#Masashi Kishimoto#
Tidak suka bisa skip :)
Pair : sasuhina
Happy Reading
--
"Hinata."
Suara cempreng menggema di telinga teman-teman Naruto saat ia meneriakkan nama kekasihnya dengan semangat empat lima. Sakura sahabat sekaligus rekan setim yang sudah bertahun-tahun lamanya menyaksikan tingkah konyol sang calon Hokage hanya bisa menghembuskan nafas jengah. Ia sudah memberikan pukulan dan tendangan lebih banyak pekan lalu saat Naruto tak sengaja berteriak seenaknya di rumah sakit, tetapi untuk kali ini ia memilih menahan diri. Karena gadis musim semi ini harus menjaga Image pada sosok yang sedang berjalan disampingnya. Ia tak mau jika gara-gara Naruto rencananya untuk PDKT dengan sang lelaki gagal. Ia melirik sekilas paras tampan Uchiha Sasuke, lelaki berwajah dingin yang jarang berbicara itu. Ia hanya memandang lurus kearah gerbang konoha, disana berdiri seorang gadis cantik berambut panjang bermata amethyst terlihat sedang menunggu pujaan hati, yang sedari tadi asyik melambaikan tangan kepadanya.
"Wah kekasihmu sudah kembali Hinata." seru gadis Yamanaka sambil menyikut jahil tubuh mungil nakamanya itu.
Hinata tersipu malu. Dalam hati mengucap syukur atas kepulangan Naruto dalam reuni tim tujuh yang diadakan di Sunagakure beberapa hari yang lalu. Ia merindukan mata biru yang selalu mempunyai daya tarik untuk mencerahkan hidupnya kala si gadis Hyuuga menatapnya. Gadis lugu sibuk memainkan kedua jari telunjuk dengan pipi bersemu merah. Ia semakin menunduk saat Naruto tiba menghampiri dirinya.
"Tadaima Hinata." Sang pahlawan shinobi melemparkan senyum ceria khasnya lalu menggaruk belakang kepala untuk menetralkan rasa canggung yang mendadak menyerang syarafnya.
"Okaeri, Naruto-kun." Balas sang gadis Hyuuga malu malu. Degup jantung sang gadis memompa lebih cepat dari biasa, ia berusaha bersikap setenang mungkin agar tidak menimbulkan situasi yang memalukan. Sejujurnya Hinata merasa tidak biasa karena disaksikan oleh nakama yang lain bagaimana ia dan Naruto ketika menjalin hubungan. Walaupun lelaki berambut kuning itu masih bersikap wajar dan tak berlebihan, tetap saja ia akan malu jika semua mata menatap ke arahnya. Ia bisa melihat mata Sakura yang tersenyum menggoda, Sai tersenyum aneh, Ino tersenyum gemas, dan terakhir Uchiha Sasuke berwajah datar. Ia tidak menampilkan ekspresi apapun, hanya melihatnya dalam diam. begitulah yang tergambar di kepala si gadis Hyuuga.
"Kau membawakanku bekal makan siang?" Mata Naruto berbinar melihat kotak yang di hiasi kain ungu muda tengah dipegang erat di tangan sang gadis. Ia tersenyum lalu mengelus puncak kepala Hinata. "Terima kasih, kau memang terbaik Hinata." Katanya di ikuti cengiran lebar. Pemuda Uzumaki dengan senyum mengembang di wajah, meraih tangan kekasihnya lalu menggenggamnya erat, ia tak peduli akan reaksi dari teman- temannya yang menyaksikan tingkah lakunya itu.
"Sampai jumpa nanti malam semua, kami pergi dulu." Ucap Naruto dengan menarik tangan Hinata agar segera menjauh dari keramaian. Ia akan menculik Hinata dan membawanya ke rumah. Kali ini mereka akan menghabiskan waktu bersama lebih lama sebagai balasan karena tak berjumpa beberapa hari terakhir. Ketika dua sejoli tampak mesra berjalan, tiga manusia yang lain hanya bisa tersenyum, tanpa ada satupun yang menyadari, bahwa pemilik mata onyx tengah serius mengamati gadis berwajah lugu sedari tadi.
