Chapter 17: Pertarungan, Kebenaran, dan Permulaan Bagian 3 -Sedikit Tentang Masa Lalu
"Ekhm... Bu Guru tidak mengganggu kalian, kan?"
Rin, perempuan dewasa berambut panjang, terlihat berdiri canggung di tengah-tengah momen itu. Salah satu kakinya menginjak pecahan kaca, yang ternyata menjadi sumber suara yang menginterupsi keheningan.
Mika dan Naruto menghela napas serempak, merasa lega bahwa yang dikhawatirkan sebelumnya tidak terjadi. Mika, yang awalnya tenggelam dalam emosinya, kini memaksakan senyum. Dengan cepat dia menghapus air mata yang mungkin masih tersisa di pipinya, lalu berbicara dengan nada santai, mencoba mengembalikan suasana seperti semula.
"Ah, tidak masalah. Walau sebenarnya tadi aku rencananya ingin mendapat ciuman," ucap Mika, senyum lebarnya kembali muncul.
Kalimat itu sukses membuat Rin terkejut. Pipinya merona merah muda, meski jelas-jelas dirinya tidak ada hubungannya dengan ucapan tersebut. Rin justru merasa malu sendiri tanpa alasan yang jelas.
(Author : Yah, dasar perawan tua./Author ditendang/)
Naruto, yang melihat Mika perlahan menstabilkan emosinya, merasa lega. Dia mengalihkan perhatiannya kembali pada Rin, yang kini mulai berjalan mendekat dengan langkah tegas.
"Bagaimana dengan hal yang aku minta, Guru? Apakah semuanya sudah siap di posisi?" tanya Naruto, dengan nada penuh keyakinan.
Rin mengangguk sambil menyerahkan sebuah detonator kecil kepadanya. Ekspresinya menjadi serius, membuang semua keraguannya.
"Aku sudah selesai menempatkan semuanya sesuai perintahmu. Tapi... kau yakin ini ide yang bagus? Apa kau paham apa yang sedang kau lakukan?"
Naruto menatap Rin dengan senyum tipis, namun sorot matanya menyiratkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan. "Tenang saja, Guru. Ini hanya soal memperluas area pertarungan. Dan, oh ya, apakah Guru menemukan banyak mayat manusia di perjalanan tadi?"
Pertanyaan itu membuat Mika, yang tadinya mencoba tidak mencampuri pembicaraan, merasa bingung. Namun dia memilih tidak menginterupsi. Sebaliknya, dia berjalan menuju Asihira yang masih terbaring tak sadarkan diri, mencoba memastikan kondisi temannya.
Rin, mendengar pertanyaan Naruto, menunjukkan perubahan ekspresi menjadi sedikit bersemangat.
"Apa yang kau duga sepertinya benar," jawab Rin. "Aku hampir tidak menemukan mayat manusia. Jumlahnya sangat sedikit, bahkan di area yang seharusnya menjadi pusat konflik. Tidak ada tanda-tanda aktivitas besar-besaran dari manusia biasa. Kalau ini benar, kemungkinan besar mayoritas manusia telah dipindahkan keluar penghalang. Hanya manusia dengan kemampuan atau potensi khusus yang dibiarkan di dalam arena ini."
Pernyataan itu membuat Mika berhenti di tengah langkahnya. Kilas balik perjalanan mereka melintasi kota Suo terlintas di benaknya. Semuanya memang terasa aneh: jalanan yang terlalu sepi, tidak adanya mayat dalam jumlah besar, dan bahkan suasana kota yang seperti sengaja ditinggalkan begitu saja.
"Seolah ada sesuatu yang merencanakan ini semua... menjadikan kota Suo sebagai semacam arena gladiator," gumam Mika, pelan namun cukup jelas untuk didengar semua orang di sana.
Keheningan menyelimuti suasana. Kalimat Mika mengendap di benak mereka, membawa nuansa menyeramkan yang sulit dijelaskan.
Tiba-tiba, Naruto jatuh berlutut dengan satu tangan mencengkeram sebelah matanya yang masih berfungsi. Tubuhnya sedikit terguncang, dan suara napasnya menjadi berat.
"Naruto!" teriak Mika dan Rin serempak, mendekat dengan wajah panik.
...
Naruto merasakan matanya terasa perih disertai munculnya berbagai informasi di kepalanya. Informasi itu berupa pertarungan Serika, identitas Athares, dan berbagai hal lainnya.
'Bagaimana bisa [Mata Kebenaran] ditransfer sementara kepada Serika?'
Naruto merasakan kekuatan dalam kehampaan mulai muncul kembali. Mau tidak mau, Naruto langsung meledakkan energinya hingga memaksa Rin dan Mika menjauh.
Naruto langsung melompat ke bawah gedung dan terjun bebas.
Mika dan Rin : "Naruto!"
Keduanya bingung dan panik dengan apa yang barusan terjadi. Keduanya ikut terjun kebawah dan seketika melihat tubuh Naruto yang tergantung di udara dengan rantai hitam yang melilit nya.
