Tittle : That Girl From The Party

Genre : Humor, Romance

Rating : M

Words : 2k+


"Harry, please," Ron makin mempercepat langkahnya menyusul Harry yang masih belum mau mendengarkannya. "Hanya kali ini saja,"

"No, Ronald," balas Harry tanpa menoleh pada sahabatnya itu, "untuk apa juga aku mau melakukan hal konyol itu?"

"Harry," Ron benar-benar merengek seperti anak kecil. Ia terus menggoyangkakan lengan Harry meminta sahabat berkacamatanya itu mengabulkan permintaannya.

Namun tetap saja hasilnya nihil. Ron menghela napasnya dan memasang pose berpikir hingga mendapat sebuah ide. "Baiklah Harry, bagaimana jika kita tanding catur. Jika aku menang, kau harus setuju denganku,"

Harry yang sedang bermain dengan ponselnya memutar mata malas. "Pintar sekali Ron,"

"Kalau begitu," Ron masih belum putus asa, "aku hanya mendapat waktu untuk berpikir setengah menit, dan kau bisa berpikir selama mungkin. Asal jangan seharian saja. Dan jika kau menang, aku akan mentraktirmu selama seminggu," ucap Ron dengan tawaran lebih besar.

Harry cukup tertarik awalnya, namun ia kembali tidak peduli. Ron mengacak rambut merahnya frustrasi. "Baiklah, jika kau menang aku akan jadi babu untukmu selama dua bulan!" kata Ron final yang akhirnya membuat Harry menoleh padanya.

"Baiklah, ambil caturmu,"

.

Ron menguap lebar dan kemudian memandang sekitarnya dengan bosan. Sekarang ia tau perasaan para cowok ketika menemani pacar mereka ke salon. Ia bahkan hampir tertidur jika saja tidak ada seseorang yang menghampirinya.

Seorang gadis berambut hitam sepunggung dengan bando merah menghias kepalanya itu menepuk pundak Ron membuat pemuda itu menoleh. Gadis yang manis, pikir Ron, tapi ia terlalu malas untuk sekedar mengakui itu sekarang. "Maaf nona, tapi aku sedang menunggu seseorang," ucap Ron ramah pada gadis dengan dress sewarna salju di depannya itu.

Gadis itu menghela napas dan kemudian kembali menepuk pundak Ron yang sepertinya hampir tertidur. Ron yang merasa terganggu mendecak sebal. "Nona, aku tau jika aku ini tampan, tapi aku sedang menunggu seseorang,"

"Mana kacamataku?"

Ron mendadak speechless mendengar suara yang begitu familiar dari gadis berbando merah itu. Ia menatap lama pada wajah gadis yang terpoles mulus itu dan kemudian berseru. "Harry?"

Ron langsung berdiri dan menatap gad– pemuda di depannya tidak percaya. Ia tidak tau harus terkagum atau tertawa sekarang. Dan ia harus menahan tawanya yang hampir pecah saat melihat tatapan tajam Harry padanya. "Oh mate, tersenyum lah. You're cute," kata Ron benar-benar berusaha untuk tidak tertawa.

Harry hanya mendecak sebal. "Mana kacamataku?"

"Sebaiknya kau tidak pakai kacamatamu, kau mudah dikenal dengan kacamata kunomu itu," balas Ron yang hampir di beri protes oleh Harry sebelum ia bicara lagi, "mending kau pakai ini saja," usul Ron sambil mengambil tasnya. Ia kemudian mengeluarkan sebuah kacamata dengan full-frame sewarna peach. Ron segera memberikannya pada Harry.

Harry menerimanya dan memakai kacamata itu. Sedikit bingung saat ternyata kacamata itu pas sekali dengannya. "Kacamata ini kebetulan sesuai dengan mataku atau kau memang ingin memberikannya padaku?" tanya Harry sambil melihat penampilannya di cermin. Harry rasa tidak salah jika ia jatuh cinta pada dirinya sendiri sekarang.

"Bukan aku, tapi Mum. Dia ingin memberikannya padamu sebagai hadiah tahun baru. Tapi ia rasa itu terlalu girly," jelas Ron yang diangguki tanda mengerti oleh Harry. "Baiklah, Miss Potter, ayo kita pergi,"

.

