Title : Just a Partner
Genre : Romance Comedy
Rating : M
Words : 2k+
.
"Nggh... No, Draco.. S-stophh.." bibir merah yang sudah membengkak itu terus meminta dengan desahan yang mengakhiri setiap perkataannya. Badannya yang begitu panas dengan susah payah memberontak. "Drackie..ngh-h stop.. P-please.. mmh.."
"Berhenti? Untuk apa?" pemuda dengan rambut platina yang basah oleh keringat itu tertawa pelan. "You like it, why should I stop? Tell me, what do you really want, Harry," suaranya yang begitu seduktif berbisik di telinga pemuda yang tengah dicumbuinya.
Harry yang benar-benar sudah merasa nikmat makin mempersempit lubangnya membuat lawan mainnya tertawa puas. Kedua lengannya langsung memeluk sang lawan main saat ia mendapatkan tambahan kissmark di tubuhnya. "Hah.. Dray..ngh.."
"Come on, Harry... Say, what do you want me to do?"
Harry makin mengeratkan pelukannya. "More.. More! Deeper! Mmphh..!" racau Harry yang sudah tidak peduli lagi. Kenapa ia harus menolak? Ia menikmatinya. Sangat menikmati.
"As your wish," dan Draco kembali memaju-mundurkan tubuhnya entah untuk yang keberapa kalinya malam ini. Dan dengan satu hentakan, desahan panjang Harry memenuhi Kamar Kebutuhan.
Draco masih belum menghentikan gerakan maju-mundurnya bahkan setelah Harry keluar untuk yang ketiga kalinya. Salah satu tangannya beralih menepis rambut-rambut yang menutupi mata Harry. Mengelus lembut pipi Harry dan segera memberikan ciuman di bibir merah yang menggoda.
Dengan napas yang memburu, Draco dapat merasakan jika ia akan keluar sebentar lagi. Dan hanya perlu satu hentakan terakhir, cairannya langsung memenuhi Harry hingga sebagian merembes keluar. Harry meraup oksigen dengan rakus. Merasa begitu kosong saat Draco menarik kembali miliknya dari dalam Harry.
Draco yang sedari tadi berada di atas Harry kini ikut berbaring. Ia memiringkan tubuhnya untuk menatap Harry yang tampak begitu kelelahan. "Luar biasa seperti biasanya, Potty,"
"Berhenti memanggilku Potty, Ferret!" Harry membelalak pada Draco. Ini dia, belum sampai satu menit, dan Draco sudah kembali menjadi menyebalkannya.
"Whatever," dan Draco kembali berbaring terlentang, menutupi wajahnya dengan tangan.
Diam sesaat, dan Harry kemudian memutuskan untuk duduk. Sedikit kesulitan karena bagian selatannya yang begitu perih. "Aku mau kembali," kata Harry segera mengambil tongkatnya dan merapikan dirinya yang luar biasa kacau.
"Secepat itu?" Draco mengangkat tangannya dan kemudian ikut duduk.
Harry mengangguk sambil memakai jubah Gryffindor kebanggaannya. "Hm," gumam Harry singkat sebagai jawaban.
Draco hanya diam sambil memperhatikan Harry yang masih mencoba menyembunyikan kissmark yang dengan malu-malu muncul di perpotongan lehernya. "Kau tau, Harry," katanya membuat Harry menoleh padanya. Ia kembali bicara, "sepertinya ini akan menjadi yang terakhir kalinya kita melakukan ini,"
Hening untuk beberapa saat. Harry yang masih bingung dengan perkataan Draco tetap diam meminta Draco lanjut menjelaskan.
Draco menangkap ekspresi itu. "Ya, Harry, malam ini adalah terakhir kalinya," ulang Draco. "Kau dan aku—"
"Ya, aku tidak masalah," balas Harry sebelum Draco menyelesaikan kalimatnya. "Tentu saja. Lagipula kita hanya sekedar partner sex, tidak lebih." Harry bicara tanpa menoleh sedikit pun.
