Tabrakan Dunia
Summary:
Pada tahun 2025, di kota Suo, negara Neotara, kehidupan berjalan normal hingga suatu pagi yang cerah di hari Senin. Sekelompok remaja berlarian menikmati hari, ketika tiba-tiba gempa dahsyat mengguncang seluruh dunia. Gempa ini diikuti dengan munculnya keretakan spasial yang memunculkan monster-monster mengerikan dan gelombang energi kosmik yang sangat kuat. Akibatnya, sebagian manusia mulai membangkitkan kemampuan unik dan tak terbayangkan, mengubah kehidupan mereka selamanya.
Genre: Pertarungan, Kepunahan, Tragedi, Psikologis, Fantasi dan sebagainya (kalau baca nanti tahu sendiri, males nulis semua🗿)
Cuplikan
Ruangan itu terasa seperti sesuatu dari masa depan yang jauh—dinding-dinding besi dingin dan kokoh yang membentuk sebuah ruang besar, penuh dengan berbagai perangkat teknologi canggih yang tidak dikenal. Di tengah-tengah ruangan, duduklah seorang anak remaja berambut pirang dengan ekspresi serius. Dia adalah Naruto. Di tangannya, sebuah tablet bersinar samar, tapi anehnya hanya sinar seperti cahaya senter redup yang keluar darinya tanpa adanya deretan angka atau kalimat yang tertera.
Terlihat juga seekor ular mekanis dengan panjang sekitar 5 meter melingkari tubuh Naruto, kepala ular itu bergerak cepat, memeriksa sekelilingnya dengan penuh kewaspadaan. Meskipun tampak mengancam, ular ini tidak memperlihatkan tanda-tanda ingin menyerang Naruto. Sebaliknya, ia tampak melindungi Naruto, dari sini terlihat bahwa mereka memiliki hubungan.
Naruto berbicara pelan, seolah-olah berdialog dengan dirinya sendiri, "Ini rumit! Lorong itu memisahkan diriku dengan yang lain. Sekarang, aku hanya bisa berharap padamu, Arona".
Suara Naruto terdengar di ruangan itu, entah dia berbicara dengan siapa, tapi tablet di tangannya terlihat mengeluarkan cahaya yang lebih kuat dari pada sebelumnya.
Chapter 2 : Awal Mulai Kekacauan dan Dimulainya Kegilaan
Pagi itu, di sekolah seperti biasanya, Naruto berjalan menuju kelasnya dengan langkah tenang. Namun, perasaan aneh menghantuinya sejak pagi, seolah-olah ada sesuatu yang besar sedang menunggu di ujung hari.
Saat ia masuk ke dalam kelas, suasana yang tidak biasa menyambutnya. Beberapa anak laki-laki terlihat menjauh dengan tatapan takut, sementara anak-anak perempuan berbisik pelan, sesekali melirik Naruto dengan mata penuh penasaran. Semua ini bukan hal baru bagi Naruto; sejak rumor tentang dirinya menghajar geng motor kejam di Kota Suo tersebar, Naruto menjadi pusat perhatian, meskipun dia tidak pernah mencari popularitas.
Tanpa banyak bicara, Naruto duduk di kursinya, seperti biasa, menundukkan kepala, dan berusaha untuk tidak menarik perhatian. Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika seorang gadis masuk ke dalam kelas. Dia adalah Hayase Yuuka, ketua kelas yang dikenal ramah dan baik hati. Namun, bagi Naruto, Yuuka adalah mimpi buruk.
Yuuka berjalan cepat menuju tempat duduk Naruto, senyumnya terlihat lebar, tapi mata yang tajam menunjukkan bahwa dia punya misi lain. "Naruto-kun!" serunya dengan nada ceria, "Hari ini aku duduk di sebelahmu, ya?"
Naruto hanya mengangguk pelan, tanpa ekspresi, namun dalam hatinya ia mengeluh. 'Lagi-lagi dia...'
