Naruto mengucek kedua matanya. Dia menatap cengo jalanan yang tiba-tiba terlihat sudah pagi. Bahkan suara kendaraan yang berlalu lalang mulai terdengar jelas di telinga.

"Astaga! Aku bahkan baru saja terlelap. Kenapa sudah pagi?!" Ucap Naruto kesal lalu melanjutkan langkah kakinya.

Setelah mendapatkan beberapa langkah kaki, Naruto menghentikan langkah.

"Ngomong-ngomong ini dimana?" Tanya Naruto entah pada siapa.

Namun, hatinya berkata jika dia harus terus berjalan ke depan. Naruto mengikuti insting. Semakin lama dia berjalan, semakin familiar trotoar ini di ingatan.

"Sepertinya kenal. Setelah ini belok kiri lalu sampai" ucap Naruto bertepatan dengan langkah kaki yang berhenti melangkah.

"SMA Konoha? Bukankah ini SMA ku dulu?" Tanya Naruto sambil menaikkan sebelah alis.

Terlihat hiruk pikuk suasana sekolah. Beberapa murid terlihat berbaris rapi dengan seorang siswa memegang clipboard sambil sesekali mencatat sesuatu.

"Apa maksudnya ini? Apakah ada reuni? Seharusnya kan aku menuju kantor!" Ucap Naruto menggaruk kepala bagian belakang.

"Oi, namamu?"

Tiba-tiba saja seseorang datang dengan clipboard di tangan.

Naruto menatap heran dengan remaja yang bertanya padanya. Dia tidak suka nada yang remaja itu gunakan ketika berbicara.

Bagaimanapun juga Naruto ini sudah berumur, walaupun dia sudah menunjukkan gejala penyakit encok. Tetap saja dia ini pria maskulin yang masih berumur 28 tahun. Dan single.

Perjaka lagi #digampar

"Tsk! Aku berbicara denganmu pirang!" Ucap seorang remaja putri dengan rambut merah berbando putih.

"Naru-"

"Ck Naruto! Lagi-lagi kau terlambat!" Ucapnya sambil menulis sesuatu di clipboard.

"Terlambat untuk apa?" Naruto pun bingung, segera dia melihat jam yang melingkar tangan kirinya.

"Handband?" Gumam Naruto melihat handband hitam melingkar di pergelangan tangan. Tidak ada jam tangan milik ayahnya yang biasa dia pakai.

Ah, handband ini kan punya ibu. Kenapa masih ada ditangannya? Bukankah dia sudah menyimpan ini bersama ibunya di peristirahatan terakhir?

Suara gerbang dibuka membuat Naruto mengalihkan pandangan.

"Masuk! Ambil ini dan berbaris di lapangan bola. Spesiesmu sedang menunggu di sana!" Ucap remaja putri itu dengan tatapan sinis.

"Apa? Kenapa aku harus masuk ke situ? Aku ini harus berangkat kerja!" Ucap Naruto dengan wajah jeleknya.

"Huh?!"

Dengusan sinis dan putaran mata menanggapi kalimat Naruto.

Melihat respon siswi berambut merah di depannya, Naruto pun ikut bingung. "Bisakah kau memberitahuku hari ini tanggal dan jam berapa?" tanya Naruto.

Apakah ini hari minggu? Tapi, jalanan masih terlihat ramai. Bahkan suasana pagi ini terlihat seperti hari aktif bekerja.

"Apa gara-gara kau sering bolos dan melewatkan jam pelajaran membuat otakmu karatan?" Tanya remaja putri itu.

"Ini hari selasa tanggal 8 Juni 2010. Jam 9.10 pagi, waktunya sekolah!" Teriak remaja itu dengan nada kesal.

Siswi perempuan itu menatap gemas Naruto, seperti ingin menggerus si pirang di cobek.

Oh man, dia terkena sial ketika hari ini dia jadwalnya piket mengabsen seluruh siswa di pagi hari.

Bahkan temannya sering mengeluh karena tingkah seorang murid yang begitu bandel dan kebal hukum, seperti pemuda pirang di depannya ini.

TWITCH

Perempatan jalan -imajinasi- muncul di dahi Naruto. Apa-apaan bocil ini?! Berani-beraninya dia berbicara dengan nada seperti itu padanya. Bahkan teman sekantornya saja tak pernah berbicara menggunakan nada tinggi, takut diskors karena mengganggu kenyamanan tempat kerja.

"Hei, apa-apaan nada dan kalimatmu itu? Kau ingin aku melaporkan ini pada guru mu? Guru konseling mungkin?" Tanya Naruto menatap remaja putri itu dengan dagu yang terangkat. Tak lupa tangannya berkacak pinggang.

Sudah lama dia tidak debat dengan remaja ababil, eh maksudnya remaja labil.

