Jam yang menempel di dinding ruangan sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dimana jam kerja perusahaan itu sudah berakhir.

Sebuah ruangan terlihat begitu ramai dengan karyawan yang mulai mengemasi barang-barang.

Suara tepukan tangan membuat para penghuni ruangan itu memusatkan perhatian pada seorang wanita di depan sana.

"Semuanya, jangan lupa besok kita datang ke kantor menggunakan seragam sekolah SMA ya! Kita ingin mencoba trend-trend yang ada di Toktik. Aku juga sudah meminta izin pada pimpinan! Terima kasih sudah mendengarkan! Berhati-hatilah ketika pulang!" Seru wanita itu diakhiri dengan pose membungkukkan badan.

Para karyawati memekik kegirangan, sedangkan karyawan mengeluh. Karena tubuh mereka sudah beranjak dewasa, tak akan mudah untuk memakai seragam sekolah yang sudah berbeda ukuran.

"Aduh, ini pasti ide perempuan-perempuan itu"

"Apa seragamku masih muat?"

"Uzumaki-san. Apakah seragammu masih muat? Sepertinya aku harus pinjam seragam Kouhaiku yang satu almamater" ucap seorang pria pada pria muda yang sejak tadi fokus pada komputer.

"Entahlah, aku harus mencari seragamku dulu. Karena tubuhku tidak berubah sedikitpun dari zaman SMA" ucap pria muda itu masa bodoh.

"Nanti kalau tidak muat, biar aku pinjamkan sekalian pada Kouhaiku. Siapa tahu dia punya banyak seragamnya, kau dari SMA Kanto kan?" Tanya pria itu.

"Bukan. SMA Konoha" jawab sang Uzumaki.

"SMA Konoha? SMA Konoha yang itu?" tanya pria itu menatap pria pirang dengan tatapan tidak percaya.

"Ya" jawab pria pirang itu singkat.

"Bukankah SMA elit itu sepuluh tahun yang lalu ditutup karena ada kasus pembullyan?"

Uzumaki menghentikan aktivitasnya, sejenak tubuhnya mengalami tremor ringan. Setelah menghela nafas, Uzumaki menatap pria itu dengan tenang. Membuat pria itu menatapnya takut.

"Iya"

"GYAAAA!!!! Aku benar-benar tidak mengerti!" Teriak salah satu karyawan dengan frustasi.

'Apa-apaan reaksinya itu' batin pria itu ketakutan, setelah melihat respon sang Uzumaki.

"Aku akan bertanya pada Ibu, dimana dia meletakkan seragamku"

"Aku ingin membuat bangkrut aplikasi itu" ucap seorang karyawan bertubuh kekar dengan penuh dendam.

Semua karyawan menatapnya dengan tatapan datar. 'Kau sedang bercanda kan?'

"Permisi, petugas keliling! Dua puluh menit lagi saya akan berpatroli untuk mematikan daya listrik semua ruangan! Silahkan berkemas dan keluar dengan teratur!" Ucap seorang satpam tiba-tiba datang menginterupsi suasana.

"Otsukaresama deshita!"

"Otsukaresama deshita Izumo-san!"

"Aku duluan, jaa nee Izumo-san!"

"Oii! Bahasamu! Kau pikir kamu masih muda?!"

"Bye-bye Izumo-san!"

"Tsk. Mereka itu… bagaimana mereka lulus dari ujian kaidah bahasa sewaktu walk interview?" Gumam seorang pria dengan rambut yang menutupi sebelah mata.

Netra hitam miliknya menatap seorang pria berambut pirang yang terlihat masih santai di meja kerja.

Dengan perlahan Izumo melangkah mendekati meja kerja pria itu.

"Uzumaki-san, kantor ini akan ditutup 20 menit lagi. Silahkan berkemas sekarang juga!" ucap Izumo.

"Uh?"

Izumo memiringkan kepalanya mendengar jawaban aneh dari pria itu.

"Naruto….-san?"

"Ah, maaf. Hari ini aku lembur lagi. Dan juga.."

Kepala bersurai pirang itu bergerak menoleh ke arah lawan bicaranya. Manik sapphire milik pria itu menatap Izumo.

Yang ditatap pun gelagapan, karena Izumo mengagumi sifat pria berambut pirang yang perfeksionis, disiplin dan bertanggung jawab.

Namun, tidak dengan kantung mata yang sudah menebal dan berubah warna menjadi gelap. Mungkin sifatnya sudah bertambah satu yaitu, workaholic. Karena terus-terusan menerima lemburan dari atasan.

"Lagi?" Tanya Izumo.

"Hm" jawab Naruto singkat. Dirinya sudah tak sanggup lagi menjawab panjang lebar.

Matanya ingin tertutup karena mengantuk. Beberapa minggu terakhir ini dia disuruh lembur oleh ketua divisi.