Rantai itu terlihat memancarkan aura keteraturan dan muncul dari portal hitam disekeliling Naruto.
"Lepaskan!"
Rin dan Mika berteriak keras. Tangan kanan Rin membentuk cakar yang diselimuti petir dan tanpa pikir panjang, Rin mengayunkan tangan kanannya untuk memutuskan rantai tersebut.
Mika terlihat memanggil [Aurelith] dan menebasnya hingga menimbulkan bayangan cahaya emas dimanapun ayunan pedangnya berasal.
"Berhenti!"
Sayangnya Naruto memiliki pemikiran lain. 2 telapak tangan Naruto yang bebas mengumpulkan energi yang langsung menerpa keduanya, menyebabkan keseimbangan energi di tubuh Rin dan Mika goyah.
Duarr
Cakaran Rin menghantam bangunan diseberang dan menghancurkan dindingnya hingga rusak parah seolah di cakar oleh monster raksasa. Sementara itu, serangan Mika meleset dan menimbulkan gelombang energi yang melaju menghantam aspal jalan.
Mika secara reflek menggunakan [Aurelith] untuk bergelantungan dengan cara menancapkan nya ke dinding gedung. Sedangkan Rin secara kasar menancapkan tangan kirinya ke dinding gedung untuk menyangga tubuhnya agar tidak jatuh bebas.
Keduanya saling berpandangan dengan ekspresi kekhawatiran dan kebingungan yang terukir jelas di wajah masing-masing.
...
Naruto merasakan sesuatu merambat di matanya dan pandangannya mulai menghilang perlahan bersamaan dengan beberapa informasi mengenai [Athares]. Jelas bahwa Serik saat ini sedang menggunakan kekuatan [Mata Kebenaran] miliknya dan Naruto harus menanggung konsekuensinya.
Satu-satunya masalah adalah bagaimana dia bisa memiliki kemampuannya?
Kau dipikir-pikir, sejak awal dia hanya bisa menggunakan sebelah [Mata Kebenaran]. Awalnya Naruto mengira ini karena kurangnya kekuatan, tapi tampaknya tidak.
'Ada seseorang yang melakukannya.'
Naruto memikirkan seorang perempuan yang merupakan satu-satunya yang bisa melakukan ini.
'Malkuth! Apakah dia juga sudah dipengaruhi? Tapi itu tidak mungkin. Apakah dia tidak setuju dengan keputusanku sama seperti, [Princess]?'
Naruto merasakan rasa ketidakberdayaan dalam dirinya. Dia merasakan perasaan rumit dan jujur agak merasa lelah dengan semuanya. Tapi bagaimanapun semuanya harus diakhiri.
'Kelalaian ku akan ku tebus di kehidupan ini. Tidak ada lagi keraguan seperti dikehidupan sebelumnya.'
Bersamaan dengan itu, Naruto merasakan kekangan rantai menghilang dan dia bisa merasakan dua dekapan lembut yang membawa tubuhnya ke atas.
"Naruto! Kamu tidak apa-apa?"
Suara Mika terdengar dan sejenak menyapu emosi negatifnya. Sayang sekali, penglihatannya sekarang disegel oleh [Root] karena penggunaan [Mata Kebenaran] oleh Serika.
"Tidak masalah. Hanya sedikit gelap."
...
4 orang manusia terlihat sedang ada di atas gedung. Mereka adalah Naruto, Mika, Rin, dan Asihira yang masih pingsan.
"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa penglihatanmu menjadi seperti ini?"
Tanya Rin sambil melihat wajah Naruto yang saat ini di sekitar bagian kedua matanya terdapat bercak hitam dengan pola unik. Menatapnya sesaat akan membuat penglihatan menjadi kabur sesaat.
Jika ada orang biasa melihat tanda ini secara langsung, mata mereka akan kehilangan penglihatan secara permanen. Hal yang sangat menakutkan!
"Tidak masalah. Hanya saja aku terlalu berlebihan menggunakan kekuatanku dan mendapatkan konsekuensinya."
Jawab Naruto dengan samar tanpa merinci apa yang terjadi pada dirinya. Rin terlihat tidak bahagia karena Naruto menyembunyikan sesuatu darinya, naluri gurunya terasa ingin bangkit tapi pada akhirnya dia menahannya.
"Terserah apapun itu. Tapi dengan ini semuanya akan menjadi rumit. Kamu sekarang kehilangan penglihatanmu."
Naruto tersenyum, dia tak begitu mempermasalahkan ini. Bahkan menurutnya kehilangan penglihatan hanya akan membuat indra pertempurannya lebih sensitif dan menggila.
"Tak masalah. Lagipula aku punya cara sendiri untuk 'melihat'. Selain itu, bisakah kau berhenti menggigitku, Mika?"
