Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

As you wish © Elevtron

Rating : M

Genre : Adventure, Tragedy

Warning : Unsur kekerasan, Update tidak menentu, Typo, Bahasa tidak baku, Etc.

Pairing : Coming Soon

Summary : Naruto seorang siswa biasa terjebak bersama teman-temannya di dalam sebuah permainan yang dimulai oleh makhluk yang tidak diketahui asal-usulnya. Mampukah Naruto dan teman-temannya bertahan? Atau permainan ini adalah akhir dunia?

.

.

.

Chapter 33 : Penyucian

.

Angin sepoi-sepoi kembali berhembus, mengusik sedikit surai rambut dari orang-orang yang kini berdiri di atas padang rumput yang sangat luas.

"Jadi seperti apa tahap terakhir itu?" Pertanyaan keluar dari mulut Sasuke setelah beberapa saat penuh keheningan

"Inti dari tahap ini adalah pensucian" Jawab Kaguya

"Jelaskan secara lebih rinci" Desak Sakura

"Aku juga tidak tahu. Di dalam prasasti hanya tertulis pensucian, kalau boleh jujur aku bahkan tidak menyangka kalian bisa selamat sampai ke tahap ini"

Hal yang dikatakan Kaguya sangat tepat. Sudah tidak bisa dibayangkan berapa kali mereka berada di ambang kematian. Terlebih sesaat setelah mereka sampai disini, nyawa teman-teman mereka terus berguguran.

Selagi asik dengan pikiran masing-masing, cahaya misterius kembali muncul dan bersinar secara acak di tempat mereka berpijak. Cahaya itu akhirnya berhenti di kaki Matsuri.

Matsuri

"I-iya?" Jawab Matsuri dengan nada terisak dan mata sembab lengkap dengan ekspresi penuh ketakutan

Mengakulah

Matsuri mengernyitkan dahi, kata-kata yang sama seperti saat pertama kali permainan ini dimainkan. Namun, kali ini Matsuri tidak bisa memikirkan dosa yang ia miliki.

"E-eh" Sara tidak bisa menutupi rasa terkejutnya saat cahaya misterius itu juga muncul di bawah kakinya. Di ikuti dengan Hinata, Sakura, dan Sasuke

"A-apa yang terjadi?" Ekspresi bingung tergambar di wajah Kaguya

Shion masih menerka-nerka dengan otaknya tentang apa yang terjadi. Cahaya misterius itu perlahan menyelimuti tubuh teman-temannya. Tidak ada yang bisa Shion dan Naruto lakukan karena sentuhan mereka seakan menembus tubuh dari anggota OSIS.

"Se-semuanya tolong" Raung Sakura

"Arghh sial!" Umpat Sasuke

"Naruto-kun" Lirih Hinata

Baik Naruto maupun Shion semakin bingung tentang apa yang harus dilakukan. Namun, apapun yang coba mereka lakukan tidak berdampak sama sekali. Cahaya putih terus menyelimuti tubuh teman mereka secara bertahap.

Kaguya yang tidak mengerti tentang apa yang sedang terjadi tidak mau terlalu ambil pusing. Paling tidak musuhnya berkurang secara drastis.

'Pensucian' Gumam Shion

"Itu dia" Ujar Shion setelah tubuh teman-temannya telah tertutupi sepenuhnya oleh cahaya misterius dan menghilang ke dalam tanah lenyap tak berbekas

"A-ada apa Shion?" Naruto lekas bertanya saat melihat wajah Shion yang seperti menemukan jawaban. Ekspresi putus asa perlahan memudar dari wajah pria itu.

