THE GIRL WHO LEFT BEHIND
One Piece © Eiichiro Oda
Warning: Canon, perluasan kru.
Summary: Ia mendedikasikan hidupnya sebagai mata-mata selama hampir 20 tahun hingga identitasnya terbongkar. Stussy, kini hidup dengan jalannya sendiri sampai ia bertemu dengan Luffy dan melihat potensi serta rahasia dari Gomu Gomu no Mi. Kehidupan bajak laut tidak terlalu buruk baginya. Stussy join the crew!
Chapter 1: Pertemuan
Di bawah gemerlap kanopi malam, langit terhampar tanpa batas, dihiasi oleh ribuan bintang yang berkerlip bagai permata abadi. Cahaya bulan memancar lembut, menyelimuti bumi dengan sinar perak yang penuh kelembutan. Angin malam berhembus pelan, membelai dedaunan dan menghadirkan simfoni sunyi yang mengalun syahdu. Dalam keheningan malam yang tenang ini, waktu seolah berhenti, memberikan ruang bagi jiwa untuk merasakan kedamaian yang mendalam, menyatu dengan keindahan malam yang tak tergoyahkan.
Di tepi laut yang tenang, tersembunyi di antara perbukitan hijau, terdapat sebuah kota kecil dengan aura keabadian dari masa lalu. Kota ini, dengan jalanan berbatu yang berliku-liku, berkilau di bawah sinar bulan, menciptakan bayangan panjang yang menari di sepanjang jalan-jalan sempit.
Rumah-rumah batu dengan atap jerami terlihat kokoh, dindingnya diselimuti oleh lumut yang telah lama bersahabat dengan waktu. Di kejauhan, menara gereja berdiri gagah, belnya berdentang lembut menyambut malam, mengiringi nyanyian ombak yang memecah di pantai.
Lampu-lampu minyak yang tergantung di depan rumah-rumah memberikan cahaya redup, menerangi senyuman samar para penduduk yang berjalan pelan, menikmati kesejukan malam. Angin laut membawa aroma garam yang menenangkan, sementara suara burung camar sesekali terdengar, menambah harmoni alami.
Benteng tua yang menghadap laut tampak megah, seolah menjaga ketenangan kota dengan keagungannya. Di pelabuhan kecil, perahu-perahu kayu bergoyang lembut di atas permukaan air yang tenang, memantulkan cahaya bintang yang terhampar di atas langit. Suasana malam yang hening ini menyiratkan kedamaian yang abadi, seakan-akan dunia luar tak pernah menyentuhnya.
Kota ini, dengan segala pesonanya, adalah tempat di mana waktu seolah berhenti, memberikan kesempatan bagi setiap jiwa untuk merasakan ketenangan dan keindahan yang mendalam.
Meski kota ini nampak tenang dari luar, sesungguhnya tengah terjadi sesuatu di balik layar. Di bawah kilau bintang yang damai, bayang-bayang gelap menyelinap di antara lorong-lorong sempit dan jalan berbatu. Bisikan-bisikan rahasia terdengar samar, membawa kabar tentang konspirasi yang mengintai. Para penduduk mungkin tidak menyadarinya, tetapi di balik wajah tenang kota ini, ada kekuatan yang bergerak dengan agenda tersembunyi. Pedang dan tipu daya, persahabatan dan pengkhianatan, semua berbaur dalam tarian bayangan yang tak terlihat. Di setiap sudut, ada cerita yang belum terungkap, menunggu untuk dicatat dalam sejarah malam yang hening ini.
Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, kota tepi laut itu tampak tenang dan damai, namun di balik keheningan malam, sebuah drama tak terlihat tengah berlangsung. Stussy berlari melintasi lorong-lorong berbatu, napasnya terengah-engah sementara gaun malamnya yang elegan berkibar di belakangnya, sekarang tampak lusuh dan kotor. Rambut pirangnya yang terurai tampak bersinar lembut di bawah sinar bulan purnama, namun matanya memancarkan ketegasan dan kewaspadaan yang tak tergoyahkan.
Derap langkah kaki para agen Chiper Pol 0 semakin mendekat, bayang-bayang mereka tampak mengerikan di bawah sinar bulan. Stussy tahu, jika tertangkap, nasibnya akan berakhir dengan tragis. Dengan kecerdasan dan kelincahan yang luar biasa, dia menyelinap di antara lorong-lorong sempit, memanfaatkan setiap bayangan dan sudut gelap untuk menghindari pandangan musuh.
Namun, di sudut lorong yang gelap, seorang agen CP-0 bernama Joseph berhasil menangkap bayangan Stussy. Dengan kecepatan yang mengagumkan, dia melompat dan mendarat tepat di hadapan Stussy. Tatapan dingin dan tegas menyambut Stussy, membuatnya tahu bahwa ini bukan agen biasa.
"Akhir dari perjalananmu, Stussy."
Joseph adalah seorang agen Cipher Pol 0 (CP0) yang dikenal sebagai salah satu agen terbaik dan paling berbahaya di antara anggota CP0. Ia memiliki tubuh tinggi dan ramping, dengan ciri khas tangan panjang yang menunjukkan bahwa dia adalah anggota suku Longarm. Dia mengenakan topeng berwarna terang dengan garis gelap di sisi kanannya, serta topi bintang merah putih.
Stussy menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. "Mengapa kau tidak menyerah saja, Joseph? Kau tahu bahwa aku tidak akan kembali dengan mudah."
Joseph mengerutkan kening. "Aku tidak bisa membiarkan pengkhianat seperti dirimu berkeliaran bebas. Mengapa kau mengkhianati pemerintah dunia, Stussy? Apa motifmu?"
