Sebelum perang Dunia Shinobi meletus, invasi Pain terjadi, seseorang yang tidak dikenal oleh Uchiha Obito datang mencoba menghentikannya dengan banyak cara. Dari yang paling lembut hingga sangat lembut.

Obito di dalam sosok Tobi khawatir jika hal itu hanyalah pengalihan dari obsesinya untuk menghancurkan dunia Shinobi. Dia mengabaikan banyaknya peringatan yang telah di sampaikan. Menganggapnya sebagai angin lalu.

Namanya Yuri Ogawa. Darimana dia berasal? Dia tidak mengetahuinya. Gadis itu muncul begitu saja. Berbicara dengan sembrono dan sedikit diluar batas.

"Aku akan menemanimu sampai akhir. Lupakan tentang obsesi mu. Ayo hidup bersama. Apapun yang kau rencanakan, itu adalah kesalahan. Kau akan menyesalinya. Di tengah pertempuran, kau akan memahami dan menyesal. Obito, masih ada waktu untuk menghentikan semuanya. (Yuri mengulurkan tangannya pada Obito) biarkan aku menemanimu sampai akhir. Ayo kita hidup bersama dengan damai. "

Kata-kata itu sempat membuatnya bimbang namun pada akhirnya dia tetap pergi dengan dendam yang terukir di tulangnya.

Dan inilah yang terjadi. Semua yang gadis itu katakan seperti kutukan. Ditengah perang, dia mengetahui benar dan salah. Dia berniat untuk menebus dosanya dengan menggunakan dirinya sendiri sebagai senjata menahan Kaguya. Melindungi Naruto juga orang-orang Konoha yang lain. Tapi apa yang terjadi?

Ketika dia dia berusaha melawan Kaguya dan persiapkan untuk mati, seseorang mengambil alih posisinya. Bukan dia yang mati pada akhirnya. Gadis itu, yang kau panggil dengan na Yuri, mendorongnya dan mengambil serangan untuknya.

Seharusnya tidak berakhir seperti itu. Jika aku mendengarkan apa yang dia katakan. Jika saja aku berhenti dan meraih tangannya. Seharusnya masih ada seseorang yang akan menungguku, membuat perapian hangat di dalam rumah saat musim dingin. Memasak miso hangat dan menyambutnya saat pulang dengan senyuman. Seharusnya dia masih memiliki itu, jika dia tidak keras kepala.

Dia hanya dapat memeluk tubuh yang mulai mendingin. Bahkan jasadnya masih tersenyum. Bodoh! Untuk apa pengorbanan ini? Apakah itu pantas untuk dilakukan? Dia adalah pendosa. Dia tidak diciptakan untuk dicintai siapapun tapi kenapa seseorang datang yang entah darimana, menawarkan cinta tanpa syarat untuknya. Apakah dia begitu berharga? Dia adalah sampah. Cinta seperti itu terlalu sia-sia.

Obito menangis tanpa suara, memeluk tubuh dingin Yuri. Menatapnya dengan kosong. Dua kali dia mengalami hal seperti ini hingga dia bosan. Jika dulu dia dapat meletakkan kesalahan kepada orang-orang Konoha lalu pada siapa lagi dia akan meletakkan baskom dengan kotoran ini akan dijatuhkan? Yuri mati untuknya. Setelah banyak kata yang dia ucapkan untuk menahannya agar tetap hidup dengan sehat dan bahagia.

Siapapun yang melihat Obito, merasa dicengkram hatinya. Pria itu seperti mayat hidup. Kosong dan tidak memiliki gairah sama sekali.

Setiap hari dia akan tinggal di pemakaman. Gadis Yuri secara tidak langsung telah menjadi pahlawan dunia. Konoha membiarkan jasad Yuri di makamkan di makam Konoha dengan upacara besar.

Obito menghabiskan sepanjang hari di tempat yang sama. Menatap batu nisan Yuri dengan linglung. Rasanya aneh melihatnya seperti itu. Untuk takaran cintanya pada Rin seharusnya itu cukup besar. Dia bahkan membawa semua orang terlibat dalam perang hanya karena dendam kematian Rin, lalu sekarang dia seperti orang bodoh di depan makam gadis lain? Apa yang dia pikirkan?

Rin cintanya yang berteput sebelah tangan, sedangkan Obito tahu bahwa gadis yang sekarang tidur tiga meter di kedalaman tanah memiliki perasaan begitu besar padanya. Dia bahkan tidak segan untuk memberikan hidupnya. Kenangan Obito terus berputar pada pertemuan pertama mereka. Gadis itu menghentikannya di tengah hutan.

"Menikahlah denganku, Uchiha Obito! " , "aku berjanji akan membuatmu bahagia dan bahagia. Kita akan memiliki banyak anggota dalam keluarga kecil kita. Kau akan sangat dicintai. Aku mohon. "

Apa yang gadis itu pikirkan? Dia tahu bahwa dirinya adalah pemberontak tapi dia tidak keberatan dan bahkan ingin memiliki keluarga dengannya?

"Obito! "

Seolah tuli, Obito mengabaikan Kakashi yang muncul dibelakangnya.