Dengusan terdengar lagi dari arah remaja putri.

"Dasar tidak sadar diri"

Twitch!

Perempatan imajiner muncul di dahi Naruto. "Hei bocah! Siapa namamu?!" Tanya Naruto sambil menunjuk wajah remaja putri itu.

Remaja putri berambut merah itu pun membusungkan dadanya.

"O-Oii!!!" Pekik Naruto panik dengan pipi yang memerah, karena tingkah barbar remaja putri itu.

Bagaimana tidak? Remaja putri itu tak malu membusungkan area dadanya membuat sesuatu tercetak jelas. Oh bahkan Naruto bisa melihat warna dalaman yang dipakai remaja putri itu.

Pink.

Eh, maksudnya Tayuya. Nama remaja putri itu.

"Ta-Ta-Tayuya apa-apaan kau itu!" Seru seorang remaja putra dengan tubuh gempalnya, Jirobou.

"Dia ini mengesalkan!" Ucap Tayuya sambil menunjuk Naruto.

Naruto memalingkan wajah yang memerah sambil menutupi matanya. Uh, dia malu karena tingkah Tayuya.

Beberapa siswa yang terlambat seperti Naruto hanya cekikikan. Ada sebagian yang memuji tingkah berani Naruto pada murid garang di sekolahan.

"Uzumaki-san, langsung ke lapangan. Guru konseling, Kurenai-sensei akan memberi hukuman untuk siswa yang terlambat" ucap Jirobou.

"Tapi-"

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, tubuh Naruto sudah didorong seseorang menjauhi dua orang siswa petugas OSIS bagian piket kedisiplinan.

"Yoisho! Aku akan mengantarnya!" Ucap seorang remaja berambut coklat.

"Kiba?!"


Once again

SasuNaru Fanfiction

Disclaimer Masashi Kishimoto

Warning : BL, Yaoi, Tolong menjauh bagi yang tidak suka cerita sesama jenis.


"Apa maksudnya ini?" Tanya Naruto pada Kiba yang sedang mencabuti rumput di belakang gedung gymnasium.

Kiba hanya mendengus, dia masih melanjutkan kegiatannya.

"Aku serius Kiba, kita harus berangkat kerja atau gaji kita akan dipotong!" Ucap Naruto sambil melemparkan rumput ke badan Kiba.

Hell, perusahaan tempat mereka bekerja tidak ingin rugi se-yen pun. Jika ada karyawan yang terlambat semenit, akan di denda 5 ribu yen. Belum lagi gaji mereka pun ikut terpotong, jadi membayar denda hanya tindakan sia-sia.

"Jangan ganggu aku!" Ucap Kiba lalu membalikkan badan.

Psstt Psstt

"Hm?"

Manik sapphire itu bergerak kesana kemari, mencari siapa gerangan yang memanggil seseorang dengan kode tak sopan seperti itu.

Sebuah lambaian tangan di balik tembok membuat Naruto mengernyitkan dahi.

"Bosss!" Teriakan samar dari seseorang bersamaan munculnya sebuah kepala membuat Naruto hampir mati jungkok.

"Boss!"

Naruto menoleh ke arah Kiba, "Kiba sepertinya dia memanggilmu!" Ucap Naruto sambil mencolek-colek punggung temannya.

"Huh?"

Manik hitam Kiba menatap seorang siswa laki-laki dengan syal di lehernya, sedang tersenyum bodoh di balik tembok.

"Apa kepalamu terbentur Nar? Sampai tak mengenali anak buahmu?" tanya Kiba lalu melanjutkan kegiatan mencabuti rumput.

'Anak buah?'

Sejak kapan dia punya anak buah? Mungkin Kiba salah persepsi, yang dimaksud itu rekan kerja, kan?

"Boss, aku kemari membawa kawan untuk menyelesaikan hukumanmu" ucap pemuda itu sambil memperkenalkan dua bocah di belakangnya. Satu siswa berkacamata, satunya lagi siswi diikat twintail.

"Wow" ucap Naruto menirukan iklan aplikasi trading yang sudah tak terdengar lagi namanya.

"Biar cepat selesai, karena ada hal penting yang harus kita bicarakan di markas" bisik pemuda itu.

Sedangkan Kiba yang sedang memperhatikan keempat orang itu berjalan jongkok menjauhi kelompok bencana.

"Benar-benar mereka kelompok malapetaka, sebaiknya aku menjauh dari mereka" ucap Kiba.

.

.

.

.

Jari-jari lentik itu dengan cekatan menarik rumput dari tanah. Pemuda pirang itu mengerjakan detensinya dengan diam. Namun berbanding terbalik dengan otaknya. Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan mengacaukan pikiran.

Kenapa? Apa yang sedang terjadi? Mengapa dia harus terdampar di sekolah ini?