Draco memicingkan matanya menatap Harry intens. "Oho, what is this?" nada menyebalkan itu kembali lagi, membuat Harry mau tidak mau menoleh pada Draco. Draco menatap Harry dengan seringainya. "Kau terdengar kecewa, Harry,"
"Sorry?"
Draco berdeham. "Oh no, Draco tidak mau menyentuhku lagi. Tapi aku hanya menginginkannya, aku ingin dia menyentuhku, bukan orang lain. No, Draco," dan Draco tertawa lepas. "Iya kan? Itu yang kau pikirkan, kan?" tebak Draco dengan seringai dan tawa yang masih belum berhenti.
Harry memberikan death glare, namun Draco tidak mempedulikannya sama sekali. "Shut up Draco! Aku tidak pernah berpikir seperti itu! Untuk apa aku mengharapkanmu? Aku tidak peduli sama sekali!"
"Lalu kenapa kau terdengar kecewa?" Draco masih berusaha menghentikan tawanya.
"Siapa yang kecewa? Malahan aku bersyukur. Aku tidak perlu bertemu denganmu tiap malam lagi." Harry menaikkan nada suaranya, terdengar begitu marah. "Dan jika kau tidak mau lagi, bagus! Kita tidak perlu melakukannya, jangan pernah menyentuhku lagi!"
Dan tanpa menoleh, Harry sudah keluar dari Kamar Kebutuhan meninggalkan Draco yang menatapnya bingung.
"Astaga, dia merepotkan,"
Harry yang sudah berada di asrama sama sekali tidak mempedulikan Ron yang memanggilnya berkali-kali. Ia langsung masuk ke kamar laki-laki dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
"Kau kenapa?"
Harry menoleh pada Seamus yang ternyata ada di sana. "Bukan apa-apa," jawabnya dan kemudian menenggelamkan wajahnya ke bantal. Dan tiba-tiba mulai berteriak sekeras mungkin. Tentu hal itu membuat Seamus terkejut. "DAMN! SHIT! SUCKS! DIE! DIE! DIE!"
Baiklah, sekarang tidak heran kalau Seamus mengira Harry kerasukan sesuatu. "Harry! Apa yang terjadi?" Seamus menghampiri Harry panik. "BERTAHAN HARRY! JANGAN BIARKAN KEGELAPAN MENGUASAI DIRIMU!" dan dengan tidak elitnya Seamus menarik Harry, mengguncang tubuhnya sambil terus berteriak.
"A-apa yang kau lakukan?" Harry yang kebingungan tidak bisa melepaskan Seamus yang seolah mencampur adukkan isi perutnya.
"Bertahan lah Harry! Siapa pun kau, keluar dari tubuh Harry!" teriak Seamus lagi.
"Ada apa? Ada apa?" Ron dan beberapa anak Gryffindor yang lain masuk ke kamar dengan panik.
"Harry! Makhluk kegelapan telah mengambil alih tubuhnya! Cepat! Aku belum pernah bertemu orang kesurupan sebelumnya!" teriak Seamus yang makin menambah kepanikan.
"Siapa- SIAPA YANG KAU BILANG KESURUPAN!" teriak Harry yang akhirnya berhasil lepas dari Seamus.
"Harry, kau tidak apa-apa?" tanya Ron panik. "A-atau k-kau sekarang bukan Harry?" tanya Ron takut-takut.
"Aku tidak kesurupan!" teriak Harry lagi sambil memasang wajah cemberut. "Kenapa kau bilang aku kesurupan?"
"Y-ya itu," Seamus mendadak bingung. "Kau memaki sambil berteriak, dan terus menendang-nendang, ya aku pikir kau kemasukan atau apa," jawabnya yang langsung mendapatkan death glare dari Harry.