Wanita berambut pirang itu tertawa sinis. "Pengkhianatan, kau bilang? Aku tidak pernah merasa setia pada mereka. Pemerintah dunia hanya melihat orang seperti kita sebagai alat. Aku hanya bertahan untuk mencari tahu kebenaran di balik topeng mereka."
Joseph tiba-tiba melancarkan serangan dengan Shigan, menusukkan jarinya yang tajam seperti peluru ke arah Stussy. Serangan itu begitu cepat dan tak terduga, membuat Stussy tak sempat menghindar sepenuhnya.
Stussy terhempas ke dinding batu di belakangnya, tubuhnya terpuruk dengan keras. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya, menetes perlahan ke gaun malamnya yang sudah lusuh. Napasnya terengah-engah, matanya yang tajam kini tampak sedikit redup, tapi tekadnya tetap tak tergoyahkan.
Joseph mendekat dengan langkah mantap, tatapan dari balik topengnya begitu dingin. "Penghianat sepertimu pantas untuk dibunuh … demi keadilan."
Stussy berusaha bangkit, namun tubuhnya terasa lemah. Luka dari serangan Shigan membuatnya kesulitan bergerak. Meski begitu, dia tetap menatap Joseph dengan penuh determinasi, menolak untuk menyerah begitu saja.
Joseph sekali lagi menyerang Stussy dengan Shigan terkuatnya. Ia menyeringai puas setelah jarinya menembus jantung wanita itu. Namun, wajah puas itu berubah menjadi kebingungan setelah melihat senyum tipis yang dibuat Stussy.
Kami-e Zanshin
Tubuh Stussy tiba-tiba menghilang menjadi asap yang memudar ke segala arah. Ia muncul tepat di belakang Joseph dengan gigi taring yang sudah membesar. Pergerakan wanita itu lebih cepat dari reaksi Joseph, Ia menggigit leher Joseph dan mengunci pergerakannya.
"Kesadaranku … mulai menghilang." Joseph berkata dalam hati sambil berusaha menahan kesadarannya dan melirik Stussy melewati ekor matanya. Ia terkejut karena Stussy memiliki sepasang sayap kelelawar di punggungnya. "Kau selama ini adalah pengguna buah iblis. Sialan."
Stussy tersenyum sambil menyeka darah di bibirnya menggunakan lidah. "Tidurlah dengan nyenyak, Joseph."
Tak lama kemudian Joseph kehilangan kesadaran dan tumbang. Stussy kembali ke mode manusia normalnya sambil memegang luka bekas serangan Shigan. Mata biru indahnya menatap Joseph yang tergeletak di jalan. "Aku tak bisa mengambil resiko menghubungi Stella sekarang. Bisa-bisa pemerintah dunia tahu aku adalah agen Dr. Vegapunk. Jika itu terjadi … tamat sudah."
"Sepertinya aku harus mengasingkan diri di suatu tempat yang jauh, tempat yang tidak terlalu diperhatikan dunia selagi mengawasi keadaan. Maaf Stella, aku gagal." Stussy bergumam sambil berjalan tertatih menjauhi tubuh Joseph, meninggalkannya di jalanan sepi yang jarang orang lewati.
1 Tahun Kemudian
Di bawah langit biru yang cerah, East Blue membentang luas sebagai lautan yang damai dan tenang. Ombak-ombak lembutnya berbisik dengan tenang, membawa kisah petualangan yang belum terungkap. Pulau-pulau dan kota-kota kecil menghiasi cakrawala, seperti permata yang tersebar di atas samudra biru.
Di atas lautan yang tenang, sumber daya alam yang melimpah memberikan kehidupan bagi banyak jiwa. Ikan-ikan berkilauan berenang di bawah permukaan, sementara para nelayan dan pedagang menjalani hari-hari mereka dengan damai. Di East Blue, mimpi-mimpi besar terjalin dengan kenyataan, menciptakan alunan harmoni yang indah di atas samudra biru.
East Blue adalah tempat di mana petualangan dimulai, di mana hati-hati yang berani melangkah menuju takdir yang lebih besar. Dengan setiap hembusan angin dan setiap riak ombak, East Blue membisikkan janji akan kisah-kisah yang menanti untuk diungkap, di bawah langit yang cerah dan di atas lautan yang abadi.
Di bawah langit biru yang cerah, sebuah kapal pesiar mewah meluncur anggun di atas lautan tenang East Blue. Lambungnya berkilau memantulkan sinar mentari pagi, sementara layar-layarnya berkibar lembut dihembus angin. Kapal ini meluncur perlahan, menciptakan riak-riak kecil yang mengiringi perjalanan damainya. Di atas dek, para penumpang menikmati keindahan samudra yang luas, tenggelam dalam kedamaian dan keagungan alam. Lautan biru yang tenang seakan menyambut kapal pesiar ini dengan penuh keramahan, membiarkannya mengarungi hamparan air yang tak berbatas dengan elegansi dan keanggunan yang tiada tara.
Di dalam kapal pesiar yang mewah, pesta dansa sedang berlangsung dengan semarak meski mentari siang bersinar terik di luar. Lampu-lampu kristal memancarkan kilauan yang anggun, menerangi ruangan besar dengan cahaya yang memikat. Para penumpang berdansa dengan anggun di atas lantai dansa yang berkilauan, mengikuti irama musik klasik yang dimainkan oleh orkestra di pojok ruangan. Gaun-gaun mewah dan tuksedo hitam elegan berputar harmonis, menciptakan pemandangan yang penuh pesona dan keindahan.