Flashback On
Bocah berumur tujuh tahun nampak memasuki sebuah kelas akademi ninja di konoha. Ia menuju kursi dan medudukinya dengan tampang kesal. Semua yang di lihat dan di amati tak berhasil menghibur dirinya. Menurut pandangan pribadi, Gadis-gadis yang meneriaki namanya di koridor sungguh menjengkelkan. Itu terdengar berisik dan ia sama sekali tak suka gadis yg banyak tingkah. Lihat saja mereka!! tidak punya malu dan bertindak agresif. Belum lagi wajahnya yang hampir terkena ciuman gadis berambut blonde itu. Ia melipat tangan di dada melemparkan pandangan ke arah jendela kelas. Saat dirinya tengah memandang lurus ke arah luar tak sengaja mata sewarna langit malam menangkap sosok di sebrang ia duduk, gadis berambut pendek keturunan Hyuuga.
Di lihat-lihat Hanya gadis itu yang tidak pernah merasa tertarik dengannya.
Heh memangnya si Hyuuga ini siapa? Apa dia tidak bisa melihat daya tarik dari wajah seorang Uchiha Sasuke?! Mengapa ia hanya diam saja!
Mendadak bibir sang bungsu Uchiha mengerucut. Tidak suka hal semacam itu terjadi di hidupnya. Semua gadis akan menyukainya bukan! Sesaat Muncul ide jahil di kepalanya, ia harus memberi pelajaran si Hyuuga itu. Saat hendak menghampiri gadis bertubuh mungil berwajah lugu, ia mengurungkan niat, karena terlebih dahulu bocah perempuan yang bernama Hinata bangkit berdiri dan berjalan pelan ke arah bocah ingusan bodoh bau matahari yaitu Uzumaki Naruto yang kini berdiri di depan kelas. Wajahnya terlihat sama. Bodoh dan menjengkelkan!
"Ohayou minna!" Serunya dengan semangat berapi-api. Tetapi yang membalas hanya dua orang. Teman pemalasnya Shikamaru dan Chouji si tukang makan. Sasuke kecil terkesiap. Bagaimana tidak, ia menyaksikan dengan mata pekatnya sendiri saat Hyuuga Hinata datang menyerahkan bingkisan kecil kepada Naruto baka.
"Na-naruto-kun ini untukmu. Terima kasih sudah menolongku waktu itu." Begitu ucapan si Hyuuga terdengar di telinga Sasuke kecil.
"Eh? Kau tidak perlu melakukan ini Hinata. Sudah kewajiban kita kan untuk melindungi temannya sebagai ninja sejati Hehe."
"Te-terimalah." Hinata sedikit memaksa meski menahan malu membuat Sasuke menaikkan sudut alis.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih." Bocah sebatang kara menerima hadiah itu lalu berlalu dari hadapan si gadis Hyuuga.
Cih! dialog dua orang bodoh, membuat bertambah niat aneh di kepala Sasuke. Ia mengepalkan tangannya di bawah meja dan menatap tajam ke rekan setimnya yang baru beberapa hari terbentuk.
Sepulang dari akademi, Hinata kecil memutuskan singgah ke tempat biasa ia latihan, ia berjalan memasuki hutan yang terletak tak jauh dari kompleks Hyuuga. Entah kenapa moodnya terasa lebih baik sekarang. Mungkin karena tadi Naruto kecil menyambut baik bingkisan yang ia berikan. Ahh senang sekali rasanya. Ia seperti mendapat semangat hidup kembali. Disaat klan atau Ayahnya diam saja saat Hinata kecil berjuang sekeras mungkin dan tak dianggap, Naruto datang bak pahlawan membawa angin sejuk ke dalam hidupnya. Sambil mengingat kejadian dimana ia tengah diganggu sekelompok berandal kecil, Naruto membela dirinya walaupun ia tak mengenal dekat Hinata. Sungguh lelaki yang amat sangat baik. dan Hinata kecil menyukai itu.
Hyatt
Hyaat
Gadis Hyuuga memukul batang pohon dengan gerakan cepat. Tak peduli telapak tangan tergores maupun lecet, ia tetap melanjutkan kegiatannya berlatih. Sudah setengah hari berlalu dan langit sudah menjadi senja, Ia tak juga menghentikan aksinya.
"Pfft. Hei itu gadis mata Hantu." Teriak seseorang dari belakang tubuhnya. Ia mendekati Hinata kecil lalu mendorong kencang tubuh sang gadis polos. Hinata kecil tidak sempat menghindar ia keburu tersentuh oleh tangan jahil bocah ingusan itu dan...
"Akkh." Hinata meringis kesakitan saat dagunya terantuk oleh batang pohon.
"Hahaha. Rasakan itu Hantu!! Mata menyeramkan. we wek." Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak penuh nada mengejek saat melihat wajah Hinata yang mendarat mencium pohon. Ia tampak menyedihkan.
