Angin sejuk berhembus, cuaca cerah berawan. Desa Konohagakure damai. Ino duduk di ruang tamu, tersenyum sambil mengusap poni, pandangannya pada bunga-bunga di depan rumah. Hari ini tokonya libur.

Dua minggu sejak ia pulang dari Kumogakure. Saat itu, pemberontakan Sasuke Uchiha memaksanya dan teman-temannya membantu Shinobi Kumo. Sasuke kalah dan kini dipenjara bersama tim Taka.

Naruto Uzumaki muncul di benaknya. Performanya melawan Sasuke luar biasa, meski keras kepala Sasuke membuat segalanya sulit. Tetap saja, Naruto berhasil. Ino kagum.

Naruto yang konyol kini berbeda—dewasa, karismatik. Bayangan mereka bergandengan tangan terlintas. Melindungi. Menjaga. Ide itu terasa asing, tapi hangat.

Ia menyesal pernah menyukai Sasuke yang dingin. Sekarang, ia hanya ingin dekat dengan Naruto. Sakura bilang mereka hanya teman, meski Sakura masih berharap pada Sasuke.

Namun, di tengah keraguannya, satu hal pasti: Ino ingin lebih dekat dengan Naruto.

Ino keluar menuju restoran Barbeque untuk makan siang dengan Shikamaru dan Chouji. Kali ini, gilirannya mentraktir, setelah sebelumnya ia ditraktir oleh mereka berdua.

Setelah sampai di Restoran Barbeque, Chouji dan Shikamaru menyambutnya di meja makan.

Ino duduk bersimpuh di seberang Shikamaru dan chouji. Chouji pakaian merahnya membulat menyesuaikan tubuhnya yang besar. Shikamaru memakai jaket hijau Konoha, pakaian yang biasa ia gunakan.

Setelah duduk, Ino berkata, "Kau sudah pesan makanannya, Chouji?"

"Sudah. Sudah pasti," kata Chouji. "Menu nya seperti biasa kan?"

"Iya, seperti biasa."

Setelah itu, mereka bertiga mendengar suara gejolak di perut Shikamaru.

"Maaf, Aku sedang lapar sekali hari ini," kata Shikamaru sambil menyunggingkan senyum

"Tidak biasanya kamu kelaparan begitu, Shikamaru," kata Chouji.

"Chouji..." kata Ino dengan malas. "Aku tidak pernah mendengarmu kelaparan, apa kau tidak pernah lapar atau tidak pernah kenyang?"

"Kau harusnya tau Ino, aku adalah seorang lelaki membutuhkan tenaga supaya sehat dan kuat," kata Chouji.

"Yaaa... alasan lain supaya membenarkan kebiasaan makannya," Shikamaru tertawa kecil.

"Kau juga harus banyak makan Ino," Chouji mengambil snack bungkus dari tasnya dan Menyerahkannya ke Ino.

"Tidak mau ah, aku harus diet rutin, oke," mengipaskan tangannya ke Chouji, menolak pemberiannya. "Kalau kebanyakan makan, aku nggak akan jadi menarik."

Shikamaru dan Chouji berhadapan dengan satu sama lain dan mengangkat bahu, terheran dengan komentar Ino. Chouji tersenyum karena snack yang baru saja ditolak bisa langsung ia buka sendiri.

"Ngomong – ngomong, apa kalian tahu tentang tokoBingo!yang ada di jalanan?" kata Shikamaru.

"TokoBingo?" tanya Ino. "Apa itu?"

"Sebelum kesini, aku melewati dan melihat – lihat TokoBingo!.Mereka menjual kotak – kotak kardus putih yang ditata rapi"

"Kotak – kotak untuk apa?"

Chouji mengunyah cemilan snack bungkus. "Bisa dimakan?"

Ino mendengus. "Kenapa kamu pikirannya makan terus, Chouji?"

"Tenang dulu Ino, Chouji," kata Shikamaru. "Kata Katasuke-san, salah satu penjual di Toko itu, para pembeli diajak untuk menguji keberuntungan mereka."

Ino mulai penasaran. "Maksudmu?"

"Masing – masing kotak dijual seharga tiga kali harga Barbeque disini."

"Mahalnya..."

Shikamaru bersedekap. "Kalau kau gagal, kau hanya akan dapat kertas putih bertuliskansilahkan coba lagi,tapi kalau kau beruntung, mungkin kau akan mendapatkan hadiah yang tidak terbayangkan."