"Hokage-sama ingin berbicara denganmu. "

Ada keheningan. Pria yang duduk di atas rumput masih tidak bergeming.

"Ini tentang gadis itu. " begitu kata Kakashi dijatuhkan, Obito memberinya reaksi.

Jadi, hanya tentang gadis itulah yang dapat menarik minatnya?

Obito masih menantikan Kakashi berbicara lebih banyak dengan wajah hambar.

"Saat Sai menjalankan tugasnya di lembah putus asa, dia merasakan hawa keberadaan yang sangat kuat. Sai ingin memantau situasi di sana tapi dia melihat sesuatu yang mungkin seharusnya tidak dia lihat." Kakashi mengamati ekspresi tidak puas Obito. Mungkin untuknya, Kakashi terlalu bertele-tele.

Sai muncul di belakang Kakashi. "Nona itu berada di sana, dengan pasung rantai abadi. Cakra yang keluar masih miliknya itu artinya, dia telah menyegel dirinya sendiri di dalam lembah. Juga, aku menemukan karma terukir di dahinya. "

"Apa?! " kini reaksi Obito memenuhi harapan Kakashi. Pria itu sudah mencengkram kerahasiaan Sai kuat-kuat.

Kakashi meraih lengan Obito. Menghentikannya dari tidakan yang berbahaya. "Kurasa gadis yang kita kuburkan hanyalah bunshin. Tubuh aslinya telah dia segel. Firasat ku mengatakan, gadis ini mengetahui tentang cara mengalahkan Kaguya. Dia mempersiapkan rencana begitu matang. Menyegel dirinya sendiri sebelum menelan Kaguya kedalam tubuhnya dan Kaguya mengambil alih tubuhnya secara penuh. "

Hatinya berdenyut sakit. Bagaimana bisa gadis yang ceroboh dan hanya memiliki kegilaan akan cinta, memikirkan cara Terekstrim?

Obito merosot jatuh diatas tanah. Kakashi sangat penasaran, sebenarnya hubungan seperti apa yang mereka miliki? Kenapa gadis itu bisa menggeser keberadaan Rin dihati Obito yang lama mengeras?

"Ini semua salahku. Seharusnya aku mendengarkannya. Aku terlalu keras kepala. Maafkan aku. Maafkan aku...!!" Obito meraung keras di pemakaman.

Dia pasti kesakitan! Dia terbakar dan disiksa dengan kejam di dalam segel. Kaguya begitu kuat. Jika segel miliknya dapat menahan Kaguya, itu artinya segel Yuri Sangat kuat dan mengerikan untuk di tanggung.

Obito berlari dengan cepat, dia akan pergi ke lembah putus asa. Dia harus membawanya kembali bahkan jika nyawa menjadi taruhannya.

Kakashi mengikuti Obito bersama ninja yang lain. Pria itu sedang dalam kegilaan. Mungkin tindakan ceroboh akan sering dilakukan. Jadi dia sengaja mengikutinya bersama rekan yang lain.

.

.

.

.

Lembah putus asa. Begitu curam dan terjal. Tempat dimana Yuri menyegel tubuhnya cukup tersembunyi namun kondisi cakra yang mengamuk tidak dapat dia sembunyikan.

Sekali lagi Obito dipukul oleh kebesaran cinta orang asing. Di permukaan dinding, jejak darah kering telah menampilkan potret yang telah lama dia impikan. Keluarga dengan banyak cinta untuknya. Dia yang tersenyum dan mencium gadisnya.

Berapa lama gadis ini bertahan didalam gua? Berapa banyak darah yang dia gunakan untuk melukis di permukaan dinding batu? Apakah itu menyakitkan?

"Obito." Kakashi memberikan beberapa kertas yang dia temukan di bawah batu.

Aku tidak bisa melihatnya mati.

Aku menyukainya, hingga kadar gila. Apa yang harus aku lakukan?

Aku sudah berusaha menghentikannya tapi sial, cintanya pada Rin lebih kuat dari logika yang sehat.

Aku lelah terus berusaha. Tapi aku juga tidak ingin melihatnya menderita. Dia telah menderita begitu banyak. Sudah waktunya untuk bahagia kan???

Obito Uchiha kau idiot!

Aku ingin marah. Obito Uchiha mengabaikan perasaanku. Aku ingin dia bahagia bahkan jika bukan aku yang menjadi alasannya tapi kumohon, hiduplah dengan nyaman, sehat dan bahagia. Berhenti menyiksa dirimu sendiri.

Aku akan menyegel diriku sendiri. Saat waktunya tepat, aku akan mengambil peran Obito untuk mengalahkan Kaguya. Apakah melakukannya akan terasa sakit? Aku takut sakit. Jika Obito tidak melihat ketulusanku, dia buta. Apakah Obito akan memikirkanku? Tidak apa-apa kan jika aku kejam padanya? Aku ingin dia menyesal. Hiduplah dan lihat wanita cantik ini yang bisa memberimu selusin keturunan akan mati untukmu, tolol! Kau akan menyesal sampai mati, kau tahu!