Naruto dengan ekspresi tak berdaya menggoyangkan tangan kanannya yang saat ini digigit oleh Mika. Wajah Mika terlihat dipenuhi amarah dan menggelengkan kepalanya hingga membuat Naruto agak memekik kesakitan karena rasa sakit.
"Oww awww, ini hanya sementara. Setelah 1 minggu penglihatanku akan kembali. Jadi santai saja."
Ekspresi marah Mika terlihat agak melunak mendengarnya dan kemudian mengencangkan gigitannya.
"Awww! SAKIT!"
Naruto berteriak dan secara reflek menggoyangkan lengannya dengan kuat sehingga Mika terombang-ambing diudara. Hal ini tentu hanya menambah rasa sakitnya dan tidak membuat gigitan Mika mengendur sedikitpun.
Rin yang melihat tingkah keduanya berkeringat jatuh. Muridnya dan perempuan yang terlihat seperti kekasihnya ini sangat random sekali tingkahnya.
Melihat tingkah keduanya, Rin merasa mereka tidak berada di tengah kota yang sunyi tapi masih berada di sekolah yang ramai dan damai. Sesaat Rin merasa merindukan masa itu yang sebenarnya tak lebih dari beberapa hari yang lalu.
"Ok, ok, ok, apa yang kamu mau? Kita harus segera menghadapi [Angra]. Dia sekarang hampir selesai menyatu dengan pecahan kaca itu."
Rin dan Mika tersentak mendengar perkataan Naruto. Seketika mereka mengingat apa yang terjadi sebelumnya dan segera menjadi serius. Bersama Naruto membuat mereka berdua merasa nyaman sehingga sejenak melupakan masalah awal mereka.
Mika melepaskan gigitannya dan terlihat bekas gigi dan air liur melekat di tangan Naruto. "Jelaskan semuanya yang telah kau rencanakan. Aku merasa kamu menyembunyikan banyak hal semenjak kita bertemu."
Naruto tertegun sejenak mendengar perkataan Mika, dia tidak bisa melihat wajah Mika tapi bisa merasakan keseriusan nada suaranya. Naruto kemudian menggaruk belakang kepalanya.
"Ok, aku janji. Kau akan tahu nanti. Tapi sebelum itu, aku ingin kamu membawa Asihira kesuatu tempat."
Mika yang mendengar jawaban Naruto terlihat lega. Tapi entah kenapa firasatnya selalu memperingatkannya akan bahaya, entah apa yang terjadi. Perasaan ini bukan bahaya yang mengancam hidupnya, tapi bahaya kehilangan sesuatu yang berharga baginya.
Mika merasa tidak nyaman dengan ini dan dia merasa ini ada hubungannya dengan Naruto.
Bagaimanapun, Naruto selama ini terlihat aneh. Tingkah nya semenjak terjadi bencana terasa palsu dan berpura-pura.
"Ok, aku harus membawanya ke mana."
Mika mengangguk dan menyanggupinya tanpa banyak bertanya. Naruto terlihat mengambil detonator dari penyimpanan ruang di jubahnya dan memegangnya dengan tangan kanan.
"Jangan terburu-buru. Kita akan meratakan kota dulu."
Rin dan Mika yang melihatnya saling berpandangan dan mengangguk. Mereka berdua berdiri disamping Naruto dan keduanya mengeluarkan energi yang langsung menyelimuti seluruh gedung.
"Kaboom!"
Gumam Naruto pelan sambil menekan detonator. Seketika bangunan disekeliling meledak dengan dahsyat, melontarkan puing-puing dan tubuh monster yang bersembunyi didalamnya.
"Sangat kuat!"
Mika menatap ke sekeliling yang meledak dengan dentuman keras satu demi satu. Bangunan megah roboh dan menimbulkan pemandangan mengerikan, untungnya tidak ada manusia selain mereka sekarang.
"Bom biasa tidak akan sekuat ini." Gumam Rin sambil menatap ke sekeliling. Dia memiliki ayah seorang jenderal Militer dan tahu beberapa tentang bom, apalagi semua bom ini dia sendiri yang memasangnya atas permintaan Naruto.
Ini adalah Bom [Netro12, Bom yang terbuat dari bahan [Netro] yang baru saja ditemukan oleh peneliti senjata Militer negara Neotara.
"Apa yang kamu lakukan sehingga ledakannya bisa sebesar ini?"
Naruto hanya tertawa mendengarnya dan secara tidak biasa, memberikan jawaban yang bisa disebut sebagai jawaban.
"Kemampuan atau lebih tepatnya teknikku bisa merubah struktur materi dan memperkuatnya. Aku hanya memodifikasi bom itu sedikit dan menambahkan energi murni sehingga reaksi ledakkannya sedikit lebih kuat."
Rin dan Mika : "..."
Lihatlah kehancuran mengerikan ini dan dengan tegasnya Naruto mengatakan 'sedikit lebih kuat'. Jika diperkuat hingga 'sangat kuat' apakah akan meledakkan satu kota?
