Chapter 9: Pertemuan dan Pertempuran
Daerah Barat, [Eridu, [Abydos].
[Abydos] pernah menjadi kota terbesar di bagian barat negara [Eridu]. Sebagai pusat perdagangan dan pendidikan, [Abydos] berkembang pesat, menyaingi kemegahan ibukota [Mesopotamia]. Namun, itu semua kini tinggal kenangan.
Sekarang, [Abydos] telah berubah menjadi puing-puing. Gedung-gedung tinggi yang dulu berdiri kokoh kini tertutup pasir. Badai pasir misterius yang tiba setelah gempa menghantam, menyelimuti kota dalam waktu singkat. Pasir menggunung menutupi perumahan, meruntuhkan harapan mereka yang tersisa.
Lebih buruk lagi, makhluk-makhluk aneh dan robot berbentuk binatang mulai muncul, memburu siapa saja yang masih hidup di tengah badai. Mayat berserakan di antara tumpukan pasir, darah mengalir hanya untuk segera tersapu oleh angin yang membawa butiran pasir kembali.
Di dalam sebuah kontainer yang tertutup rapat, seorang gadis berambut pink duduk meringkuk di sudut, bersandar pada pintu besi yang dingin. Gadis itu mengenakan seragam sekolah—kemeja putih lengan panjang dengan dasi biru langit yang dihiasi tanda "X" hitam di ujungnya, serta rok pipit hitam. Logo [Abydos High School] tampak di lengan seragamnya.
Kepalanya yang tertunduk, dengan rambut panjang mencapai lutut, menyembunyikan wajahnya. Kedua tangannya mengepal erat hingga darah menetes, melukiskan jejak merah di atas kulitnya.
"Yume-sensei..." bisiknya lirih, suaranya nyaris hilang dalam badai yang mengguncang di luar.
...
Yuuka dan Serika berlari cepat melewati reruntuhan serta tubuh-tubuh tak bernyawa yang berserakan di jalan. Mereka terlihat terburu-buru menuju pintu keluar.
Wushu!
Dua monster besar berwarna abu-abu tiba-tiba jatuh dari atas, menghalangi jalan mereka. Kedatangan dua monster itu memaksa Yuuka dan Serika berhenti berlari dan menghadapi mereka.
"Situasi buruk," gumam Serika, sambil bersiap dalam posisi bertarung. Sepasang telinga kucing di kepalanya bergerak sedikit saat menangkap sesuatu, dan wajahnya yang semula kusut mulai tenang.
"Apa yang kita lakukan sekarang? Monster mutasi ini tidak bisa mati! Menghadapi mereka hanya akan membuang-buang energi. Kita harus melarikan diri dari sini," ujar Yuuka dengan cemas, sambil tetap menggendong Asihira.
Serika tampak ingin mengatakan sesuatu, namun belum sempat ia bicara, dua monster itu langsung menerjang ke arah mereka, memaksa Serika dan Yuuka bersiap menghadapi serangan.
Kedua tangan Serika bersinar emas, diselimuti api merah darah yang berkobar. Di saat yang sama, Yuuka bergerak ke belakang Serika dan menempelkan tangan kirinya ke tubuh Serika.
Seketika, perisai energi muncul mengelilingi mereka berdua. Tak lama kemudian, kedua monster sudah berada tepat di depan mereka, menghantam pelindung energi yang dihasilkan Yuuka.
Pyar!
Tanpa banyak perlawanan, perisai energi tersebut hancur berkeping-keping di bawah tinju dahsyat dua monster yang mirip Hulk itu.
Namun, perlindungan itu tidak sia-sia. Pertahanan tadi cukup untuk menghambat serangan monster, memberi waktu bagi Serika untuk melancarkan serangannya. Dengan kedua tangan yang diselimuti api, Serika melancarkan tebasan.
Slashh!
Dengan mudahnya, Serika membelah tubuh dua monster itu menjadi dua, membuat mereka jatuh ke tanah dengan keras. Bagian yang tertebas terbakar oleh api yang menyala.
"Ayo cepat pergi. Naruto akan menunggu lama kalau kita tidak segera keluar," kata Yuuka, mengajak Serika untuk bergegas. Serika mengangguk setuju, dan mereka bersiap melanjutkan perjalanan keluar dari sekolah.