Hari ini adalah waktunya. Semoga Tuhan melindungiku. Menjaganya, dan mengurangi rasa sakit. Eoh come on! Aku melakukannya untuk dunia. Aku pahlawan, ok! Beri sedikit kompensasi. Jangan biarkan aku kesakitan. Demi Tuhan aku takut sakit.

"Dia wanita gila. " dengus Obito di sela tangis yang meledak.

"Ayo kita masuk. " kata Sai menunjukan pintu masuk dari gua yang lebih dalam. "Gadis itu ada di sana. " tunjuk Sai, memimpin kelompok.

Obito berlari masuk kedalam Gua. Ketika dia mencapai tempat terdalam pemandangan miris, menyambut kedatangannya.

Yuri seperti itu. Semua terikat dengan rantai sialan. Gadis itu tidak memiliki kesadaran seperti apa yang dia inginkan. Dia tidak merasakan sakit dan juga tidak akan pernah bangkit.

"Yuri! Yuri! " teriak Obito berkali-kali berusaha membuatnya tersadar.

Kakashi menganggap pundaknya ketika Obito berniat menerobos array yang di buatnya (Yuri).

"Apa yang harus aku lakukan? Kenapa gadis itu tidak bangun? Aku sudah memanggilnya. " tanya Obito pada dirinya sendiri.

"Dia menggunakan rantai abadi sulit untuk menariknya keluar dari alam bawah sadarnya. Lagipula jika dia tersadar, aku khawatir mungkin Kaguya akan mengambil alih tubuhnya. Jika kau benar-benar ingin dia sadar, pikirkan apapun yang mungkin akan mendominasi pikirannya. Saat ini, gadis itu dan Kaguya berada di ranah yang sama, jika kau dapat menariknya lebih dulu, mungkin gadis itu bisa menekan Kaguya di dalam dirinya. "

Obito semakin cemas. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan agar Yuri menguasai kesadarannya.

"Beri aku waktu. Biarkan aku sendiri. Kalian pergilah terlebih dahulu. Aku akan mencoba untuk mencari solusinya. " kata Obito tanpa mengalihkan pandangan dari Yuri.

Kakashi tidak membantah. Dia membawa rekan yang lain, keluar dari gua.

Sekarang hanya tinggal dia dan Yuri. Obito duduk di atas batu, menatap gadis yang jauh di sana. Dengan rantai mengikatnya. "Beritahu aku, apa yang akan membuatmu bangun. Apa yang... "

Obito mengamati pintu gua. Tidak ada siapapun di sana. Dia telah menemukan cara, setelah beberapa jam berpikir.

Obito melepas pakain misi Konoha satu persatu. Dia menanggalkannya tanpa ragu.

Sekarang dia benar-benar bertelanjang. Tidak ada apapun yang melindunginya ataupun area-area pribadinya.

Obito duduk kembali di atas batu besar sambil bertelanjang. Dia duduk menghadap tepat ke arah dimana Yuri sedang tersegel.

Awalnya penis itu masih lemas, kemudian Obito membelainya sendiri. Perlahan dan perlahan, pilar naga miliknya terbangun.

"Brengsek! Aku tidak pernah melakukan ini. "Dia malu dengan tindakannya sendiri. Ini adalah kali pertama baginya. Selama memiliki dendam yang membutakan hatimu, kau bahkan tidak repot dengan nafsu seperti itu. Obsesi mu terlalu berdarah.

Dia menggenggam kejantanannya, memijat naik dan turun berulang-ulang.

Rasanya tidak buruk. Malah sebaliknya, ini terasa enak.

"Eeuughhhh... Ini enak. Hey Yuri, kau bilang ingin anak-anak dariku? Ayo Aku akan memberimu spermaku. Bangunlah, masukan penisku kedalam vaginamu. " kata Obito begitu fasih.

Obito terus menyentuh dirinya sendiri. Dia sangat menikmati melakukan mastrubasi.

Mata gelap Obito mengintip Yuri di balik celah bulu matanya. "Eeuummm ini enak sekali. Aku membayangkan kau sedang duduk di atas penisku. Menggoyangkan pinggulmu dan terus menjepitnya. Eeoohhhh vaginamu pasti sangat enak. Membayangkannya saja membuatku klimaks. Brengsek! Eeuummm Yuri jepit penisku, sayang. Jepit dengan kuat. Aakjh!!!! Aaakhhh!!! Yuri!! Eoh brengsek! Aku ingin vaginamu Yuri, eoh sial, Aku benar-benar ingin memperkosa wanita jalang seperti mu dengan kasar. Tidak hanya spermaku yang ku masukkan kedalam vaginamu, Aku ingin mengencingi lubangmu sampai mati. "

Kepala menatap langit langit gua, terpejam dan membuka, menikmati sentuhan pada dirinya sendiri. "Eoh sial! Ini terlalu nikmat. Aku ingin merasakan yang sebenarnya. " kocokan di penisnya semakin cepat dan cepat. Dia membayangkan bahwa Yuri sedang tengkurap di depannya. Mengangkat bokong-bokong montok dengan percaya diri di depan penisnya. Dia akan mendorong pilarnya melesat jauh ke dalam hingga menyentuh ujung rahimnya. Bercinta dengan keras. Pukul di dalam terus menerus. Cengkram kuat rambutnya dan cium dia dengan kasar. Benamkan penisku di dalam sana tanpa ampun dan berulang. Dia wanita goblin, menggoda mu sejak awal. Ingin kau menidurinya jadi tiduri dia sampai mati. Di dalam pikiran Obito, dia sedang memompa vagina Yuri dari belakang dan kasar. Gadis itu memohon untuk berhenti namun tombol telah di tekan. Dia tidak bisa kembali.