"Astaga Harry, berjalanlah lebih elegan," ucap Ron terdengar memerintah dan langsung memilih diam saat Harry menatapnya tajam.

"Kau pikir mudah berjalan dengan high-heels seperti ini?" balasnya sambil berkali-kali mengutuk sepatu berwarna putih itu di dalam hati.

"Mau bagaimana lagi, Ginny hanya punya heels. Lagipula itu membantumu tinggi. Aku tidak bilang kau pendek lho," ucap Ron segera saat Harry kembali menatapnya tajam. "lagipula siapa suruh kau kalah dariku," ucap Ron membanggakan dirinya saat mengingat Harry yang hampir frustrasi saat ia kalah catur tadi.

"Siapa juga yang suruh kau mengajakku? Kau bisa mengajak gadis lain, kenapa harus aku? Ini hanya pesta sekolah Ronald, kau tidak perlu membawa gandengan," ucap Harry benar-benar kesal.

"Aku belum bilang alasannya ya?" kata Ron innocent. "Pertama, tidak ada gadis yang mau berpura-pura jadi pacarku, jadi harapanku hanya pada sahabat terbaikku. Dan selanjutnya, kenapa aku harus membawa gandengan? Tentu saja agar Hermione cemburu! Dia tidak peduli padaku akhir-akhir ini, namun ia malah menghabiskan waktunya berjam-jam di perpustakaan,"

Harry mendengus. "Siapa kau berhak cemburu, pacar saja bukan. Lagipula, tentu saja Hermione sibuk sekarang, kita harus menghadapi ujian masuk universitas nanti," jelas Harry yang sepertinya sudah mulai terbiasa berjalan dengan heels sekarang. "dan akan jadi bencana jika ada seseorang yang mengenaliku nanti."

"Tenang saja Harry, aku pastikan hal itu tidak akan terjadi," ucap Ron pasti, "selama kau tidak berkeliaran dan tetap bersamaku, aku jamin hal itu,"

Terkutuklah Ronald Weasley dengan setiap helai rambut merahnya. Harry tidak tau sudah berapa kali ia memaki Ron yang kini malah tidak mau berhenti mengikuti Hermione dan meninggalkannya sendirian di tengah pesta.

Harry melangkahkan kakinya cepat diantara kerumunan orang dengan menunduk takut jika ada yang mengenalinya. 'Persiapkan saja pemakamanmu segera, Ron!'

Harry sangat terburu-buru sekarang, tapi ia juga harus menghapus make-up yang terpoles ringan di wajahnya ini sebelum pulang. Namun kekesalan Harry makin membuncah saat tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari toilet.

"Ah, maaf," ucapnya pelan dan segera menoleh pada orang yang baru saja ditabraknya. Ia langsung membulatkan mata saat menyadari jika ia tidak sengaja menabrak seorang Draco Malfoy. Orang yang paling tidak ingin Harry temui. 'Shit! Kalau dia sampai tau jika aku Harry Potter, tamat sudah ketenanganku di tahun terakhir SMA! '

"Hati-hati nona," balas Draco padanya, "dan, apakah kau ingin ke toilet?" Harry mengangguk kecil. "kalau begitu sebaiknya kau putar arah nona, ini toilet laki-laki,"

Harry mengangkat kepalanya untuk membaca papan di depan pintu. Astaga, ia lupa jika ia sedang menyamar menjadi seorang gadis sehingga tanpa pikir panjang berjalan ke toilet pria. Tapi jika ia masuk ke toilet perempuan, mau dibawa kemana namanya jika curi-curi kesempatan masuk toilet perempuan.

"S-sorry, aku tidak memperhatikan," ucapnya begitu pelan dan gugup. Ia mengangkat kepalanya sedikit menoleh pada Draco yang masih berdiri di depannya. Ia sedikit bingung mendapati wajah angkuh Draco yang tidak seperti biasanya.