Di sudut ruangan, jauh dari keramaian dansa, duduk seorang wanita dengan penampilan yang memikat. Stussy mengenakan gaun sepaha berwarna putih yang memperlihatkan keanggunan kakinya yang dibalut stocking hitam, dengan sepatu high heels yang menambah kesan elegan. Rambut pirangnya yang terurai jatuh dengan sempurna di atas bahunya, memberikan sentuhan anggun pada penampilannya. Di tangannya, ia memegang segelas wine merah yang berkilauan, menambahkan kesan kemewahan pada suasana siang hari itu.
Tatapan Stussy terpaku pada keramaian pesta, matanya yang tajam mengamati setiap detail dengan ketenangan yang anggun. Di balik senyum kecil yang terukir di wajahnya, tersimpan kepercayaan diri dan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Ia menikmati momen tenang ini, jauh dari segala kekhawatiran dan kejaran yang terus membayangi hidupnya. Segelas wine di tangannya menjadi teman setia dalam siang hari yang penuh dengan keindahan dan misteri.
Di tengah suasana pesta dansa yang meriah, Stussy yang tengah menikmati segelas wine di sudut ruangan tiba-tiba didekati oleh seorang pria tampan dengan senyum ramah. Pria tersebut mengenakan tuksedo hitam yang rapi, memberikan kesan elegan dan penuh percaya diri.
"Maaf mengganggu, Nona. Bolehkah saya mengajak Anda untuk berdansa?"
Stussy menatap pria tersebut sejenak, mengevaluasi tawaran yang datang dengan tiba-tiba itu. Matanya yang tajam dan penuh kewaspadaan mencoba menilai niat sang pria. Setelah beberapa saat, senyum kecil terukir di wajahnya, memberikan kesan anggun dan menawan.
"Mengapa tidak? Sebuah dansa akan menyenangkan," ucap Stussy dengan senyum lembut.
Pria tersebut mengulurkan tangannya dengan sopan, dan Stussy meletakkan gelas winenya di atas meja sebelum menerima uluran tangan itu. Mereka berdua berjalan menuju lantai dansa, di mana alunan musik klasik yang indah mengiringi langkah mereka.
Di atas lantai dansa, mereka berputar dengan anggun, mengikuti irama musik yang mengalun. Stussy menunjukkan keterampilannya dalam berdansa, setiap gerakannya penuh dengan keanggunan dan ketepatan. Pria tersebut pun dengan sempurna mengimbangi gerakan Stussy, menciptakan harmoni yang memukau di tengah keramaian pesta.
Semua mata di ruangan itu tertuju pada mereka berdua, mengagumi pemandangan indah yang tercipta. Di tengah tarian itu, Stussy merasa sejenak terbebas dari segala kekhawatiran dan tekanan yang selama ini membayanginya. Siang yang cerah di atas kapal pesiar tersebut menjadi saksi dari momen yang penuh dengan keindahan dan keanggunan.
Saat mereka berdansa di atas lantai yang berkilauan, pria itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari Stussy. Setiap gerakan anggun dan langkah lincahnya membuat hatinya berdebar lebih kencang. Kecantikan wajah Stussy yang memikat, dengan mata tajam yang penuh misteri dan senyum lembut yang menghiasi bibirnya, membuat pria itu terpesona.
Gaun putih sepaha yang dikenakan Stussy menambah pesona keindahan tubuhnya, sementara stoking hitam dan sepatu high heels memberikan sentuhan elegan yang tak tertandingi. Pria itu merasa seolah-olah sedang berdansa dengan seorang dewi, setiap sentuhan tangan mereka membuatnya semakin jatuh cinta.
Dalam hatinya, pria itu merasakan kekaguman yang mendalam dan perasaan cinta yang tumbuh seiring dengan setiap putaran dansa. Dia terpesona oleh keanggunan dan ketenangan Stussy, serta kekuatan yang tersembunyi di balik penampilannya yang memikat. Di tengah keramaian pesta, pria itu tahu bahwa momen ini akan selalu terukir dalam ingatannya, sebagai saat di mana dia bertemu dengan wanita yang begitu mempesona.
Saat musik berhenti, tepuk tangan riuh memenuhi ruangan, menciptakan simfoni apresiasi yang mengalir seperti angin musim semi. Di tengah tepuk tangan meriah, Stussy dan pria itu berjalan kembali ke meja, langkah mereka terasa seirama dengan detak jantung yang masih berdegup kencang dari tarian sebelumnya. Senyum menghiasi wajah mereka, memancarkan kehangatan yang menyebar ke seluruh ruangan.
"Maaf, belum sempat memperkenalkan diri. Namaku Adrian. Dan Anda adalah?" Pria tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Adrian.
Stussy mengangkat gelas winenya dengan senyum lembut. "Senang bertemu dengan Anda, Adrian. Nama saya Stussy."
Adrian, seorang pria berpenampilan elegan dengan rambut cokelat yang ditata rapi dan mata biru yang bersinar, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Stussy. Tubuhnya tegap dan gerakannya anggun, mencerminkan percaya diri dan karisma yang memikat.
"Harus saya akui, Stussy, Anda adalah penari yang luar biasa. Keanggunan Anda di atas lantai dansa benar-benar memukau." Tatapannya penuh dengan kekaguman.
"Terima kasih, Adrian. Anda juga penari yang hebat. Saya sangat menikmati tarian kita tadi." Stussy tersenyum.
