Dear Maid!
.
.
.
Disclaimer : Tite Kubo
A/N : Yo Mina-san! Sebelumnya sebelum kalian membaca ceritanya, alangkah baiknya untuk sejenak membaca author's note sejenak. Hmm, baiklah sebelumnya Author minta maaf karena lamaa banget gak update dari waktu yang author sendiri janjiin. Setelah libur panjang UAS dan juga mendekati persiapan UN author jadi males ngapa-ngapain selain tiduran dan main-main(mungkin efek dari liburan panjang T_T) selain itu jadwal pulang sekolah author di lamain dan juga latihan UN dan pemantapan yang tidak bisa dihindarkan, apalagi uang saku author dikurangi untuk beberapa keperluan author (kurang kuat apa coba author T_T). Ok cukup curhatnya. Intinya author mau minta maaf kalau author nanti bakal tidak menentu update untuk fict ini dan fict author yang lain, oklah kalau begitu silahkan dibaca fict author dan semoga menarik chapter kali ini #PEACE(y)
.
.
Mata Ishida terlihat sangat pucat, baju yang dipakaipun masih kemarin, dan juga sejak dini hari tadi Ishida hanya terpaku pada ponselnya yang ia taruh diatas meja kamarnya. Disinilah Ishida, dikamar lamanya di rumah ayahnya. Kelihatannya dia sejak malam tidak tidur menunggu Ichigo atau mungkin Orihime?
'Tok! Tok!'
Suara ketukan pintu tidak ia hiraukan, yang hanya dia harapkan adalah ponselnya berdering dan mendengar kabar dari kedua temannya itu. Ketukan pintu semakin keras membuat telinganya terganggu, diapun menutup telinganya dengan agak kasar dan bukannya membukakan pintu yang berjarak 2 meter dari tempatnya duduk.
"Ishida kau kenapa nak?" terdengar suara ayahnya yang memanggilnya.
"aku tidak kenapa-kenapa!" balas Ishida sambil berbalik kebelakang.
"kau yakin nak?"
"tentu saja!"
"oh baiklah.." ucap ayahnya singkat, dan terdengar suara langkah kaki menjauh. Ishida terlihat terdiam sejenak karena ayahnya yang hanya sebatas itu mengkhawatirkannya.
"haaah sudahlah. Bagaimana ini? Apa Ichigo selamat? Ah tidak! Aku tidak peduli dengannya, yang terpenting adalah Orihime-san! Aku takut kalau Ichigo melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Ditambah lagi mereka berdua dihutan dan tidak terpantau oleh orang lain, tunggu dulu! Orihime-san kan sangat kuat mana mungkin Ichigo berani macam-macam hahaha.." gunam Ishida yang kemudian menempatkan kepalanya ke meja dan menutupi kepalanya dengan tangannya.
"TIDAK! Begitu-begitu juga Orihime-san tetap saja seorang gadis dan Ichigo juga seorang laki-laki, ditambah lagi Ichigo itu benar-benar berandal. Bisa saja ketika Orihime-san tertidur di mobil Ichigo akan...dia akan..." pikir Ishida yang mulai agak tidak nyambung.
ISHIDA IMAGINATION
"Orihime, kau terlihat kedinginan.." ucap Ichigo pada Orihime yang tengah bersandar di jok mobil (padahal Ichigo tidak pernah memanggil nama Orihime kecuali marganya, memangil namanya pun kalau terpaksa)
"ahh, benar Ichigo-sama aku sangat kedinginan di hutan yang menakutkan ini!" balas Orihime dengan nada takut.
"kalau begitu pakailah jaketku ini.." ucap Ichigo yang langsung memakaikan jaketnya pada Orihime.
"tidak...Ichigo-sama kau saja.." tolak Orihime dengan sedikit berontak dengan kondisi yang agak mengantuk.
"tidak kau harus memakainya!" ichigo pun memakaikan jaketnya dan memasang seat belt supaya tidak Orihime lepaskan.
Orihime sedikit berbisik yang membuat Ichigo penasaran
"hei apa yang kau bisikan Orihime?" ucap Ichigo mendekat ke sampai dekat dengan wajah Orihime (Ishida terlalu berlebihan, sepertinya dia begadang sambil menonton sinetron)
"ti..tidak." ucap Orihime dengan wajah yang agak blushing sambil membuang wajahnya ke arah jendela.
"ah..baiklah" Ichigo pun terlihat agak canggung dengan suasaana seperti ini.
Suasana pun menjadi hening seketika ditengah hutan lebat (padahal saat ini mereka di penginapan) keduanya sama-sama membuang muka ke arah kaca di samping mereka masing-masing, sampai akhirnya Orihime membalikan wajahnya ke arah Ichigo.
"Hn? Ada apa Orihime?" tanya Ichigo yang agak kaget dengan gerakan tiba-tiba Orihime. Perlahan Orihime membuka seat beltnya dan mendekat kearah Ichigo secara perlahan, dan akhirnya berhenti didepan wajah Ichigo yang sudah merah
"yang membuatku hangat adalah...Ich-"
"AKHH! ITU TIDAK AKAN TERJADI!" geram Ishida yang menggagu adengan ini.
END OF ISHIDA IMAGINATION
"AKHH! ITU TIDAK AKAN KUBIARKAN!" Ishida pun segera mengemasi bajunya ke dalam tas dan mencari kunci mobilnya.