Swushhh!
Tubuh dua monster yang telah terbelah tiba-tiba berubah menjadi kabut abu-abu dan berkumpul di belakang Yuuka dan Serika. Keduanya tidak sempat menghindar, hanya bisa terpaku menatap tinju yang mengarah ke kepala mereka.
Serika dan Yuuka telah menguasai kemampuan mengendalikan elemen dan energi, memberi mereka serangan yang kuat. Namun, secara fisik, mereka tidak sekuat itu. Jika tinju monster tersebut menghantam mereka, kepala mereka akan pecah berkeping-keping.
"Nah, aku sedikit penasaran dengan apa yang tadi kamu katakan, Ketua Kelas."
Sebuah suara terdengar, diiringi dengan suara dentuman keras ketika dua monster itu terpental jauh, seolah tertabrak kereta berkecepatan tinggi.
Di balik bayangan reruntuhan, Naruto muncul dengan pistol yang masih mengepulkan asap, dihiasi Rune [Gelombang] yang berputar mengelilingi pistolnya seperti ular perak. Serangan itu mengeluarkan gelombang kejut yang mendorong musuh.
Serangan ini sangat berguna, tapi ada kekurangannya: waktu pengaktifan dua detik membuat Naruto harus berdiri tanpa bergerak selama itu. Dalam waktu tersebut, musuh bisa memenggal kepalanya tiga kali.
Namun, kekuatan yang dihasilkannya tak terbantahkan. Dua monster besar terpental lebih dari tujuh meter, menabrak tembok hingga runtuh.
"Naruto!" seru Yuuka dan Serika, masih terkejut oleh serangan mendadak itu, kini menatap Naruto dengan ekspresi kaget, seolah melihat hantu.
Naruto yang menyadari reaksi aneh dari Yuuka dan Serika mengernyitkan dahi. Dia memutuskan untuk tidak mendekati mereka terlebih dahulu. Waspada adalah hal utama saat menghadapi sesuatu yang tidak dikenal.
"Bagaimana bisa kamu—."
Rooaaarrrr!
Ucapan Yuuka terputus ketika dua monster bangkit kembali, menerjang mereka dengan tubuh yang sebagian berubah menjadi kabut, membuat gerakan mereka lebih gesit dan cepat.
Naruto terdiam sejenak mendengar kata yang terpenggal Yuuka. Untuk mengatakan hal seperti itu, maka hanya ada satu kemungkinan. Ditambah dengan perkataan mereka sebelumnya, Naruto menggelengkan kepalanya.
Hanya berasumsi tidak akan bisa membuatnya menemukan kebenaran.
"Hancurkan setengah tubuh mereka. Akan muncul orb, ambil atau hancurkan. Itu satu-satunya cara untuk membunuh mereka," kata Naruto dengan tenang, meski masih waspada dengan reaksi aneh yang dilihatnya tadi.
Serika dan Yuuka saling menatap dan mengangguk.
"Apapun yang terjadi, kita harus selesaikan monster ini dulu," ujar Serika, sambil menerjang ke depan tanpa rasa takut. Kedua tangannya kembali diselimuti cahaya emas dan api merah darah yang menyala-nyala.
"Iya," balas Yuuka sambil meletakkan tangan kirinya ke tanah. Aliran energi biru melesat dari tanah, masuk ke tubuh Serika, meningkatkan aura Serika secara drastis.
Naruto, yang mengamati dari belakang, menyipitkan mata. Pistolnya diarahkan ke depan, dan rangkaian Rune mulai bersinar di mata kirinya, yang berubah menjadi perak.
...
Duar!
Ledakan disertai kobaran api mengamuk di SMA Suo yang sepi saat malam hari. Tak jauh dari ledakan, Serika dengan napas terengah-engah memegang dua orb bening yang mengandung energi murni dan kuat.
"Selesai," gumam Yuuka dengan wajah pucat karena kehabisan tenaga. Sejak tadi, ia terus memberikan support kepada Serika, yang benar-benar menguras habis energinya. Bagaimanapun, Yuuka baru saja mengalami [Awakening] dan belum sepenuhnya mengembangkan serta menguasai kemampuannya.