Adrian meneguk sedikit anggur dari gelasnya, matanya tidak lepas dari pesona Stussy. "Namun, bukan hanya tarian Anda yang memukau, Stussy. Kecantikan dan keanggunan Anda sungguh menakjubkan. Saya merasa sangat terhormat bisa menghabiskan waktu ini bersama Anda."
Stussy tersipu mendengar pujian dari Adrian. Tatapan matanya menunjukkan ketenangan, namun ada keceriaan yang mulai muncul di wajahnya. "Anda sangat ramah, Adrian. Saya juga senang bisa berbincang dan berdansa dengan Anda."
Perbincangan mereka mengalir dengan kehangatan, seolah-olah setiap kata adalah not dalam melodi yang indah. Matahari siang terus bersinar cerah di luar, menambah kilauan pada suasana hati mereka. Di atas kapal pesiar yang megah itu, momen perkenalan mereka menjadi awal dari sebuah kisah yang penuh dengan keindahan dan ketertarikan. Namun, apakah begitu?
Di tengah perbincangan yang hangat, suara dentuman keras tiba-tiba menggema di udara, menggetarkan setiap sudut kapal pesiar mewah itu. Gelas-gelas kristal bergetar dan musik yang indah seketika terhenti. Meriam dari satu kapal bajak laut mulai menghantam laut di sekitar kapal pesiar, menciptakan semburan air yang tinggi dan menggelegar. Kepanikan pun tak dapat dielakkan, melingkupi para penumpang seperti kabut tebal yang tak terbendung.
Adrian, yang semula penuh percaya diri, kini berubah pucat pasi. Dengan mata yang membelalak ketakutan, ia bangkit dan berlari menuju tempat perlindungan, meninggalkan Stussy yang masih duduk dengan tenang di mejanya. Di tengah kekacauan itu, Stussy tetap tenang, seolah-olah sudah terbiasa menghadapi badai yang lebih besar dalam hidupnya.
Dengan gerakan anggun, Stussy memutar kepalanya, menatap keluar dari balik jendela besar dekat meja tempatnya duduk. Di balik kaca yang berkilauan, ia melihat satu kapal bajak laut yang mendekat, dengan layar hitam berkibar di bawah langit siang yang terang. Pemandangan itu tampak seperti adegan dari sebuah lukisan yang dramatis, penuh dengan ancaman dan ketegangan.
Mata Stussy menyipit, menilai situasi dengan ketenangan yang mengagumkan. Di tengah hiruk-pikuk dan teriakan ketakutan, ia tetap menjadi lambang ketenangan dan keanggunan, seperti bunga lily yang berdiri tegak di tengah badai. Detik-detik berlalu dengan perlahan, seolah-olah waktu sendiri berhenti untuk memberikan penghormatan pada wanita yang tak gentar dihadapan ancaman.
Di tengah kepanikan yang melanda, kapten kapal dengan suara tenang berusaha menenangkan para penumpang, mencoba meredam gelombang ketakutan yang menyelimuti mereka. Kata-katanya bagai angin sepoi yang menenangkan, namun hati mereka masih bergemuruh oleh ketakutan.
Seorang kru kapal berlari dengan tergesa, wajahnya pucat pasi saat ia melapor kepada kapten. "Kapten, kita diserang oleh kapal bajak laut dengan lambang hati di bendera mereka!" teriaknya dengan suara bergetar.
Di sudut ruangan yang tenang, Stussy mendengar informasi itu dengan diam-diam. Senyum tipis terukir di wajahnya yang anggun, seolah ia telah menemukan celah dalam kekacauan ini. Dengan pikiran yang tajam dan cermat, Stussy merancang rencana untuk memanfaatkan situasi ini demi keuntungannya sendiri.
Ia melihat kesempatan untuk mencuri beberapa harta berharga dari para penumpang yang panik, seperti uang dan perhiasan yang mereka bawa. Dalam bayang-bayang kekacauan, ia akan bergerak dengan lincah dan penuh kehati-hatian, memanfaatkan keadaannya yang tenang untuk memperoleh keuntungan dari situasi yang menguntungkan ini.
Di tengah hiruk-pikuk dan ketegangan, kru bajak laut telah mengepung kapal pesiar dengan sempurna, menahan sandera di bawah ancaman senjata. Jeritan dan tangisan memenuhi udara, menciptakan suasana mencekam yang melingkupi seluruh kapal. Di dalam kekacauan itu, Stussy bergerak dengan ketenangan yang anggun, seperti bayangan yang menyusup di antara celah-celah cahaya.
Dengan langkah ringan dan gerakan lincah, Stussy berhasil mencapai dek tempat kamar para penumpang berada. Seperti angin sepoi yang berhembus tanpa suara, ia membuka pintu-pintu kamar satu per satu, mencari harta benda yang berharga. Matanya yang tajam memindai setiap sudut, menemukan kilauan emas dan perhiasan yang tersembunyi.
Setiap laci dan lemari yang ia buka menyimpan kekayaan yang akan menjadi alat bertahan hidupnya. Dengan ketelitian dan keahlian yang tak tertandingi, ia mengumpulkan uang, perhiasan, dan barang-barang bernilai tinggi lainnya. Senyum tipis terkadang terukir di wajahnya saat menemukan benda berharga, menambahkan keanggunan pada gerakannya yang halus.
Mata birunya bersinar penuh determinasi, seperti bintang yang tetap bersinar di tengah malam yang gelap. Di balik keheningan dan ketenangan Stussy, tersimpan keberanian dan kecerdikan yang luar biasa. Di tengah kepanikan dan ketakutan, ia adalah lambang ketenangan yang memanfaatkan setiap celah untuk mengubah nasibnya.