"sial!? Disaat genting seperti ini dimaan kunci mobilku!?" keluh Ishida sambil menjambaki rambutnya sehingga membuat kacamatanya hampir jatuh.
Dari luar terdengar langkah kaki berlari dengan kasar. Suara itu berhenti sejenak, sehingga membuat Ishida penasaran dan hendak membuka kunci kamarnya.
BRAK! BUAK! KRANNK!
"INI KUNCI MOBILMU ISHIDA! JANGAN BERISIK!" ternyata suara itu berasal dari ayah Ishida yang baru saja mendobrak pintu kamar Ishida. Ayahnya mendorak kamar Ishida sampai roboh oleh kayu gelondongan yang ia gunakan untuk mendobrak, dan hantaman itu juga mengenai Ishida sehingga terpental keluar jendela.
"ya..ampun sepertinya aku terlalu berlebihan.." ucap Ryuuken sambil memandangi anaknya dibawah dengan pandangan yang tertutupi kacamata.
"untunglah dia anakku hahahah!" ucapnya dengan bangga, sementara anaknya tengah kesakitan dibawah.
-Orange-
"apa!? Ichigo pergi ke South Karakura? Mau apa dia jauh-jauh kesana?" ujar Misaki dengan wajah yang kaget sambil memegang gelas teh.
"kalau tidak salah Ichigo mengatakan sesuatu tentang memori Orihime, entahlah aku pun tidak telalu mengerti" jelas Rukia pada Misaki.
"ohh begitu, jadi dia mau mencari tau siapa Ichimaru-kun bukan?" ucap Misaki dengan ringan.
"maaf aku juga tidak tahu" ucap Rukia yang agak tidak mengerti dengan ucapan Misaki.
"tetapi tenang saja Bibi Misaki, Ichigo juga pergi ke tempat kenalannya, jadi sudah bisa dipastikan kalau dia aman.
"eits!" Misaki pun menajamkan matanya dan menempatkan jari telunjuknya di ujung mulut Rukia. Rukia terlihat bingung dan kaget dengan yang dilakukan oleh Misaki sehingga membuat kepalanya mundur beberapa centimeter.
"ingat? MI-SA-KI-SAN, jangan lupa memanggilku seperti itu. Aku tidak menyalahkanmu Rukia-chan memanggilku bibi hanya saja itu terkesan tua dan tidak gaul. Tidak apa-apakan?" ucap Misaki dengan lembut namun wajahnya berubah menakutkan karena efek senter yang ia pegang dibawah wajahnya, yang membuat Rukia mengangguk untuk selamat.
"Ba...baiklah Misaki-san.."
"yahh! Bagus sekali Rukia-chan! Baiklah karena aku sedang senang ayo aku ajak kau makan cake di ruang tengah, ayo!" ucap Misaki yang tengah berdiri siap meninggalkan Rukia sambil mengulurkan tangannya.
"baiklah Misaki-san" Rukia pun menggapai tangan Misaki dan ikut berjalan mengikuti Misaki berjalan.
'haahh, aku kecewa kau tidak bertanya padaku Ichigo...tapi biarlah! Aku tahu sekarang kau sudah dewasa. Tentu saja kau pasti akan berusaha mencari informasi dengan caramu dan tidak akan bergantung padaku' desahan Misaki berubah menjadi senyum tak kala memikirkan hal tersebut.
'oh iya! Ditambah lagi kau akan akrab dengan Orihime-chan, aku tidak sabar melihat kalian nanti, hihihi' Misaki pun mulai cekikika sendiri ketika berjalan didepan, sehingga membuat Rukia yang berjalan dibelakang sedikit merasa takut.
"ano, Misaki-san kau tidak apa-apa?" ucap Rukia yang menghampiri Misaki, dan memegangi badannya,
"Oh, maaf Rukia-chan sepertinya aku terlalu senang fufufu" ucapnya lagi dengan tawa kecil yang ia tahan. Sementara Rukia hanya bisa diam dan tidak ingin memikirkan apa-apa lagi selain cake.
Sementara itu di klinik milik ayah Ishida
Ishida terlihat lemas saat membuka matanya dalam keadaan badannya, kedua tangannya, dan kepalanya dibalut oleh perban. Diapun menggapai kacamatanya yang berada dimeja kecil dekat kasur tempat ia terbaring. Dia pun mengingat kembali apa yang terjadi.
"oh!? Ishida kau..kau sudah bangun ya nak?" ucap Ryuuken yang tengah membawa gelas berisi air putih dan duduk disamping Ishida.
"ayah..apa yang terjadi" ucap Ishida
"tenanglah Ishida, kau tahu kalau anak-anak disini memang agak payah bermain sepak bola, jadi tadi ada bola futsal yang mengenai kepalamu nak" ucap Ryuuken dengan senyum tenang.
"tapi mengapa aku diperban dibagian badan dan tangan jika hanya kena kepala?" balas Ishida.
"oh itu, kebetulan anak-anak itu maniak sepak bola jadi mereka selalu main bola harus lebih dari satu bola" balas Ryuuken dengan senyum tenang.
"tapi aku merasa seperti jatuh dari lantai dua yah? Dan juga tadi sepertinya pintu kamarku didobrak" Ishida semakin penasaran pada apa yang terjadi padanya.
"ohh..itu karena anak-anak tadi mengagap kalau bola masuk ke rumah orang, mereka harus berpesta ditempat itu. Lalu mungkin kau terpental karena dorongan salah seorang anak-anak"ucap Ryuuken dengan senyum tenang
"dan...ayah.."
