Title: Your Song
Genre: Romance, soulmate au
Rate: T
Words: 1k+
Harry lagi-lagi terkunci di kamarnya—lemari di bawah tangga. Hanya karena ia tidak sengaja menumpahkan kopi Paman Vernon, sekarang ia tidak akan mendapat jatah makan hari ini. Terlalu lelah, Harry berbaring di ranjangnya dan perlahan menutup mata. Namun saat akan tertidur, Harry tersenyum. Ia mendengar suara manis itu bernyanyi lagi.
Selalu seperti itu. Seolah-olah tahu jika Harry sedang ada masalah, dia akan selalu menghiburnya dengan sebuah nanyian yang belum pernah Harry dengan sebelumnya. Dan itu adalah obat paling ampuh untuk menyembuhkan lelah Harry.
Soulmate—belahan jiwa, seseorang yang ditakdirkan untukmu, seseorang yang mengerti dirimu lebih baik dari orang lain, seseorang yang selalu menjadi sandaran saat kau membutuhkannya. Semua orang ditakdirkan dengan belahan jiwa mereka sejak lahir. Mungkin tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi kita bisa mendengar mereka. Tidak peduli seberapa jauhnya jarak yang terpaut, kita dapat mendengar belahan jiwa kita bernyanyi, begitu pun sebaliknya.
Tidak terkecuali bagi Harry. Ia sudah sering mendengar nyanyian merdu belahan jiwanya. Namun, Harry tidak tahu lagu-lagu yang dinyanyikan tersebut. Lagu-lagu itu lebih terdengar seperti nyanyian dari negeri dongeng. Seperti nyanyian para penyihir. Mungkin memang terdengar aneh, tapi itu semua menjadi wajar bagi Harry. Tepatnya saat mengetahui bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan ternyata manusia biasa selama ini hidup berdampingan dengan para penyihir.
Sayangnya, saat berada di Hogwarts maupun di semua tempat di dunia sihir, Harry belum pernah sekali pun bertemu dengan belahan jiwanya. Ia bahkan sudah hampir menyelesaikan masa sekolahnya di Hogwarts, tapi tidak pernah mendengar seseorang dengan suara nyanyian yang sama. Padahal ia begitu ingin bertemu dengan pemilik suara yang menawan itu. Berterima kasih padanya karena selalu menghibur dirinya saat lelah. Berterima kasih karena menyanyikan lullaby terindah yang selalu membuatnya tertidur.
Harry berpikir bahwa belahan jiwanya mungkin saja seseorang yang berada jauh dari dirinya sekarang. Mungkin ini masih belum waktunya bagi mereka untuk bertemu.
Harry yang masih mengharapkan pertemuan dengan belahan jiwanya tersenyum lebar saat mendengar nanyian halus di kepalanya. Ia bahkan ikut bernyanyi karena ia juga tahu lagu tersebut.
Namun tiba-tiba belahan jiwanya berhenti bernyanyi. Harry yang bingung menghentikan langkahnya. "Kenapa dia berhenti bernyanyi?" tanya Harry bingung. "Ah, mungkin dia terkejut. Aku kan belum pernah bernyanyi sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar suaraku," tebak Harry dan kembali meneruskan perjalanannya.
Harry tiba di aula dan langsung duduk di samping Hermione. "Hai, Mione," sapa Harry, "Ron mana?"
"Profesor McGonagall meminta bantuannya tadi, dia akan segera menyusul," jawab Hermione. "Lalu, kau sendiri bagaimana? Sudah tahu siapa soulmatemu?"
Harry menggeleng. "Belum."
Hermione menepuk pundak Harry memberinya semangat. "Semangat lah, Harry. Kau pasti akan segera bertemu dengannya."
Harry tersenyum. "Thanks, Hermione," dan keduanya melanjutkan makan siang mereka.
Sesekali Harry melirik ke sekitarnya karena merasa diperhatikan. Benar saja, saat ia melihat ke arah meja Slytherin, ia mendapati Draco Malfoy baru saja menghindari pandangannya. Ia bahkan terlihat salah tingkah membuat Harry makin bingung. Tidak peduli, Harry kembali melanjutkan makan siangnya.