"Oh, ya?" Chouji masih mengunyah camilan snack bungkusnya. "Misalnya?"

"Misalnya saja...hmm.." Shikamaru melengak keatas. "Di jalan tadi, aku bertemu dengan Rock Lee yang baru beli sebuah kotak, ternyata dia dapat kupon makan gratis ramen selama satu bulan?"

"APA?" seru Chouji sembari mendobrak meja, matanya terbelalak.

Ino tersentak kaget. "Chouji! Kamu apa – apaan sih?"

Chouji kembali makan snack bungkusnya. Bukan hanya Ino, tapi beberapa orang di sekitarnya juga terheran melihatnya, ia berusaha mengabaikan mereka.

Setelah reda dari kekesalannya, Ino bertanya, "Lagipula, berat masing – masing kotak bisa diukur dan dikira - kira isinya, kan?"

"Awalnya aku juga pikir begitu," Shikamaru menjelaskan. "Tapi setiap kotak diberi segel permanen, beratnya sama. Pembeli harus membukanya untuk tahu isinya. Kudengar, barang berharga itu cuma ada satu."

"Baiklah! Aku tertarik untuk membeli kertasBingo!" kata Chouji dengan antusias.

"Pasti kotak – kotak itu laku keras," kata Ino dengan nada datar.

"Tidak juga," Shikamaru menggeleng. "Lagipula, tidak semua orang tertarik dengan mencoba keberuntungannya di Toko Bingo!"

Beberapa saat kemudian, seorang pegawai restoran menghampiri mereka.

"Permisi, karena ada kerusakan mesin panggangan, dimohon para pengunjung bersabar menunggu sekitar lima belas menit lagi. Terima kasih!"

Setelah pegawai itu pergi, Shikamaru menaruh kepala di atas meja sambil bergumam. "Ayolah..."

Ino dan Chouji bisa mendengar bunyi gejolak dari perut Shikamaru untuk kesekian kalinya.

"Sabarlah, Shikamaru!" Chouji mengambil snack bungkus dari tasnya lalu memberikannya kepada Shikamaru. "Ini untuk pengganjal sementara."

Shikamaru menerima snack bungkus Chouji dan mulai memakannya perlahan tanpa selera.

Ino memikirkan tentang tokoBingo!, seperti apa Toko itu, mungkin ia juga akan mencoba. Ia mungkin dapat gaun, kosmetik, atau benda - benda lainnya. sembari memikirkan harga kotak itu, Ino memeriksa sakunya.

Gadis pirang itu tertegun, sadar ia lupa membawa uang untuk mentraktir kedua kawannya. Untungnya, masalah restoran muncul secara tak terduga, seolah menyelamatkannya.

Ino menarik napas lega, berpikir mungkin lima belas menit cukup untuk kembali mengambil uang yang tertinggal.

"Um...Kawan – kawan," Ino mulai berdiri. "Aku keluar sebentar, ya..."

"Mau kemana?" tanya Shikamaru.

"Aku harus pulang sebentar, uangku ketinggalan. Lagipula, perjalanan Rumah kesini cuma lima menit."

"Baiklah, untung saja masih ada masalah di sini," Chouji mengunyah cemilan snacknya.. "Waktunya masih cukup, kok."

"Tunggu dulu ya...," Ino beranjak keluar dari Restoran Barbeque itu untuk mengambil uang traktir untuk teman – temannya.

Naruto berjalan malas, baru saja bangun kesiangan. Perutnya lapar, dan ia berniat makan di Restoran Barbeque. Sebenarnya, ia ingin ikut misi bersama Kakashi, Sakura, dan Sai. Entah kenapa, tidak diajak.

Setelah itu, Naruto melihat Ino yang berjalan ke arah berlawanan.

Ino yang melihat Naruto, pemuda berambut kuning dengan jaket oranye yang dipikirkannya siang ini.

"Hai, Naruto," sapa Ino. Ia melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Ino...Hai! sudah lama kita tidak bertemu. Dimana Shikamaru dan Chouji?" seru Naruto.

Kenapa tanya tentang Shikamaru dan Chouji?Pikirnya. Senyumnya memudar."Shikamaru dan Chouji sedang makan di Restoran Barbeque."

"Wah, kebetulan sekali!" Naruto tersenyum sambil mengusap perutnya. "Aku juga ingin kesana, kita jalan ke restoran bersana, yuk!"