Sedang Draco sekarang sedang berusaha menahan gemas melihat gadis –menurutnya– di depannya ini. Mendadak jadi kikuk saat ingin meminta maaf, namun sorot matanya juga terlihat begitu berani. Mengingatkannya pada seseorang. "Em, kau tidak jadi ke toilet?"

Harry sedikit tertegun saat mendapati Draco bicara dengan lembut padanya. Bukan hanya itu, bahkan sekarang wajah Draco mendadak memerah. Harry diam-diam menyeringai saat ia baru saja mendapatkan ide yang begitu brilliant. 'Hm, setidaknya aku ingin orang-orang tau jika Draco Malfoy bisa membuat raut wajah konyol itu di depan seorang gadis,'

"Hm, sepertinya aku tidak jadi ke toilet," ucap Harry sambil membuat suaranya se-feminim mungkin. Dan entah kenapa itu berhasil membuatnya makin terlihat imut.

"E-eh?" Draco kebingungan saat tiba-tiba jemari mungil Harry memainkan rambut platinanya membuat jarak mereka hampir menghilang.

Harry tertawa puas dalam hati melihat reaksi Draco. "Hey, bukankah pesta ini membosankan menurutmu?" tanya Harry masih terus memainkan helaian rambut platina Draco.

"E-um, y-ya," jawab Draco yang mendadak gugup.

Harry makin tertawa puas dalam hati melihat Draco yang dengan wajah memerah seperti ini. 'Tunggu sampai dia melihat sendiri wajah bodohnya,'

"Kalau begitu," akhirnya Harry melepaskan tangannya dan kini malah beralih menggenggam tangan Draco. "mau menemaniku? Agar tidak bosan,"

'Shit!' Draco menelan ludah menatap pada mata emerald yang kini tampak memelas padanya itu. 'tahan dirimu Draco!' teriak Draco pada dirinya sendiri. Namun sepertinya dia memang keras kepala dan tidak bisa mendengarkan isi kepalanya sendiri.

"Baiklah," ucap Draco dan kemudian membalas menggenggam tangan Harry dan membawanya ke sebuah kelas yang sepi. Sedang Harry sudah mempersiapkan ponsel di sakunya tidak sabar mendapatkan wajah konyol rivalnya yang masih memerah.

Draco mengangkat tubuh Harry dan mendudukkannya dia atas meja. Baru saja Harry ingin bicara, tiba-tiba Draco mencium bibirnya membuatnya terkejut. Ia tau jika Draco pasti akan menciumnya, tapi ini terlalu tiba-tiba!

Melupakan ponselnya yang tadi ingin ia ambil, Harry mengalungkan lengannya di pundak Draco meminta pemuda itu memperdalam ciuman mereka. Pemuda Malfoy itu tidak mungkin menolak. Ia segera memasukkan lidahnya saat Harry membuka mulutnya dengan suka rela. Harry tidak henti-hentinya mendesah saat Draco makin memperdalam ciuman mereka dengan terus memanjakan lidah Harry dengan lidahnya.

Ciuman panas mereka berakhir saat Harry mendorong perlahan pundak Draco. Wajah keduanya memerah, dan napas mereka sama tidak teraturnya. Harry menampilkan seringainya melihat wajah Draco yang terlihat begitu tersipu.

Draco agak bingung saat tangan Harry mengelus wajahnya perlahan. Wajahnya jadi makin memerah saat mendapati Harry yang menatapnya dengan tatapan begitu menggoda. Seolah ia benar-benar membutuhkan Draco malam ini.

"Dray~" Harry menggigit bibir bawahnya seolah meminta Draco untuk menciumnya lagi. Draco menampilkan seringainya melihat begitu menggodanya mangsa di depannya.

Draco ingin kembali mencium bibir peach yang terlihat bengkak itu. Namun ia tersentak kaget saat tiba-tiba mendengar suara click yang begitu dekat dengan wajahnya. Ia menatap bingung pada ponsel yang sekarang berada di tangan gadis –menurutnya– berbando itu. Apakah tadi gadis itu mengambil fotonya?