"Aku baik-baik saja, aku hanya sedang kesal!" balas Harry pada Seamus. Dan ia segera beralih menatap anak-anak lain yang mengelilinginya. "Apa lagi? Kalian mau panggilkan dukun?" tatapan galak itu langsung membuat mereka buru-buru meninggalkan Harry yang kesurup— Harry yang sedang kesal. Jika tetap ada di sana, dijamin mereka semua harus menghadapi Harry dalam wujud anak Satan.
Paginya, Harry langsung disembur dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh oleh seisi Hogwarts. Seorang Harry Potter kesurupan, itu menjadi trending nomor satu di sekolah.
"Potter, apa benar kau kesurupan?"
Harry yang baru saja keluar dari aula besar dicegat oleh Draco dan beberapa anak Slytherin lain yang ikut tertawa di bekalangnya.
Harry berusaha menahan kemarahan. Tidak tau saja Draco, jika dia lah yang membuat Harry kesal bukan main hingga dikira kesurupan.
"Pfft—"
Harry menoleh saat mendengar dengusan Ron yang berusaha menahan tawa. Walau Harry menatapnya tajam, Ron tidak langsung diam, ia masih kesulitan menahan tawanya mengingat kesalahpahaman semalam.
"Dia tidak kesurupan," Hermione menjawab, "hanya sedang latihan sketsa komedi," sambungnya. Harry menatap Hermione tidak kalah tajam. Kenapa semua orang begitu menyebalkan akhir-akhir ini?
Draco dan teman-temannya makin puas tertawa. Harry yakin jika dia melihat Hermione menahan senyumnya sekilas. Jelas jika gadis itu juga merasa lucu.
"Potter, Potter," kata Draco disela tawanya. "Kau pasti sedang ada masalah hingga stres ya?" Draco memberikan sedikit perhatian di nada bicaranya, namun kemudian kembali menyeringai lebar. "Apa ada seseorang yang membuatmu kesal hingga kau jadi gila hanya dengan memikirkannya?"
Harry rasanya ingin memaki lagi. Namun ia segera menahan kemarahannya, tidak mau dibilang kesurupan lagi. "Not your business!" Dan Harry langsung pergi tanpa menoleh lagi.
Hermione segera mengikuti Harry yang berjalan begitu cepat. Ron yang sedari tadi menahan tawa akhirnya tertawa lepas sambil mengikuti Harry. Para Slytherin itu juga masih tertawa, hanya saja, Draco menyeringai makin lebar.
Para anak-anak tahun ketujuh mulai makin sibuk. Ujian NEWT sebentar lagi, dan pada saat seperti ini, perasaan mereka campur aduk. Khawatir dengan hasil ujian, senang mengingat mereka akan segera lulus, dan sedih akan segera berpisah dengan Hogwarts.
Dan sudah beberapa minggu berlalu sejak Draco dan Harry tidak bertemu lagi di Kamar Kebutuhan untuk aktivitas malam mereka. Dan Harry makin bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia malah memikirkan Ferret itu?
"Melihat Marauders Map tidak akan membantumu lulus Hogwarts, Harry," kata Hermione saat dia melihat Harry yang tidak mau mengalihkan perhatiannya dari Peta Perampok
Harry tidak membalas. Dia terlalu sibuk memerhatikan satu titik berlabel nama Draco Malfoy yang tidak bergerak dari kamarnya. Hermione yang merasa cukup jengkel diacuhkan kembali membaca buku di tangannya.
"Come on, Harry... Say, what do you want me to do?"
"More.. Drackie.."
"What?" tanya Hermione ketika mendengar gumaman Harry. "Kau bilang sesuatu?"
"Apa?" Harry malah bertanya balik. Dan tiba-tiba merasa bodoh.
"Harry, kau tidak apa-apa? Wajahmu merah sekali, lho," Hermione terdengar khawatir.