"Maaf, Naruto," Ino menghela kecewa. "Aku harus—"

"Kau tahukan," Naruto mengedarkan pandangan sekeliling. "Kita berjalan berdua kesana sambil bercakap - cakap kesana kemari."

Ino tadi berniat ambil uang di rumah, tapi tiba-tiba bertemu pemuda yang dipikirkannya pagi tadi. Kesempatan itu datang, dan tanpa pikir panjang, ia batalkan niatnya. "Baiklah," jawabnya.

Sesaat mereka berjalan, tidak ada satu patah pun yang terucap. Ino dan Naruto hanya berjalan berdampingan. Tadinya pemuda itu bilang bahwa mereka akan Bercakap - cakap, tapi ternyata ia bahkan tidak berbicara. Walaupun begitu, Ino merasa bahwa naruto juga tidak mengabaikannya.

Sesaat kemudian, Ino berinisiasi untuk membuka percakapan.

"Naruto," panggil Ino.

"Apa?" tanya Naruto dengan santai. Ia berjalan dengan memasukkan kedua telapak tangannya ke saku celana.

"Kau sudah berlatih selama beberapa tahun ini kan? pasti kau punya jurus yang hebat," seru Ino sambil tersenyum.

Naruto terkejut saat Ino tiba-tiba membahas jurus-jurusnya. Ini pertama kalinya mereka berdua berjalan bersama, biasanya Ino ditemani Shikamaru dan Chouji, sementara ia selalu dengan Sakura.

Ia tahu bahwa ia dia tidak sedekat Ino seperti kedekatannya dengan Sakura. Namun, ia menjawab dengan antusias. "Itu benar! Jurus Hebatku yang paling ampuhRasenshuriken."

"Wah, jurusRasenshurikenmemang dahsyat ya..." kata Ino dengan nada kagum.

"Begitulah..." kata Naruto dengan bangga. "Tapi aku yakin kalau Team Shikamaru juga punya jurus – jurus baru hebat, kan?"

"Tentu saja!" jawab Ino. "Ngomong – ngomong, dimana Sakura?"

"Ia sedang mengunjungi Sasuke di penjara Kumogakure bersama Kakashi Sensei, sekalian menjalankan misi," kata Naruto. "Aku bangun kesiangan. Aku ditinggal. Mungkin aku akan kesana kapan – kapan."

"Naruto," Ino mengangguk. "Semoga Sasuke cepat dibebaskan agar tim tujuh segera lengkap dan bisa berlatih bersama – sama seperti team ku"

"Ya, mudah – mudahan," kata Naruto, ia bersyukur bahwa teman – temannya, termasuk Ino mendukungnya."

Sesaat kemudian, mereka berdua berjalan kembali tanpa perbincangan. Naruto hanya bersiul – siul sambil meletakkan kedua telapak tangannya di belakang kepala.

Ino kira bahwa Naruto akan membuka pembicaraan lebih lanjut, tapi sepertinya ia tidak punya bahan pembicaraan untuk dibicarakan. Mungkin karena selama ini Naruto juga jarang berbicara dengannya.

Atau mungkin dia juga harus berinisiasi lagi. Bicara tentang—

Sambil berjalan, Ino mengamati Naruto yang lebih tinggi darinya.

"Naruto," kata Ino dengan sedikit menggoda. "Kau tahu tidak, kalau penampilan semua shinobi sudah berubah sejak pertempuran Kumogakure dulu."

"Ya, begitulah," Naruto melepaskan kedua tangannya dibelakang kepala dan berjalann seperti biasa. "Tapi lucunya, potongan rambut Kakashi-sensei tidak berubah sama sekali haha!"

Ternyata ia memperhatikan rambut!Pikir Ino sambil buru - buru merapikan rambutnya. Kemudian, Ino berkata lagi, "Tidak kusangka bahwa penampilanmu sekarang bertambah tinggi, Naruto!"

"Um...kau benar" Naruto mengukur tingginya dengan Ino dan menyadari bahwa ia lebih tinggi dari gadis itu. Ia lalu melengak keatas dan mengingat bahwa dulu ia bahkan lebih pendek daripada Sakura.

Naruto tidak menyangka bahwa Ino juga menyebutnya tinggi. Sebenarnya sejak awal bertemu Sakura setelah latihan, ia memang sudah tinggi. Apakah ia juga menjadi tambah tinggi setelah pertempuran di Kumogakure?