Tes
Tes
Air dari pelupuk mata sudah mengalir deras. Ia membasahi pipi gembulnya dengan tangisan. Begitu sakit yang ia rasakan sekarang. Mengapa mereka suka sekali usil kepada dirinya? Apakah Hinata memiliki dosa besar terhadap bocah- bocah ingusan itu?
"Na-Naruto-kun." Lirihnya membenamkan diri disela tangisan. Ia mengusap dagunya yang mengeluarkan darah segar. Perih yang di dalam hati lebih sakit dari lukanya saat ini. Kami-sama, cobaan Gadis kecil ini tak kunjung usai. Di saat anak perempuan seusianya di manja dengan kasih sayang dan mendapat teman baik, ia malah merasakan hidup seperti ini dan tidak ada yang mau membelanya. Hanya Naruto saja yang ia andalkan tetapi apakah ia akan datang?
"Na-Naruto-kun." Lagi-lagi Hinata berharap. Ia memejamkan mata saat tau akan mendapat serangan lagi.
Bugg
"Ck. Enyahlah kalian!" Terlihat bocah lelaki berdiri di depan Hinata sambil menaruh kedua tangan di saku celana. Ia habis menendang keras punggung bocah yang terlihat senang sekali menindas perempuan lemah. Dengan santai bocah berambut emo berjalan dan menginjak tangan bocah yang tersungkur ke tanah.
"Sekali lagi kau dan teman bodohmu mengganggunya, ku pastikan akan mematahkan semua anggota tubuhmu."
"Di-Dia...
Uchiha Sasuke!" Tubuh dua bocah ingusan bergetar hebat. Mereka berlari takut, meninggalkan temannya sendirian.
"Hanya aku yang boleh menyentuhnya, camkan itu." Ucapnya dingin lalu melepas injakan kaki yang sudah meremukkan tulang tangan seseorang. Sambil menangis bocah ingusan pergi dengan lengan yang sudah patah.
Sasuke kecil menyeringai puas. Ia suka membuat musuh sok hebat merasa tak berdaya. Pasti sekarang dirinya akan di anggap pahlawan oleh si gadis Hyuuga, Sama seperti rekan bodohnya Naruto.
"Buka matamu. Mereka sudah pergi." Hinata mengerjapkan mata beberapa kali saat sosok yang di lihat berbeda dengan yang ia harapkan.
"Ka-kau.." Ia tidak bisa melanjutkan kata- katanya. Pandangannya mendadak berputar dan semakin lama semakin gelap lalu iapun jatuh pingsan di hadapan Sasuke.
]
Sempurna.
Nilai praktek bocah Uchiha mendapat nilai memuaskan. Ia dengan fokus melemparkan kunai dan shuriken sampai hampir semua mata menatapnya dengan kagum. Naruto memandangnya cemburu. Tentu ia sudah kalah dari segi apapun. Bocah di hadapannya ini sangat keren menunjukkan kepiyawayannya terutama bagi gadis-gadis. Tak terima semua pusat perhatian di curi Sasuke kecil, bocah Jinchuriki berlari ke depan tanpa di minta dan membentuk sebuah jurus.
Poffhh
Muncul gadis dewasa seksi dengan kumis kucing tidak berbusana. Guru Iruka yang mengajar mereka sampai mengeluarkan mimisan dari hidung. Ia menghampiri Naruto dan mengomelinya.
"Naruto berhenti melakukan hal memalukan itu!!" Iruka menjewer kuping sang anak Hokage ke empat dan menyeretnya masuk ke ruang kelas terlebih dahulu.
"Ii-itaaii!" Teriak Naruto di balas tawa renyah teman-temannya.
'
'
Waktu jam istirahat di sempatkan Naruto untuk menggoda Sakura, rekan yang di anggap cantik menurut versinya. Tentu sebelumnya ia harus menyelesaikan hukumannya dengan membersihkan toilet satu akademi. Itu pekerjaan yang melelahkan. Tetapi sekarang tugasnya sudah selesai, jadi ia punya kesempatan untuk tebar pesona hihi.
"Oii Sakura-chan!" Teriak Naruto melambaikan tangan ke gadis musim semi. Sakura yang semula duduk tenang di halaman luar bersama Ino, mendadak melotot bak melihat penampakan horor.
"Lihat! Kau di panggil kekasihmu jidat." Ucap Gadis blonde dengan nada mencibir.