"Aku ingin penis kedalam vaginamu. Pasti akan lebih nikmat bukan (Bunshin Obito) melihatmu dimasukin penis lain. Aahhh aku benar-benar ingin melakukannya."

"Hei Uchiha! Apa kau gila?! "

Obito yang masih mengocok penisnya di tangan: ???????????

Dia mengamati rantai yang mengikat Yuri tidak memiliki cakra hitam seperti sebelumnya. Itu bagus. Dia bersemangat dan tanpa berpikir melesat pergi ke arah Yuri tanpa ragu.

Mata Yuri ter belalak. Obito berlari dengan penis yang masih tegak menatangnya.

.. "Apa yang kau lakukan?"Tanya Yuri tercekat melihat kejantanan Obito yang begitu besar dan panjang.

Obito mengabaikan pertanyaan Yuri. Dia meraih rantai yang mengikat pinggangnya dan mematahkan menjadi dua.

Eoh?! Melepas rantai.

" hey Obito. Kau bisa melepaskan rantainya tapi paling tidak kau harus memakai bajumu kan? "

Setelah Yuri berkata seperti itu, barulah Obito tersadar bahwa dia masih telanjang.

Tidak ingin merasa malu, Obito dengan cerdik segera melakukan improvisasi. Dia tidak lagi menghancurkan rantai, malah sebaliknya. Dia berusaha menjadi seorang hooligan alami. dia duduk berjongkok di depan Yuri. Gadis itu masih terikat dengan rantai, dengan gila Obito menyibak pakaian bawah Yuri dan menatap bagian intim miliknya.

"Obito! Kau... Kau tidak benar-benar akan memperkosaku kan? "

Obito mengabaikannya dan terus bekerja.

Dia mengusap lembut bagian intim Yuri beberapa kali sebelum mencubit Klistorisnya.

"Aaakkhhhh... Ja-jangan menyentuhnya. " Yuri mencengkram rantai di tangan dengan kuat. Dia menahan desah yang siap bocor. Dia ingin sekali menangkupkan kaki dan menendang Obito tapi posisinya sangat tidak mungkin. Dia terikat di mana-mana.

Obito menjulurkan lidahnya, menjilat dari atas ke bawah area intim Yuri.

Tubuh Yuri kejang oleh sensasi lidah Obito. Dia melakukannya berulang-ulang.

"Jangan... (Tubuhnya menegang) eeuughhh Obito jangan menjilatnya. " dia menengadah dengan mata sayu penuh hasrat. Rasanya sangat enak. Permainan lidah yang terus berulang membuatnya menggelinjang. "Aahhh tidak! Berhenti! Aku a-aku ingin keluar... Tolong.. Tolong.. Berhenti jangan menusukkan lidahmu di sana (di lubang vagina) akh! Akh! Akh" dia terus menggodanya dengan tusukan teratur menggunakan lidahnya. "Aaakkuu kkkeeeellluuuaarrrhhhhhhhh...!! " buku jari kaki Yuri mengencang. Tubuhnya berkedut. Wajah Obito basah oleh cairannya (Yuri).

Obito menghentikan tindakannya. Dia mengangkat pandangan menatap wajah sayu Yuri dengan rona sensual. Brengsek! Penampilan itu benar-benar terlihat sangat enak dan minta untuk di tiduri kan??? Dia berdiri diantara kedua paha Yuri yang terbuka. Dia memasukan satu jari pertama, berusaha melonggarkan vagina yang masih begitu rapat. Keluar dan masuk. Memutar dan direnggangkan.

"Aaghhhh... Aku masih sensitif, tolong berhenti dulu." Pintanya dengan wajah memelas dan merah.

"Berhenti? Tapi lubangmu bahkan tidak membiarkan jariku pergi. Apa kau akan memakannya (jari)."

Peluh keluar dengan deras. Obito memberinya satu jari lagi di dalam dan mengocoknya cepat.

Tulang-tulang Yuri kencang menerima perlakuan kasar di dalam vaginanya. "Tidak... Tidak... Tidak... Tidak... Berhenti... Hentikan... Obito... Obito hentikan. Hentikan.. Hentikaaaaannn... " teriak Yuri merancau keras saat dia mendapatkan klimaks kedua kalinya.

Nafas Yuri tersengal-sengal.

Obito menarik jarinya, menatap lekat dua jari dengan cairan mengkilap.

Eoh pemandangan itu terlalu cabul dan vulgar di mata Yuri. Dia ingin mengubur dirinya sendiri di lubang yang gelap.

Seseorang melihat jelas lubangnya. Mengocoknya dengan gila dan mengamati cairan cabul miliknya.

