SWORD AND SHIELD
Chapter 1 : Teman baik dari sahabatku (Ichigo's POV)
Genre : Romance, Friendship, Slice of Life
Rating : T
Setting : Canon
Gadis itu.
Akhirnya aku bertemu dengannya lagi. Setelah beberapa tahun semenjak pertemuan singkat kami, tanpa sempat bertukar sapa. Aku hanya ingat bagaimana penampilannya yang kacau dengan baju penuh dengan noda darah dari laki-laki dewasa yang entah bagaimana caranya, gadis itu bopong di punggungnya.
Aku ingat, karena aku adalah orang yang membukakan pintu untuknya. Aku adalah orang pertama yang dia temui pada saat itu.
Terkejut?
Tentu saja. Tapi ada sedikit rasa kelegaan yang aku rasakan.
Melihat gadis itu baik-baik saja meskipun dia kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang dimilikinya. Entah bagaimana kabarnya setelah itu, yang aku ingat hanya salah seorang kerabat jauhnya datang untuk menjemput dan membawanya pergi.
Kalau ditanya bagaimana aku bisa mengenali orang yang hanya kutemui sesaat, aku sendiri juga tidak dapat menemukan jawaban yang pasti. Ingatanku cukup payah jika berhubungan dengan orang lain, aku sulit untuk mengingat wajah orang lain.
Warna rambut?
Ah, mungkin. Warna rambut kami memang mirip, meskipun warna rambutku lebih terang dan mencolok dibandingkan dengan miliknya.
Kejadian tragis?
Mungkin berlebihan, tapi melihatnya saat itu sedang dilanda kesedihan membuatku berempati kepadanya. Rasa sedih yang dialaminya, momen yang mematahkan hati dan bisa juga menghancurkan dunianya, aku pernah mengalaminya juga. Bahkan rasa itu belum hilang, akan sulit untuk dihilangkan.
Namun, gadis itu baik-baik saja. Dia tersenyum lebar. Rambutnya yang senada dengan warna musim gugur sudah tumbuh panjang dan ikut bergoyang seiring dengan pergerakannya yang nampak ceroboh. Dia tidak sendirian. Dia bersama teman baiknya.
Teman baik, yang ternyata tidak lain adalah sahabatku juga.
"Oi, Ichigo."
Aku menoleh mendengar seseorang memanggilku dan melihat dua orang gadis yang juga teman sekelasku. Aku bersahabat dengan salah seorang gadis diantara mereka, yang memiliki rambut gelap berpotongan cepak ditambah dengan sikapnya yang lebih mirip dengan anak laki-laki. Mataku sedikit melotot ketika melihat gadis lain yang sedang bersama sahabatku, tapi aku berusaha menutupinya dengan memasang wajah cuek.
"Biar aku perkenalkan kepadamu," ucap sahabatku, Tatsuki saat kami sudah saling berhadapan di lorong sekolah. "Gadis cantik ini adalah Orihime, Inoue Orihime. Dia adalah sahabatku dan dia satu kelas dengan kita."
Aku tahu, aku ingat wajahnya. Tapi ingatanku terlalu buruk untuk mengingat namanya. Gadis itu, tersenyum malu ke arahku sambil memainkan jarinya. Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama, pandanganku tidak beralih darinya selama beberapa saat hingga aku menyadari ada perubahan raut wajah gadis itu dari yang semula tersenyum menjadi bingung dan terlihat sedikit ketakutan. Meskipun begitu, aku tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
"Orihime, anak laki-laki bermuka aneh yang ada di depanmu saat ini adalah sahabatku dari kecil, Ichigo Kurosaki. Wajahnya memang sedikit menakutkan, tapi tenang saja dia tidak akan berani macam-macam denganmu." Tatsuki ganti memperkenalkanku kepada sahabat perempuannya. Dia hanya menatapku dalam diam sambil mengedipkan matanya pelan beberapa kali.
'Apa dia mengenaliku?'. Aku sendiri tidak yakin karena aku tidak bisa menebak makna dari ekspresi wajahnya.
"Salam kenal, Kurosaki-kun. Kudengar dari Tatsuki-chan kau adalah sahabatnya, hehehehe." Gadis itu tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya.
'Ah. Jadi dia tidak mengingatku'. Sedikit terpana dengan fakta itu, tapi juga merasa sedikit bersyukur. Jujur saja aku tidak mau dikenang dalam kesedihan orang lain.
"O-oh. Tentu. Salam kenal juga." Aku berusaha memalingkan mukaku menghindari senyuman gadis itu yang dimataku terlihat menyilaukan.
'Semoga dia tidak menyadari rona merah di wajahku. Kenapa aku tersipu melihat dia tersenyum?', batinku sambil berusaha membuat ekspresi yang aku harap bisa menyembunyikan semburat merah di pipiku. Saat aku rasa aku sudah bisa mengendalikan hatiku, aku mulai mengarahkan pandanganku ke arahnya yang kini sedang berbincang dengan Tatsuki.
Cantik.
Aku terdiam, merutuk dalam hati tentang bagaimana takdir ternyata begitu tidak terduga. Sejujurnya, aku juga senang bisa bertemu kembali dengannya. Aku harap dia sudah tidak sedih lagi. Aku harap dia sudah tidak kesepian lagi. Aku harap dia akan bersama dengan orang-orang yang baik dan tulus menyayanginya.
Aku berharap salah seorang itu adalah diriku.
Halo semuanya.
Yuka disini. Sudah bertahun-tahun akun ini sepi, bahkan lebih sepi daripada gua. Ada beberapa alasan karena selain kesibukan di dunia nyata yang kadang bikin hari berasa senin terus dan ketika libur hanya pengen rebahan. Alasan lainnya adalah aku lupa kata sandi akun aku ini dan aku terlalu malas untuk reset password.
Meskipun gak aktif menulis, aku tetap aktif sebagai pembaca terutama cerita-cerita lama. Mungkin kalian ada yang sadar kalau beberapa tahun lalu jumlah cerita yang ada di website ini sempat berkurang drastis dan banyak cerita yang hilang.
Keinginan untuk kembali menulis muncul ketika aku mendengar sebuah lagu dan aku menyukai makna dari liriknya, hehehehe. Kebetulan juga pada saat itu Bleach mulai tayang lagi untuk arc terakhir ini. Sudah terbayang beberapa plot cerita yang ingin aku tuangkan kedalam tulisan, tapi sayangnya masih belum ada waktu yang pas. Doakan semoga akan ada cerita lain yang segera menyusul.
Tentu saja dengan OTP kita yaitu Ichihime. Masih gak menyangka dan bahagia banget pairing aku berlayar meskipun sudah hampir satu dekade setelah chapter terakhir manganya rilis. Ingin mengisi "kesepian" fanfic di fandom ini, semoga kalian suka. Silakan tinggalkan kritik, saran, atau usulan tentang karya satu ini. Karena cerita ini berupa drabble jadi isinya akan berupa tulisan-tulisan pendek. Bisa saja aku kehabisan ide atau inspirasi untuk menulis, aku harap kalian dapat membantu memberi ide dalam penulisan cerita aku selanjutnya.
Jangan lupa jaga kesehatan dan selamat membaca.
Yuka
