Title: Warm Winter
Genre: Romance, fluff
Rate: T
Words: 1k+
Hogwarts menjadi putih karena tertutup salju. Meskipun sudah siang, tapi cuaca hari ini sangat dingin. Hermione yang berada di perpustakaan pun terus menggosok kedua telapak tangannya setelah membalikkan halaman buku. Ia bisa merasakan jika tangannya hampir membeku. Hingga kemudian Hermione tersenyum saat seseorang menggenggam tangannya. "Thanks, Ron," katanya pada Ron yang duduk di sebelahnya.
Ron pun ikut tersenyum. Meskipun ia sendiri juga sedang kedinginan, Ron lebih memilih untuk menghangatkan tangan Hermione. Lagipula Ron tidak keberatan, karena ia sudah merasa hangat sekarang. Ron pun tidak lupa memberikan kecupan di tangan Hermione untuk membuat gadis itu semakin hangat.
Hermione tertawa pelan. Ia sudah merasa cukup hangat karena sikap manis pacarnya itu.
"Apa kau masih belum cukup hangat?" tanya Ron. Tapi sebelum Hermione sempat menjawab, ia sudah lebih dahulu memberikan kecupan manis di pipi gadis itu. Melihat rona merah di wajah tersenyum Hermione, Ron kembali memberikan kecupan lainnya. Namun bedanya, kali ini ia memberikannya di bibir merah muda yang selalu menjadi favoritnya.
"Ehem!"
Baik Ron dan Hermione kompak menoleh kepada sahabat mereka yang sempat terlupakan. Namun meski begitu keduanya tetap tidak melepaskan tangan mereka dan terus saja saling menempel.
"Apa?" Hilang sudah suara manis Ron. Ia menatap sahabatnya itu kesal. Tentu saja, siapa pun pasti kesal kalau momen romantisnya diganggu.
"Haruskah kalian melakukannya di depanku?" Harry memandang kedua sahabatnya itu dengan malas. Ini memang bukan pertama kalinya Harry terpaksa menyaksikan kedua sahabatnya itu pacaran, tapi tetap saja Harry muak melihatnya. "Kalau dingin duduk di depan perapian sana. Mana bisa ciuman membuat hangat." Harry benar-benar terdengar kesal.
Ron mencibir. "Kau tidak akan mengerti. Ciuman saja tidak pernah," ledek Ron.
Kening Harry berkerut karena semakin kesal. Ingin sekali Harry mengambil buku Hermione dan memukul Ron sepuasnya. Apa yang dikatakan oleh Ron adalah fakta, dan itu membuatnya makin menyebalkan.
"Kalau kau merasa terganggu pergi saja sana," usir Ron pada Harry. Ia malah tertawa puas ketika Harry benar-benar berdiri dan pergi sambil bergumam kesal. Ron sebenarnya tidak serius dengan perkataannya, tapi karena Harry pergi dengan cemberut, itu malah membuatnya terlihat lucu.
Sementara itu, Harry kini sibuk membenarkan syalnya karena dingin. Ia menoleh sekilas ke arah salju yang menumpuk. Sepertinya ia harus cepat-cepat pergi menuju asrama dan membungkus tubuhnya di dalam selimut. Namun sebelum Harry sampai di asrama, ia menemukan sosok pemuda berambut pirang sedang duduk santai di bangku yang sudah tertutupi salju sambil membaca sebuah buku.
"Bagaimana bisa dia duduk di sana? Apa dia sudah membeku sampai tidak bergerak begitu?" Menggeleng melihat kelakuan Draco, Harry memilih untuk menghampiri pemuda itu.
Ketika Harry sudah berdiri di depan Draco, pemuda berambut pirang itu mengalihkan perhatiannya dari buku. Untunglah Draco tidak membeku seperti yang dipikirkan oleh Harry. "Apa sekarang bangku Hogwarts ada pemanasnya sampai-sampai kau betah duduk di sana?"
"Duduk di sini tidak seburuk duduk di atas es. Kau saja yang tidak tahan dingin," balas Draco dan sedikit bergeser, memberikan Harry ruang untuk duduk. Tapi pemuda Gryffindor itu menolak karena tidak mau bokongnya membeku. Pada akhirnya Draco membiarkan Harry berdiri begitu saja di depannya.
"Mana teman-temanmu?" tanya Draco penasaran. Sebenarnya ia hanya basa-basi. Draco tidak terlalu peduli dengan Ron dan Hermione.
Teringat Ron dan Hermione, Harry lagi-lagi memasang wajah kesal. "Sedang pacaran di perpustakaan," jawab Harry dengan malas. "Aku sama sekali tidak mengerti. Apa aku adalah angin bagi mereka sampai-sampai tidak terlihat? Lagian kenapa sih harus mesra-mesraan di depanku? Pakai alasan dingin segala, padahal hanya mau berciuman."