"sudahlah nak jangan dipikirkan, yang terpenting saat ini adalah kondisimu nak! Ayo minumlah ini.." . Ryuuken pun memberikan gelas berisi air tadi dan menyuruh anaknya meminumnya.
Ishida pun meminumnya hingga tetesan terakhir.
"bagaimana nak? Apa kau sudah tenang sekarang?" tanya ayahnya dengan senyum tenang.
"hmm, tapi sepertinya aku agak pusing lagi yah. Mungkin ini karena kemarin aku begada-" sekejap Ishida pun langsung tertidur lagi tanpa meyelesaikan katanya.
"ya ampun sepertinya obat pelupanya terlalu banyak aku teteskan! Ahh sudahlah yang penting Ishida sudah bisa tenang. Aku tidak tega semalaman dia tidak tidur karena mengkhawatirkan teman-temannya, memang apel tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Iya kan Katagiri?" Ryuuken pun sedikit tertawa sambil berdiri dan membalik kebelakang.
"ya ampun, kau ini memang tidak tegaan pada anak sendiri ya? Mungkin sebaiknya aku tidak jadi pergi saja?" ucap Katagiri yang merupakan Ibu dari Ishida dan Istri dari Ryuuken.
"tenanglah, dia akan jadi pria sejati.." ucap Ryuuken tersenyum halus ke arah Ishida yang tengah tidur dalam posisi yang yahh jujur tidak indah untuk dipandang.
"kau pikir pria sejati akan menjatuhkan anaknya dari lantai dua dan membiusnya dengan obat pelupa?" sindir Katagiri
"ya ampun! Pria macam apa yang tega melakukan itu!? Jika itu aku, tentunya akan ku ayomi Ishida!" ucap Ryuuken sewot.
"kau tidak mengerti aku bicara untuk sipa?" ucap Katagiri tersenyum jengkel.
"baiklah...aku sebentar lagi akan pergi! Jaga Ishida, jangan pulang larut, cuci baju, Jangan merayu teman perempuan Uryuu, jangan buat Uryuu malu didepan temannya! , dan ingat...jangan melakukan hal seperti tadi lagi, itu membuatku khawatir jika nanti Uryuu nanti jadi seperti kau" Ucap Katagiri yang tengah mengangkat kopernya.
"iya..iya tenang saja aku tidak akan melakukan hal yang kau katakan" ucap Ryuuken santai sambil menempelkan rokok pada mulutnya dan mulai menyalakannya.
"dan jangan terlalu kasar saat mengobati teman Ishida nanti!"
"aku tahu! Jaga dirimu saja dan cepatlah nanti kau ketinggalan bis" Ryuuken pun melambaikan tangan ke arah Katagiri. Katagiri pun pergi meninggalkan klinik dan naik taksi yang sudah menunggunya dari tadi.
Ryuuken pun kembali duduk disebelah anaknya. Taksi yang ditumpangi oleh Katagiri pun meninggalkan Ryuuken.
Tidak lama kemudian mobil yang ditunggu-tunggu tiba, pas sekali berhenti didepan pintu klinik yang terbuat dari kaca sehingga dapat terlihat dari dalam mobil yang membawa Ichigo dan Orihime. Ryuuken pun segera berdiri meninggallkan Ishida dan bergegas ke depan dan mematikan rokoknya.
-Orange-
"cepatlah Inoue! Kau lama sekali!?" geram Ichigo sambil menarik-narik tangan Orihime yang berada di dalam mobil.
"sabarlah sedikit Ichigo-sama..saya pun kesulitan keluar.." ucap Orihime dengan nada kesusahan
"ah..kalian pasti Ichigo-kun dan Orihime-san...aku sangat senang kalian-"
"ayo Inoue kau pasti bisa! Masa aku harus mendorongmu dari belakang!?" geram Ichigo tanpa menghiraukan sambutan dari Ryuuken.
"haha..kalian pasti sangat lelah bagaimana jika aku siapkan.." Ryuuken mulai agak mengeraskan suaranya
"aww! Ichigo-sama sebentar, kakiku terjepit jok...tunggu" lagi-lagi kata-kata Ryuuken dihiraukan.
"apa? Mana? Baikah kembali ke posisi duduk, aku akan mengeluarkan kakiu dulu" Ichigo pun masuk ke dalam dan membenarkan kaki Orihime yang masih didalam.
"Ano...Ishida sudah menunggu kalian daritadi dan.."
"baiklah kakimu sudah tidak tersangkutkan?" Ichigo pun memegang tangan Orihime bersiap untuk menariknya.
"hmm, tentu,,," Ichigo pun menarik lagi
"AKU SANGAT BERSYUKUR KALIAN SELAMAT JADI-" suara Ryuuken makin dikeraskan.
"HAHAHA! Aku berhasil INOUE! AKU BERHASIL! HAHAHA!" Ichigo pun berhasil mengeluarkan Orihime yang tengah memakai kostum aneh yang menjadi penyebab sulitnya Orihime keluar.
"AKU SANGAT! SENANG! KALIAN! BISA! SELAMAT! DAN! AKU! MENYAMBUT ! KALIAN! JADI DENGARKANLAH!" Ryuuken pun berteriak sekeras-kerasnya supaya dia didengar hingga dia engos-engosan(bahasa apa ini!?) namun respon tatapan anehlah yang ia dapat dari Orihime dan Ichigo.