Dalam bayang-bayang kekacauan, Stussy merencanakan langkah-langkahnya dengan hati-hati. Ia tahu bahwa kesempatan ini adalah saat yang tepat untuk mengambil kendali atas takdirnya sendiri, dan dengan setiap harta yang ia kumpulkan, ia semakin yakin akan kemampuan untuk bertahan dan melanjutkan misinya.
Stussy baru bisa menghubungi Dr. Vegapunk 6 bulan setelah dirinya berhasil lolos dari kejaran Joseph. Wanita itu tak bisa kembali ke sisi Stella yang saat ini masih berada di bawah perintah Gorousei. Alhasil Stella atau Dr. Vegapunk memerintahkannya untuk berjalan sendiri sampai tiba saatnya jika suatu hari pemerintah dunia berbalik ingin melenyapkan Dr. Vegapunk. Stella berpesan untuk melakukan apa saja yang Stussy inginkan selagi itu tidak berpotensi membongkar rahasia mereka.
Setelah memilih perhiasan yang paling mahal dan beberapa uang, Stussy menyimpan harta rampasannya di dalam tas kecil namun elegan. Dengan langkah yang penuh kehati-hatian, ia menuju dek tempat ruang penyimpanan makanan berada. Di sana, ia bersembunyi di balik dinding, mengamati situasi dengan mata tajamnya.
Di tengah keheningan yang mencekam, dua orang bajak laut tiba-tiba muncul, lari terbirit-birit ketakutan. Wajah mereka pucat pasi, dan napas mereka tersengal-sengal. Di antara mereka, mereka menarik seorang teman gendut yang tak sadarkan diri, tubuhnya terkulai lemas seperti boneka yang kehilangan nyawanya.
Setelah memastikan bahwa situasi telah aman, Stussy dengan langkah yang penuh kehati-hatian bergerak menuju gudang makanan. Suara dentuman meriam dan jeritan perlahan mereda di kejauhan, memberikan kesempatan bagi Stussy untuk melanjutkan rencananya. Ia membuka pintu gudang dengan hati-hati, mengintip ke dalam untuk memastikan tidak ada ancaman.
Di dalam gudang yang remang-remang, cahaya redup menyinari rak-rak berisi berbagai bahan makanan. Di sudut ruangan, Stussy melihat dua sosok yang tak terduga. Seorang laki-laki bertopi jerami yang tampak penuh energi dan semangat -sedang memakan apel dengan tergesa-geas. Serta seorang anak berambut pink yang terlihat berbincang dengan pemuda topi jerami itu.
Kehadiran Stussy membuat mereka menoleh. Mata hitam remaja topi jerami yang bernama Luffy itu bertemu dengan mata biru Stussy. Kedua mata mereka bertemu dalam sekejap yang terasa abadi—mata biru Stussy yang penuh ketenangan dan misteri, berhadapan dengan mata hitam Luffy yang penuh semangat dan keceriaan.
Dalam jeda sejenak itu, keheningan terasa begitu dalam, seolah-olah dunia berhenti berputar. Coby, anak laki-laki berambut pink yang berada di dekat Luffy, merasakan ketegangan yang tiba-tiba mengisi udara. Dengan suara yang bergetar, ia memecahkan keheningan.
"S-siapa Anda, Nona?"
Stussy tersenyum tipis, pandangan matanya masih tertuju pada Luffy. Dengan langkah anggun, ia mendekat, membawa aura ketenangan yang misterius. Nama saya Stussy. Senang bertemu dengan kalian."
Luffy mengangguk dan tersenyum lebar, kembali pada sikap cerianya yang khas. Aku Monkey D. Luffy! Aku akan menjadi Raja Bajak Laut! Dan ini Coby. Apa yang kamu lakukan di sini, Stussy?"
Stussy tertawa kecil, suara tawanya bagaikan melodi lembut yang mengalir. "Aku hanya mencari tempat yang aman. Kelihatannya kapal ini sedang dalam masalah besar. Tapi melihat kalian di sini, aku merasa sedikit lebih tenang."
Mereka bertiga berbincang tentang diri masing-masing. Luffy yang baru saja menjadi bajak laut dan sedang mencari kru untuk menemukan One Piece sementara Coby yang merupakan anggota bajak laut Alvida karena kecelakaan. Stussy di sisi lain hanya memperkenalkan dirinya sebagai petualang yang sedang berlibur di kapal pesiar ini.
Di tengah perbincangan yang semakin hangat, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras yang mengguncang seluruh gudang. Atap di atas mereka runtuh dengan gemuruh, debu dan puing-puing berterbangan di udara. Stussy, Luffy, dan Coby terdiam sejenak, terkejut oleh kejadian mendadak itu.
Di antara kepulan debu, sosok besar dan menakutkan muncul dengan marah. Bajak laut Alvida, dengan gada besinya yang besar dan mematikan, berdiri tegap di hadapan mereka. Matanya memancarkan kemarahan yang membara, seolah siap untuk menghancurkan apapun yang menghalanginya.
"Siapa yang ingin kau tangkap bersama temanmu itu hah, Coby?"
Coby tak menjawab karena terlalu takut.
Pandangan Alvida jatuh pada Luffy dan Stussy, matanya menyala dengan amarah yang lebih dalam. Ia mengayunkan gada besinya dengan ancaman yang nyata, siap untuk menghukum siapapun yang berani menantangnya.
Alvida menyeringai. "Ternyata bukan Kaizoku Gari no Zoro, ya?"
"Zoro?" Luffy bertanya dengan bingung. "Aku Luffy! Dan aku akan menjadi Raja Bajak Laut!" Ucapnya kemudian dengan senyum cerah. Stussy yang berdiri di sampingnya melirik melalui ekor mata dengan senyum tipis.