Dimana teman-teman sekantornya, mereka tidak sedang bercanda kan?

"Baka Udon! Lihat rumput apa yang kau cabut!" Teriakan Konohamaru, salah satu bocah yang mengenakan syal yang tadi memanggilnya bos.

"Ehehehe gomen, gomen" Bocah berkacamata itu menggaruk kepala bagian belakang.

"Goman, gomen, goman, gomen! Bagaimana jika mereka memergoki kita mencabut rumput yang salah? Naruto-nii nanti yang kena semprot!" ucap Konohamaru dengan marah.

"Yak, namanya juga manusia" ucap Udon.

"Kalian berdua jangan banyak bicara dan selesaikan ini dengan cepat! Sebelum Sensei selesai rapat dan para dewan pengawas berpatroli melewati tempat ini!" ucap Moegi. Satu-satunya siswi yang ada di geng Curut itu.

Manik sapphire itu menatap rumput segar yang habis dicabut dari tanah. Jangan menghujatnya, dia bahkan sudah mengusir bocah-bocah itu agar kembali ke kelas mereka.

Naruto menghela nafas lelah, sudah cukup bermain kebun-kebunan. Waktu yang dia buang sudah banyak. Dia akan mencari siswi bernama Tayuya itu dan menjelaskan kronologinya.

Apa wajahnya yang keriput ini sudah kembali menjadi remaja unyu-unyu sehingga siswi itu mengira dia ini murid asli SMA Konoha?

"Lucu sekali, lucu!" ucap Naruto lalu menepuk-nepuk tangan, membersihkan tanah yang menempel di kulit.

"Senpai, mau kemana? Detensinya kan belum selesai?" tanya Moegi ketika melihat Naruto bangkit berdiri.

Naruto yang merasa di panggil pun menolehkan kepala tanpa menghentikan langkah kaki. "Pulang, memang kemana lagi?" jawab Naruto membuat Moegi tercengang.

"Bye adik manis, belajar yang pintar biar tidak jadi budak perusahaan seperti ku" ucap Naruto membuat Moegi speechless di tempat. Mengabaikan dua rekan temannya yang masih saja bertengkar perkara rumput.

Beyes1028

"Aku sudah memutari sekolah ini tapi kenapa aku tidak menemukan bocah itu" gumam Naruto. Tidak ada siswa-siswi yang bisa ditanyai, karena ini masih jam pelajaran. Meskipun para guru sedang rapat, budaya menaati peraturan di sekolah ini tak ada yang berubah.

Naruto berdecak kelas. "Kenapa aku harus menjelaskan sesuatu? Bukankah aku bukan seorang siswa lagi? Lebih baik aku pulang saja" ucap Naruto lalu berjalan menuruni tangga.

"Nostalgia sekali. Kupikir aku tak akan pernah berkunjung ke sekolah ini lagi, karena sekolah ini sepuluh tahun yang lalu sudah resmi ditutup" ucap Naruto sambil tersenyum.

Tak lama kemudian langkah kaki yang menuruni tangga itu terhenti. Manik sapphire itu melebar. Ia baru menyadari sesuatu yang penting.

"SMA Konoha? Bukankah SMA itu sepuluh tahun yang lalu ditutup karena ada kasus pembullyan?"

"Ini hari selasa tanggal 8 Juni 2010. Jam 9.10 pagi, waktunya sekolah!" Teriak remaja itu dengan nada kesal.

Dengan gerakan lambat, Naruto mengangkat tangan kirinya.

"Handband?"

Tiba-tiba saja nafas Naruto mulai tersengal-sengal.

Tidak mungkin. Ini hanya mimpi. Tidak ada keajaiban nyata yang terjadi seperti ini. Dan penyebab mereka mengulang kehidupannya kembali hanya ada satu yaitu, kematian.

Jika pun ada, itu pasti hanya novel karangan penulis halu.

"Akh!" rintih Naruto ketika dadanya mulai terasa sakit.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?"

Suara dari belakang membuat Naruto menoleh terkejut dan bergerak cepat ke samping. Namun naas, kakinya tidak punya mata, sehingga membuat kaki pemuda itu terpeleset dari anak tangga.

Sebelum tubuhnya menghantam lantai, dia melihat siluet orang yang membuatnya terkejut.

'Dia?!'

"Huwaaa!!"

BRUKK

Remuk.

Sakit.

Itulah yang dirasakan Naruto ketika tubuhnya sudah tergeletak di lantai. Gerakan sedikit akan membuat tubuhnya merasakan rasa sakit yang luar biasa.

Manik sapphire menatap orang itu, dia hanya diam di tengah anak tangga sambil menatapnya.

Pandangan mata Naruto memburam, namun masih bisa melihat genangan darah yang mulai berkumpul menutupi pandangannya.

"Kenapa… kau ada… disini?"

Tbc