Yuuka duduk di sebelah Naruto dan dengan cepat mengeluarkan sempoa dari tasnya, memainkannya dengan cekatan sambil menatap Naruto. "Kamu tahu, Naruto-kun, ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu hari ini," kata Yuuka dengan nada suara yang terdengar manis, tapi Naruto bisa merasakan ada sesuatu yang serius di baliknya.
Naruto menoleh sedikit, melihat Yuuka dari sudut matanya, "Tentang apa?"
Yuuka tersenyum misterius, "Tentang kamu, tentu saja. Aku tahu kamu anak yang kuat, tapi itu bukan alasan untuk selalu menyendiri. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak terbebani oleh sesuatu yang berat, Naruto-kun."
Naruto menghela napas panjang, ia tahu ke mana arah percakapan ini. Sejak kejadian dengan geng motor, Yuuka terus-menerus mengawasinya, seolah-olah dia adalah seorang pengawas yang ditugaskan untuk memastikan Naruto tetap berada di jalur yang 'benar'. Namun, bagi Naruto, perhatian Yuuka adalah gangguan yang tidak ia inginkan. Dia tidak suka diperhatikan oleh orang 'asing', apalagi diatur.
"Aku baik-baik saja, Yuuka. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Naruto singkat, berharap itu akan menghentikan percakapan.
Namun, Yuuka tidak mudah menyerah. Dia mendekatkan wajahnya ke Naruto, "Tapi aku tetap merasa kamu menyimpan sesuatu. Kamu bisa bercerita padaku kalau ada yang mengganggu pikiranmu, Naruto-kun. Bukankah kita teman?"
Naruto terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengakhiri percakapan ini tanpa menyinggung perasaan Yuuka. Tapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, bel tanda pelajaran pertama berbunyi, menyelamatkannya dari situasi yang tidak nyaman.
Namun, Naruto tahu bahwa percakapan ini hanya tertunda, bukan berakhir. Dan di lubuk hatinya, dia mulai merasa bahwa hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang dan penuh dengan kejutan yang tidak diinginkan.
Tabrakan Dunia - Chapter 2: Kekacauan Dimulai
Setelah bel pelajaran berbunyi menandakan waktu istirahat, Yuuka, yang duduk di sebelah Naruto, melanjutkan obrolannya. Dia terus-menerus berbicara, meski Naruto hanya memberikan tanggapan singkat dan sering kali hanya dengan anggukan. Naruto mulai merasa pusing karena intensitas pembicaraan Yuuka yang tak henti-hentinya.
"Jadi, Naruto-kun, kamu setuju kan kalau kita perlu lebih sering berinteraksi dengan teman-teman lain di kelas ini? Aku rasa, kalau kita mengadakan sebuah acara kecil, seperti pesta atau kegiatan di luar sekolah, semua orang akan lebih dekat dan akrab!" Yuuka berbicara dengan semangat, senyumnya tak memudar.
Naruto hanya mengangguk pelan. Di kepalanya, dia hanya berpikir bagaimana caranya bisa segera keluar dari situasi ini. Untungnya, pada saat yang sama, dia melihat Serika mendekat dari arah pintu kelas.
'Selamat!' Naruto pikir, merasa lega melihat sahabatnya itu datang.
Serika melangkah masuk ke dalam kelas, wajahnya terlihat biasa saja meski Naruto bisa melihat sedikit rasa frustrasi di matanya saat melihat Yuuka. Seperti yang sudah sering terjadi dalam dua bulan terakhir, Serika menghela napas panjang. Ia tahu Yuuka pasti sedang mengganggu Naruto lagi.
Tanpa basa-basi, Serika berdiri di depan meja Naruto, memandang Yuuka dengan ekspresi datar. "Naruto, ayo kita makan siang di atap seperti biasa."
Naruto mengangguk cepat, merasa bersyukur atas tawaran itu. "Baiklah, ayo pergi sekarang."