"Sst diam pig! Dia bukan kekasihku. Sasuke-kun adalah kekasihku!" Ia dengan lantang menekankan kata itu agar di dengar semua orang. Ia bersiap-siap pergi tetapi naas Naruto telah sampai duluan.
"Hei, hehe Sakura-chan. aku mencarimu tau." Naruto menggaruk kepala dan menendang tanah dengan salah tingkah.
"Uh untuk apa? Uh bau apa ini?" Gadis berambut panjang mengendus-endus udara di sekitarnya, lalu ia menangkap bau itu berasal dari tubuh Naruto kecil.
"Huekk. Kau bau sekali. Sudahlah jangan mendekatiku lagi! Kau bisa lihat, aku dan Sasuke-kun adalah pasangan serasi. Kau itu sama sekali bukan tipeku. Sebaiknya kau bersihkan dulu dirimu sebelum mendekati gadis cantik sepertiku. Huh menyebalkan sekali. Ayo kita pergi dari sini Ino!" Sakura melenggang di susul Ino di belakang.
Bocah berkumis kucing meratapi diri sebentar lalu kembali tersenyum cerah
"Tidak apa-apa. Lihat saja Sakura-chan, kau pasti akan berakhir bersamaku." Tekadnya didalam hati.
]
Dua hari telah berlalu. Hinata kecil kembali menjalani aktivitasnya di akademi. Sebelumnya ia absen menghadiri kelas di karenakan sakit. Seperti biasa ia menyusuri koridor dengan wajah menunduk. Ia tidak sendiri, sekarang dirinya di temani oleh sepupu kandungnya, Hyuuga Neji. Mereka berdua berjalan beriringan sampai ke depan ruangan kelas Hinata.
"Ak-aku duluan Neji Nii-san." Ucapnya pelan.
"Hm. Hati-hati Hinata-sama." Pesan Neji singkat. Ia pun berlalu dengan cepat. Saat Hinata kecil hendak masuk, Ia mendengar teriakan menggema di koridor.
"Kyaa Sasuke-kun." Para Gadis sebayanya berbondong-bondong mengiringi langkah sang bungsu Uchiha ke kelas. Saat Sasuke memutar bola matanya ia mendapati Hinata kecil tengah fokus ke arah dirinya, mendadak ia menghentikan langkah kaki. Mereka berdua berhadapan dengan jarak dua meter. Sasuke balas memperhatikan si Hyuuga kecil yang tumben sekali menoleh ke arahnya. Ia menaikkan sudut bibir. entah apa yg ada di benak Sasuke kecil saat ini. Tersadar dengan apa yang tengah ia lakukan, Hinata bergegas cepat memasuki kelas lalu sedikit berlari ke bangku. Ia menggigit bibir bawah tatkala mengingat saat Uchiha Sasuke menolongnya dua hari yang lalu.
Di lain sisi, Sasuke tak bergerak sedikitpun. Bocah itu mengeraskan rahang di kala tebakannya salah. Ia menduga Hinata akan menghampiri dirinya membawa bingkisan, yang ia dapat justru Gadis aneh itu malah berlari ketakutan.
Cih! lagi dan lagi ia di abaikan oleh Gadis bodoh itu!
Flashback off
Pertemuan nakama dalam rangka merayakan ulang tahun ke sembilan belas tahun Hyuuga Hinata di adakan di kedai Yakini-Q. Semua nakama berkumpul pada malam hari ditemani musim dingin penghujung tahun. tim tujuh terlihat pertama kali sampai di tempat. Mereka berempat memasuki ruangan dengan tenang. Tak berapa lama menyusul tim asuhan guru Asuma,Kurenai Sensei,dan juga guru Guy. Mereka terlihat menyapa satu sama lain sekedar menanyakan kabar dan kegiatan sehari-hari, sementara Naruto bergerak melilitkan syal merah ke leher si sulung Hyuuga. Semua Suasana hangat dirasakan tercipta dikala sebelas konoha berkumpul dan saling bercengkrama.
"Yoshhh saatnya tiup lilin!" Tak menunggu waktu lama Sang pahlawan shinobi tiba-tiba menutup wajah kekasihnya yang tengah asyik berbincang dengan gadis bercepol dua. Ia menutup mata Hinata memakai kain merah muda dan mengikatnya di belakang kepala sang Gadis. Semua ini adalah ide dari Naruto sendiri. Ia meminta rekan yang lain untuk membantunya dan ya mereka langsung menyetujuinya.