.
Sudah beberapa hari ini Harry dibuat bingung oleh belahan jiwanya. Pasalnya, sang belahan jiwa tidak lagi bernyanyi seperti biasanya. Harry mulai merasa kesepian.
Mengusir rasa suntuk, Harry melangkahkan kakinya berjalan menuju danau. Suasana yang begitu sepi membuatnya tenang. Ia bahkan bisa mendengar dengan jelas suara merdu daun yang saling bergesekan. Tidak lupa dengan suara kicau burung yang terbang dan hinggap di pohon-pohon.
Lama Harry hanya berjalan dalam diam, ia tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Bukan tanpa alasan, Harry terdiam setelah samar-samar mendengar sebuah nyanyian yang begitu familiar baginya. Nyanyian sang belahan jiwa yang begitu ia rindukan. Namun, yang membuat Harry bingung adalah suara yang didengarnya kali ini bukanlah suara yang terdengar dikepalanya. Tetapi suara yang jelas tertangkap oleh telinganya. Hanya ada satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi, yaitu sang belahan jiwa sedang bernyanyi di dekatnya.
Sebuah senyum lebar terlukis di wajah Harry. Ia mulai bersemangat dan segera menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Harry gugup sambil mencari seseorang yang berada di dekatnya.
Akhirnya, Harry tau dari mana datangnya suara nyanyian tersebut. Ia menemukan seseorang yang duduk di atas batu di tepi danau. Harry yang tadi bersemangat lagi-lagi terdiam. Walaupun tidak dapat melihat wajahnya, Harry sudah tau siapa pemuda Slytherin tersebut.
"Malfoy?" panggil Harry membuat pemuda di depannya terkejut.
Draco Malfoy langsung berbalik mendengar seruan Harry. Ia tiba-tiba jadi kebingungan. Dengan wajah yang memerah, Draco segera turun dari batu yang didukinya. Ia ingin pergi secepatnya, tapi Harry sudah lebih dahulu menahan lengannya.
"Tunggu, jangan pergi begitu saja," kata Harry menahan Draco. Ia masih belum melepaskan tangan Draco meskipun pemuda itu tidak lagi mencoba untuk kabur.
"Apa maumu?" tanya Draco terdengar dingin. Ia tidak menoleh sama sekali ke arah Harry.
Harry memperhatikan wajah Draco. Mau dilihat berapa kali pun, Harry yakin jika Draco sedang salah tingkah. "Yang tadi bernyanyi itu kau, 'kan?"
Draco mendecih sebelum menjawabnya. "Lalu kau pikir siapa lagi?" jawabnya jengkel.
Harry ikut kesal mendengar nada suara Draco. "Kenapa kau tidak bilang apa pun? Kau tau jika aku adalah orangnya, 'kan? Kau terkejut setelah mendengar suaraku. Kau sungguh menyebalkan."
Draco mendengus. "Kau yang menyebalkan. Aku langsung tau jika itu suaramu. Tapi kau sudah mendengar suaraku dari dulu dan tetap tidak menyadarinya."
Kini giliran Harry yang salah tingkah. Bukan salahnya jika ia tidak bisa mengenali seseorang dari suara nyanyian mereka. "Well, Hermione perlu waktu lama untuk menyadari Ron adalah belahan jiwanya. Bahkan setelah Ron bernyanyi di depannya, ia tetap tidak sadar."
"Suara orang yang nyanyainnya buruk memang sulit untuk dikenali," balas Draco membuat Harry tertawa. Draco sedikit terkejut karena ini pertama kalinya Harry tertawa karena leluconnya.
Setelah tawanya reda, Harry langsung terdiam membuat suasana tiba-tiba canggung. Bagaimana pun juga, mengetahui bahwa musuh bebuyutanmu ternyata adalah belahan jiwamu pasti membuatmu tidak tau harus berkata apa.
"By the way, thanks," Harry mencoba memecahkan suasana canggung tersebut.
Draco mengernyit bingung. "Terima kasih untuk apa?"