Yuuka yang masih duduk di sebelah Naruto terlihat agak kesal. Matanya menyipit sedikit saat melihat betapa cepatnya Naruto setuju untuk pergi bersama Serika, tapi dia berusaha tetap tersenyum dan menahan perasaannya. "Eh, Naruto-kun, apakah aku mengganggu? Aku bisa—".
"Tidak, tidak. Kamu tidak mengganggu," potong Naruto cepat, namun nadanya terdengar seperti ingin mengakhiri percakapan.
Serika juga mencoba menambahkan, "Ya, sebenarnya... kita hanya ingin makan siang seperti biasa, tidak ada yang spesial."
Tapi, kali ini Yuuka tidak mudah menyerah. Dia berdiri dari kursinya, membawa bento yang tampak sangat mewah dan tersenyum lebar kepada mereka berdua. "Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Di atap, tentu saja. Aku belum pernah makan di sana sebelumnya."
Serika dan Naruto bertukar pandang sejenak. Mereka berdua menghela napas bersamaan, menyadari bahwa Yuuka tidak akan begitu saja menyerah.
Akhirnya, ketiganya berjalan bersama menuju atap sekolah. Di sana, angin lembut berhembus, memberikan sedikit ketenangan dari situasi yang agak canggung. Yuuka, yang belum pernah makan di atap sebelumnya, terlihat sangat senang dan tidak menyadari betapa tenangnya suasana di tempat itu.
"Wow, pemandangannya bagus sekali dari sini! Tidak heran kalian sering makan di sini," kata Yuuka ceria sambil membuka bento mewahnya. Wajahnya penuh kegembiraan saat dia menatap Naruto dan Serika.
Naruto dan Serika duduk dengan tenang, mulai membuka bento mereka masing-masing. Naruto, seperti biasa, membawa nasi dan beberapa lauk sederhana. Sementara Serika membawa onigiri dan sayuran yang disiapkan dengan rapi.
Yuuka melihat bekalnya sendiri dengan bangga. "Aku yang membuat bento ini sendiri, lho! Walaupun baru belajar tiga hari, aku rasa hasilnya tidak terlalu buruk."
Naruto hanya tersenyum kecil, sedikit kagum tapi lebih kepada upaya Yuuka daripada hasilnya. "Bagus, Yuuka. Usaha yang bagus."
Serika hanya mengangguk sopan, tidak ingin memulai diskusi yang bisa berujung panjang.
Namun, suasana yang mulai tenang itu tiba-tiba terpecah saat Yuuka, dengan ekspresi penasaran, membuka percakapan lagi. "Ngomong-ngomong, aku perhatikan kalian selalu makan siang berdua. Apakah kalian... pacaran? Kalau iya, aku tidak mengganggu, kan?"
Kalimat itu meledak seperti bom di antara mereka. Naruto, yang sedang menelan makanannya, tiba-tiba menyemburkan nasi keluar, sementara Serika yang sedang mengunyah nyaris tersedak. Wajah Serika memerah, matanya terbelalak kaget. Entah karena marah, malu, atau perasaan lain yang bercampur aduk, tidak ada yang tahu pasti.
"Pacaran?" Naruto mencoba berbicara, meski suaranya agak serak akibat kejadian tadi.
Serika buru-buru menelan makanannya dan langsung menjawab, suaranya sedikit gemetar, "T-tidak! Kami hanya teman! Kami tidak... eh, bukan seperti itu!"
Yuuka menatap mereka berdua dengan mata lebar, lalu tertawa kecil. "Oh, maaf, maaf. Aku tidak bermaksud membuat kalian tidak nyaman. Aku hanya penasaran saja."
Tapi sebelum Naruto atau Serika bisa memberikan jawaban lebih lanjut, tiba-tiba saja tanah di bawah mereka bergetar. Guncangan yang semakin kuat membuat ketiganya panik. Gempa bumi besar itu terasa begitu menakutkan, hingga semua bangunan di sekeliling mereka mulai retak dan berderak.
"T-tanah berguncang!" Yuuka berteriak, suaranya penuh ketakutan. Kenangan lama yang menyakitkan mendadak kembali—kenangan tentang ayahnya yang meninggal tertimpa bangunan saat gempa beberapa tahun lalu.