"Jangan coba-coba pakai Byakugan mu Hinata." Naruto berbisik pelan ditelinga, membuat jantung Gadis lugu itu berdegup kencang. Entah apa yang akan kekasihnya itu lakukan. Ia hanya menurut pasrah saja. Dirinya di tarik berdiri lalu suara nyanyian dan cahaya lilin mendekat kearahnya. Para nakama bangkit berdiri melingkar dan bertepuk tangan menyanyikan lagu. Tetapi terdapat satu orang yang tidak terlihat bernyanyi, ia diam bak patung pajangan. Bersuara tidak. Bernyanyi juga tidak. Ia hanya ikut berdiri dan menonton adegan yang sedang di mulai saat ini.
Ketika mereka selesai bernyanyi dan Hinata sudah meniup lilin, suara benda jatuh terdengar dari sudut ruangan. Betapa terkejutnya mereka menatap Sakura tergeletak pingsan saat hendak mengambil piring. Naruto yang semula memegang kue tart berbentuk hati, kini menjatuhkannya dengan sembarangan. Ia terlihat seakan tidak peduli lagi akan acara tersebut membuat si sulung Hyuuga semakin terkesiap. Ia menyadari kekasihnya berlari panik ke tubuh Sakura, lalu menggendong dengan cepat sang kunoichi dan membawanya pergi dari tempat itu. Suasana menjadi hening. Setelah kepergian Naruto, mereka yang tersisa tidak ada satupun yang dapat mengeluarkan suara.
Sudah sejam berlalu dan Naruto tak kunjung tiba. Seperti dugaan mereka ia takan kembali. Mengingat yang pingsan adalah 'cinta pertama' Naruto.
Mereka menatap Hinata sedang berusaha sekuat tenaga agar tak murung di acaranya. Dalam hati, mereka sedang mengasihani gadis malang ini, yang terlihat sekali memaksakan diri tertawa.
Dua jam tidak bahkan hampir tiga jam berlalu dan tetap saja nihil. Pemuda berkumis di pipi takkan datang kembali. Hinata menyerah. Ia menunduk menahan sedih. Semula ia berfikir Naruto tidak mungkin mengabaikannya, itu hanya karena Sakura yang jatuh tak sadarkan diri. Jadi sudah sewajarnya sebagai sahabat dekat membantu bukan? Tetapi entah kenapa jauh di dalam hati ia merasa itu benar.
Kekasih hatinya memang sudah mengabaikan semua hal penting tentang Hinata. Ia tersenyum miris mengetuk- etukan jarinya ke meja. Hubungan yang baru terjalin beberapa bulan harus di rusak dengan kejadian seperti ini.
Tidak!! ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia harus menjaga hubungannya dengan Naruto selamanya.
Lagi pula kejadian itu tidak di sengaja bukan?
Ya, Hinata mencoba berfikir positif.
"Hinata mm maaf, Sepertinya kami harus pamit. Ini sudah larut malam." Kata Ino sedikit tidak enak hati. Ia tau suasana hati gadis Hyuuga saat ini pastilah tidak baik-baik saja. Jadi Ino berucap dengan hati-hati agar tak semakin membuat Hinata murung.
"O-Oh? Y-ya maafkan aku membuat kalian menunggu lama. Sebaiknya kita memang harus pulang." Dengan perasaan campur aduk, satu persatu para nakama pamit meninggalkan Hinata sendirian. Tersisa rekan satu timnya dan rekan satu tim kekasihnya.
"Kau yakin tak mau ku antar pulang?" Kiba menawarkan diri sebelum keluar dari kedai. Ia khawatir dengan teman dekatnya itu. Sedari tadi, ia hanya mengkhayal dan tertunduk lesu. Kiba menghela nafas tak suka melihat Hinata dalam kondisi seperti ini, dengan gelengan pelan ia sudah mendapat penolakan halus. "Kau yakin?" Tanya Kiba memastikan ulang.
"I-iya, Pulang lah Kiba-kun. Aku akan baik-baik saja." Hinata tersenyum sendu di balas usapan lembut ke kepala si gadis bermata pucat.
"Baiklah. Jaga dirimu ya! Semoga semua masalahmu cepat selesai Hinata. Aku pergi dah." Dengan berat hati pemuda Inuzuka meninggalkan ruangan itu. Kini tinggal dirinya dan pemuda berwajah dingin di dalam. Mereka sama sekali tak bertegur sapa. Jangankan itu, melirik sebentar saja sudah membuat Hinata meneguk saliva. Bukan, dia bukan takut, dia hanya merasa teramat canggung. Karena dari dulu hingga sekarang, ia jarang mengobrol dengan seorang Uchiha Sasuke.