Jelas Obito tidak merasa jijik dengan hal itu. Dia membawa jari basahnya membungkus penis miliknya dan membalurkan cairan vagina Yuri di atas permukaan penisnya.

Dia gila! Idiot!

Obito kembali memasukan jarinya, menggaruk keluar cairan dari dalam dan membalurkan lagi pada penisnya.

Ugh Tuhan ini sangat gila. Pria itu sakit mental.

Tenaga Yuri sudah terkuras sejak awal. Dia tidak bisa mengangkat bahkan satu jaripun untuk protes. Dia menatap Obito seperti orang bodoh.

Pria itu memijat Klistorisnya, dan mengocok penisnya sendiri.

"Seperti katamu, ayo miliki satu lusin bayi. "

Satu lusin pantatku!

Pikiran Yuri di bungkam oleh penis yang menerobos masuk kedalam vaginanya. Dia tersentak, kaget. Dia melakukannya dengan satu kali dorongan.

Yuri sendiri sudah tidak mampu barang membuka mulut untuk protes. Dia benar-benar seperti korban pemerkosaan.

Obito menarik perlahan penisnya, dan membuat Yuri menggigil.

Perasaan hangat membungkus Obito. Dia melihat jejak darah membungkus penisnya. Dia yang pertama?

"Aku akan bersikap lembut, kali ini. " kata Obito menenangkannya.

Lembut pantatku! Kau sudah kasar sejak awal, brengsek!

Dia menggoyangkan bokongnya maju dan mundur. Cepat dan keras.

Yuri sangat tidak berdaya. Dia terantai di kedua tangan dan kakinya.

"Seperti yang Aku pikirkan, vaginamu sangat enak. Penisku merasa bahagia di dalam sana. " saat mengatakan hal itu, Obito menekan perut Yuri dengan tangannya. Hentakan Obito cepat dan dalam. Dia terus memukul spot terenak berulang kali.

"Ogh... Disana... Disana..."

"Kau suka aku memukulmu di sini? " tanya Obito sambil terus menyodok titik yang dia tahu akan membuat Yuri merasa ke enakan. Setiap kali dia memukul disana, dinding vaginanya akan berkedut dan mencengkram kuat.

Yuri mengangguk tidak berdaya. Disana benar-benar terasa enak. "Yeah disana... Tolong... "

"Tolong apa? Apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Obito menggodanya.

"Beri aku pukulan dengan penisku di sana. Ku mohon. Biarkan aku orgasme aku mohon... Aku ingin nyaman. Obito tiduri aku. "

"Kau goblin kecil, terlalu banyak menuntut. Penisku barang mahal, tidak semua, bisa memilikinya. " dia terus menusuk lubang dengan bersemangat.

Sodokan itu semakin gencar dan kuat. Obito memeluk Yuri, melingkari lengannya dan mendorongnya ke bawah saat keduanya masih menyatukan membuat Yuri terasa seperti sedang di tancapkan ke penisnya. Begitu dalam... Terasa aneh. Penisnya seolah ikut menerobos ke dalam rahimnya.

"Aakkkkkhhhhhhhh... "

Obito tersenyum iblis melihat Yuri membenamkan kepalanya ke belakang saat orgasme.

Mata berhenti berbinar kala menemukan bahwa buku jari Yuri terlalu kuat mengepal hingga darah keluar.

Obito menarik rantai yang mengikat Yuri. Ada rasa bersalah. Dia hanya ingin membuat gadis ini seratus persen mengambil alih tubuhnya sendiri. Dia tidak ingin Kaguya mengambil kewarasannya.

"Apakah itu menyakitkan? " tanya Obito cemas.

"Kenapa tidak kau biarkan aku memasukan kayu kedalam krisanmu dan mengocoknya kasar. Mungkin kau akan tahu bagaimana rasanya. " kata Yuri sarkas.

Dia melihat Yuri dengan tatapan sendu. "Aku hanya mencoba yang terbaik untuk membuatmu sadar. Dan lagi, Kaguya sekarang ada di dalam tubuhmu, aku harus membuatmu mendominasi kesadaranku sendiri. "

Mendengar hal itu, Yuri berangsur membaik. Benar! Kaguya ada di dalam tubuhnya sekarang. Bersyukur bahwa Obito memikirkan hal cabul untuk melawan.

"Apakah masih sakit?" Tanya Obito memasukan jarinya, membelai lembut di dalam.

. Yuri mengernyit sedikit bingung. Apakah seks membuat Obito bodoh?

"Obito, luka luar mungkin kau bisa membelainya lembut dan sedikit membantu tapi memasukan tanganku kedalam vaginaku dan menggosok dinding dalam nya seperti itu hanya akan membuatku terangsang.

" jika kau terangsang. Aku bisa memberimu penisku. "

Yuri tidak tahu harus menangis atau tertawa. Setelah pertarungannya dengan Kaguya, Obito menumbuhkan otak ekstra di antara kedua pahanya. Kenapa dia menjadi begitu cabul?

.

.

.

.

.

.

Obito berdiri di tengah ruangan Hokage, sambil menggendong Yuri di dalam pelukannya.