"Untuk apa yang barusan itu?" tanya Draco bingung. Namun ia lebih bingung lagi saat mendapati orang di depannya ini malah tertawa kencang. Draco mengernyit saat merasa familiar dengan tawa ini. "Ada apa ini?"

Harry yang masih tertawa kemudian turun dari meja. Ia segera berjalan menuju ke depan cermin yang berada di samping papan tulis. "Ah, ini menyebalkan," ucapnya tanpa menahan suaranya.

Draco membulatkan matanya mendengar suara itu. Ia lebih terkejut lagi saat Harry dengan tisu di tangannya kemudian menghapus make up di wajahnya sehingga sekarang ia terlihat menggunakan make up ringan. "What?" Draco mematung di tempatnya saat Harry tiba-tiba membuka wignya dan malah tersenyum penuh kemenangan ke arahnya.

"Sepertinya Tuan Muda Malfoy sedang jatuh cinta pada seorang gadis yang ia temui di pesta sekolah," ucap Harry dengan seringai menghiasi wajahnya.

"A-apa yang..." Draco masih belum mengerti sepenuhnya dengan apa yang terjadi, "gadis itu adalah kau? Hell! Untuk apa kau melakukan hal itu?" tanya Draco masih belum percaya.

"Ron memintaku untuk menemaninya ke pesta agar Hermione cemburu, tapi dia malah meninggalkanku di tengah kerumunan orang," jawab Harry malas sambil membuka high hells yang begitu tidak nyaman baginya itu. "aku cukup kesal sih, tapi aku langsung menemukan hiburan saat melihatmu yang sepertinya tertarik padaku yang berdandan seperti perempuan,"

"Meaning?"

Harry makin menyeringai lebar. Ia mengambil kembali ponselnya dan menunjukkan sebuah foto tepat di depan wajah Draco. Malfoy muda itu langsung tersedak angin mendapati foto dengan wajahnya yang begitu memerah dan terlihat begitu lapar.

"Kau!" Draco ingin mengambil ponsel Harry, namun pemuda bermanik emerald itu dengan cepat mengelak.

"Luar biasa bukan? Apa ya, kata orang-orang saat tau bahwa Draco Malfoy ternyata juga bisa menjadi lemah hanya karena seorang gadis?" ucap Harry ringan langsung membuat Draco kesal bukan main. "Mau bantu aku bikin captionnya tidak?" Harry sekali lagi menunjukkan foto itu pada Draco.

Wajah Draco kembali memerah, tapi ini jelas karena marah. Draco akui ia yang terlalu bodoh karena lengah. Padahal biasanya jika ia ingin bercinta dengan seseorang, tidak peduli ia suka atau tidak, ia tidak akan terlihat memerah seperti itu. Namun kenapa sekarang ia malah seperti orang kasmaran yang memerah hanya karena mencium seorang gadis yang sebenarnya adalah pria? Ini sangat bukan Malfoy-ish sekali.

Draco menarik napasnya dalam mencoba tetap tenang. Kalau ia sampai terbawa emosi, yang ada Harry hanya makin menggodanya. "Potter, sebaiknya kau hapus foto itu sekarang!" perintah Draco penuh penekanan.

"Nanti dong, biar aku post dulu. Aku mau cari caption yang pas," balas Harry tanpa menoleh.

"Potter!" Harry masih belum mau menoleh membuat Draco menatap jengkel pada pemuda berambut hitam itu. Draco dengan cepat menggerakkan tangannya untuk mengambil handphone Harry, namun lagi-lagi tangannya kalah cepat. "Bloody hell! Hapus saja foto itu!"

"Tidak mau~" Harry mencibir ke arah Draco yang benar-benar sudah kesal sekarang.

"Potter, cepat hapus, atau aku yang paksa kau untuk menghapusnya," perintah Draco lagi sambil mendekati Harry.

"Hm, kalau begitu paksa aku," balas Harry ringan. Ia masih menampilkan seringai kemenangannya saat Draco sudah berada tepat di depannya. Ia tidak terkejut saat Draco kemudian mencium bibirnya dengan lebih ganas dari sebelumnya.