"psst Inoue! mengapa dia kasar sekali ya? Padahal Ishida bilang kalau ayahnya baik hati dan rajin menabung. Tapi mengapa dia sangar sekali sih? Sampai teriak-teriak? Rasanya ingin ku hajar" bisik Ichigo pada Orihime.
"jangan begitu Ichigo-sama. Mugkin saja ayah Ishida mengalami gangguan telinga sehingga dia harus mengatakan lebih keras supaya yakin pada apa yang ia katakan" balas Orihime'
"maksudmu tuli..?" ucap Ichigo santai tanpa peduli pada yang ia katakan.
"Ichigo-sama! Jangan keras-keras! Anda bisa menyinggungnya!" ucapan yang baik dari Orihime yang memakai kostum mentimun sehingga membuatnya agak aneh mengatakan hal itu.
"ayolah! Diakan tuli jadi dia tidak akan mendengar apa yang aku katakan. Lihat ini Inoue" Ichigo pun mendekati Ryuuken yang hatinya tertusuk-tusuk oleh percakapan Ichigo dan Orihime ditambah lagi dia tadi sudah malu karena sudah berteriak dengan begitu kencang.
"hei paman! Waktu itu Ishida pernah bilang kalau kau itu mirip dengan tukang sedot WC langganan Ishida HAHAHAH, oh iya aku lupa kau tuli jadi percuma aku bilang begitu haha.." Orihime pun langsung menjitak kepala Ichigo karena kesal.
"Ichigo-sama! Kau mau aku apakan lagi!?" geram Orihime,
"hei tapi Ishida memang bilang begitu tau! Bahkan dia sambil tertawa terbahak-bahak!" geram Ichigo sambil memegangi kepalanya.
"apa benar Uryuu bilang begitu?" tanya Ryuken dengan pandangan dingin.
"iya benar dia bilang begitu saat...hei? tunggu! Bukannya kau tuli!?" Ichigo pun mulai berkeringat dingin dan malu dengan apa yang ia katakan.
"ah perasaan tidak" ucap Ryuuke dengan senyum tenang.
Keadaan mulai hening untuk waktu yang lumayan lama, yang ada hanya tatap-tatapan. Ichigo pun mulai mundur beberapa langkah berniat untuk kabur. Namun tidak disangka dibelakangnya sudah menunggu mentimun yang beraura hitam.
DUAR!
Ichigo pun mendapat pukulan yang keras hingga membuat Ichigo terpapar lemah dijalan, Ryuuken hanya bisa menganga.
'ya Tuhan semoga aku selamat saat memberinya terapi' batin Ryuuken yang terkaget melihat kekuatan Orihime
"maafkan Ichigo-sama pak, dia memang agak kekanak-kanakan tapi sebenarnya bukan itu maksudnya" Ucap Orihime menunduk. Karena memakai kostum mentimun, ujung kostumnya mengenai kepala Ryuuken dengan cukup keras.
"i..iya ah! Baiklah mari masuk" ucap Ryuken sambil mengusap kepalanya. dia pun mempersilahkan Orihime dan Ichigo yang tengah digusur oleh Orihime masuk.
"maaf, emmm Orihime-san. Mengapa kau memakai kostum?"
"sebaiknya nanti kita bicarakan kapan-kapan..ano...Ryuuken-san" ucap Orihime.
"oh..baiklah, lagi pula jangan sebut namaku dengan '-san', panggil saja paman" Orihime pun hanya mengangguk.
"jadi kapan Orihime akan diobati?" ucap Ichigo yang tiba-tiba sadar, dan kerah belakang Ichigo yang dipegang oleh Orihime pun dilepas dengan kasar, sehingga Ichigo membentuk lantai dengan cukup keras.
"saya pikir anda sudah sehat, jadi jalanlah sendiri!" ucap Orihime singkat dengan nada datar, tanpa melihat ke arah Ichigo
"sakit! Dasar kau!" Ichigo pun segera berdiri dan menyusul Orihime dan Ryuuken
"sudahlah-sudahlah, jangan bertengkar kalian harusnya akur. Lagi pula aku bisa kapan saja, hanya saja ada orang yang harus ikut dalam pengobatan Orihime-san" ucap Ryuuken yang berhenti berjalan dengan pandangan yang tertuju ke arah samping.
"siapa?" Ichigo pun terdiam sejenak dan melihat ke arah samping, yaitu Ishida.
"ehh..? ISHIDA!?" Ichigo pun segera menuju ke samping Ishida. Melihat temannya terkulai lemah, membuatnya bertanya-tanya ada apa sebenarnya.
"oi paman! ada apa dengan Ishida!?" ucap Ichigo sambil menggoyang-goyangkan badan temannya itu.
"itu...dia terpeleset di kamar mandi" ucap Ryuuken sambil tersenyum tenang
"ta..tapi mengapa dia diperban banyak sekali!?" tanya Ichigo semakin khawatir.
"itu, karena setelah badannya terbentur dia bangun dan jatuh lagi sehingga tangan nya terpelintir dan juga ketika bangun lagi dia terpeleset dan terbenturlah kepalanya" ucap Ryuuken sambil tersenyum tenang.
"tapi kenapa dia seperti jatuh dari lantai dua!?" tanya Ichigo khawatir.
"itu..itu karena kebetulan kamar mandi kami...dua lantai" ucap Ryuuken dengan tenang namun mulai berkeringat dingin.