Serika, yang biasanya selalu tenang, juga tidak bisa menahan rasa paniknya. "Naruto, apa yang harus kita lakukan?!"
Naruto, yang lebih cepat pulih dari kepanikan awal, langsung bertindak. Dia menatap Yuuka, yang sekarang tampak benar-benar kaku, tidak bisa bergerak. "Yuuka! Kita harus keluar dari sini, sekarang juga!" teriaknya, tapi Yuuka tidak memberikan respon.
Tanpa berpikir panjang, Naruto meraih tubuh Yuuka dan menggendongnya. "Serika, cepat! Naik ke punggungku! Kita harus segera keluar dari sini!"
Serika awalnya ragu, wajahnya memerah lagi, tapi guncangan keras yang berikutnya membuatnya tidak punya pilihan lain. Dia melompat ke punggung Naruto, memeluk erat tubuhnya.
Dengan Yuuka di depan dan Serika di belakang, Naruto melompat dari atap gedung lantai tiga. Angin kencang dan perasaan jatuh bebas membuat semua terasa seperti mimpi buruk. Namun, di dalam dirinya, Naruto mulai merasakan sesuatu yang aneh, sebuah energi asing yang merayap ke seluruh tubuhnya.
Ketika mereka akhirnya mendarat, kaki Naruto menghantam tanah dengan keras. Ada rasa sakit yang tajam di seluruh tubuhnya, tapi yang lebih mengejutkan adalah energi misterius yang dirasakan Naruto tadi tiba-tiba memperbaiki luka-lukanya secara instan.
Sebelum Naruto bisa memahami apa yang terjadi, sebuah retakan ruang muncul di sampingnya, dan dari sana, monster mirip alien dengan tangan seperti sabit keluar, menyerang dengan cepat. Dalam sekejap, naluri bertahan hidup Naruto muncul. Namun, dengan dua gadis di gendongannya, dia tidak bisa bergerak bebas.
Naruto memikirkan satu-satunya cara yang mungkin bisa ia lakukan untuk bertahan—menggigit sabit monster itu. Namun, sebelum dia sempat melakukannya, sebuah perisai cahaya berbentuk hexagonal muncul di hadapannya, menahan serangan monster tersebut.
Naruto terkejut, matanya terbuka lebar. "Apa... apa yang baru saja terjadi?"
Yuuka dan Serika, yang sama-sama masih di punggung Naruto, juga melihat dengan penuh ketakutan dan kebingungan. Serika akhirnya berbisik pelan, "Naruto... kamu lihat itu?"
Naruto hanya bisa mengangguk, masih terpaku oleh kejadian aneh yang baru saja ia alami. Tapi yang lebih penting sekarang, bagaimana mereka akan bertahan dari apa pun yang baru saja mereka hadapi.
TBC
A/N: hmm aku tahu, aku tahu, kalian pasti memiliki pertanyaan. Kenapa chapternya dirubah. Alasannya sederhana. Jika aku melanjutkan seperti chapter sebelumnya maka pada chapter 10 akan stuck dan tidak bisa dilanjutkan karena banyak plot hole yang terjadi. Jadi demi menjaga dari hal tersebut, maka dengan terpaksa aku merubah chapter ini.
Segitu saja, maaf jika menyebabkan ketidak nyamanan untuk kalian. Saya haya tidak ingin membuat cerita yang memiliki plot hole(walau mustahil). Besok atau mungkin hari ini, chapter selanjutnya mungkin akan aku upload.
Semoga saja dialog antar karakter nanti akan jelas dan tidak garing. Sedikit bocora. Akan ada kejutan di chapter depan dan ini menyinggung soal masa lalu Naruto. Dibumbui sedikit dengan budaya Indonesia.
Oh ya panjang amat A/N kali ini. Seperti biasa,,,
Sampai jumpa di chapter selanjutnya dan selamat ulang tahun Indonesia tercinta!