Bibir Tsunade berkedut melihat bajingan Konoha bersikap masa bodoh padanya. Obito terus memberinya makanan anjing (tampilan kasih sayang.) Wanita itu tidak mematahkan kakinya, jadi tidak perlu menggendongnya seperti itu. Tapi Obito tidak membiarkannya menyentuh lantai sama sekali.

Kakashi juga di sana. Dia sedikit masam. Obito selalu sangat manusiawi. Bertindak ceroboh dan normal.

"Eum... Itu... Sebagai imbalan jasaku, bisakah aku memiliki team? Aku ingin juga merasakan mengerjakan misi. Bolehkah? "

"Tidak! " Obito menyela jawaban yang akan Tsunade berikan untuk wanitanya.

"Kenapa tidak? " tanya Yuri di dalam gendongan Obito.

Obito memutar matanya sedikit kesal. "Tentu karena itu berbahaya. Kau bisa saja terluka. " katanya tegas.

Wu puih! Dua babi tidak tahu bagaimana caranya berhenti menebarkan makanan anjing. Kau terluka?! Kami bahkan lebih khawatir wanitamu yang melukai orang lain.

"Lalu bagaimana jika anggota teamku adalah kau? "

"Maka itu akan baik-baik saja. "

Kentut kuda! Bajingan tidak berotak dan babi berdarah anjing!

Tsunade ingin meledak sekarang juga. Obito selalu menjadi Obito! Pembuat onar!

Brak!!!

Tsunade meninju mejanya hingga roboh menjadi dua bagian.

"Kenapa kalian tidak membiarkan aku berbicara sama sekali. Aku adalah keputusan akhirnya, ok! "

Yuri seorang goblin, seperti kata Obito.

Dia mengangkat tangannya dan memijat dahinya dengan tampilan memelas. "Ya Tuhan, kepalaku sangat sakit. Obito, apakah menyegel sesuatu seperti itu, memang menyakitkan? Rasanya kepalaku akan pecah. Aku harus mengalihkan sakitnya, bukan??? Kurasa dengan bekerja aku mungkin bisa melupakan ketakutan juga kesakitanku. "Cicit Yuri menyandarkan kepalanya di dada Obito.

Tubuh Tsunade bergetar. Dia menemukan lawan yang sepadan. Bahkan Naruto tidak selicik gadis ini.

"Ayo kita kerumah sakit terlebih dahulu. Kau harus diperiksa. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. "

"Tidak. Tidak diperlukan. Biasanya sesuatu yang membahagiakan bisa mengalihkan rasa sakit.", " Obito apa pendapatmu tentang memasukan Naruto dan Hinata kedalam team? "

"Naruto? " dia terdiam sejenak. "Mungkin akan sedikit sulit. Bagaimanapun aku telah menyebabkan kedua orang tuanya tewas jadi... "

"Omong kosong! " pekik Yuri memelototi Obito.

Semua orang juga terkejut mendengar bantahan yang keluar dari mulut gadis itu. Eoh siapa yang tidak tahu sejarahnya tentang Obito, Kyuubi dan kematian Minato? Itu bukan omong kosong!

"Itu adalah garis takdir. Memang sudah seperti itu cerita yang harus kita lewati. Takdir dimana tuan Minato akan mati diusia itu. Kau yang jatuh cinta, semuanya sudah memiliki garis masing-masing. Kematian kedua orang tua dan uji kehidupan Naruto adalah proses untuk menjadikannya seseorang seperti sekarang. Pikirkan, jika dia terus dimanjakan oleh tuan Minato, apakah kau bisa menjamin bahwa Naruto akan seperti sekarang? Menjadi begitu luar biasa dan tangguh? Bisakah kau menjaminnya? Tidak! Kesalahan mu juga merupakan proses untuknya. Kau bagian dalam andil besar nama Naruto saat ini. Memang seperti itu, seharusnya. "

Semua takjub. Baru kali ini, Yuri berbicara dengan benar dan masuk akal.

"Itu benar. Memang seperti inilah jalan yang harus dia lalui. " kata Kakashi tersenyum pada Yuri.

Yuri menatap Kakashi datar. Tidak! Bukan hanya datar, dia bahkan terlihat meremehkannya.

Hati Kakashi mencelos. Apa yang salah? Kenapa dia terlihat begitu membencinya?

.

.

.

.

.

.

Naruto duduk di kursi makan milik keluarga Uchiha Obito bersama Hinata.

"Aku mendengarnya dari nenek Tsunade. Kau bilang akan mengambilku sebagai anggota team bersama Hinata? " tanya Naruto datar.

"Eum. Itu bukan Aku tapi dia. " Obito menunjuk Yuri yang sedang memasak dengan dagunya.

Hinata dan Naruto menatap punggung kecil Yuri.