Ichigo masih memandangi Ryuuken dengan dingin dan agak curiga. Lalu mulutnya mulai akan bergerak yang menurut Ryuuken itu adalah akhir dari image seorang ayah.
"oh" ternyata kata yang dipikirkan Ryuuken terlalu jauh. Tidak lama kemudian Ishida membuka matanya dan dengan agak berat mencoba bangkit. Dia pun terdiam sejenak dan melihat sekeliling.
"dimana...aku...siapa aku..." ucap Ishida dengan pandangan sayu, mungkin karena Ryuuken memberinya obat lupa terlalu banyak, namun Ryuuken terlihat mencoba pergi.
"hei...Ishida...jangan bilang...kau...manesia!" ucap Ichigo dengan agak kesal
"itu amnnesia bodoh!" tiba-tiba Ishida membalas kata-kata Ichigo. Suasana pun bingung sendiri, dan Ryuuken pun tidak jadi pergi.
'sial! Aku pikir akan berjalan dengan lancar jika aku pura-pura lupa ingatan! Dengan begitu Orihime-san akan lebih memperhatikan aku...'batin Ishida sambil menangis dalam hati.
"sial! aku pikir kau lupa ingatan!" Ucap Ichigo sambil menepuk Ishida cukup keras.
"aduh!" keluh Ishida, karena Ichigo terlalu keras menepuk pundak Ishida.
"Ichigo-sama! Anda jangan kasar begitu-"
"ya! Benar Ichigo kau tidak boleh kasar begitu..." potong Ryuuken yang mendekati Ishida perlahan dan mengusap-usap kepalanya.
"ah...maafkan aku aku hanya senan-"
"tapi begini!" Ryuuken pun melesatkan pukulan ke arah kepala Ishida.
BUAK!
Ichigo dan Orihime ternganga melihat kejadian ayah dan anak yang sama sekali tidka normal dan terkesan sangat ekstrim. Ichigo pun mulai membayangkan bagaimana menjadi Ishida. Setelah itu dia pun mengelus dadanya dan bersyukur memiliki keluarga yang 'agak' aneh bukan 'super' aneh.
Ishida pun terbaring lagi, dan Ryuuken pun mematung sesaat dan berkata
"ini untuk tukang sedot WC" ucapnya singkat.
Tidak lama kemudian Ishida pun bangun kembali
"dimana...aku...siapa aku..." ucap Ishida
"hahaha, kau jangan bercanda dengan candaan manesia!" ucap Ichigo terkekeh.
"manesia? Apa itu namaku? Dan kau siiapa? Siapa dia? Siapa itu?" ucap Ishida menunjuk satu persatu yang berada di ruangan,
"hei Ishida...ini tidak lucu hentikan..." Ichigo pun mulai agak pucat melihat temannya seperti itu.
"untuk apa aku dilahirkan?...apa tujuanku hidup? Mengapa Manusia pantas disebut penguasa tantai makanan? mengapa Bankai Genryusai Yamamoto malah mirip arang panjang...? Kenapa Soul tidak menjadi Death Scythe" Ishida mulai mengatakan hal yang aneh aneh.
"ISHIDA! OY ISHIDA! HENTIKAN! TOLONG KATAKAN INI MIMPI!" Ichigo mulai menjenggut jengut rambutnya dan bernada lebay.
"a-aku...gagal...menjadi seorang ayah..." gunam Ryuuken. Ishida pun melirik ke arah Ryuuken dengan pandangan sayu.
"ada apa Ishida.." Ryuuken pun mendekati anaknya berharap sesuatu yang ajaib terjadi seperti yang sering terjadi di anime-anime lain.
"se...se..." Ishida mengucapkan beberapa kata perlahan.
"ayo nak katakan!" Ryuuken pun menggoyang goyangkan badan Ishida meminta jawaban yang dia tunggu.
"Sedot WC"
"DASAR ANAK DURHAKA!? BISA-BISANYA KAU BILANG BEGITU PADA AYAHMU INI !? HAAAHH!" Ichigo pun menahan Ryuuken yang akan meninju anaknya lagi dengan memeganginya.
"sudah...tidak ada cara lagi.." sementara Ichigo masih berlebay-lebayan.
"ano...semua...bukannya akulah pasiennya?" gunam Orihime dengan tersenyum bingung.
-Orange-
Hari berjalan dengan sangat cepat, namun sayang Orihime belum bisa mendapat terapi karena ayah Ishida harus memberi terapi ini terlebih dahulu kepada anaknya yang dia pukul.
Orihime berdiri memperhatikan bintang dari luar rumah ayah Ishida. Mungkin bukan hanya berdiri memikirkan saja ingatannya, bahkan sebetulnya dia tidak menganggap dirinya sakit atau bahkan butuh penangannan. Hanya saja dia tidak mau Ichigo yang sudah berniat membantunya ia sia-siakan, lagi pula makin cepat ia ingat makin selesai masalah antaranya dan Gin.
"yo! Sedang apa kau disini?" Orihime segera membalik kebelakang, dan menemukan Ichigo yang keluar sambil memasukan tangnnya di kedua sakunya sambil menggunaan syal.
"disini dingin lho" lanjut Ichigo.
"Terimakasih Ichigo-sama, hanya saja saya sedang ingin melihat binang malam ini" balas Orihime halus.
"oh begitu" Ichigo pun melepaskan syalnya dan mendekati Orihime.