"Aku tidak apa-apa!" kata Harry buru-buru bangkit dari tempat duduknya. "Aku ke kamar dulu, bye!" dan Harry langsung pergi ke kamar.
Hermione hanya mengangkat bahu melihat Harry yang sudah menghilang dari pandangannya. "Well, sepertinya dia masih tidak enak badan karena kerasukan kemarin,"
Meanwhile, Harry yang sedang sendirian di kamar tidak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Apa yang baru saja aku pikirkan?" teriak Harry tertahan.
Harry segera menuju kasurnya dan berbaring, menatap langit-langit. Dan tiba-tiba bayangan pemuda bersurai platina muncul di pikirannya. Lebih parah lagi, suara-suara imajiner memenuhi pendengaran Harry. Terdengar begitu seduktif, membuatnya terpaksa mengingat malam-malam panasnya dengan Draco.
"Ugh, aku tidak mau bertemu denganmu lagi, sialan menyebalkan," gumam Harry yang masih terlihat memerah.
Dan ya, Harry selalu menghindari Draco tiap kali mereka bertemu. Harry tidak peduli saat Draco meledeknya, tidak pernah membahas betapa menyebalkannya Draco pada teman-temannya. Sehingga tanpa sadar seisi Hogwarts bisa merasakan kedamaian tiada tara.
.
"Oh mate," Ron memeluk Harry erat. "Tujuh tahun itu terlalu cepat, dan kita sudah harus berpisah!" teriak Ron sok drama.
Harry memutar mata malas. "Seolah kita tidak akan pernah bertemu lagi." balas Harry.
"Kau mau mampir ke The Burrow dulu?" tanya Ron sambil mengambil kopernya. Ya, ini adalah hari terakhir mereka di Hogwarts.
"Aku akan berkunjung kapan-kapan. Dengan Sirius juga sekalian," jawab Harry yang kemudian segera mengikuti Ron.
"Hermione!" panggil Ron segera berlari menuju Hermione. Meninggalkan Harry di belakang.
Harry mendengus. "Apa-apaan ini? Tadi dia yang paling sok drama tidak mau pisah. Dan sekarang malah meninggalkanku begitu saja," kata Harry meratapi nasibnya.
Dan dia akhirnya benar-benar ditinggalkan di belakang oleh Ron dan Hermione. Namun Harry juga tau diri jika tetap berada di antara mereka, Harry sendiri yang akan merasa terasingkan.
'Kemana Ferret menyebalkan itu? Aku tidak bisa menemukannya dari tadi,'
Harry bertanya dalam hati sambil melihat sekelilingnya. Mencari si rambut platina mencolok yang sedari tadi tidak bisa ia temukan. "Mencarinya bukan berati aku peduli, aku hanya penasaran,"
Entah pada siapa Harry bicara. Membela dirinya sendiri walau dijamin tidak ada satu orang pun yang membaca pikirannya.
Dan tepat saat Harry masih bertanya-tanya, tiba-tiba saja ia ditarik masuk ke salah satu ruangan. Harry yang terkejut makin kaget saat mendapati Draco di depannya.
"Wh-!"
"Sst.. Jangan teriak-teriak dong," Draco menyuruh Harry tenang.
"Apa maumu?" tanya Harry dengan tangan terlipat di dada.
"Kenapa kau menghindariku akhir-akhir ini?" tanya Draco tanpa basa basi.
"Memangnya kenapa? Merindukanku?" balas Harry terdengar mencemooh Draco.
"Ya." jawab Draco singkat.
Harry diam sesaat, dan kemudian mendengus. "Aku tidak menyangka kau akan menyetujuinya. Apa kau benar-benar Draco Malfoy?"
Draco tidak menjawab, dia malah memberikan ciuman pada bibir Harry. Rasa manis yang begitu membuatnya candu. Harry yang juga sudah rindu dengan segera mengalungkan lengannya pada pundak Draco. Meminta agar pemuda Malfoy itu memperdalam ciuman mereka.