Sementara itu, tanpa aba-aba, Naruto muncul di belakang Yuuka, mengambil Asihira dari gendongannya, dan mencengkeram leher belakang Yuuka seolah-olah ia adalah seekor kucing. Hal ini membuat Yuuka memekik kaget, dan Serika yang mendengarnya langsung menoleh.
"Apa yang kau lakukan?!"
Serika berteriak saat melihat Naruto mencengkeram bagian belakang leher Yuuka layaknya memegang seekor kucing. Di bahu kanannya, Naruto menggendong tubuh Asihira yang penuh luka, sementara aliran energi biru terlihat memancar di sekeliling tubuhnya, menyembuhkan luka-lukanya sedikit demi sedikit.
"Cukup main-mainnya! Aku tidak tahu siapa kamu, tapi mengendalikan temanku seperti itu—akhirmu adalah kematian!" Naruto berteriak, dan matanya yang berwarna perak bersinar di kegelapan malam. Bersamaan dengan itu, rune biru mengalir dari tangan kirinya ke tubuh Yuuka, yang seketika membuat Yuuka berteriak kesakitan.
Csssss!
Suara air yang menguap terdengar dari tubuh Yuuka, disertai keluarnya gumpalan asap hitam yang mengepul gelap seperti tinta.
"Hah!"
Serika tiba-tiba menerjang dengan tampilan yang berubah drastis. Aura hitam menyelimuti seluruh tubuhnya, sementara garis-garis ungu terlihat di kulitnya. Api merah darah berkobar dari seluruh tubuhnya, membuatnya terlihat semakin mengerikan.
{Angra.}
Suara Arona terdengar di kepala Naruto, dan seketika sejumlah informasi mengenai [Angra] yang sebelumnya diberitahu Arona memenuhi pikirannya dengan cepat.
[Angra] adalah sejenis makhluk konseptual yang lahir dari benda-benda dengan spiritualitas tinggi (sederhananya, benda yang memiliki jiwa). Spirit, atau jiwa benda tersebut, dapat terkontaminasi oleh kekuatan tertentu hingga menyebabkan sifatnya terdistorsi.
Spirit biasanya lahir pada benda-benda khusus atau senjata kuat karena adanya aturan konseptual yang tertanam di dalamnya. Sifat dari Spirit adalah untuk membuat senjata atau benda bisa tumbuh lebih kuat, bahkan berubah menjadi makhluk hidup yang sesungguhnya.
Namun, ada kondisi di mana Spirit bisa tercemar dan terdistorsi, mengubah sifatnya menjadi jahat. Spirit yang sifatnya terdistorsi ini disebut [Angra].
[Angra] memiliki kemampuan aneh dan unik—mereka menelan serta memakan makhluk hidup untuk memperkuat diri secara instan. Selain itu, [Angra] memiliki tubuh fisik yang hanya bisa dihancurkan jika tubuh utamanya dihancurkan atau dimurnikan.
Sekarang, dengan kemampuan baru yang diperoleh Naruto setelah [Awakening, yaitu [Mata Kebenaran, Naruto mengetahui bahwa ada yang tidak beres dengan kedua temannya ini—lebih tepatnya sejak mereka berdua berbicara dan bereaksi aneh saat melihat kedatangan Naruto. Mereka bereaksi seolah-olah sudah bertemu Naruto sebelumnya dan menyebut bahwa Naruto menunggu mereka di luar sekolah. Padahal, sejak mereka berpisah untuk ke aula, mereka belum pernah bertemu lagi.
Bagaimana bisa mereka mengatakan itu?
Pada saat itulah Naruto mengaktifkan [Mata Kebenaran] dan, dengan bantuan "perpustakaan berjalan" Arona, Naruto mengetahui bahwa saat ini kedua temannya dikendalikan oleh [Angra].
Namun, masih banyak misteri yang tersisa, karena [Angra] biasanya tidak bersikap seperti ini. Tetapi, apapun yang terjadi, sekarang dia harus menghadapi masalah di depan mata.
Mata Naruto memantulkan sosok Serika yang menerjang ke arahnya dengan kekuatan yang jauh lebih mengerikan dan kuat dibandingkan saat ia melawan dua monster sebelumnya. Bahkan dengan kemampuannya sekarang, Naruto yakin jika ia mencoba menahan serangan Serika dengan tubuhnya, ia akan langsung menjadi arang.