"Inoue!" Ichigo pun memberikan syalnya sehingga membuat Orihime agak bingung dan kaget,
"tu-tunggu Ichigo-sama kau mau menyuruhku memakainya?" pandangan Ichigo semakin menajam.
"I-Ichigo-sama" suasana menjadi hening seketika, hanya ada Ichigo yang memandang ke arah Orihime.
"Ichigo-sama?"
"Sushi berjalan..blok 5...hmmm" Orihime agak bingung dengan apa yang Ichigo katakan. Tidak. Dia memang bingung dengan apa yang dikatakan tuannya itu. Dia pun membalikan pandangannya dan menemukan sebuah spanduk besar yang agak lusuh bertuliskan 'Sushi Berjalan! 5 blok dari sini! Bayar sekali kenyang selamanya!'
'ya ampun...kukira...' batin Orihime sambil memandangi Ichigo dengan pandangan lega.
"ada apa? Oh iya! Kemarkan syalku! Tadi aku hanya membetulkan kerahku!" Ichigo pun merebut syalnya dan mengenakannya lagi.
'ya ampun...kukira...' batin Orihime lagi.
"Ichigo-sama" panggil Orihime pada Ichigo, Ichigo pun memandang Orihime dengan tatapan penuh tanya.
"menurut Ichigo-sama, apa saya merepotkan Ichigo-sama?" tanya Orihime penuh makna. Ichigo pun menatap tajam ke arah Orihime.
"Inul...Pista...500m lagi..." gunam Ichigo. Orihime melirik kebelakang lagi dan melihat papan reklame.
"Ichigo-sama...aku bertanya" kali ini Orihime tidak agresif dan sepertinya pertanyaannya serius.
"apa!? Maaf tadi aku terpaku papan reklame.." ucap Ichigo singkat.
"Apa aku merepo-" kata-kata Orihime terpotong saat terdengar suara Ryuuken memanggilnya.
"nanti kita lanjutkan kau masuk sana! Paman menunggumu" Orihime pun sedikit kecewa tidak dapat menanyakan ha tersebut, dapat terlihat dari raut wajahnya.
"baiklah Ichigo-sama" Orihime pun melangkah masuk. Sementara itu Ichigo mendekati tembok dan menyandarkan dirinya sambil melihat bintang.
"...bodoh...mana mungkin aku direpotkan olehmu..." gunam Ichigo sambil memandangi langit malam yang dihiasi miliayaran bintang.
-Orange-
"jadi Ikkaku...apa kabarmu selama aku dirumah sakit?" tanya seseorang dengan rambut merah yang diikat pada agian belakang.
"ahh, baik. Jadi...mengapa kau mengundangku kemari? Renji" ucap Ikkau yang tengah duduk diatas kursi teras rumah temannya itu.
"begini karena aku tidak pernah dimasuken kedalam cerita oleh auth—ahh apa yang ku bicarakan!? Intinya saat ini ada masalah genting yang bisa saja membuat teman-teman kita berada dalam masalah, terutama Ichigo" ucap Renji serius, walau sedikit curhat.
"apa maksudmu?" Ikkaku pun mulai menangkap maksud Renji sedikit dmei sedikit.
"kau tau siapa yang memasukanku ke rumah sakit?"
"tentu saja tidak! Kalau ku tahu sudah habis dia!" geram ikakku sambil meneguk kopi yang sudah disediakan.
"begitu...sebenarnya aku berharap kau tahu orang ini, karena dia sudah lama mengintai kita semua." Ucap Renji.
"langsung saja apa saja yang kau dapatkan? Kita bisa menyelesaikan semua ini setelah Ichigo dan Ishida kembali oke?" Renji pun meneguk minumannya, lalu menaruhnya lagi dan akan memulai menceritakan apa yang akan terjadi.
Sementara itu..
"hei Noitra! Bagaimana ini!? Kita tidak bisa menemukan Ichigo! Bahkan sekarang Yami masih tidak sehat karena kau suruh dia berjalan keluar kota selama 3 hari tanpa uang!" keluh Starrk pada Noitra yang juga sedang kebingungan
"diam! Kau pikir aku ini bodoh!?" tanya Noitra dengan keras
"ya" ucap Starrk
"ya" diikuti Ulqiuorra
"dasar kalian ini! Memangnya aku tidak pusing apa? Yami masuk ke rumah sakit dan nanti aku juga yang harus menanggung biayanya yang banyak! Dan kalian juga nantinya akan membayar juga kan!?" ucap Noitra dengan lantang dan keras
"tentu saja aku tidak masalah selama dia adalah Yami! Kau ingat dia juga selalu membantumu kalau kau sedang dikepung musuh di game! Ingat itu!" balas Starrk
"SIAL!"
BRUK!
Noitra pun menendang pipa bekas dekatnya sehingga membuat kedua temannya sedikit kaget.
"kalau saja kita menang turnamen dan mendapatkan hadiah! Kita tidak akan jadi seperti ini!" ucap Noitra yang tengah merenung sambil menempelkan wajahnya ditembok.
"haahh, yare..yare," Starrk pun mendekat pada Noitra.
"hei! Kita adalah tim! Tim harus saling mendukung apalagi kau adalah pemimpin, jadi kau harus tegar" ucap Starrk sambil menepuk bahu temannya itu.
Noitra pun membalikan wajahnya dan menatap sesaat Starrk lalu Ulqiorra, dan tersenyum penuh puas.
"baiklah ayo kita lakukan bersama! Tapi kalian harus dibawah perintahku!" ucap Noitra dengan sewot.