Karena ada beberapa karyawan yang cuti atau tak becus ketika mengerjakan tugas. Naruto yang sudah menerima gelar 'Employee of the year' pun tak sanggup menanggalkan gelar itu secara cuma-cuma.

Seharusnya karyawan seperti mereka di PHK massal. Tetapi entah apa yang ada di kepala divisi Human resource department itu, dia tidak melakukannya.

Mungkin mereka bawaan orang dalam sehingga sungkan untuk memecat karyawan sembarangan. Oh iya, dia baru ingat. Dia kenal seseorang yang mempunyai orang dalam.

Kalau tidak salah namanya Sora. Bocah yang baru lulus itu dibekingi oleh kepala gudang, Asuma Sarutobi. Sedangkan dia ada di bagian Logistik, yang artinya Asuma mempunyai kuasa lebih besar.

Ingat pepatah hidup. "Lu punya jabatan, lu punya kuasa!"

Ha-ah. Malang sekali nasibnya.

"Kalau begitu saya ingin berkeliling dulu, Uzumaki-san. Kalau butuh bantuan silahkan hubungi pos satpam di depan" ucap Izumo lalu membungkukan badan.

"Iya. Terima kasih" ucap Naruto singkat.

Suara ketikan keyboard yang sempat hilang kini terdengar lagi.

"Sampai kapan aku lembur seperti ini bos!" Ucap Naruto kesal.

Tak mungkin dia selamanya akan disuruh lembur mengerjakan tugas orang lain, dengan alasan karyawan di bagian itu masih awam dengan tugasnya.

Bapak kau salto!

Ketika dia melamar di bagian itu, sudah sepantasnya dia harus menanggung tupoksinya!

Pria pirang itu membuang nafas dengan kasar.

Tangan tan itu meraih gelas cup berwarna kuning di atas meja kerja.

"Duh, habis. Aku buat lagi saja" ucap Naruto lalu beranjak dari tempat duduk.

Sebelum mulai melangkahkan kaki, pria pirang itu merenggangkan tubuh. Suara kretek-kretek renyah pun terdengar.

"Aku bisa merasakan pantatku sudah menjadi tepos"

.

.

.

.

Suara sepatu pantofel menggema di lorong perkantoran yang masih terlihat terang.

Pria pirang itu menatap lurus kedepan, tak ada niat untuk mengintip ruangan-ruangan gelap yang dilewati. Dia sudah terbiasa dengan suasana ini. Entah sejak kapan ketakutan terhadap makhluk tak kasat mata, hilang dari dirinya.

Jelasnya, Pria itu tak akan ketakutan ketika ada suara gesekan atau benda jatuh, saat dia harus lembur di malam yang keramat sekalipun.

Papan kecil bertuliskan Pantry terlihat. Segera Pria itu mempercepat langkah kaki. Matanya ini seperti ingin menutup jika kopi tidak menyentuh tenggorokan.

Klek

Pria pirang itu terlalu fokus dengan handle pintu sampai dia mendorong pintu, baru dia menatap ke depan.

"Huwaaa!!!"

Alangkah terkejutnya Naruto ketika melihat sosok hitam di depan.

Bruk

"Aduh!"

"Kau tidak apa-apa?" Tanya seseorang.

Sebuah tangan putih terulur ke depan wajah. Jika dia -Naruto- yang dulu, pasti dia sudah lari kocar-kacir dengan wajah yang pucat.

Naruto meringis. Pantatnya yang tadi sakit karena terlalu lama duduk, kini harus bertambah sakit karena menghantam lantai.

Naruto mendongak, menatap seorang pria raven yang sedang menatapnya dengan tatapan datar. Pria berambut pirang itu menelan ludah dengan susah payah.

"U-Uchiha-sama" cicit Naruto.

Dengan ragu Naruto menerima uluran tangan dari pria raven.

Bagaimanapun juga pria di depannya ini adalah seorang CEO yang jarang terlihat ketika hari-hari biasa.

Kepala pria berambut pirang itu pun seketika penuh dengan pertanyaan mengenai keberadaan pria raven.

"Kenapa anda ada disini?"

Detik berikutnya Naruto menutup bibir tipis itu menggunakan tangan.

"Ini kan masih ruang lingkup perusahaan. Dan perusahaan ini milikku. Jadi tempat ini juga termasuk milikku,"

"Begitu juga denganmu" ucap Beyes1028 bukan Sasuke. #Plak

Entah mengapa ketika mendengar ucapan pria berambut raven itu membuat Naruto sedikit gelisah. Apalagi tatapan tajam dari manik obsidian yang sering dibicarakan karyawan dan karyawati yang bekerja di tempat ini.

"Mohon maafkan saya!" Ucap Naruto sambil membungkukkan badan.