Muka melihat sekeliling yang dipenuhi debu dan asap ledakan, dikejauhan terlihat beberapa ledakan masih terjadi dan menyebabkan bangunan runtuh. Tanah bergetar seolah sedang terjadi gempa bumi.
"Menakutkan." gumam Mika melihat pemandangan didepannya. Walau sebenarnya dia juga bisa menyebabkan kerusakan sebesar ini dengan kekuatannya, tapi itu akan membuatnya kelelahan setengah mati.
"Berapa luas area ledakannya?" tanya Mika dan dijawab oleh Rin dengan santainya.
"Aku menyebar bom keseluruhan distrik tengah. Luasnya seharusnya hampir beberapa kilometer?" jawab Rin dengan ekspresi sedikit tidak yakin. Bagaimanapun dia tidak menghitung luas jangkauan bom dan hanya memasangnya sesuai instruksi Naruto.
Muka agak terdiam mendengarnya. "Kau memasangnya seorang diri tanpa bantuan Naruto? Bagaimana kamu tahu caranya? Dan darimana kalian mendapatkan semua bom ini?"
"Kami mendapatkan bom ini dari gudang militer. Ayahku adalah jenderal militer dan aku juga dilatih beberapa hal, memasang bom seperti ini hanyalah hal dasar yang dia ajarkan."
Jawab Rin dengan entengnya dan sukses membuat Naruto dan Mika berkeringat jatuh. Naruto telah mendengar perkataan ini sebelumnya, tapi tetap saja dia merasa tak bisa ber kata-kata saat mendengarnya kembali.
Lagipula ayah normal macam apa yang akan mengajarkan anaknya merakit, merancang, dan meletakkan bom?
Apalagi Rin adalah guru SMA! Bukan bagian dari militer sama sekali.
Tidak mungkin Rin akan mengajarkan pembuatan Bom disekolah SMA kan?
Rin jelas menyadari reaksi keduanya dan mencoba mengalihkan topik. "Sekarang apa yang akan kita lakukan?"
Baru saja pertanyaan Rin terdengar, tanah kembali bergetar yang kali ini bukan karena ledakan bom. Secara tiba-tiba, ruang sekitar mulai melebar dan meluas secara aneh.
"Apa ini?"
Mika dan Rin terkejut melihat pemandangan aneh ini. Sementara Naruto terlihat tenang saja. Entah karena dia tidak menyadari perubahannya karena kehilangan penglihatan atau karena dia sudah tahu ini akan terjadi?
"Tenang saja. Ini adalah ekspansi yang terjadi karena pembentukan dunia kecil."
Suara Naruto terdengar dan menenangkan keduanya. Dengan ini, kita tahu bahwa Naruto sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Bahkan sepertinya dia tahu apa peristiwa ini dan alasannya.
"Dunia terdiri dari berbagai lapisan realitas layaknya dunia pararel. Setiap lapisan memiliki dunia dengan berbagai bentuk dan jenis. Ada dunia monster, peri, iblis, dan sebagainya. Dalam setiap lapisan realitas terdapat sekat atau jarak yang disebut [Void Space] yang dimana tidak memiliki energi atau materi didalamnya-."
"Berhenti! Jangan lanjutkan lagi. Aku sudah pusing dengan situasi ini. Jangan membuat kami bertambah pusing lagi." Mika menutup telinganya dan Rin juga terlihat setuju.
Naruto yang mendengarnya terkekeh dan kemudian melanjutkan sedikit. Mereka yang bertanya, tapi ketika diberi jawaban malah menyuruhnya berhenti.
"Intinya, kota Suo akan berkembang menjadi dunia kecil dan berpisah dari dunia utama. Kota Suo akan berputar di celah antara realitas dunia kita seperti bulan yang mengorbit planet kita."
CCrack
Suara retakan terdengar dari kejauhan disertai tekanan energi yang mengerikan. Hal ini sontak membuat Rin dan Mika mengalihkan perhatiannya.
"Hal seperti ini seharusnya tidak bisa terjadi karena pembentukan dunia kecil memerlukan kondisi berat, yaitu [Kesadaran Dunia]."
Di tengah reruntuhan bangunan yang telah hancur, retakan ruang terus meluas dan sebuah tangan menerobos darinya.
"Tapi sekarang, [Angra] sudah menyatu dengan pecahan kaca yang mendistorsi ruang-waktu kota Suo dan seseorang membantunya berubah menjadi [Kesadaran Dunia]."
Naruto menghentakkan kakinya ke tanah dan seketika garis biru menyebar ke segala arah. Menutupi semua bagian kota yang tadi diledakkan.
Jika kalian melihatnya dari atas, maka kalian akan melihat sebuah gambar pohon biru raksasa dengan 8 lingkaran tersebar di setiap bagiannya.
"[Decagrammation]." Gumam Naruto.