Alvida menyipitkan matanya, mengevaluasi pemuda yang tampak penuh percaya diri di hadapannya. Tatapannya kemudian beralih pada Stussy, yang berdiri dengan tenang di samping Luffy, matanya yang biru bersinar dengan ketenangan yang anggun.
Stussy menatap Alvida dengan tatapan tajam, senyum tipis masih menghiasi wajahnya. Di balik ketenangannya, tersimpan kecerdikan dan keberanian yang tak mudah tergoyahkan.
"Sepertinya kita berada di tempat yang salah pada waktu yang salah," ucap Stussy dengan suara lembut namun tegas.
Di tengah ketegangan yang semakin memuncak, Alvida mengalihkan perhatiannya kepada Coby, wajahnya yang marah semakin menakutkan di bawah bayang-bayang gudang yang remang. Suaranya menggelegar, penuh dengan ancaman yang nyata.
"Coby, siapa wanita tercantik di lautan ini?" tanya Alvida.
Coby yang berdiri ketakutan, tubuhnya gemetar seperti daun yang tertiup angin, hendak menjawab dengan suara gemetar. Namun, sebelum kata-kata keluar dari mulutnya, Stussy menyela dengan anggun, senyum tipis terukir di wajahnya.
Stussy dengan suara tenang dan anggun. "Aku mungkin tidak sempurna, tapi setidaknya aku lebih cantik daripada dirimu."
Alvida terkejut mendengar jawaban itu, matanya menyipit penuh kebencian. Ia menatap Stussy dari ujung kepala hingga ujung kaki, membandingkan dirinya dengan wanita anggun yang berdiri di depannya. Amarahnya semakin membara, seolah-olah api yang berkobar di dalam hatinya.
"Kau berani-beraninya menganggap dirimu lebih cantik dariku? Aku adalah Alvida yang tak tertandingi!" Alvida dengan nada penuh kebencian.
Perkataan Alvida hanya membuat senyum Stussy semakin lebar, menunjukkan ketenangan dan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan. Di tengah ketegangan yang melingkupi ruangan, konfrontasi mereka menjadi pusat perhatian, bagaikan dua ratu yang bersiap untuk bertarung di atas panggung yang penuh drama.
Alvida, dengan amarah yang semakin membara, mengayunkan gada besinya dengan kekuatan penuh ke arah Luffy dan Stussy. Suara gada yang menghantam udara terasa seperti gemuruh petir yang mengancam. Namun, dengan kelincahan yang luar biasa, Luffy dan Stussy berhasil menghindar dari serangan mematikan tersebut.
Stussy dengan anggun melompat ke atas, melewati lubang yang telah dibuat oleh gada Alvida. Gerakannya begitu cepat dan elegan, seperti burung yang terbang tinggi di langit terbuka. Di seberang lubang, ia mendarat dengan sempurna, menatap ke bawah untuk memastikan keselamatan Luffy dan Coby.
Sementara itu, Luffy dengan cepat meraih Coby, menariknya untuk menghindari serangan berikutnya. Dengan kekuatan dan keberanian yang luar biasa, ia melindungi Coby dari bahaya yang mengancam. Setelah memastikan Coby aman, Luffy melompat mengikuti jejak Stussy, melewati lubang yang sama dengan keterampilan yang tak kalah mengagumkan.
Di atas dek yang telah berlubang, mereka bertiga kini berdiri bersama, siap menghadapi ancaman berikutnya. Stussy, dengan senyum tipis di wajahnya, menilai situasi dengan ketenangan yang anggun. Luffy, dengan semangat yang berkobar, bersiap untuk melindungi teman-temannya dari bahaya. Coby, meski masih diliputi ketakutan, merasakan semangat baru yang timbul dari kebersamaan mereka.
Di dek kapal, para anggota bajak laut Alvida mengerumuni Stussy, Luffy, dan Coby. Dengan mata penuh kebencian dan pedang terhunus di tangan, mereka maju dengan langkah yang agak ragu namun bertekad. Seruan mereka memenuhi udara, mencoba menutupi ketakutan yang mengintai di balik keberanian palsu.
Saat para bajak laut itu menyerang, Luffy dan Stussy bergerak dengan kelincahan luar biasa. Luffy, dengan senyum cerah di wajahnya, menangkis serangan-serangan tersebut dengan mudah. Setiap gerakan tinjunya bagaikan angin yang tak terduga, menghantam lawan dengan kekuatan dahsyat. Para bajak laut terhempas satu per satu oleh pukulan-pukulannya yang tak tertandingi.
Di sampingnya, Stussy menunjukkan keanggunan dalam setiap gerakannya. Dengan ketenangan yang mempesona, ia menghindari serangan pedang dengan mudah, tubuhnya bergerak lincah seperti tarian. Setiap serangan balasannya penuh presisi, menggunakan teknik Shigan dengan kecepatan dan kekuatan yang menakjubkan. Jari-jarinya menembus pertahanan lawan, mengalahkan mereka dengan efisiensi mematikan.
Coby, meski masih diliputi ketakutan, melihat aksi luar biasa dari kedua teman barunya. Keberanian dan kekuatan mereka memberikan harapan baru dalam hatinya yang gemetar. Di tengah kekacauan dan pertarungan sengit, ketiganya bersatu dalam semangat untuk bertahan dan melawan.
Para bajak laut Alvida, yang semula penuh dengan keberanian, kini mulai terhuyung mundur, kalah oleh kekuatan dan keterampilan Luffy dan Stussy.