"Kau mau menginap di sini?" Sepenggal Pertanyaan konyol terlontar dari mulut Sasuke. Itu berhasil membuat Hinata melirik sekilas ke arahnya. "Te-tentu saja tidak. Bagaimana dengan kau sendiri?" Hinata balik melempar pertanyaan yang di balas wajah datar sang mantan nuke-in itu.
"Tidak, Aku akan pergi." Balasnya cuek.
"Ba-baiklah. Terima kasih sudah mau datang Uchiha-san." Ia menyunggingkan senyum kikuk. Melirik lagi Sasuke yang masih diam mengamatinya.
"Hn." Dua huruf sudah bisa membuat Hinata mengerti. Ya, dia dan Sasuke takkan pernah cocok menjadi teman. Karena Hinata tidak pintar berbasa-basi dan Sasuke yang tak mau berbasa-basi.
Hufft
"Aku duluan." Pamit pemuda Uchiha. Ia berlalu dan menghilang dengan secepat kilat.
--
Hinata mengancing penuh baju hangatnya. Sesekali ia mengusap telapak tangan untuk mendapatkan hawa hangat. Jalanan konoha di malam hari sangat sepi. Biasanya ia akan di susul oleh adiknya Hanabi ketika pulang larut malam, tapi sepertinya kali ini tidak. Adiknya mungkin tak mau mengganggu moment spesial sang kakak. Yah moment yang di harapkannya tadi kini sudah sirna. Apa yang akan ia ceritakan kepada adiknya jika Hanabi bertanya? Entahlah, ia menendang pelan tumpukan salju yang menghiasi tepian jalan.
Dimanakah Naruto sekarang? Apakah dia dan Sakura?...
Hinata menggelengkan kepala secepat mungkin. Pikiran buruk hampir merasuki alam bawah sadarnya. Ia tak mau itu mengambil alih kewarasan kerja otaknya. Ini hanya sekali. Ya! Hanya sekali Naruto mengabaikannya. Tidak akan ada yang kedua kali. Terus-menerus ia ucapkan di dalam hati sampai ia tak sadar seseorang sedang mengekorinya di belakang.
Gadis lavender tak langsung pulang. Ia mampir ke taman konoha dan mendudukan diri di sebuah ayunan tua. Dengan di temani udara yang semakin dingin ia melepaskan lilitan syal di leher yang di berikan Naruto saat di kedai tadi. Ia memandang lekat benda berwarna merah itu. Syal yang berhasil membuat dirinya dan pemuda jinchuriki bersatu. Ia terenyuh dikala mengingat saat Naruto menciumnya di bulan. Pemuda yang sangat romantis. Sesaat ia tersenyum lalu berikutnya senyum itu memudar ketika ia sadar di hari ulang tahunnya ia sendirian di dalam gelap.
Tes
Tes
Air mata jatuh perlahan-lahan membasahi syal yang di pegangnya. Ia meremas kuat kain tersebut dengan bahu bergetar. Sebenarnya ia tak ingin menangis, hanya saja matanya menolak untuk mendengarkan pikirannya. Lagi pula tak ada salahnya dengan menangis. Itu akan membuat dirinya sedikit lega bukan? Jadi biarkan sekali saja ia menangis di tempat sunyi ini. Meluapkan semua emosi yang di rasa dan tak bisa di ucapkan.
"Naruto-kun." Lirihnya pelan, memejamkan mata tetap menangis.
'
'
"Kau tidak pulang?" Terdengar suara berat dari arah depan mengganggu tangisannya. Ia mendongak mencari siapakah gerangan. Di sana berdiri pemuda Uchiha dengan cahaya lampu sedikit menyinari wajahnya. Lelaki itu menghampiri gadis Hyuuga yang masih bergeming di tempat.
Terakhir kutatap mata indah mu dibawah bintang-bintang
Udara dingin membuat kedua pemuda pemudi ini membisu. Mereka tidak hobi mengeluarkan suara tetapi dari bahasa tubuh bisa tersirat banyak kata yang ingin di ucapkan.
Sasuke menyorot dalam bola amethyst itu. Mata onyxnya mengamati lekat-lekat Hinata yang habis menangis. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Hinata mengerutkan dahi saat sekilas menangkap moment Sasuke tersenyum.
'Apakah pemuda ini sedang mengejek dirinya barusan?'
"Ke-kenapa?" Ia menunggu si bungsu Uchiha menjawab.