Dia takut terjadi apa-apa dengan pekerjaannya. Zaman sekarang mencari pekerjaan itu susah. Ekspektasi ketika dia lulus dengan gelar sarjana langsung mendapatkan pekerjaan pun pupus. Saat dia sudah menaruh lamaran kerja kesana-kemari, tak ada yang menghubunginya. Dan itu pun memakan waktu setengah tahun.

Belum lagi uang asuransi milik sang ayah yang tak cukup untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

"Hn"

Jawaban singkat dari pria raven di depannya itu membuyarkan lamunan Naruto.

Naruto menegakkan badan. Pria berambut raven itu lalu membalikkan badan.

Naruto yang melihat respon cuek pria raven itu pun menggaruk tengkuk yang tiba-tiba terasa gatal.

Manik sapphirenya tak sengaja melihat aktivitas pria raven. 'Sepertinya akan lama' batin Naruto ketika melihat tangan seputih porselen itu meracik bubuk kopi dengan lihai.

"Kalau begitu saya permisi Uchiha-sama!" Ucap Naruto undur diri.

"Tunggu"

Satu kata membuat gerakan Naruto terhenti.

Manik sapphire itu menatap tangannya yang digenggam pria raven.

"Temani aku ngopi"

"Ha'i?"

.

.

.

.

Naruto tak akan pernah tau betapa indahnya langit malam, jika saja CEO muda itu tak mengajaknya ke rooftop perusahaan ini.

Entah rayuan apa yang digunakan pria raven itu, sehingga sekarang Naruto duduk di samping CEO muda sambil menarik ingusnya dengan mata yang sembab.

Janji pada ibunya untuk menjadi pria kuat kini ia langgar.

Dia menangis di pelukan pria raven yang berstatus bos besar.

Tunggu, pelukan?

Eeeeehhh?!!!!!

Naruto menarik dirinya begitu dia sadar, dia melakukan hal yang tak sopan pada orang yang harus dihormati.

"Maafkan aku Uchiha-sama. Anda pasti risih melihat saya yang seperti ini. Dan tolong lupakan saja curhatanku tadi" ucap Naruto sambil bersujud.

"Pfftt ahahaha…"

Dahi tan itu berkerut. Manik sapphire miliknya menatap sang bos yang sedang menutup mulut dengan punggung tangan.

"Lihatlah bahasamu itu ahaha!"

Pipi Naruto merona, antara malu atau tersipu karena melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan.

Naruto setuju dengan persepsi "Sasuke Uchiha adalah makhluk sempurna yang tak ada saingannya". Memiliki rupa yang menawan, kulit putih yang sering menjadi standar kulit idaman, postur tubuh yang sering dibicarakan para wanita. Kekayaan dan pekerjaan yang memiliki kekuasaan mutlak.

Sayangnya semua persepsi itu sering dipatahkan dengan kalimat "Dia adalah seorang penyuka sesama jenis". Kalimat itu pun sering dilontarkan para pria yang iri melihat usia Sasuke yang seharusnya sudah berkeluarga. Ketika pria raven itu selalu menolak wanita cantik yang terus berdatangan.

Jika Naruto berada diposisi seperti Sasuke, dia segera meminang mantannya, putri pertama Klan Hyuuga.

Hyuuga Hinata.

Ya, dia masih mengingat kenangannya bersama sang mantan. Bagaimana tidak? setiap hari dia melihat copyan mantannya di kantor. Di mata Naruto, bosnya, Uchiha Sasuke sangat mirip dengan Hinata.

"Kirei" gumam Naruto.

Tawa itu terhenti, Naruto tersadar ketika tatapan tajam mengarah padanya.

Ups, sepertinya dia salah kata. Tentu saja, mana ada laki-laki yang senang dipuji dengan kata cantik.

Itu pelecehan!

Naruto sudah berancang-ancang untuk meminta maaf lagi. Namun gerakan cepat dari pria raven itu membuat Naruto terkejut.

Jari lentik alabaster itu mengapit dagu pria bersurai pirang.

"Naruto"

Seharusnya dia biasa saja ketika namanya dipanggil. Namun dia bisa merasakan perasaan yang kuat, ketika pria raven itu memanggil namanya.

Manik sapphire dan obsidian bertemu.

Dekat.

Sangat dekat.

Tak ada kata atau kalimat yang terlintas dalam otaknya. Seolah-olah Pria pirang itu dipaku oleh tatapan yang ditunjukkan pria raven.

Kelopak alabaster itu bergerak ke bawah. Menatap belahan bibir milik pria pirang dengan sensual.

"Uchiha-sama" panggil Naruto ketika pria raven itu semakin menarik dagunya mendekati wajah pria itu.