Harus menghindar!
Namun, dengan Yuuka dan Asihira di sisinya, Naruto hanya punya satu pilihan.
Energi biru menyebar di tanah dengan Naruto sebagai pusatnya. Tepat ketika Serika tiba di depannya dan mengayunkan tangannya yang dipenuhi api, suhu panas yang tak wajar menguapkan udara di sekitarnya, membakar benda-benda yang mudah terbakar.
Untungnya, Naruto sudah melapisi dirinya dan kedua temannya dengan energi pelindung. Serika memang sangat kuat, tetapi kuat saja tidak cukup untuk mengalahkan Naruto.
'Tapi kuat saja tidak cukup untuk mengalahkanku,' batin Naruto. Seketika, tanah di depannya melonjak ke atas, membentuk dinding tanah yang dihiasi rune biru.
Duar!
Ledakan disertai kobaran api merah darah dengan sentuhan aura hitam yang jahat terlihat saat pukulan Serika menghantam dinding tanah yang dibuat Naruto. Serangan dahsyat itu membuat tanah berguncang kecil, dengan retakan dan bekas hangus di sekitarnya—kecuali di wilayah di belakang dinding tanah.
Tangan kanan Naruto yang bebas terlihat menjulur ke depan dengan telapak tangan terbuka. "Berakhir," gumam Naruto pelan dan hendak mengepalkan tangannya. Namun, tiba-tiba, sosok gadis berambut pink melompat turun dari atas gedung sekolah.
"Serika-channn~, awas kepala!"
Bamm!
Gadis itu jatuh dengan keras, langsung menginjak kepala Serika hingga menghantam tanah dan menimbulkan goncangan yang bahkan lebih besar dari sebelumnya.
"Mikaaaa! Kamu bisa membunuhnya! Dia itu Serika!" Wajah Naruto seketika berubah panik ketika melihat kejadian ini, dan ia berteriak. Ia segera menghilangkan dinding tanahnya dan menghampiri Serika yang terkapar di kawah akibat dihantam kaki Mika.
"Tehe~ kepalanya sangat keras! Jangan khawatir, Naruto-kun," kata Mika sambil tersenyum ceria.
Naruto tidak memperdulikan ucapan Mika. Setelah meletakkan tubuh Yuuka dan Asihira di tanah, ia segera memegang dahi Serika. Energi biru langit mengalir dari tubuh Naruto ke tubuh Serika, dan segera gumpalan asap hitam berkobar sesaat sebelum akhirnya menghilang. Nafas Serika mulai stabil, dan tidak ada luka sama sekali—meskipun Mika tadi menendangnya dengan sangat kejam dan kuat. Tampaknya aura hitam [Angra] melindunginya pada saat terakhir.
Dengan wajah serius, Naruto berdiri dan, tanpa basa-basi, menjitak kepala Mika.
"Aduh!" Mika memegangi kepalanya, meringis.
...
PERPUSTAKAAN
...
"Kenapa kamu melihat ke sini?! Menghadap tembok!"
Mika dengan lesu mengalihkan pandangannya kembali ke arah rak buku sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Ia terlihat seperti anak kecil yang sedang dihukum—sangat lucu.
"Menghadap tembok, menghadap tembok, aku menghadap rak buku, bukan tembok," gumam Mika dengan ekspresi tidak puas. Ia hanya menendang wajah Serika dengan keras, kenapa dia malah dihukum seperti ini? Lagipula, Serika juga tidak terluka.
Dengan pendengaran yang tajam, Naruto dapat mendengar dengan jelas apa yang Mika gumamkan, namun ia memilih mengabaikannya. Mika memang seperti itu (setidaknya di hadapan Naruto). Dia selalu bertindak sesuai emosinya dan sering ingin bermain-main. Bisa dibilang, Mika adalah tipe orang yang sangat dikendalikan oleh emosi sesaat.
Naruto menghela napas, lalu menatap ke arah tiga tubuh yang berbaring tak sadarkan diri. Ini adalah masalah besar, mengingat jumlah mereka bertambah, dan hal ini menambah risiko dalam upaya mereka untuk bertahan hidup.