Segera puing-puing bangunan melebur menjadi cahaya biru layaknya kunang-kunang. Bahkan bangunan tempat mereka berempat juga mulai berubah menjadi partikel energi biru.
Di bawah mereka berempat, muncul pijakan terbuat dari energi biru transparan. Mencegah mereka terjatuh akibat bangunan yang menjadi partikel energi biru.
Mika dan Rin : "!"
Tanpa menunggu Mika dan Rin mencerna apa yang terjadi. Naruto berbicara dengan lembut.
"Ini bukan rencananya. Tapi tidak masalah, pada akhirnya. Aku lah pemenangnya."
Seketika Mika, Rin, dan Asihira, yang masih pingsan, ditelan cahaya biru dan di teleportasi kan entah kemana oleh Naruto.
"Hmm, apakah kali ini aku penjahatnya, Malkuth, [Key]?"
Di depan Naruto, muncul Malkuth dan juga gadis pendek yang bisa kita panggil dengan nama Key.
...
Negara Eridu, Ibukota Mesopotamia
...
Bangunan hancur dan runtuh di segala sudut kota, sisa pertempuran terlihat jelas di mana-mana. Di beberapa area, manusia berlalu lalang membersihkan kekacauan yang telah mereda dengan kemenangan disisi manusia.
Terlihat beberapa retakan ruang disegel oleh gerbang mekanis yang penuh dengan rasa teknologi tinggi. Di setiap gerbang dijaga oleh ratusan manusia bersenjata lengkap dan puluhan robot setinggi 3 meter.
Senjata yang dibawa manusia terlihat berkilau dengan polesan Rune unik, membuat mereka bisa digunakan di era kiamat ini.
Di pusat ibukota, sebuah bangunan raksasa berdiri megah dengan berbagai peralatan canggih yang terpasang. Sebuah pelindung energi mengelilingi gedung dengan kokoh dan membuat bangunan ini menjadi satu-satunya yang tidak mengalami kerusakan sedikitpun.
Ini adalah [Tower of Wisdom, pusat pemerintahan Negara Eridu yang dipimpin oleh [12 Da'at].
Di ruang rapat, terdapat sebuah meja oval di tengah yang dikelilingi 12 kursi, terlihat hanya ada 5 orang manusia yang duduk disana. Ruang rapat terlihat memiliki cahaya redup, membuat setiap orang disana tidak bisa dilihat jelas.
"Bagaimana dengan yang lain? Apakah mereka bisa dihubungi?" salah seorang disana memulai pembicaraan dengan suara yang lembut dan tenang.
"Heh, suaramu terdengar bagus, nenek tua. Apakah kamu mendapat peremajaan atau semacam obat aneh?"
Suara berat terdengar dengan mengejek dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan. Tapi hal itu tidak mendapat balasan apa pun dan terdengar suara dengusan tidak puas.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil. Kita saat ini sedang dalam masalah besar. Kerugian manusia dan sumber daya kita serius. Untung saja ada divisi [Gehenna] yang berhasil menstabilkan situasi."
Sosok pria aneh berjas hitam ramping masuk kedalam ruangan sambil berbicara. Dia terlihat aneh karena kepalanya berwarna hitam dan dipenuhi retakan putih dengan hanya satu mata putih disebelah kiri.
"Itu sudah kewajiban kami. Tapi dengan banyaknya personil yang hilang. Kami butuh lebih banyak aliran sumber daya untuk pulih."
Sebuah suara yang adalah ketua Divisi [Gehenna] berbicara secara langsung dan meminta sumber daya yang ada tanpa bertele-tele.
Dak
Sebuah tangan yang terlihat seperti lengan robot mengetuk meja dan membuat perhatian yang lain teralih padanya.
"Aku bisa memberikan sebagian sumber daya. Asalkan kamu bisa mengirim seseorang untuk ke [Abydos]."
"Hei, hei, hei, ini bukanlah negaramu! Jangan kira kau memegang kuasa atas sumber daya kau bisa menyalurkan nya untuk kepentingan pribadimu."
Suara berat kembali terdengar dengan amarah dan dia langsung menggebrak meja oval hingga hancur berkeping-keping. Aura merah menyebar memenuhi ruangan dengan niat membunuh yang kuat.
Seketika ruangan ini menjadi hening.
"Sepertinya kita tahu penghianat nya sekarang."
Seorang petinggi yang dari diam berdiri dan memperlihatkan sosoknya yang ternyata adalah seorang perempuan dengan seragam militer. Dia mengenakan jubah militer dengan warna hitam dan dua buah tanduk menyembul dari kepalanya.
"Apa maksudmu? Kita sedang membicarakan Kaiser! Dia ingin memiringkan sumber daya seperti ini dan kalian tidak marah?!"
Sosok dengan suara berat berjalan maju, menginjak pecahan meja dan menunjukkan wujudnya yang berupa manusia batu seringgi 2,5 meter. Perempuan dan manusia batu itu saling berhadapan tanpa rasa takut.