Draco mengangkat tubuh Harry dan duduk di kursi terdekat, dengan Harry berada di atas pangkuannya. Draco terkekeh saat Harry menahan kepalanya memperdalam ciuman, dan Draco pun juga membalas memeluk pinggang Harry erat. Sepertinya ciuman panas mereka ini sudah menjadi kompetisi. Keduanya melepaskan ciuman mereka dan saling pandang dengan seringai yang sama-sama terpatri di wajah mereka.

"Wah wah, Potter, kau sama sekali tidak bisa mendominasi ya?" ucap Draco dengan tatapan meremehkan khas Malfoy.

Harry mendadak kesal dengan perkataan Draco yang sayangnya benar. Harry memutar matanya malas dan kemudian buka suara. "Oh Malfoy, jangan sombong hanya karena kau sering tidur dengan para jalang itu,"

Draco mendengus. "Jangan katakan kau cemburu, Potter,"

"Aku cemburu? Snow fall in August," balas Harry dan kemudian kembali menyeringai.

Draco terkekeh pelan dan kembali mendekatkan wajahnya pada Harry mencium bibir peach itu. Kompetisi ini belum berakhir, ingat. Draco makin tersenyum puas di sela ciuman mereka saat Harry makin mendekatkan dirinya seolah terbuai dengan ciuman Draco. Ketahuilah jika Draco itu seorang good kisser.

Ciuman mereka kembali berakhir, namun sekarang Harry yang memaksa Draco melepaskan ciumannya. Draco menyeringai, "kau sudah menyerah?"

Harry tidak merasa kalah mendengar nada menyebalkan dari Draco padanya. Ia malah menampilkan senyum yang lebih lebar dari Draco. "Tidak kok, tapi bukankah kau kalah, Malfoy?" Draco mengernyit bingung. "aku hanya bergerak sedikit tapi kau sudah tegang," kata Harry dengan tenang.

Draco menaikkan alis. Ya, dia memang sudah hard saat Harry menggerakkan pinggangnya tadi. Draco sedikit mengeram. "Kalau begitu kau harus bantu aku menurunkannya," kata Draco kembali menciumi Harry.

Harry tertawa puas di dalam hati. Ia terus memaju-mundurkan tubuhnya menggesek benda yang sudah menegang di bawahnya. Ia tersentak saat tiba-tiba merasakan tangan Draco memasuki dress putihnya dan perlahan menyentuh barang pribadinya. Harry menahan dirinya agar tidak mengeluarkan desaha-desahan memalukan saat Draco masih belum mau melepaskan tangannya. Tapi sepertinya ia tidak bisa mengikuti kehendaknya, erangannya keluar begitu saja saat Draco tiba-tiba menggigit perpotongan lehernya hingga meninggalkan bekas. Draco tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Harry yang sudah memerah.

"So erotic," ucap Draco sensual membuat Harry makin memerah. Draco kemudian segera membawa Harry ke ciuman panas mereka lagi. Tangannya masih sibuk memanjakan Harry junior yang kini juga sudah berdiri seperti miliknya.

"Malfoy..nghh.." lenguh Harry sambil menggigit bibir bawahnya saat Draco masih belum mau menghentikan tangannya.

Draco yang sepertinya juga sudah tersihir dengan desahan-desahan Harry perlahan membuka celananya. Dan tentu Harry terkejut bukan main saat benda itu memasuki lubangnya. Bahkan mereka belum pemanasan sebelumnya. Harry yakin jika lubangnya akan lecet saat Draco bergerak begitu cepat di dalamnya.

"Oh, Dray.." Harry benar-benar sudah melupakan dengan siapa dia melakukan hal tabu ini. Dan Draco juga sama, untuk sesaat dia lupa dengan foto memalukan yang ingin sekali ia hapus itu.

Siapa yang menghitung berapa lama mereka sibuk dengan dunia mereka berdua? Bahkan keduanya pun tidak tau berapa lama mereka bercinta malam ini. Draco menyeringai saat sudah mendapatkan orgasme yang ketiga malam ini. Ia menatap pada Harry yang terlihat masih memerah.