"Naruto, aku punya rencana. Tolong bantu aku" Mata amethyst melihat lurus ke arah safir biru yang terlihat ragu. Sesaat kemudian anggukan Naruto menjadi isyarat bagi Shion untuk menjalankan rencananya

"Maaf, aku tidak bisa menjelaskan apapun untuk menuntaskan rasa ingin tahu kalian" Ujar Kaguya dengan nada sarkastik

"Kaguya, soal Zetsu yang berubah menjadi serpihan kecil. Sejujurnya, itu bukan perbuatanmu kan?" Tanya Shion membuat Kaguya menaikkan alis

"Tentu saja. Itu adalah syarat untuk memulai permainan, jadi hanya masalah waktu sampai Zetsu berubah jadi serpihan kecil"

"Sudah kuduga" Senyum tipis tergambar di wajah Shion

"Apa yang kau rencanakan bocah?" Tanya Kaguya dengan ekspresi kesal

"Tidak ada, hanya saja kurasa kami menang" Perkataan Shion membuat Kaguya tertawa geli

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Naruto

"Hahahaha, jangan membuatku tertawa. Menang kau bilang? Dasar menyedihkan. Terima saja kematianmu dan biarkan aku kembali hidup" Ujar Kaguya sombong

"Kaguya, ku akui rencanamu sangat sempurna. Hanya saja kau melupakan satu hal yang sangat penting" Shion perlahan melangkah kedepan diikuti Naruto

"Apa maksudmu?"

Tidak ada jawaban akan pertanyaan Kaguya, hanya saja cahaya putih yang mendadak muncul di sekeliling Kaguya seakan menjadi jawaban akan pertanyaan itu.

"Bukan hanya kau yang punya energi kehidupan!" Teriak Shion penuh semangat

"A-apa ini?" Kaguya panik dan tidak menyangka tentang hal yang terjadi

Perlahan tangan-tangan berlapis cahaya putih muncul dan menyelimuti tubuh Kaguya. Naruto menghentikan langkahnya dan tersenyum getir, air mata perlahan menetes di pipinya. Meskipun hanya berupa cahaya putih namun siluet yang terbentuk adalah tubuh dari teman-teman mereka.

Sementara Shion yang telah mendekati posisi Kaguya yang kini terbelenggu hanya menampilkan wajah datar andalannya.

"Jadi, karena ini kau sengaja mengorbankan nyawa Shikamaru?" Tanya Shion

Tidak ada respon yang diberikan oleh sosok di hadapannya

"Ikut menarik kelima teman kita, sepertinya energi kehidupan yang dibutuhkan cukup banyak" Shion kembali bermonolog meskipun tidak mendapat respon

"Kenapa menyisakan aku dan Naruto?" Shion mengakhiri monolognya dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada semua sosok disana

Satu per satu sosok tersebut menatap ke arah Shion, lalu mereka semua menunjuk ke arah Shion tanpa berkata apapun. Interaksi kecil itu mendadak terpotong akibat umpatan Kaguya.

"Arghhh, lepaskan sialan. Shion aku akan membalasmu!" Bentak Kaguya

"Kau tahu kan setelah ini tidak ada yang bisa kau perbuat? Kau akan menjadi ketiadaan Kaguya" Nada datar yang Shion berikan membuat Kaguya merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Sebuah rasa yang dinamakan rasa takut.

"Shi-hmppphhhh" Erang Kaguya saat cahaya putih telah menyelimuti hingga ke mulutnya dan secara cepat menyelimuti seluruh tubuhnya

Shion memberikan pandangan menusuk dan dingin kepada sosok Kaguya yang telah terselimuti sepenuhnya dan perlahan pecah menjadi serpihan-serpihan kecil.

"Selamat tinggal" Shion menjulurkan telapak tangannya seakan hendak meraih serpihan yang melayang di udara. Ingatannya kemudian teringat akan respon yang diberikan saat Shion menanyakan alasan hanya dirinya dan Naruto yang tidak dikorbankan.

Sambil menatap telapak tangannya sendiri Shion berucap

"Jawabannya ada padaku"

Setelah itu, Shion berbalik dan melihat ke arah Naruto yang sedang terduduk sambil menangis. Shion pun hendak menitikkan air mata namun ditahan sekuat tenaga. Hal ini dikarenakan, gadis itu tidak ingin menangis di depan Naruto. Terlebih di saat-saat yang krusial seperti sekarang ini.

"Hiks...hiks" Naruto masih menangis, namun bukan karena sesuatu yang buruk. Kali ini rasa lega dan bebas yang membuat pria itu menangis. Sebuah tangis bahagia karena semua kesulitan yang dialami selama ini telah berakhir.