Orang-orang yang lain terlihat tidak ingin ikut campur dan melihat pertunjukkan dengan tenang.
"Jelas sekali kau menyerap [Cinder] terlalu banyak hingga kepalamu menjadi kopong, [Ganer]. Sayang sekali, aku bingung apa yang ada di kepalamu sekarang hingga kau berani menunjukkan energi [Cinder] ditubuhmu. "
Perempuan itu kehilangan minat melihat pria batu itu. Tanpa menunggu pria batu bereaksi, perempuan itu memukul dengan tangan diselimuti energi ungu dan langsung menghancurkan kepala pria batu semudah meremas tahu hingga hancur.
Brak
Tubuh pria batu itu segera jatuh kebawah dengan tubuh tanpa kepala. Anehnya tidak ada darah sedikitpun yang keluar dari tubuhnya.
Prok
Pria hitam menepuk tangannya dan segera 2 agen masuk membawa pergi mayat tanpa kepala tersebut. Kemudian pria hitam itu menjentikkan jarinya dan seketika meja oval mulai menata dirinya sendiri dan kembali seperti semula.
"Ok, agak tak terduga bahwa penghianat nya semudah ini tertangkap. Tapi mengingat tingkahnya yang gila tadi, seharusnya kita sudah tahu efek samping [Cinder] selain peningkatan kekuatan dan merosotnya kepribadian seseorang."
Pria hitam itu menatap kearah perempuan yang tadi membunuh pria baru.
"Terimakasih kepada [Presiden Defense Office, Hanuma Makoto] yang bersedia turun tangan."
Makoto yang duduk kembali di kursinya mengangguk. "Ini masalahku, BlackSuit. Bagaimanapun aku dan tim ku kurang berkontribusi selama ini. Aku benar-benar berterimakasih kepada [Gehenna] yang membantu saat itu."
Suasana kembali tenang dan pria hitam, yang bisa kita panggil BlackSuit, mulai membuka rapat.
"Seperti yang kita tahu. Tepatnya 31 hari, 2 jam, 13 menit, dan 22 detik yang lalu terjadi [Perubahan Besar] disertai munculnya retakan ruang. Semenjak saat itu, senjata konvensional tidak bisa digunakan dan dari retakan ruang muncul robot mekanik ganas yang kita beri nama [Visbane]."
Sebuah hologram muncul ditengah meja, menunjukkan berbagai bentuk robot yang menyerang lewat retakan ruang.
"Mereka digerakkan oleh inti energi bernama [Cinder] yang sekarang sudah diteliti oleh [Profesor Tsukatsuki Rio] sehingga kita bisa meneliti senjata yang kuat. Apalagi senjata konvensional sebelumnya seperti senjata api dan bahkan rudal tidak bisa digunakan lagi."
BlackSuit menjeda kalimatnya dan hologram berubah, menunjukkan sebuah core berwarna merah.
"Ini adalah [Cinder] dan tidak hanya dapat digunakan sebagai sumber energi senjata. Tapi juga dapat diserap oleh manusia untuk meningkatkan kekuatannya. Apalagi jika manusia itu memiliki kemampuan khusus atau membangkitkan garis keturunan khusus."
"Saya tidak akan menjelaskan soal manusia dengan kemampuan khusus dan garis keturunan khusus, lagipula kita sendiri sudah tahu betul apa itu. Fokusnya ada pada [Cinder, benda ini menimbulkan konflik besar yang kalian pasti sudah tahu sendiri."
Hologram berubah dan menampilkan beberapa sosok yang sudah banyak dikenal oleh semua orang disitu.
"Keserakahan membuat manusia berkembang. Tapi juga bisa membuat manusia jatuh dan musnah. Diketahui ada total 3 anggota [Da'at] yang mati karena menyerap [Cinder] berlebihan. Sisanya mati karena si bodoh, [Gener] membunuh mereka. Dilihat dari data hilangnya 4 [Core Cinder, dapat dilihat bahwa [Ganer] telah menyerap 1."
Tiba-tiba Makoto menyela. "Maaf menyela sebelumnya. Tapi sepertinya bahkan dengan menyerap [Core Cinder] dia tidak menjadi begitu kuat. Apakah ada sesuatu yang perlu diwaspadai sehingga kita harus membahasnya pertama kali? Aku rasa lebih penting membahas tentang rekonstruksi Ibukota dan warga sipil."
BlackSuit tersenyum dan tidak marah dengan Makoto yang menyela ucapannya.
"Alasan kenapa [Cinder] berbahaya karena dia bisa menginfeksi mesin. Investigasi yang dilakukan oleh [Kepala Badan Interogasi dan investigasi, Ogata Kanna] menunjukkan bahwa orang yang berhasil menyerap [Cinder] mampu menginfeksi mesin sekitar dan merubah nya menjadi senjata pembunuh."