Draco terkekeh kecil melihat Harry yang terus mendumel karena kesal. "Well, tidak salah jika mereka berciuman karena dingin."
Harry langsung mengernyit mendengar perkataan Draco. "Kau juga seperti mereka? Omong kosong ciuman bisa membuat hangat."
Draco mengedikkan bahu. "Hm, memang sih, ciuman tidak seperti membungkus tubuhmu dengan selimut, tapi setidaknya ciuman bisa membantu."
Harry lagi-lagi menggeleng tidak setuju. "Aku tetap akan mengatakan bahwa itu omong kosong."
"Kalau begitu kau mau membuktikannya?"
Harry yang sudah membuka mulutnya untuk kembali bicara terdiam seketika. Ia menatap Draco seolah pemuda itu sudah gila. "Ha?" Harry mencoba memastikan bahwa apa yang didengarnya tidak salah.
Tanpa mengulang perkataannya, Draco sudah berdiri dan tangannya bergerak ke belakang kepala Harry untuk membawanya mendekat. Tanpa memedulikan raut bingung Harry, Draco sudah lebih dahulu menyatukan bibir mereka. Bukan ciuman penuh gairah, Draco hanya memberikan ciuman lembut yang cukup lama.
Setelah merasa cukup, barulah Draco menjauhkan dirinya. Ia terkekeh gemas melihat Harry yang masih terdiam dengan wajah yang sudah semerah kepiting rebus. Kedua tangannya yang tidak tertutupi sarung tangan menangkup pipi berisi Harry. "See? Wajahmu hangat sekarang."
Saat itulah Harry berhasil mendapatkan kesadarannya. Ia langsung menarik tangan Draco dari wajahnya. "Kau menciumku?!" Harry sedikit berteriak karena terkejut.
"Hm? Apa aku membuat kesalahan?"
"Kau tidak boleh sembarangan mencium orang yang bukan pacarmu!"
"Ah, kau pasti belum pernah mencium orang yang bukan pacarmu," balas Draco yang terdengar begitu tenang.
Berbeda sekali dengan Harry yang menatap Draco tidak percaya. "Dan kau melakukannya?"
Draco bergumam memikirkan perkataan Harry hingga akhirnya menjawab. "Well, aku akan melakukannya selama orang itu adalah Harry Potter."
"Tapi—" Harry yang ingin kembali protes kembali terdiam. "Ha?"
Draco mendengus dengan senyum di wajahnya. Ia maju sedikit agar bisa lebih dekat lagi dengan Harry. "Tapi kalau kau memang keberatan dan tidak mau mencium seseorang yang bukan pacarmu, aku akan dengan senang hati menjadi pacarmu dan menciummu kapan saja. Dengan begitu kau akan selalu merasa hangat di tengah musim dingin."
Bukan hanya wajahnya yang memerah, Harry juga mengkhawatirkan jantungnya yang berdebar kencang. Harry sampai tidak tahu lagi harus bicara apa saat Draco kembali memberikannya sebuah ciuman. Sekarang di pipi kanannya.
Draco tersenyum gemas karena Harry yang seolah-olah membeku menjadi patung. "Kau bahkan tidak mencoba untuk mendorongku. Akan kuanggap jawabanmu sebagai iya."
"Eh? Iya? Jawaban atas apa?"
Draco lagi-lagi tersenyum gemas. Ia berbisik. "Boyfriends."
Suara Draco ditambah dengan napasnya yang menggelitik telinga Harry membuat jantungnya berdebar kencang. Apalagi dengan satu kata yang meluncur mulus dari bibir Draco. Harry bisa merasakan kalau salju yang jatuh di atas rambutnya meleleh karena panas. Tanpa perlu melihat ke cermin pun Harry tahu kalau wajahnya sudah merah.
Draco lagi-lagi tidak bisa menahan gemasnya. "Salju mulai turun, ayo kita cari tempat lain untuk mengobrol." Draco menautkan jari mereka dan segera membawa Harry untuk mengikutinya.
Tanpa mengataka apa pun, Harry hanya mengikuti Draco sambil melirik tangan mereka yang bergandengan. Meskipun ia menggunakan sarung tangan, tapi Harry bisa merasakan kehangatan dari tangan Draco. Dia menyembunyikan senyumnya di balik syalnya, begitu juga dengan pipinya yang menghangat. Baiklah, sekarang dia tidak akan mengeluh pada Ron dan Hermione yang memakai alasan dingin untuk bermesraan.
.
.
.
Warm Winter — Completed
.
.
.
.
A/N
Ini seharusnya aku publish waktu bulan November atau Desember kemarin, tapi aku lupa... he he he :")