"Kenapa? "

Obito menghela nafas panjang. "Siapa yang tahu? Dia gadis gila. Saat bertemu denganku dia juga melakukan hal yang sama gilanya. Kudengar Dia hanya ingin mengambilmu sebagai saudara laki-laki. "

Naruto mengangkat satu alisnya dan menatap Yuri lagi. "Apakah dia mengasihaniku? Jika ya, lupakan. Aku tidak memerlukannya. "

"Apa maksudmu mengasihanimu? " Yuri sudah bergabung dalam obrolan. Dia meletakkan banyak makanan di atas meja. "Ayo makan terlebih dahulu. " Yuri mengambilkan makanan dengan jumlah banyak di dalam mahluk Naruto. "Makanlah lebih banyak. Kau harus tumbuh atau Hinata akan mencampakkan mu. " Naruto tersedak saat menjejalkan makanan kedalam mulutnya

Dan Hinata yang sejak awal terdiam langsung tersentak oleh kejutan kata-kata Yuri.

Naruto kebingungan. "Apa hubungannya. Kenapa Hinata mencampakkan ku? "

Yuri memutar matanya karena malas. "Dia pecundang dan kau idiot. Kalian kombinasi paling klop sepanjang sejarah. Hinata menyukaimu dan kau tidak menyadarinya. Sungguh pria bodoh. Kau sangat mirip dengannya. " tunjuk Yuri dengan gerakan mata, mengejek.

"I... Iii.. I.. Itu... Yuri-chan.. " tegur Hinata. Wajah Hinata terbakar oleh rasa malu.

"Hey jangan marah. " kata Yuri menepuk puncak kepala Hinata. "Aku melakukan ini karena Aku menyukaimu dan Naruto juga. Aku selalu usil untuk hal seperti ini terlebih Aku juga seorang senior kan?? Hinata, bahkan jika Naruto pada akhirnya menolakmu, kau harus tetap mengungkapkannya. Ini sudah berlarut-larut. Kau sudah dewasa. Jangan menjadi bodoh seperti seseorang yang ku kenal. Sampai akhir dia bahkan tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "

"Apa kau membicarakanku?" Sela Obito memegang lengan Yuri.

Yuri memutar matanya. "Setidaknya dia tahu diri. "

Naruto masih terus menatap Hinata dengan penasaran. "Hinata, kau.. Tidak! Hinata... "

Naruto kembali memikirkan apa yang sempat tertunda. Kenangan saat dia bertarung dengan Pain. Ketakutannya kehilangan Hinata saat itu. Dia penasaran dengan arti yang sesungguhnya. Kemudian Yuri menyebutkannya kali ini. Dia kembali memikirkannya.

Hinata menatap Naruto, pemuda itu memiliki keragu-raguan hingga Naruto meraih telapak tangannya. "Aku menyukaimu. Mungkin kau berpikir bahwa Aku hanya terbawa suasana yang Yuri-chan ciptakan tapi tidak seperti itu. Sebenarnya, ketika Aku tidak dapat merasakan cakramu lagi, pikiranku terasa kosong. Hatiku juga seperti mati seketika. Arah mana yang harus aku ambil. Apa yang harus dilakukan. Aku sudah tidak memilikinya lagi. Aku seperti tersesat. Benar-benar kosong, Hinata. Kemudian Yuri chan menyinggungya lagi, Aku telah berpikir dengan jernih. Aku bisa mengatakannya padamu, dengan lantang. Hinata, Aku menyukaimu. Tidak! Itu bukan sekedar suka biasa, tapi Aku mencintaimu, Hinata. "

Hinata menjadi pendengar yang baik. Dia mendengarkan Naruto hingga akhir tapi gadis itu tidak menyadari bahwa matanya telah basah. Dia menangis menatap Naruto.

"Syukurlah." Kata Hinata pada akhirnya. "Perasaanku tersampaikan. "

Hinata menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia menangis sesegukan.

Naruto menarik lengan Hinata dan membawanya kedalam pelukan. "Terimakasih Hinata atas cintamu. Aku tahu, Aku laki-laki payah. Aku tidak mengenali cintamu lebih cepat tapi aku berjanji padamu, hingga akhir dunia Aku akan terus bersamamu, di sisimu. Mencintaimu dengan kadar gila. Menghabiskan hidup kita bersama. Apapun yang terjadi di masa depan, kau dan aku akan selalu bersama sampai akhir."

.

.

.

.

Obito dan Yuri sudah lama pergi dari ruang makan. Keduanya duduk di teras bersama. Mendengarkan derik suara serangga di halaman rumah mereka. Begitu Damai.

"Aku sangat penasaran. Begitu banyak pria hebat seperti Kakashi. Semua orang menyukainya bahkan Rin juga menyukainya tapi kenapa.. Kau.. "

"Karena aku bukan mereka. Mereka bebas seperti itu dan aku bebas seperti ini. Apa yang salah. Dan lagi, menurutku Kakashi tidak sehebat itu kok. Sebaliknya (Yuri memeluk pinggang Obito, masuk kedalam pelukannya) Obito kau sangat luar biasa. Kau pria terbaik yang pernah aku kenal. Jika kau tidak baik, maka tidak ada orang yang baik di dunia ini, kau tahu?"

Obito membalas pelukan Yuri lebih erat. Dia menjatuhkan kecupan di keningnya. "Terimakasih.. Karena telah memilihku menjadi pria mu. "

Obito menurunkan Padangannya, terfokus di atas bibir yang basah. Dia mengikis jarak lebih dekat dan dekat. Melumat dengan lembut. Awalnya memang seperti itu tapi ketika bibir keduanya beradu dalam waktu lama, Obito seperti kerasukan. Dia menyelipkan tangannya yang sehat kedalam celah kimono depan Yuri. Meraih payudara montoknya dan memilin kecil putingnya.