Seketika suasana menjadi serius ketika mendengarnya. Kekuatan utama yang ada disini adalah mesin dan teknologi, bahkan jika ada manusia terbangun dan garis keturunan khusus, teknologi dan mesin masih menjadi arus utama kekuatan.
"Bahkan jika itu blender. Blender yang telah terinfeksi akan bisa melompat ke wajahmu dan mem blender kepalamu hidup-hidup."
Dengan kemampuan mengendalikan peralatan elektronik, orang yang menyerap [Cinder] akan sangat berbahaya.
Kaiser mengangkat tangan mekaniknya. "Kalau begitu aku memiliki beberapa pertanyaan. Berapa banyak orang yang telah menyerap [Cinder]? Apa perbedaan dari [Cinder] dan [Core Cinder]? Terakhir, kemana 3 [Core Cinder] yang dicuri? Bagaimanapun beberapa dari kita sepertinya tidak tahu soal [Cinder] ini. "
Kaiser langsung memberondong pertanyaan yang menjadi ganjalan dihati semua yang ada disana. Bagaimanapun BlackSuit ini selalu menjelaskan secara samar dan bertele-tele bahkan berputar-putar.
"Sabar, Kaiser. Akan saya mulai dari [Cinder]. [Cinder] merupakan inti dan sumber energi dari [Visbane]."
BlackSuit menunjukkan hologram berbagai jenis makhluk robot dengan corak merah di sekujur tubuhnya.
"Kemudian [Core Cinder] adalah inti dari [Cognizan Visbane]. Makhluk mekanik dengan bentuk fisik mendekati manusia dan dapat berpikir layaknya manusia. Total ada 8 [Cognizan Visbane] yang berada di Ibukota dan sudah dimusnahkan oleh [Gehenna, Sorasaki Hina]."
Hologram kembali berubah dan menunjukkan 8 sosok humanoid yang dikalahkan. Walau disebut 'mendekati manusia' beberapa orang yang melihatnya pasti akan kebingungan bagian mana yang bisa disebut 'mendekati?'
Bagaimanapun mereka masih terlihat seperti robot serangga dan binatang buas. Tapi kalau dilihat lebih teliti ada beberapa juga yang terlihat memiliki tangan manusia.
"Ini sangat berbahaya. Apakah kalian yakin sudah membunuh mereka semua? Makhluk kuat dengan kecerdasan rendah bisa ditangani selama ada waktu. Tapi jika ada makhluk cerdas yang kuat, kita bisa kerepotan."
Suara lembut kembali terdengar dan nada suaranya tidak begitu bagus. Jelas dia merasa khawatir dengan adanya makhluk cerdas dengan kekuatan super yang bisa mengancam kehidupan kapan saja.
Sorasaku Hina yang dari tadi diam langsung angkat bicara. "Jangan khawatir, [Miss Hera]. Semuanya telah ditangani dengan rapi. Profesor Rio telah meneliti dan menemukan bahwa [Cognizan Visbane] memiliki gelombang energi unik yang tidak bisa disembunyikan. Alat pendeteksi telah dibuat dan disebar diseluruh penjuru Ibukota."
"Kalau begitu aku merasa lega. Aku tidak ingin lebih banyak korban berjatuhan lagi."
Walau berbicara seperti itu, nada suaranya juga terlihat lega, semua yang ada disana dapat merasakan kekhawatiran yang tersembunyi didalamnya.
Tapi tak ada yang menenangkannya lebih jauh karena dengan ini kewaspadaan bisa meningkat sehingga peluang bertahan hidup dapat naik.
Rapat terus dilanjutkan.
...
Ruang rapat terlihat terang benderang dengan hanya 3 orang yang ada disana. Mereka adalah [BlackSuit, [Sorasaki Hina, dan [Hanuma Makoto].
"Jadi bagaimana progresnya? Apakah sudah selesai?"Sorasaki Hina menatap kearah Makoto dan dibalas dengan dengan bangga.
"Tenang saja. Semuanya berjalan dengan lancar. Mereka yang banyak bertingkah telah dihabisi. Aku juga telah mengamankan 3 [Core Cinder]. Kita hanya perlu menunggu kode dari Malkuth."
Hina menatap Makoto dengan tatapan datar sesaat sebelum akhirnya membuka mulutnya. "Sampaikan terimakasih ku kepada Iroha karena membantu."
Makoto:...
Makoto sekarang merasa sangat marah. Jelas bahwa Hina menganggap bahwa semuanya berjalan lancar karena Iroha memikirkan semuanya, sedangkan dia hanya menerima hasilnya!
Yah, walau memang agak benar.
"Yah ini benar-benar tidak terduga. Kita semua masih bisa bereinkarnasi setelah kejadian mengerikan itu." BlackSuit segera berbicara ketika melihat keduanya akan mulai bertengkar seperti biasa. Mereka berdua ini seperti Tom and Jerry didunia nyata.
Berkat ucapan BlackSuit, suasana kembali agak tenang karena mereka berdua memikirkan masa lalu yang jauh atau lebih tepatnya kehidupan mereka sebelumnya.