"tidak ada." Sasuke kembali mendatarkan wajahnya. Hening menyelimuti beberapa saat.
"Kau salah memakai sepatu mu Hyuuga." Ia menunjuk ke bawah kaki Hinata. Ya benar saja, Hinata dengan ceroboh memakai sepatu dengan kiri menjadi kanan dan kanan menjadi kiri.
"Aah!" Dengan menahan malu ia membuka cepat-cepat sepatunya dan membetulkan posisinya. Sasuke mati- matian menahan diri agar tidak tertawa. Sungguh gadis ini adalah gadis yang paling bodoh yang pernah ia temui.
Terbelah Hatiku antara Cinta dan Rahasia
Tetapi dengan kebodohan dan kepolosan yang ia miliki, berhasil membuat seorang Uchiha Sasuke bertekuk lutut di hadapannya sekarang. Lelaki itu mendekat mensejajarkan diri dengan sang gadis. Dengan lembut ia mengusap pipi Hinata yang basah oleh air mata. Hinata hanya terdiam mendapati sentuhan lembut dari tangan Uchiha terakhir itu. Sasuke bisa memandang lebih jelas wajah lugu sang gadis, jarinya mulai bergerak membelai pipi Hinata dan turun ke bawah menyentuh pelan permukaan bibir sulung Hyuuga yang terasa halus. Hinata tak sanggup akan semua sentuhan yang terasa tiba-tiba. Ia meraih pergelangan tangan Sasuke untuk menghentikan gerakannya. Mereka berdua saling menatap dalam jarak yang sangat dekat.
"Ja-jangan lakukan itu." Kata Hinata gugup.
"Kenapa?"
Gadis Hyuuga diam. Bukankah seharusnya Sasuke sudah tau alasannya. Bahwa tidak baik menyentuh berlebihan gadis yang telah menjadi pacar sahabat dekatnya.
Ku Cinta Pada mu Namun Kau Milik Sahabatku
Hembusan nafas Hinata menerpa wajah tampan Sasuke. Ia mendengar jelas deru nafas yang memburu. Sasuke pun sama, ia hampir terlena akan gejolak yg sudah ia simpan rapat-rapat. Jika saja Gadis ini bukan kekasih Naruto, ia akan dengan senang hati merebutnya tanpa belas kasihan. Tetapi kenyataan memang pahit, ia harus mengalah dan kalah sebelum berperang. Karena Hinata akan terus menatap penuh kekaguman ke sahabat sekaligus rekan setimnya itu. Sasuke menahan diri, ia tak ingin melakukan hal yang melewati batas. Dengan perlahan ia menjauhkan wajahnya dari Hinata. Ia duduk di ayunan kosong tepat di samping ayunan Hinata berada.
"Sampai kapan kau akan disini?" Tanya bungsu Uchiha.
"Ak-aku tidak tau. Bagaimana dengan kau sendiri?" Tanya balik Hinata. Sesekali ia mengayunkan diri untuk membuat tubuhnya bergerak maju dan mundur.
"Aku... akan menunggumu sampai kau pulang." Hinata menghentikan ayunannya. Ia tak salah dengar kan? Ia menoleh ke arah Sasuke yang sudah menatapnya dengan tatapan sulit terbaca.
Dilema Hatiku, Andai Ku Bisa Berkata Sejujurnya
"Ka-kau bisa kedinginan." Sahut sang gadis. Hinata merasa Sasuke sedang menyiratkan sesuatu untuk dirinya.
"Tak masalah, jika hanya itu. Pikirkanlah dirimu sendiri." Terdengar aneh tapi terasa menyenangkan. Apakah artinya jika Uchiha Sasuke tengah mengkhawatirkan dirinya? Tidak mungkin pikir Hinata. "Aku baik-baik saja. Aku tak akan sakit hanya karena salju ini." Ia menangkap tetesan salju dengan melebarkan telapak tangannya. Dingin tetapi menenangkan, ia terpesona saat melihat butiran kecil berwarna putih pelan-pelan turun dari langit malam. Indah sekali. Saat ia akan menyentuh salju lainnya, hidungnya mendadak terasa gatal dan perih lalu..
"Hachuu.." Suara bersin Hinata menggema di taman itu.
Ia mengusap hidungnya dengan jari telunjuk. Sudah selarut ini tapi mengapa ia bersikeras tak mau pulang? Ingatannya kembali terisi oleh sosok Naruto. Di relung hati paling dalam rasa perih menggerogotinya, ia sedikit frustasi tak mendapati sang pujaan hati menemani dirinya di hari yang spesial ini.