Tentu Draco menurutinya. Ciuman mereka makin terasa panas ketika Draco menyusupkan salah satu tangannya ke dalam kaos Harry. Menjelajahi setiap inci tubuh mulus yang seolah memanggilnya untuk lebih.
"Don't stoph..nmhh.." gumam Harry saat Draco akan melepaskan ciuman mereka.
Draco tertawa kecil, dan ia segera menuruti permintaan Harry. Draco makin menarik tubuh Harry mendekat. Satu tangannya yang bergerak bebas dengan nakal masuk ke celana Harry dan meremas bokong kenyal yang membuat Harry mengernyit kegelian namun begitu menikmati.
"Your body really wants me, Harry," bisik Draco ketika Harry terus saja menahan desahannya.
"Yeah, I want you.. Dray.." desahan Harry seolah menjadi lonceng bagi Draco. Namun bukannya memberi lebih, Draco malah menarik dirinya. Harry mengerjap bingung.
"Draco?"
"Bukankah kau tidak mau aku menyentuhmu lagi?" pertanyaan Draco langsung membuat Harry terdiam.
Dia memang mengatakannya. Namun kan saat itu ia hanya sedang kesal. "Kau yang mulai duluan." Harry membela diri. "Kau yang bilang jika malam itu akan menjadi yang terakhir, namun sekarang malah kau yang menarikku dan mengajakku untuk bermain," Harry terdengar mulai merajuk. Tidak mau disalahkan.
Draco tertawa mendengar balasan Harry yang penuh dengan pernyataan. Dan tidak ada yang lucu dari hal itu. Setelah berhenti tertawa, Draco kembali menoleh pada Harry dan mengelus wajahnya lembut.
"Ya, aku memang mengatakannya," kata Draco pelan. "tapi aku belum selesai bicara saat itu." Ia menatap manik seindah zamrud itu lama.
"Memangnya kau mau bilang apa lagi?"
"Aku ingin bilang jika malam itu akan menjadi terakhir kalinya kita melakukannya," Draco mengecup pipi Harry sekilas, "sebagai partner sex," sambungnya dan kemudian tersenyum.
Harry hanya diam. Tidak mengerti sama sekali.
Draco menghela napasnya. "Singkatnya, aku aku ingin melakukan itu dengan status kekasih,"
Barulah Harry tampak terkejut. Ia baru mengerti sekarang.
"Aku tidak mau menyetubuhimu namun tidak bisa memilikimu." kata Draco lagi sambil terus mengelus lembut wajah Harry. "I want you to be my boyfriend, Harry. Be mine, forever," kata Draco dan memberikan ciuman manis di atas bibir Harry.
Kedua pipi Harry bersemu merah. Ia menunduk. "Lalu kenapa tidak bilang dari kemarin-kemarin?"
Draco hampir dibuatnya tertawa. "Kenapa baru sekarang? Tentu saja karena kau yang mengambil kesimpulan terlalu cepat, tidak membiarkan aku menjelaskan dan langsung saja pergi. Dan jangan lupa siapa yang selalu menghindariku."
Harry balas mencibir. Tidak pernah merasa jika dialah yang salah di sini.
Draco mencubit kedua pipi Harry gemas. "Jadi, kau mau menjadi kekasihku?" tanya Draco lagi. Terdengar tenang, namun terlihat jelas jika dia gugup.
"Sekali pun aku bilang tidak, kau akan memaksaku, iya kan?" balas Harry yang dibalas kekehan oleh Draco.
"Tentu saja, karena aku begitu yakin kau akan menerimaku," balas Draco. "Bertaruh kau pasti hampir dibuat gila selama menghindariku, kan?"
"Sungguh kepercayaan diri yang begitu tinggi," ledek Harry.
"Sudahlah, Harry, ayo cepat katakan 'ya'!" pinta Draco sudah tidak sabaran.