Harry nendadak malu untuk menjelaskannya. "Well, nyanyainmu begitu merdu," jelasnya, "setiap kali aku sedang kesal aku akan langsung tenang saat kau mulai bernyanyi."
Draco kembali merasakan jika wajahnya memanas. Ia sekali lagi memalingkan wajahnya agar Harry tidak bisa melihat rona merah di wajahnya.
Harry yang sudah terlebih dahulu melihat rona merah itu tersenyum. Ia tiba-tiba ingin sekali menggoda Draco. "Hey, bernyanyilah lagi," mintanya pada Draco.
"Kau pasti bercanda," gumam Draco merasakan jika wajahnya makin memanas.
Harry tertawa gemas. "Ayolah, ini bukan seperti aku baru pertama kali mendengar nyanyianmu, 'kan?" Harry berpindah sehingga ia bisa berhadapan dengan Draco. Saat Draco kembali memalingkan wajahnya, Harry akan mengikuti kemana pun arah pandangnya, begitu terus hingga Draco tidak punya pilihan lain selain berhadapan dengan Harry.
"Sialan, aku belahan jiwamu, bukan penyuruhmu," gumamnya masih terdengar malu-malu.
Harry tertawa makin keras. "Ayolah..." Harry menggoyangkan lengan Draco membujuknya. "Please, Draco..."
Draco menoleh saat Harry memanggil namanya. Mendapati Harry yang tiba-tiba memanggil dengan nama depannya merupakan hal yang baru bagi Draco. Dan anehnya hal itu membuatnya luluh.
Draco melepaskan tangan Harry dengan wajah kesal dan kembali duduk. Ia menatap Harry yang masih berdiri. "Duduklah, aku capek berdiri."
Harry tersenyum lebar. Ia segera mengambil tempat di samping Draco. Saat Harry sudah duduk, akhirnya Draco mulai bernyanyi. Sesekali ia menoleh ke sampingnya hanya untuk melihat wajah tersenyum Harry yang menikmati nyanyiannya. Tanpa sadar, Draco pun ikut tersenyum.
.
Saat makan siang, Hermione dan Ron tidak bisa mengalihkan perhatian mereka dari Harry. Keduanya menatap Harry bingung. Pasalnya Harry sedari tadi tidak berhenti tersenyum. Ia bahkan bersenandung dengan ceria.
"Suasana hatimu sedang bagus sekali hari ini," ucap Ron sambil menyantap makan siangnya.
Harry tersenyum makin lebar sebagai balasannya. "Menyenangkan bukan, memiliki seseorang yang selalu bisa menghiburmu dengan nyanyian merdunya?"
Ron mengernyit. "Kau sedang membicarakan belahan jiwamu?" tanya Ron.
Tidak menjawab, Harry tidak menggeleng dan tidak pula mengangguk. Ia hanya tersenyum dan segera melanjutkan makan siangnya.
"Kau sudah bertemu dengannya?" kini giliran Hermione yang bertanya. Melihat Harry yang lagi-lagi hanya memberikan senyum, Hermione mengedikkan bahu. "Well, bagus untukmu."
"Siapa dia?" tanya Ron penasaran. Matanya berbinar ingin mengetahui orang tersebut.
"Aku akan memberitahu kalian, tapi tidak sekarang," jawab Harry membuat Ron kecewa.
Ron menghembuskan napas pasrah. "Baiklah, tapi kau harus mengenalkannya kepadaku!"
"Kenapa harus?"
"Aku butuh seorang penyanyi yang bagus di pernikahanku dengan Hermione nanti."
"Siapa yang bilang akan menikahimu?" protes Hermione sambil memukul Ron.
Bukannya takut, Ron malah tertawa dan kembali menggoda Hermione. Harry pun ikut tertawa melihat tingkah kekanak-kanakan sahabatnya.
"Tenang saja, aku pastikan Draco untuk bernyanyi di pernikahan kalian nanti," celetuk Harry dan kembali pada makan siangnya. Namun ia bingung saat menyadari jika Ron dan Hermione tidak lagi ribut. Keduanya malah menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Harry mendengus dan ia kemudian tertawa.
Your Song — Completed