Bukan berarti Naruto menganggap mereka beban. Dia cukup yakin bahwa kemampuan mereka dalam pertarungan sangat kuat dan bisa meningkatkan peluang bertahan hidup di dunia yang kacau ini. Namun, yang membuat Naruto khawatir adalah masalah [Angra] dan item yang menyebabkan distorsi waktu.
Dari pertemuan kali ini, Naruto dan Arona menyimpulkan beberapa kemampuan [Angra] yang bisa menjadi masalah besar jika ada terlalu banyak orang. Kemampuan ini mirip dengan [Penguatan] milik Naruto, namun dengan beberapa perbedaan.
Kemampuan Naruto membuatnya bisa mengambil alih segalanya dan mengendalikannya sesuka hati. Tidak hanya itu, kemampuan Naruto bisa diterapkan dalam skala luas, yang membuatnya sangat menakutkan. Sementara itu, kemampuan [Angra] terlihat dapat mencemari makhluk lain dan mengendalikannya.
Makhluk yang tercemar juga akan mendapat peningkatan kekuatan. Kemampuan lain yang diduga oleh Naruto dan Arona adalah manipulasi memori.
Terdengar sangat menakutkan, bukan?
Ini adalah spekulasi Naruto dan Arona setelah menganalisis perkataan Yuuka dan Serika, yang pernah mengatakan bahwa 'Naruto menunggu di luar sekolah.'
Hal ini sangat tidak mungkin terjadi, mengingat sejak mereka berpisah, mereka belum pernah bertemu lagi, apalagi membuat janji bertemu di luar sekolah. Dari informasi ini, Naruto dan Arona menyimpulkan bahwa [Angra] memiliki kemampuan untuk memanipulasi memori makhluk yang tercemar olehnya. Namun, yang masih menjadi misteri adalah mengapa [Angra] repot-repot melakukan itu, bukannya langsung mengendalikan makhluk-makhluk yang tercemar secara penuh.
Naruto punya beberapa tebakan mengenai hal ini, tapi dia masih menyimpannya untuk dirinya sendiri.
Kemudian ada masalah terkait kemampuan berpikir milik [Angra]. Kalian mungkin berpikir bahwa sebagai Spirit yang tercemar, [Angra] memang harus memiliki kesadaran dan kemampuan berpikir, kan?
Namun, anggapan ini sebenarnya salah.
[Angra] adalah distorsi dari Spirit dan merupakan kebalikan ekstrim dari Spirit itu sendiri. Jika Spirit adalah bentuk spiritualitas dengan emosi dan pikiran independen, maka [Angra] adalah sebaliknya.
[Angra] adalah obsesi, bukan kecerdasan. Obsesi untuk menjadi lebih kuat dan melampaui segalanya. Spirit yang berubah menjadi [Angra] hanya memiliki satu tujuan: melahap segala bentuk kehidupan dan berevolusi menjadi lebih kuat.
Selain melahap, [Angra] tidak akan memiliki pikiran lain. Hal ini membuat [Angra] tidak memiliki kecerdasan yang tinggi. Jadi, agak aneh melihat [Angra] melakukan manipulasi seperti ini terhadap Serika dan Yuuka.
Sebenarnya, ini bukan hanya aneh, tapi juga menakutkan. Biasanya, [Angra] hanya bertindak seperti binatang buas yang kuat, namun sekarang, [Angra] yang mereka hadapi memiliki kecerdasan yang "normal." Ini meningkatkan level ancaman yang ditimbulkan oleh [Angra].
Jika tidak segera dimusnahkan, [Angra] yang cerdas ini akan menjadi ancaman yang sangat berbahaya, terutama karena kemampuannya untuk menjadi lebih kuat dengan melahap makhluk hidup. Ini bisa menjadi bencana jika dibiarkan hidup.
Sedangkan untuk item yang menyebabkan distorsi waktu, Naruto dan Arona benar-benar tidak punya petunjuk mengenai hal ini. Kabar baiknya, item tersebut bukanlah benda yang melahirkan [Angra, dan ini ditegaskan secara pasti oleh Arona kepada Naruto.
"Yang jelas, kita harus segera mengurus [Angra]. Jangan sampai dia melihat matahari terbit besok. Semakin cepat dia mati, semakin baik."
Naruto menatap keluar dan melihat bulan yang masih menggantung di langit, yang warnanya semakin memerah. Kegilaan yang lebih mengerikan akan segera dimulai.