Dengan sisa-sisa bajak laut yang masih berusaha melawan, Luffy memutuskan untuk menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya. Dengan senyuman cerah, ia mengaktifkan kekuatan buah iblisnya, Gomu-Gomu no Mi. Tubuhnya memanjang dan melar, menangkis serangan dengan pukulan elastisnya yang kuat. Bajak laut yang tersisa terhempas satu per satu, kekuatan Luffy yang luar biasa membuat mereka tak berdaya.
Coby, yang melihat kekuatan luar biasa itu, terkejut dan tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya. "Siapa sebenarnya kau ini, Luffy-san?" tanya Coby.
Luffy tersenyum, menatap Coby dengan mata hitamnya yang penuh semangat. "Aku manusia karet! Semua ini berkat kekuatan buah iblis Gomu-Gomu no Mi."
Stussy, yang berdiri sedikit di belakang mereka, merasa terkejut mendengar hal itu. Ia teringat bahwa beberapa tahun lalu, buah iblis tersebut pernah dijaga ketat oleh Cipher Pol, tetapi berhasil dicuri oleh Akagami Shanks. Pikiran ini melintas di benaknya, menambah lapisan misteri pada pemuda yang berdiri di hadapannya.
Saat Stussy merenungkan hal ini, tiba-tiba Alvida muncul di belakang Coby dengan gada besinya yang mengerikan. Coby yang melihat bayangan besar di belakangnya, terkejut dan segera berlari ke belakang Luffy untuk berlindung. Wajahnya pucat pasi, penuh ketakutan.
Alvida, yang melihat kekuatan Luffy secara langsung, mulai percaya bahwa buah iblis memang ada dan bukan sekadar gosip belaka. Dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan kemarahan yang masih membara, ia bertanya kepada Luffy.
"Siapa sebenarnya kau ini? Pemburu hadiah?" tanya Alvida.
Luffy, dengan senyum cerah dan penuh semangat, menjawab tanpa ragu. "Aku ini bajak laut!"
Alvida terheran-heran mendengar pengakuan itu. Bagaimana mungkin seorang bajak laut berlayar sendirian tanpa kru? Dengan nada kebingungan yang samar, ia melanjutkan pertanyaannya. "Bajak laut sendirian? Mana mungkin! Mengapa kau hanya seorang diri?"
Luffy menggelengkan kepalanya, tetap dengan senyum cerah di wajahnya. Ia menjawab dengan penuh keyakinan. "Aku baru saja memulai petualanganku. Aku sedang mencari kru. Setidaknya aku ingin memiliki sepuluh orang di kapalku."
Di tengah ketegangan yang semakin memuncak, Coby, dengan wajah yang penuh kecemasan, mendesak Luffy agar segera meninggalkan tempat itu. Suaranya penuh ketakutan dan harap. "Luffy-san, kita harus segera pergi! Alvida adalah yang terkuat di lautan ini-"
Namun, perkataan itu terhenti sejenak. Mata Coby bersinar dengan keberanian yang baru ditemukan, ia teringat bagaimana keteguhan hati Luffy akan mimpinya. Dengan lantang dan penuh keyakinan, ia berteriak. "Alvida adalah wanita terjelek di lautan ini!"
Kata-kata itu menggema di udara, memecahkan keheningan yang mencekam. Wajah Alvida berubah merah padam, kemarahan membara di matanya. Ia mengangkat gada besinya dengan ancaman yang nyata, siap untuk menghukum siapa saja yang berani menghina dirinya.
Sementara itu, Luffy tak bisa menahan tawanya. Suaranya terbahak-bahak, memenuhi udara dengan keceriaan yang kontras dengan situasi berbahaya di sekitarnya. Stussy, yang berdiri di sampingnya, tersenyum ringan, menambahkan sentuhan elegan pada suasana yang tegang.
Dengan amarah yang membara, Alvida mengangkat gada besinya tinggi-tinggi, siap untuk menghantam Coby yang berdiri gemetar ketakutan. Namun, sebelum gada itu menghantam, Luffy dengan sigap melompat di antara mereka. Kepalanya yang terbuat dari karet menghentikan serangan mematikan itu, dan Luffy berdiri tegap tanpa cedera, tatapannya penuh dengan keberanian dan determinasi.
Alvida terkejut melihat Luffy tetap utuh. Dengan senyuman penuh tekad, Luffy bersiap untuk melawan. Ia merentangkan tangan kanannya ke belakang sejauh mungkin, otot-ototnya menegang saat ia mengumpulkan seluruh kekuatannya. Dengan sorak-sorai yang bergema di udara, ia mengayunkan tinjunya ke arah Alvida dengan kecepatan dan kekuatan yang dahsyat.
Gomu Gomu no Pistol
Tinjunya meluncur seperti peluru, menghantam Alvida dengan kekuatan yang luar biasa. Tubuh Alvida terangkat dari dek kapal, terlempar ke udara dengan kecepatan yang mengesankan. Dia terbang tinggi ke langit biru, lenyap dari pandangan dengan cepat. Suara benturan itu menggema di seluruh kapal, meninggalkan keheningan yang dalam.
Di atas dek, Luffy berdiri tegap, matanya bersinar dengan kemenangan. Stussy dan Coby yang menyaksikan aksi heroiknya merasakan kelegaan dan kekaguman yang mendalam.
Setelah pertarungan yang mendebarkan, Stussy mendekati Luffy dengan senyum anggun menghiasi wajahnya, mata birunya memancarkan kekaguman yang tulus. "Kekuatanmu benar-benar luar biasa, Luffy. Aku terkesan dengan keberanian dan tekadmu."