"Ada Naruto dan Hinata di dalam. " tegur Yuri mendorong Obito.

"Bukankah menyenangkan jika saat bercinta ada seseorang yang menonton.? " kata Obito santai.

"Kau gila! Otakmu rusak, Obito. " umpat Yuri menendangnya.

Yuri berpikir akan pergi menjauh dari monster cabul sepertinya. Dia merangkak naik ke lantai kayu dan hendak masuk kedalam rumah tapi Obito meraih pergelangan kakinya dan menariknya lebih dekat. Yuri menungging di depan Obito. Keduanya menggunakan kimono klan Uchiha.

Singkap kimono bahwa Yuri dan singkap kimono depan miliknya sendiri, Obito langsung membenamkan kejantanannya ke dalam vagina Yuri hingga gadis itu terpekik keenakan.

Dia ingin menangis. Pria itu benar-benar gila. Menidurinya saat Hinata dan Naruto masih bertamu. dan lagi keduanya berada di halaman belakang rumah.

Obito tertawa renyah melihat reaksi Yuri yang kelimpungan. Dia terlihat khawatir tapi itulah poinnya. Terbukti bahwa lubang Yuri terus mencengkram erat penisnya.

Obito membungkuk, meraih dagu Yuri dan berbisik. "Aku ingin buang air kecil. "

Mata Yuri terbelalak. "Kau banjingan gila. Keluarkan penismu, brengsek. "

Tangan Yuri terulur kebelakang, ingin melepaskan penyatuan mereka tapi Obito memilih untuk mencondongkan tubuhnya, menyelinapkan kepala dibawah lengan Yuri dan meraih payudaranya dengan mulutnya.

Tubuh Yuri menggelinjang dan kaku. Dia sudah meledak di dalam dan keluar dalam jumlah banyak. Yuri linglung. Belum sempat Yuri menata rapi pikirannya, bunshin Obito dengan topeng tobi menarik kakinya dan memasukkan penisnya. Yuri menatap Tobi dan Obito bergantian dengan linglung.

"Kau... Kau gila?!" Rasanya aneh melihat Obito dalam bentuk Tobi dan Obito yang asli di waktu bersamaan. Terlebih lagi wajah yang kau cintai sedang duduk mengocok penisnya sendiri sembari melihatmu di tiduri oleh Tobi. Meskipun aku tahu, dia juga Obito milikku tapi ini sedikit. . . .

Rasanya sangat memalukan seolah kau sedang di gang bang! Brengsek. Dia ingin membunuh Obito dan mencabik-cabiknya menjadi beberapa potong. Tapi ada sensasi aneh juga loh. . . Yuri menatap Obito dengan pandangan sayu. Dia menangis saat seseorang sedang menidurinya. Tangan Yuri terulur ke arahnya, meminta pertolongan.

"Brengsek! " umpat Obito menendang bunshin nya sendiri dan kembali memasukan penisnya kedalam vagina Yuri. "Aku disini. "

Yuri mengangguk dengan patuh. "Aku hanya ingin kau yang melakukannya. " cicit Yuri meraup wajah Obito sambil menciumnya penuh tuntutan.

"Dia juga Aku, kan? " kata Obito berbisik.

Dia menggelengkan kepalanya ribut. "Tidak! Aku melihatmu di sana dan seseorang mengocok lubangku dengan penisnya, bagaimana itu sama. Rasanya Aku seperti telah dilecehkan. Obito jangan lakukan itu... Aku hanya ingin kau yang meniduriku sampai mati. "

"Kendurkan sedikit lubangmu, Yuri. Penisku akan patah."

"Ya! Akan ku patahkan penismu. Beraninya kau membiarkan orang lain meniduriku. "

"Eoh brengsek!" Obito menggoyangkan pinggulnya. Mencari spot Yuri dengan tekun. Ketika Yuri tersentak, senyum iblis Obito muncul, dia menyodok di tempat yang sama berulang kali. Membungkam mulutnya dengan ciuman sembari terus memompanya kuat dan cepat. "Apakah kau menyukai penisku menusuk vaginamu, hum? "

"Ya Aku menyukainya. "

"Agh Aku akan keluar, Yuri. " cicit Obito membenamkan wajahnya di payudara Yuri dan terus menusukkan penisnya. "Sial! Vaginamu sangat enak, sayang... Aku akan gila. Aku ingin memasukannya terus menerus. Aku tidak tahan lagi... Aku keluar"

"Obito, " Yuri melingkarkan kakinya di pinggang Obito saat keduanya akan klimaks dan membiarkannya keluar di dalam sana.

Obito mencium kening Yuri dan membawanya ke kamar. Dia berjanji akan selalu bahagia dan sehat bersamanya juga keluarga mereka di masa depan. Obito melihat Yuri tersenyum di dalam tidurnya.

"Aku menyukaimu, Yuri. " memberi ciuman panjang di keningnya.