"Menyerah Potter?" tanya Draco seduktif di telinga Harry. "aku akan melepaskanmu kalau kau hapus foto itu,"

Harry malah balas mendengus. "Ah, sepertinya aku baru saja menemukan kelamahanmu, Malfoy. Jadi lebih menguntungkan bagiku untuk tidak menghapusnya,"

Draco menghela napas fruatrasi. Belum pernah dia sepusing ini hanya karena berurusan dengan seorang Harry Potter. "Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan saja," kata Draco ingin kembali mencium Harry, namun tiba-tiba saja pemuda berkacamata itu malah mendorong pundak Draco dan berdiri. Draco menatapnya bingung.

"Maaf Malfoy, kalau mau bersenang-senang malam ini, cari saja wanita lain, aku mau kembali ke asrama. Mumpung semua murid sedang sibuk di pesta," kata Harry sambil memasang kembali wig hitamnya.

"Kau tetap kembali sebagai seorang gadis?" tanya Draco bingung.

Harry mengangguk kecil sambil memasang high hellsnya. "Kau pikir aku bodoh ya. Apa kata orang nanti melihat seorang laki-laki dengan dress ini? Lebih baik jika mereka menganggap aku seorang gadis yang sedang mengunjungi pacarnya di asrama,"

Draco hanya diam tidak membalas. Sepertinya masih memikirkan nasib foto memalukannya yang masih belum di hapus oleh Harry. Ia perlahan menyeringai saat mendapatkan sebuah ide brilian. "Hey, Potter,"

"Hm?" Harry yang baru saja selesai memasang hells menoleh saat Draco memanggilnya. Baru saja ingin balik bertanya, flash dari handphone Draco mengejutkannya.

Harry diam sesaat, memproses apa yang baru saja terjadi. Ia mendadak kesal melihat seringai terlukis lebar di wajah Draco.

"Malfoy, hapus," ucap Harry penuh penekanan saat menyadari jika barusan Draco memotretnya.

"Aku rasa adil jika kau juga menghapus foto yang ada di ponselmu itu, Potter," balas Draco menampilkan seringai khasnya.

Harry diam-diam mengutuk kebodohannya karena lengah. "Malfoy, hapus sekarang juga! Aku janji tidak akan menyebarkan fotomu pada orang lain,"

"Aku juga tidak akan menyebarkan fotomu kok," balas Draco santai sambil merapikan pakaiannya yang terlihat kusut.

Harry segera berdiri ingin mengambil handphone Draco, namun pemuda Malfoy itu lebih cepat dan berlari ke pintu. Draco menyeringai penuh kemenangan pada Harry. "Maaf Potter, tapi aku ingin mencari seorang gadis untuk menemaniku malam ini, bye!" dan setelahnya Draco langsung menghilang di balik pintu.

"Malfoy!" Harry segera mengejar Draco, namun saat pemuda itu sudah sampai di luar kelas, ia hanya bisa melihat punggung Draco yang perlahan menjauh. Harry berkali-kali mengumpat dalam hati. Kalau bukan karena sepasang sepatu berhak tinggi dan dress sependek lutut ini, Harry mungkin sudah mengejar Draco.

Harry sempat terpikir menyalahkan dirinya sendiri, mendapat karma karena mengambil foto aib seseorang. Namun secepatnya ia kembali mengutuk Draco. Bagaimana pun juga yang paling salah di sini adalah Draco Malfoy.

Ah, tidak, Harry kembali teringat sesuatu. Alasan kenapa ia memakai gaun ini, awal dari semua kesialan beruntunnya hari ini.

"Sialan kau Ronald Weasley! Tunggu saja hingga pemakamanmu siap besok!"

Meanwhile, Ron tiba-tiba merinding di tengah pesta. Yah, berdoa saja agar kau umur panjang, Ron.


That Girl From The Party Completed

A/N

Demi apa aku malah update yang baginian pas bulan puasa!?

Mo gimana lagi,,, kelamaan di draft ntar malah terlupakan lagi...

Dilupakan itu sakitT_T /*plak

Btw, Thanks untuk yang selalu nungguin cerita ini! Nggak nyangka jika bisa banyak yang baca^ω^ ^ω^

Thank you guys!

See ya!