sangat berharap orangtuanya bisa kembali seperti dulu, begitu pula dengan adiknya.

Walaupun belum pernah ada perlakuan buruk kepadanya ataupun hinaan dan cacian, tapi mereka selalu tak menghiraukan keberadaannya.

Seolah dirinya tak dibutuhkan dan tak terlihat sama sekali.

'heh.. tapi apa yg bisa diberikan bocah 7 tahun' Tersenyum kecut menyadari hal tersebut.Naruto memang sudah bisa menerima keadaan ini dengan lapang dada.Akan tetapi, itu tidak mengurangi rasa nyeri di dadanya.

'kau masih punya waktu setahun lagi untuk mencoba menyambung hubungan dengan keluargamu' terdengar suara berat di kepalanya menyemangati

'kukira kau masih tertidur' balas naruto dengan ekspresi melembut mendengar temannya.

'kuharap itu cukup' sambung naruto tak begitu yakin jika waktu setahun bisa membuat keluarganya kembali seperti dulu.

Mengingat dirinya sudah mencoba, sebelum akhirnya berhenti untuk hal yang lebih penting.

'Menurutku, kau bisa memulainya dari adik perempuanmu itu'

Suara tersebut mencoba memberikan masukan kepadanya.

'hmmmm.. mito-chan ya..' naruto berpikir sejenak. Dirinya dan mito memang paling dekat dibandingkan dengan menma dan orangtuanya. Dirinya masih ingat ketika program latihan adiknya dimulai, mito selalu mencarinya setiap kali latihannya berakhir hanya untuk bercerita ataupun bermain.

Yah walaupun selalu berakhir dengan mito yang selalu tertidur karena kecapekan.

Untungnya diwaktu itu ayah dan ibunya masih bisa meluangkan waktu untuk dirinya. Untuk mengajarinya membaca dan menulis dengan baik, Bahkan ibunya mulai mengenalkan fuinjutsu kepada dirinya dan ayahnya mengenalkan konsep chakra.

Akan tetapi, kebahagiaan itu hanya bertahan selama 6 bulan saja.

Keadaan mulai berubah setelah Jiraiya kembali berkunjung. Entah kabar apa yang dia bawa hingga membuat orangtuanya berubah.

Perlahan mereka mulai mendiamkan dirinya, bahkan sesekali berteriak marah hanya karena persoalan sepele.

Bahkan mito-chan...

'Baiklah... dimulai dari mito-chan'

sambung Naruto dengan wajah sendu dan tatapan menerawang jauh terbayang rupa adiknya yang dahulu.

'Terima kasih kurama.'

hanya keheningan yang dirinya dapatkan.


Sementara itu jauh didalam alam bawah sadar naruto, Tercipta sebuah dunia pikiran layaknya hutan rimba yang dikelilingi pepohonan besar yang menyerupai jeruji penjara.

Didalamnya terkurung Rubah besar bertelinga kelinci dan mempunyai 9 ekor.

Berbaring dengan kepalanya diletakkan diatas cakarnya.

Matanya terbuka,dengan ekspresi yang menandakan sedang melamun memikirkan sesuatu.

Dialah Kurama bijuu ekor 9.

"Hmmmmmn..."

Setelah memutus percakapan dengan jailernya, kurama kembali dengan isi kepalanya yang selalu bertanya-tanya kenapa Chakranya sangat lambat untuk pulih.

Bahkan jika saja jailernya tidak bersentuhan langsung dengan Chakranya yg tersegel di adiknya, dirinya tidak akan terbangun untuk waktu yang lama.

Dan yang paling mengherankan sekaligus mengejutkan adalah jailernya yang begitu mudahnya memaafkan bahkan setelah segel ingatannya dirusak oleh kakek tua itu.

Ingatannya tentang kakek itu selalu kabur tak jelas ditambah dirinya belum bisa terbangun untuk waktu yang lama.

Yang teringat olehnya sebelum tertidur hanya.

Mata Biru dengan sklera hitam.