Luffy, yang masih tersenyum cerah setelah mengalahkan Alvida, menatap Stussy dengan mata hitamnya yang penuh semangat. "Kamu juga luar biasa, Stussy! Cara bertarungmu sangat mengagumkan."
Tanpa ragu sedikit pun, Luffy merasa bahwa ia telah menemukan seseorang yang berharga untuk petualangannya. Dengan semangat yang menggebu-gebu, ia menawarkan sesuatu yang sangat penting. "Stussy, maukah kamu bergabung dengan kru bajak lautku? Kamu akan menjadi anggota pertamaku!"
Stussy menatap Luffy sejenak, terpesona oleh tawaran tiba-tiba itu. Namun, melihat keberanian dan ketulusan di matanya, Stussy merasa bahwa petualangan bersama Luffy bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Lagipula, Luffy memiliki buah iblis yang selama ini keberadaannya selalu dicari oleh pemerintah dunia. Terkesan seakan ada sesuatu yang berbeda dengan Gomu Gomu no Mi yang dirahasiakan pemerintah dunia. Juga Stussy harus mencari perlindungan dari kejaran Chiper Pol.
Dengan senyum penuh keanggunan, ia mengangguk. "Aku akan sangat senang bergabung denganmu, Luffy."
Luffy melompat kegirangan, senyum lebar menghiasi wajahnya. Coby, yang menyaksikan momen itu, merasa senang melihat kebersamaan yang mulai terjalin di antara mereka.
Luffy tiba-tiba berubah menjadi serius. Tatapannya melirik anggota bajak laut Alvida yang masih sadar, mengunci mata mereka dengan ketegasan yang tak tergoyahkan. "Bawa perahu untuk Coby pergi. Dia akan menjadi angkatan laut."
Tanpa banyak protes, para bajak laut yang ketakutan segera menjalankan perintah itu, menyiapkan perahu kecil dengan cepat. Dalam sekejap, segalanya berubah menjadi lebih tenang, meski ancaman masih mengintai di kejauhan.
Tak lama kemudian, dari balik cakrawala muncul beberapa kapal angkatan laut, menghujani mereka dengan meriam yang mengguncang lautan. Suara dentuman meriam menggema, menciptakan gelombang kekacauan yang baru. Di tengah ancaman itu, Luffy, Coby, dan Stussy bergegas menuju perahu kecil yang sudah disiapkan.
Dengan langkah lincah, mereka melompat ke dalam perahu, meninggalkan kapal yang terombang-ambing di bawah serangan. Di bawah langit yang kini dipenuhi asap meriam, mereka berlayar menjauh, kabur dari ancaman yang mengintai.
Mereka bertiga berhasil melarikan diri dari medan perang, berlayar dengan tenang di atas perahu kecil menuju matahari terbenam. Langit di atas mereka perlahan berubah menjadi palet warna jingga dan emas, menciptakan pemandangan yang menenangkan setelah kekacauan yang mereka alami.
Di atas perahu kecil itu, Coby memecahkan keheningan dengan pertanyaan yang mengusik pikirannya. "Luffy-san, untuk menemukan One Piece, kau harus pergi ke Grand Line, bukan?"
Luffy mengangguk dengan mantap, tatapannya penuh tekad. "Ya, itulah tujuanku. Grand Line adalah tempat di mana aku akan menemukan One Piece dan menjadi Raja Bajak Laut!"
Coby mengangguk, memahami betapa besar impian Luffy. Namun, percakapan mereka belum selesai.
"Coby, apa kau tahu tentang Zoro?"
Coby mengingat kembali cerita-cerita yang pernah ia dengar tentang Zoro, lalu menjawab dengan penuh keyakinan."Zoro adalah seorang pendekar pedang yang sangat kuat. Dia memang terkenal sebagai pemburu bajak laut, tapi yang kudengar saat ini dia ditahan di pangkalan angkatan laut."
"Apa? ternyata dia lemah," kata Luffy.
"Tidak! Dia itu kuat dan kejam!" Coby menyanggah pernyataan Luffy dan bingung sejenak. "Mengapa kau menanyakan tentang Zoro?"
Luffy tersenyum lebar. "Jika dia kuat dan baik aku ingin merekrutnya."
Coby tetap penyanggah keinginan Luffy dan remaja topi jerami itu memukulnya untuk membuat Coby diam.
Stussy memandang interaksi antara Luffy dan Coby dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Mata birunya memancarkan ketenangan dan rasa puas, menyaksikan semangat dan kebersamaan yang tumbuh di antara mereka. Di bawah langit yang mulai berwarna jingga, suasana di atas perahu kecil itu terasa begitu hangat dan akrab.
Sudah ditetapkan, tujuan mereka berikutnya adalah pangkalan angkatan laut di mana Zoro ditahan. Perahu kecil itu berlayar dengan tenang, menembus ombak yang lembut di bawah cahaya matahari terbenam. Sinar jingga keemasan memantul di permukaan air, menciptakan pemandangan yang mempesona.
Luffy dan Coby terus berbincang dengan antusias, membahas rencana-rencana mereka untuk masa depan. Stussy mendengarkan dengan penuh minat, menikmati setiap momen kebersamaan ini. Ia merasa bahwa pertemuan ini adalah awal dari petualangan besar yang akan mengubah hidup mereka.
Bersambung
AN: Sudah berapa tahun saya hiatus? Entahlah. Teknologi sudah berkembang pesat sejak saya terakhir kali menulis dan tulisan ini adalah 90% AI. Bagaimana?
15 January 2025