Mereka semua pun tertawa bersama, sampai akhirnya menyadari ada seseorang yang datang dari arah depan mereka.
"wah..wah persahabatan yang sangat berarti ya..?" melihat kedatangan orang yang ditutupi siluet hitam karena cahaya lampu membuat mereka bertanya-tanya siapa dia.
"begitulah Ikkaku sekiranya yang bisa aku ceritakan, lagi pula kakiku masih patah dan harus aku istirahatkan agar cepat pulih.." ucap Renji. Mereka berdua pun terdiam sesaat berfikir sesuatu.
"tentu saja! Karena saat itu kita berkumpul dengan Ichigo dia kira yang dia siksa adalah Ichigo, tapi ternyata itu adalah kau.." ucap Ikkaku dengan pandangan penuh perhitungan.
"ahh, dan mungkin yang paling aku takutkan adalah penyusunan ulang rencana dari orang ini. Dari menyiksa menjadi menumbangkan satu-satu atau bahkan yang paling aku khawatirkan adalah menculik" tambah Renji.
"SIALAN!" Ikkaku menghentakan kakinya ke lantai sehingga membuat suara langkah yang agak memilukan.
"mengapa sasarannya adalah Ichigo!? Memangnya Ichigo mempunyai apa sih hingga diarah seperti itu?" tambah Ikkaku yang semakin.
"entahlah, tapi aku dengar dia berkata tentang 'Harta milikku..' dan 'kau tidak bisa menghentikan'. Itulah yang aku dengar sebelum aku pingsan dan berada dirumah sakit"
"tapi untunglah dia tidak membunuhmu.." ucap Ikakku singkat.
"oy, kenapa ketika kau bilang begitu rasanya seperti mendoakan..?"balas Renji dengan keringat dingin yang mengucur.
"baiklah! Kalau begitu aku pulang!" ucap Ikkakku yang tiba-tiba berdiri.
"EHHH!? Jangan!" Renji pun mencegah Ikkaku pergi dengan memegangi tangannya.
"ehhh!? Mengapa!? Lepaskan bodoh! Aku mau nonton Doraemon! Lagi pula ini sudah malam tau!" geram Ikkaku
"Jika kau pergi! Aku tidak akan muncul di chapter berikutnya! Kumohon! Biarkan aku tertulis saja dalam sebuah kalimat yang ditulis author! Maka dari itu tetaplah disini sebentar!" Renji pun menangis meminta mohon pada temannya itu untuk tetap disitu sebentar karena author tidak bakal menuliskan keberadaannya.
"ya ampun! Cengeng sekali sih! Kau kan sudah pernah masuk di chapter 1 dalam obrolan, chapter 2 dirumah sakit, dan mungkin chapter 3..? ahhh yang penting Doraemon menungguku! Minggu ini dia akan melawan Goku!"
"Ku mohon! Aku bayar! Aku bayar! Kau mau berapa!? 10.000 yen? 100.000 yen?"
"tidak aku tidak tertarik uangku banyak di ATM! Jadi lepaskan kakiku!"
"Oke ini penawaran terakhir! Kuberikan...tanda tangan... Tite Kubo!" Ucap Renji dengan sekali nafas. Lalu tiba-tiba Ikkau sudah duduk manis di kursi.
"baiklah lanjutkan apa yang kau mau katakan?" Renji pun kembali duduk setelah mengelap air mata dan ingusnya yang kemana-mana, serasa kakinya sudah sembuh.
"baiklah aku.."
-Orange-
"wah, senang juga masuk ke kamar Ichigo hihi, sekali-kali aku langgar janji tidak apa-apa" Ucap Misaki yang kegirangan melihat foto-foto Ichigo saat masih kecil, di kamar lama milik Ichigo.
"hihihi dia lucu sekali! Ahhhhhhh kalau saja dia tidak marah denganku! Pasti saat ini aku sedang memotretnya sedang mandi!" jangan ditiru ya..
Misaki pun mengambil kembali beberapa album foto Ichigo dari dalam lemari lamanya yang masih terlihat kokoh karena diurus oleh para maid dengan baik.
"ya ampun...aku lupa bagaimana lucunya dia! Ya ampun fotonya saat mengompol sangat memalukan, lalu fotonya saat pertama kali naik sepeda, dan ini fotonya dengan...Isshin." ya, itu adalah ayah Ichigo.
"aku hampir lupa kalau dia mulai mendekati ayahnya dari segi pemikiran. Tapi sayangnya..dia kurang fleksibel dan kurang humoris...sayang sekali" ucap Misaki sambil menaikan kedua alisnya.
"baiklah ada apa lagi disini..?" Misaki melihat kedalam lemari, menggali lebih dalam ada apa saja yang terdapat didalam lemari milik anaknya itu. Saking semangatnya dia mengeluarkan barang, sampai-sampai dia mengeluarkan seluruh barang hingga berantakan.
"Ha..Hachu! aduh..ya ampun berdebu sekali..." gunam Misaki sambil mengelap hidungnya.
"ehh..? apa ini..?" Misaki terfokus pada sebuah benda berbentuk box yang seluruh bagiannya tertutupi oleh debu sehingga warnanya tidak jelas.
"apa ini?" ia jua terfokus pada gembok yang terpasang sebagai tanda kalau box itu tidak bisa dibuka..