"Sudahlah, berhenti menangis. Kau membuat teman-teman kita menjadi sedih" Nasehat Shion utarakan kepada Naruto

"Hiks...maaf" Naruto mengusap air mata yang mengalir deras di pipinya

"Jadi ini rencana yang kau maksud?" Tanya Naruto

"Begitulah, tahap pensucian yang dibicarakan Kaguya sepertinya adalah tahap dimana semua dosa dibersihkan. Zetsu hitam yang dibawa Kaguya adalah perwujudan dari dosa wanita itu, sedangkan teman-teman kita yang wafat bertransformasi menjadi sesuatu yang suci karena seluruh dosanya telah terampuni" Pandangan Shion kembali teralih kepada serpihan yang masih berterbangan di langit

"Kedua hal itu bertolak belakang dan sepertinya arwah teman-teman kita perlu tambahan kekuatan untuk memusnahkan Zetsu. Oleh karena itu, kelima rekan kita yang tersisa mendadak dibungkus oleh cahaya putih"

"Jadi mereka menang melawan Zetsu? Apa manfaatnya mengalahkan makhluk berwarna hitam itu?" Tanya Naruto

"Tanpa Zetsu, Kaguya kehilangan kekuatan untuk bangkit kembali. Oleh karena itu, dia menjadi roh seperti kita. Roh yang berada di tempat yang tidak seharusnya harus dibawa ketempat asalnya atau dimusnahkan" Jelas Shion

"Ya, itu hanya hipotesa dan karanganku sih" Gadis bersurai pirang pucat itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal

"Kurasa cukup masuk akal" Naruto menghela nafas kasar, ia harus mengikhlaskan teman-temannya. Mereka memilih untuk berkorban demi dirinya, jadi Naruto tidak boleh menyia-nyiakan hidupnya dengan terus terpuruk. Pria itu harus bangkit dan berjuang dalam menjalani hidup.

"Akhirnya semuanya berakhir" Ucap Naruto lega

"Sebenarnya tidak juga" Perkataan Shion membuat Naruto sedikit bingung. Namun, pria itu mengangguk kecil tanda mengerti

"Kau benar, apa yang harus kita lakukan setelah ini?" Tanya Naruto

Pipi Shion sedikit bersemu merah, secara teknis hanya dirinya dan Naruto yang tersisa di tempat ini. Berdua saja dengan pria yang disukai tanpa ada yang mengganggu merupakan kondisi impian seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Hanya saja, saat ini kondisinya sedikit berbeda dan memaksa Shion membuat sebuah keputusan.

"Naruto-kun" Ujar Shion lembut

"Hm? Tumben memanggilku seperti itu" Atensi Naruto mengarah kepada gadis bersurai pirang pucat itu

"Aku punya satu permintaan" Mata amethyst milik Shion kini beradu pandang dengan safir biru milik Naruto

"Permintaan apa? Jangan yang aneh-aneh, kita masih berduka karena kehilangan semua orang" Tegur Naruto, ekspresi kehilangan masih tergambar jelas di wajahnya

"Bisakah..." Shion menggantung perkataannya

"..." Naruto masih diam seribu bahasa, pikirannya masih mengenang memori seluruh orang yang dikenalnya saat masih hidup.

"...kau merelakan kematianku?"

.

TBC

.

.

.

Author's Note : Halo Elevtron is back, hampir setengah tahun tanpa melanjutkan cerita ini dan syukurlah meskipun itungannya cukup lama tapi tetap ada inspirasi yang tiba-tiba timbul dan mendorong Elevtron untuk meneruskan cerita ini. Anyway sepertinya petualangannya akan sampai di titik terakhir jadi mungkin beberapa chapter lagi bakal tamat tapi gak tau juga heheheh... bisa aja lebih lama dari yang diperkirakan.

Anyway segitu aja, kalian bisa folllow social media Elevtron yang lain

Youtube : /Elevtron

Tiktok : /Elevtron

Wattpad : Elevtron

Buat kalian yang mau support atau request ke Elevtron juga bisa donate di link berikut : /Elevtron

Mohon juga kritik dan sarannya agar fanfic ini lebih baik di kemudian hari

Hope You Enjoy It

Well see u in the next chapter

x

x

x