"Yah, itu benar-benar gila. [The Chroma] menggila saat itu dan [Overser] harus mengorbankan dirinya. Tapi pada akhirnya semuanya masih tidak lolos dari kematian. Sialan!"
Ucap Makoto dengan kesal mengingat kejadian di kehidupan seblumnya. Jelas-jelas [Overser] telah berkorban agar mereka bisa selamat, tapi mereka masih saja mati. Benar-benar memalukan.
Sorasaki Hina terlihat menggepalkan tangan mungilnya dengan erat saat mendengarnya dan memilih diam tanpa ekspresi. Tapi hatinya jelas tidak sedatar ekspresinya.
"Dikehidupan kali ini, kita berhasil membangkitkan ingatan kita dan sepertinya [Overser] juga. Dia seharusnya menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kalian dan ingin melakukan [Reboot]-."
"Dia tidak boleh!"
Ucapan BlackSuit disela oleh Hina dengan tegas. "[The Chroma] adalah kesalahan kami. Dia tidak harus mengorbankan dirinya untuk itu. Seharusnya kami yang menanggungnya."
Makoto mengangguk setuju dengan pernyataan Hina.
"Benar. Ini adalah kesalahan kami."
...
Di ruangan yang tidak diketahui tempat pastinya, Kaiser terlihat duduk di belakang meja kaca. Di sampingnya muncul sosok manusia paruh baya yang keluar dari bayangan Kaiser.
"Ini terlalu aneh, Tuan. Apakah anda ingin saya menyelidikinya?" Pria paruh baya yang keluar dari bayangan Kaiser langsung berbicara. Kejadian Ganer sangat aneh dan tidak mungkin terjadi begitu saja.
Itu terasa sangat bodoh. Bahkan anak kecil akan tahu bahwa Ganer dimanipulasi agar bisa bertingkah seperti itu.
Kaiser menatap kearah sebuah foto yang ada di sebelah kanannya. Cahaya yang ada membuat kaca bingkai foto terlihat memantulkan wajah Kaiser yang diselimuti helm logam layaknya robot.
"Tidak usah. Apapun yang mereka rencanakan dengan [Core Cinder] itu bukan urusanku sekarang. Selama mereka bisa mengirim seseorang ke [Abydos, itu sudah cukup."
Kaiser menjawab dengan nada yang agak rumit. Dia merasa melanggar sumpahnya kepada para bawahan untuk mengesampingkan kepentingan pribadi karena ini. Tapi Kaiser tidak ingin kehilangan orang yang berharga baginya.
Kaiser menghela nafas dan meletakkan tangannya pada helm logam dikepalanya. Dengan canggih, helm logam dibagian belakang mulai bergerak terbuka dan akhirnya Kaiser melepasnya, membuat wajahnya terlihat.
"Aku orang yang egois dan ayah tidak berguna kan?" Tanya Kaiser kepada pria paruh baya. Rambut pink miliknya terlihat acak-acakan dan membingkai wajah tampannya yang terlihat lesu dan lelah.
"Jangan berpikir seperti itu, Tuan. Apa yang telah Tuan berikan kepada kami adalah sesuatu yang tidak bisa kami balas. Jika tuan mau, kami bisa pergi ke [Abydos] untuk menyelamatkan, Tuan Putri Hoshino."
Kaiser mengangkat tangannya kanannya untuk menghentikan pemikiran bawahannya itu dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu tahu sendiri bahwa sungai [Mara] yang membatasi kita dengan [Abydos] di jaga makhluk mengerikan bukan? Hanya [Sorasaki Hina] dan timnya yang mampu melewatinya."
Pria paruh baya terlihat mengepalkan telapak tangannya hingga berdarah karena merasa tidak berguna. Dia dan timnya selalu ingin berguna untuk Kaiser, tapi selalu saja mereka terlalu lemah untuk membantu dan akhirnya harus Kaiser sendiri yang turun tangan.
'Bahkan dengan kebangkitan kekuatan, kami masih lemah. Semoga anda baik-baik saja, Putri Hoshino.' Batin pria paruh baya dengan kesal dengan dirinya sendiri dan berdoa akan keselamatan putri tuannya itu.
Keheningan menyelimuti ruangan, meninggalkan dia orang yang bergelut dengan pemikiran dan perasaannya masing-masing.
Seorang bawahan yang merasa dirinya tidak kompeten dan seorang ayah yang meratapi kebodohannya dalam menjaga sangat anak.
...
TBC
...
Halo, Kawan.
Bagaimana kabar kalian? Semoga baik baik saja. Kali ini banyak sekali istilah dan penjelasan. Ini terjadi karena saya membuat beberapa penyusutan. Saya rasa jika dibuat secara 'normal', maka akan sangat lama.
Mungkin akan sampai 60-an chapter. Jadi saya singkat saja.
Ok, itu saja dari saya. Semoga terhibur.