"Ck. Selalu saja bertindak bodoh. Kau..." Kalimat ejekan menggantung, terucap dari mulut Sasuke.
Jangan Kau Pilih Dia, Pilihlah Aku Yang Mampu Mecintamu Lebih Dari Dia
Entah angin apa yang membuat Sasuke berkata begitu. Hinata menunggu lama Sasuke melanjutkan kata-katanya. Tetapi ia tak kunjung mengeluarkan suara.
"Ak-aku apa?" Lanjut Hinata penasaran. Ia mengedipkan-edipkan mata menanti jawaban Sasuke, ia memasang wajah lebih serius dari biasanya. Itu membuat Sasuke terkekeh geli. Sungguh wajahnya itu sangat-sangat..!
"Kau bodoh. Tempatmu bukan di sini, Ayo pulang!" Ajak Sasuke yang telah berdiri di hadapan Hinata dengan tangan terulur ke arahnya. Gadis itu ragu apakah akan menyambut senang niat baik Sasuke atau membiarkan saja Sasuke pergi dan meninggalkan dirinya sendirian.
"Kau menolak?" Hinata masih berkutat dengan pikirannya. Jika Naruto yang melakukan hal tersebut tentu ia dengan gembira menyambutnya, tetapi kenyataannya ia sedang bersama sahabat kekasihnya. Setelah beberapa saat berperang batin sampai akhirnya...
"Uhm." Ia memutuskan mengiyakan tawaran Sasuke. Dengan pelan ia meraih telapak tangan itu agar membantunya untuk berdiri.
Rasa seperti tergelitik di rasakan tubuh Sasuke. Ia bagai tersengat listrik kala menggenggam erat tangan Hinata di sepanjang jalan. Ia tau gadis Hyuuga terlihat tidak nyaman akan hal itu, tapi untuk kali ini, Sasuke memilih menutup mata. Biarkan ia bersikap egois untuk kali ini saja.
Bukan Ku Ingin Merebutmu Dari Sahabatku
Baju tebal yang Hinata pakai tak cukup membuat tubuhnya hangat, karena udara di malam hari semakin larut semakin dingin. Ia terus menggembungkan pipi dan menghembuskan nafas panjang. Tingkahnya itu membuat Sasuke menghentikan langkah kakinya. Hinata hendak bertanya tetapi keduluan Sasuke yang telah membuka Jubah hitamnya dan mengenakannya menutupi seluruh tubuh gadis Hyuuga. Setelah selesai ia merapikan sedikit helaian poni Hinata yang berantakan lalu mengusap puncak kepalanya pelan.
"Agar kau tidak kedinginan." Sasuke kembali meraih tangan Hinata yang kebingungan dan membawanya pergi menuju kesinggasana gadis itu berada.
Namun Kau tau Cinta Tak Bisa, Tak Bisa Kau Salahkan
Semua pertanyaan kini hinggap di pikiran Hinata. Bagaimana tidak? Tindakan Sasuke kepada dirinya sungguh tidak terduga. Dari awal ia berbicara dengan pemuda uchiha ini, hingga ia menemani Hinata pulang, Sungguh membuat Hinata bertanya-tanya. Apakah maksud gerangan tuan Uchiha ini? Apakah ia sedang mabuk, sehingga tak berniat melepaskan tangannya dari tangan Hinata? Ia terlihat seperti pemuda yang di mabuk cinta kepada kekasihnya.
Tunggu dulu, Cinta? Hinata sedikit mendongak ke atas kala melirik wajah sasuke yang lebih tinggi dua puluh centimeter darinya. Lelaki itu memandang lurus kejalanan dengan wajah tanpa ekspresi. Ia menyanggah pelan.
Tidak mungkin Sasuke jatuh Cinta kepadanya kan?
Hah itu lucu sekali Hinata.
kau jangan cepat geer dan menyimpulkan bahwa yang kau lihat adalah benar Cinta seorang Uchiha Sasuke...
TBC
Halo..
Salam kenal.
Saya masih newbie as a writer
Jadi maafkan saya kalau banyak kurangnya .
Maaf juga kalau sedikit Ooc
Di cerita ini aku ambil penggalan lirik lagu Yura "Cinta Rahasia"...
Menerima kritik dan saran yang bermanfaat. Tidak menerima hate comment, kalau tidak suka ship ini bisa out!
Jangan lupa votenya ya! Sankyuu