"Sasuke. Panggil aku Sasuke!" Perintah Sasuke dengan nada seperti seorang diktator.

"Aku tidak bisa. Kau bosku dan aku karyawanmu. Sudah sepantasnya aku menghormatimu layaknya karyawan lainnya" ucap Naruto lugu.

"Tidak" sara geraman kesal terdengar.

"Itu tidak boleh" lanjut Sasuke.

Dahi pria pirang itu mengerut. Manik sapphire itu melirik sebuah kaleng bir yang tergeletak di sebelah tangan Sasuke.

"Sepertinya anda mabuk" ucap Naruto lalu melepaskan dirinya. Untuk ukuran orang yang sudah berumur, bau alkohol adalah bau kedua yang dia benci setelah bau obat-obatan.

Namun, layaknya cengkraman Harimau pada targetnya. Naruto tak bisa melepaskan tangan sang CEO muda. Rasa takut mulai merambati tubuh pria pirang.

Sasuke terkekeh.

"Dengar," Suara baritone terdengar seperti suara malaikat maut.

"Tidak ada ayah, ibu, kakak maupun keluargaku yang akan mengganggumu" Ucapan yang keluar dari bibir tipis itu membuat Naruto bingung.

"Apa mak-"

"Kita akan hidup berdua selamanya. Mulai malam ini, sayang"

Mulut Naruto menganga ketika mendengar kalimat Sasuke yang begitu mengerikan. Dia tidak tahu jika Sasuke rentan terhadap alkohol. Ucapan orang mabuk memang jujur tetapi terkadang tidak jelas tafsirannya.

Belum sempat menutup bibirnya, Sasuke bertindak sangat agresif dengan melumat bibir miliknya tanpa ampun. Membuat Naruto menelan sisa alkohol yang diminum Sasuke.

Kedua pria itu kehilangan keseimbangan. Mereka terjatuh ke lantai dengan pria pirang yang berada di bawah.

"MHHHN!!!"

'Kepalaku!!!'

"Akhk…"

Rasa pusing dan sakit bercampur menjadi satu di kepala area belakang.

Naruto memberontak ketika tubuhnya mulai ditekan ke lantai.

PRANG

Secara tak sengaja tangannya menampik gelas dan kaleng bir, membuat isinya berceceran keluar.

'Sial, aku akan mati' batin Naruto ketika usahanya untuk menyingkirkan tubuh tidak berbuah.

"Lepaskan bos!" Ucap Naruto disela-sela perjuangannya untuk lepas dari ciuman maut Sasuke.

"!!!"

.

.

.

.

BRAKK

Pintu apartemen itu terbuka dengan suara yang sangat keras. Pria pirang itu lalu mengunci pintu dengan cepat.

Setelah itu dia berlari masuk ke kamar. Lagi-lagi dia membuat suara gaduh dengan cara melempar tubuh ke kasur. Persetan dengan para tetangga yang nanti akan melaporkan ulah urakannya pada polisi.

Naruto capek, secapek-capeknya.

Belum lagi kejadian di rooftop. Naruto pasrah jika besok dia dipecat langsung oleh CEO. Karena sudah menendang kesejatian CEO muda itu. Tapi bagaimanapun juga Naruto melakukan tindakan itu untuk perlindungan diri.

"ARRRGGGHH!!!"

Surai pirang itu diremas hingga beberapa helai rambut terlepas dari tempatnya. Pria pirang itu menatap tangan.

Merah. Tidak ada kopi berwarna merah, kan?

Naruto menggelengkan kepala, pasti efek alkohol. Kepalanya sakit karena memikirkan kejadian tadi.

Sebaiknya dia mandi dengan air dingin agar sakit di kepalanya menghilang. Setelah itu, dia akan mencari seragam sekolah untuk keperluan besok.

Pria bersurai pirang itu mencoba bangkit namun gagal, tubuhnya terjatuh menghantam lantai.

"Kenapa dengan tubuhku ini? Rasanya lemas sekali" ucap Naruto lirih.

Dengan perlahan Naruto bangun, namun gagal. Detak jantungnya mulai cepat, sehingga dia kesulitan bernafas.

"Uhuk…hoek"

Apa dia masuk angin? Tapi, mengapa muntahan itu ada busanya?

"Sepertinya aku benar-benar masuk angin, mengingat angin malam di rooftop tadi agak kencang"

"Kepalaku sangat sakit, mataku juga berat sekali" rintih Naruto.

Perlahan-lahan kelopak mata tan itu tertutup bersamaan dengan dada yang tak bergerak lagi.

Once again

SasuNaru fanfiction

Disclaimer Masashi Kishimoto

Warning : Yaoi, BL, Shounen-Ai. Untuk homophobic stay away. Cerita yang ada di akun Bee bukan area kalian. Thanks.


17 Agustus 2023