Bukannya menjawab, Harry malah kembali mengalungkan lengannya di pundak Draco. Menatap kelabu kebiruan itu dalam. "Kau sendiri tidak apa? Berteman dengan Ron dan Hermione. Aku tidak bisa membayangkan kalian bertiga akan menjadi keluarga,"
Draco tidak langsung mengangguk. "Well, kalau itu sih, ya, aku akui jika kami mungkin tidak akan cepat menjadi akrab. Tapi aku tau jika mereka menyenangkan,"
"Tau dari mana?"
"Jelas, saat mereka yang malah ikut-ikutan meledekmu setelah kau kesurupan waktu itu."
"Aku tidak kesurupan!"
Draco kembali tertawa. "Yah, aku tidak keberatan, selama aku bisa bersamamu, aku tidak akan pernah mengeluh," ucapnya sambil menarik pinggang Harry mendekatkan tubuh mereka.
Harry tersenyum. "Okay, my answer is, yes,"
Puas mendengar jawaban Harry, Draco segera memberikan ciuman lagi. Ciuman yang lebih lembut, hangat, dan manis. Cukup lama mereka berciuman, hingga tiba-tiba Harry mendorong paksa Draco.
Draco bingung karena tiba-tiba ditolak. "Ada apa?"
"Kita bisa ketinggalan kereta!" teriak Harry yang langsung mengambil kopernya dan segera menarik Draco keluar.
"Padahal aku benar-benar sudah merindukan desahanmu yang merdu, Harry," rengek Draco.
"Kau bisa melakukannya kapan-kapan," balas Harry dengan wajah yang sedikit memerah saat orang-orang tidak berhenti menatap bingung padanya dan Draco.
"Kita bisa melakukannya setelah sampai nanti, kan?" tanya Draco yang tampaknya tidak peduli jika ia akan ketinggalan kereta.
"Maksudmu?"
"Mom mungkin tidak terlalu suka jika aku tidak langsung pulang ke Manor. Tapi aku akan menginap, kau akan pulang ke tempat Sirius Black, kan?"
Harry menghentikan langkahnya untuk menatap Draco. Menarik napas dalam dan kemudian berbicara dengan suara pelan. "Dray, bisakah kau berhenti menjadi menyebalkan sehari saja? Aku juga sangat ingin melakukannya, tapi entah kenapa, kau terdengar menyebalkan bagiku. Setidaknya kecilkan sedikit suaramu, kita sedari tadi jadi pusat perhatian!"
Draco hanya mengangkat bahu tidak peduli. "Well, aku malah senang jika orang-orang tau hubungan kita," dan tanpa diduga, Draco mencium bibir Harry yang langsung mendapatkan perhatian orang-orang di sekitar.
Teriakan-teriakan kegirangan itu membuat anak-anak yang sudah ada si kereta menoleh ke luar. Harry mendorong paksa Draco, dan dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang semerah kepiting rebus.
"Wh—" Harry menutup mulutnya dengan tepalak tangan. Menatap Draco begitu terkejut. Dan dengan rasa malu yang luar biasa, Harry segera masuk ke kereta.
Draco yang puas dengan apa yang diperbuatnya tertawa lepas. Ia segera mengikuti Harry, tidak peduli dengan orang-orang yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
Ron, Hermione dan Seamus yang melihat dari jendela ikut speechless.
"Astaga," Seamus menggeleng, "sekarang giliran Malfoy?"
Dan akhirnya, satu kereta ribut membicarakan Draco yang mereka pikir ditempeli makhluk hitam.
Just a Partner — Completed
.
A/N
Halohalohalohaloooo! Lama gak ketemu... Pa kabar? Masig ada yang nunggu ini cerita update ya? Makasih ya semuanya:) maaf baru update... Soalnya aku lagi pusing sama tugas yang unlimited!
Oh iyaa... Btw, ada yang mau episode lainnya untuk Bookhead's Time?