"aduhh...apa sih ini!? Jadi penasaran aku harus..." Misaki pun mengetuk-ngeukan benda itu ke lantai, dan bukannya terbuka justru debu-debu yang menempel bertebaran kemana-mana sehingga membuatnya kewalahan dalam bersin.
"huachi...huachi...! aduhhh aku tidak tahan...hey! siapa saja bawakan aku tissue!" ucap Misaki sambil berlari keluar. Kotak itupun ditinggal ditengah barang yang berantakan dan masih belum jelas apa kotak itu.
Sementara itu.
"GWWAHHH!" "GYAAHHHH" "UWAAHHH" terdengar suara teriakan Ishida dari dalam ruangan pengobatan sehingga membuat Ichigo yang mendengarnya pucat dan lemas, namun anehnya Orihime yang justru akan diterapi malah santai dan biasa saja, ditambah dengan wajah dinginnya yang menambah suasana mencekam semakin dingin.
"Oi,Inoue ayo kita pulang...sebaiknya jangan...dilanjut" ucap Ichigo gemetaran.
"Ichigo-sama, bukankah saya yang akan diterapi lalu mengapa anda ingin melarikan diri?" tanya Orihime singkat.
"itu karena...tunggu! hey! Kau benar...hahaha bodohnya aku khawatir hahaha" ucap Ichigo yang sudah agak mendingan, namun lututnya masih bergetar.
'aku harap ini berjalan lancar...' batin Ichigo.
"baiklah Orihime-san, ayo giliranmu dan Ichigo juga ayo masuk" ucap Ryuuken dengan senyum biasa diwajahnya.
"aku? Tidak terimakasih!" ucap Ichigo menolak tawaran
"lalu siapa yang akan menemani Orihime ketika dia diterapi?" tanya Ryuuken.
"ehmm, Ishida ? lagi pula jika tidak ada yang menjaga Inoue pasti bisa mengatasinya dengan mudah" sementara Ichigo mencari alasan Orihime sudah masuk, namun Ryuuken diam sejenak dan berfikir. Diapun melangkah kearah Ichigo, dan berhenti tepat ditelinganya.
'ada kemungkinan jika gagal justru dia akan amnesia selamanya jika saat terapi tidak ada yang bisa ia lihat dan pikirkan..'mendengar bisikan dari Ryuuken Ichigo segera berubah pikiran dan menerima tawaran dari Ryuuken.
Sambil berjalan dia pun mengajukan beberapa pertanyaan.
"ano..paman mengapa bisa begitu? Lagi pula Ishida kan tadi tidak kenapa-kenapa" ucap Ichigo
"kata siapa? Ishida tadi bahkan melupakan siapa aku dan siapa dia, tapi karena ada yang bisa ia lihat dan ia pikirkan yaitu aku, maka tidak masalah. Lalu tadi kau bertanya mengapa bisa sampai amesia? Karena kita bermain dengan syaraf kepala. Jika ingatan itu biasa-biasa akan mudah namun jika ingatan itu pahit dan menyakitkan maka akan lebih sulit. Kita ibaratkan sebagai duri, jika duri itu hanya tertusuk dipermukaan kulit maka akan mudah kita ambil dengan pinset. Tapi jika duri itu sudah masuk daging dan pembuluh darah ditambah lagi duri itu bergerigi maka pinset saja tidak akan cukup, dan jika berhasil dikeluarkan akan meninggalkan luka yang bisa dan bhakan yang tidak bisa sembuh." Jelas Ryuuken.
Ichigo segera memikirkan kembali akan keputusannya. Apakah dia batalkan saja? Lagi pula ini hanya jawaban kecil tapi resikonya sangat besar, dia bisa kehilangan Orihime dan bahkan Orihime bisa melupakannya.
"aku..tidak tahu harus bagaimana...mungkin tidak..ja-"
"lanjutkan paman.." kata-kata Ichigo terhenti mendengar kata Orihime dari dalam Ruangan.
"oi! Jangan gegabah! Kau bisa amnesia !' ucap Ichigo dengan nada kesal dan khawatir.
"tenang saja Ichigo-sama. saya berbeda dengan perempuan lain, dan saya yakin dengan adanya Ichigo-sama saya akan baik-baik saja." Ucapnya di akhiri dengan senyum tenang. Ichigo pun mengepalkan tangannya dan mendekati Orihime.
"Sial! Baiklah kalau begitu! Jika gagal kau buat aku juga hilang ingatan paman!" Ryuuken terkekeh disamping pintu melihat semangat masa muda yang meluap, diapun mengeluarkan tangannya dari jas dokternya dan segera menghampiri Orihime yang sudah menunggunya sejak tadi.
"baiklah kita mulai!"
BERSAMBUNG...
A/n : bagaimana minna-san? Terhibur? Kali ini author sengaja panjangin porsi ceritanya karena rasanya aneh kalo udah telat update setengah-setengah lagi! Fiuh! Melelahkan juga menulis fict sepanjang ini dan merupakan fict yang memakan waktu lama sekali dan beres sehari! ya...mungkin bagi senior-senior yang sudah sering menulis fict panjang sekali pasti bilang 'apaan sih? Itu mah baru setingkat orientasi' lha buset...berarti author masih panjang nih perjalanan (hehehe maaf para senior ini cuma becanda #Peace) okelah harapan author adalah kalian terus pantengin fict-fict author dan mereviews tentunya. menunggu update cerita author dengan sabar aja rasanya udah seneng banget author! Thank semua sudah mendukung author! Oke itu aja kali yah ingat! Budayakan REVIEWS!