"Kalau aku... bagaimana penampilanku sekarang?" Ino mempercepat langkahnya, lalu menghadang Naruto dengan berdiri di depan pemuda itu, menghentikan langkahnya.

Gadis itu ingin tahu apa pendapat Naruto tentang penampilannya, ia mengenakan atasanMidrifftanpa lengan warna ungu dan bawahan rok pendek dengan warna senada.

Ino menyeka rambut di hadapan Naruto, menunjukkan penampilan feminin sambil berusaha untuk tidak memalingkan muka karena parasnya memerah.

Ino menyeka rambutnya di hadapan Naruto, menampilkan sisi feminin dirinya. Ia berusaha tetap tenang, menahan perasaan canggung. Paras gadis itu memerah .

Ini adalah pertanyaan menjebakpikir Naruto dengan waspada. Ia tidak mau kalau ia salah ucap lalu Ino tersinggung, kesal, lalu memalingkan muka seperti Sakura dulu.

Sebenarnya, ia tidak punya komentar apa – apa tentang penampilan Ino. Mungkin kali ini Naruto akan mengucapkan yang baik – baik saja.

"Kamu um.." Naruto menggaruk – garuk kepala. Kemudian, ia tersenyum santai sambil berkata, "Menurutku, kamu cantik, Ino-chan."

Kamu cantik Ino chan,

Kamu cantik, Ino chan

Suara itu berdenging di pikiran Ino

Ino segera menelungkupkan kedua telapak tangan dan jemarinya, menempelkannya di pipi sambil memalingkan muka.Kyaa!Ino menahan jeritan sambil tersenyum.

Naruto bilang aku cantik, dan Ia memanggilku dengan panggilanchan

Apakah ini pertanda? Ja...jangan – jangan ia juga...

Naruto melihat Ino melakukan gestur tubuh aneh dan memalingkan muka hampir yang sama seperti Sakura ketika ia mengomentari penampilannya. Lalu ia menghela nafas dengan muka masam. Sama saja.

Lalu harus bilang apa?

"Ba-baiklah, ayo kita lanjutkan jalannya," Ino membalikkan posisinya setelah pulih dari ketersanjungan.

"Um...oke," kata Naruto sambil berpikir bahwa gadis pirang itu hari ini bertingkah aneh.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua sampai di Restoran Barbeque. Naruto mengambil nafas dalam - dalam, mencium aroma barbeque yang menggugah selera. "Waah, sedapnya...aku jadi tambah lapar."

Dengan adanya bebauan ini, Ino mengerti bahwa panggangannya sudah diperbaiki.

"Ino, aku duluan ya..." kata Naruto sambil berlari kecil dan segera masuk ke dalam Restoran Barbeque.

"Baiklah," kata Ino. Ia hanya berjalan biasa.

Sebelum Ino memasuki Restoran itu, seseorang memanggilnya dari belakang. "Ojou-san."

Ino berbalik ke belakang dan mendapati seorang pria berambut pendek berkacamata dan mengenakan jubah coklat. Ia membawa tiga kotak putih di depan perutnya.

"Selamat siang Ojou-san, nama saya Katasuke, salam kenal," kata orang itu.

"Salam kenal," kata Ino lirih.

"Saya ingin menawarkan kardusBingo!Kepada anda, semoga Ojou-san tertarik"

"KardusBingo!ya?" kata Ino, ia baru saja diberitahu Shikamaru tentang ini. "Ini kardus keberuntungan itu, kan?"

"Benar sekali, dan sebagai bentuk pemasaran, saya ingin mendemonstrasikan kardus - kardus ini."

Ino melihat Katasuke meletakkan ketiga kardus di atas bangku yang terletak di luar restoran. Demonstrasi agak berlebihan karena mungkin ia akan membuka kardus itu satu – satu seperti yang disarankan Shikamaru.

Setelah itu, mereka berdua bersalaman. Ino memperkenalkan diri.

"Ino-san," kata Katasuke. "Anda boleh membuka semua kardus putih ini dan hadiahnya boleh anda bawa. Jika anda beruntung."

Ino langsung berkata, "Sebelumnya, saya minta maaf karena..."

"Karena ini adalah demonstrasi," Katasuke membenahi kacamatanya. "Ini gratis."

"Benar, kah?"

"Tidak diragukan lagi."

"Baiklah," gadis pirang itu tersenyum senang. Kemudian, ia mulai membuka kardus – kardus putih itu satu persatu.