Tittle : The Prince's Dance
Genre : Slice of life, romance
Rating : K+
Words : 1k+
Harry menghela napas sambil berjalan di koridor Hogwarts yang begitu dingin malam ini. Ia hanya ingin menarik diri dari pesta dansa yang membosankan menurutnya itu. Ia benar-benar sedang tidak dalam mood sekarang. Salahkan seseorang yang dengan seenaknya memasukkan namanya ke Goblet of Fire.
Harry berhenti di sebuah lorong yang kosong dan menyenderkan tubuhnya sambil menatap bulan yang bersinar begitu terang malam ini. Ia hanya ingin menenangkan diri, tidak lebih. Namun sepertinya, kesialannya memang begitu luar bisa tahun ini. Sangat luar biasa.
Harry memutar mata malas saat tidak sengaja mendapati Draco Malfoy berjalan ke arahnya dengan seringai khasnya. Dan mencoba tidak peduli saat Draco sudah berada di depannya.
"Apa maumu? Malfoy," tanya Harry akhirnya karena risih dengan Draco yang diam saja di tempatnya.
"Melarikan diri dari pesta, Potter?" balas Draco malah balik bertanya dengan seringai masih belum luntur dari wajahnya.
"Not your business," jawab Harry ingin segera mengangkat kakinya beranjak dari sana. Tentu saja sebelum Draco menahan tangannya membuatnya terpaksa kembali berhadapan pada sang Malfoy. Harry menghela napas lelah, "apa lagi?"
"Ngomong-ngomong, keahlian berdansamu buruk sekali," bukannya menjawab pertanyaan Harry, Draco malah mengeluarkan komentarnya.
Harry mengernyitkan dahi. Sepertinya ada yang salah dengan rivalnya yang satu ini. Harry menatap Draco bingung sekaligus khawatir. Khawatir jika orang di depannya ini bukanlah Draco Malfoy dengan cara bicaranya yang arogan seperti biasa. "Malfoy, apa kau sedang sakit? Atau kau terbentur sesuatu?"
Draco menampilkan seringai jahil yang lebih lebar. "Oh, Scarhead, perhatian sekali kau,"
Harry mencibir. "Aku tidak tau alasan kau ada di sini, tapi aku mohon undur diri," lagi-lagi, saat Harry ingin berbalik, Draco kembali menahannya.
Namun sekarang berbeda. Harry terdiam untuk beberapa saat mencoba mencerna apa yang terjadi. Draco menarik tangannya dan kemudian meletakkan salah satu tangannya pada pinggang ramping Harry, membuat pemuda berkacamata itu terkejut. Dan sekarang seringai menyebalkan di wajah Draco berganti dengan senyum yang terlihat tulus.
Draco membawa tubuh Harry makin dekat padanya dan tetap menatap pada Harry yang masih terlihat bingung. "Ingin aku ajarkan berdansa, Potter?"
"E-eh?" Harry yang masih dalam keadaan bingung tidak sempat berkata apa-apa saat Draco tanpa aba-aba langsung membawanya berdansa.
"Santai saja Potter," ucap Draco sambil terkekeh membuat Harry akhirnya keluar dari lamunannya sambil tergagap.
"B-bagaimana aku bisa santai jika kau tiba-tiba mengajakku berdansa seperti ini," balasnya membela diri.
Draco masih terkekeh. "Kau tidak suka?"
"Tentu saja!"
"Lalu kenapa kedua kaki pendekmu itu masih mengikuti langkahku?" pertanyaan Draco barusan langsung membuat Harry mati kutu. Benar juga, kenapa tidak dari tadi ia menolak.
Harry mendadak salah tingkah. "I-itu.. a-aku hanya terlalu kaget, itu saja.. Siapa yang menduga jika kau akan mengajakku berdansa," cicit Harry memberi alasan. Dan dengan kedua pipi yang mulai merona.
Draco akhirnya kembali menampilkan seringai lebarnya. "Baiklah, aku terima alasanmu. Dan sekarang, kita hanya perlu berdansa," ucapnya lembut yang membuat Harry kembali menolehkan wajah padanya.
Di tengah sunyinya malam yang menjadi panggung mereka, Harry menyadari jika Draco ternyata memiliki senyum yang begitu menawan. Dan langkah sederhana yang diambil Draco dalam dansa mereka terasa begitu elegan. Tentu saja seorang bangsawan harus mempunyai hal seperti ini pada diri mereka.
Draco terkekeh pelan saat mendapati wajah Harry yang tidak mau berhenti menatapnya dengan speechless. Sepertinya Harry bahkan tidak sadar jika ia begitu terlihat menggemaskan sekarang. Draco kemudian mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada Harry, "jangan terlalu banyak melamun, Potter, kau sudah tiga kali menginjak kakiku, sakit tau," ucapnya sambil menahan tawanya.
Harry tersentak kaget dan kembali tergagap. "S-sorry, aku tidak sengaja,"
Draco tertawa mendengar jawaban Harry yang hanya membuat pemuda berkacamata itu bingung. "Oh, Potter, kau benar-benar melamun ya?" Harry makin bingung dibuatnya, "aku hanya bercanda tadi, kau belum sekali pun menginjak kakiku,"
"B-benarkah?" sekarang Harry merasa bodoh.
Draco menyeringai dan menarik tubuh Harry makin mendekat padanya hingga membuat langkah dansa mereka hampir kacau. Dan sekarang, Harry bahkan bisa merasakan nafas hangat Draco menerpa wajahnya. Hal itu hanya membuat wajah Harry jadi memanas di malam yang dingin ini.
"Seharusnya aku memilihmu untuk diajak ke pesta dansa malam ini," ucap Draco sedikit berbisik.
Harry diam sejenak mencoba menenangkan degup jantungnya yang entah sejak kapan bekerja lebih cepat dari biasanya. Namun ia tetap diam menikmati setiap kali Draco menuntunnya pada dansa yang indah ini.
Benar-benar lihai Draco dalam mengangkat kakinya dengan perlahan sehingga setiap gerakannya terlihat indah. Harry yang awalnya terlihat kaku pun sekarang sudah mengikuti langkah Draco dengan ringan. Mata keduanya saling menatap dan tanpa sadar mereka telah jatuh pada pesona masing-masing.
Namun sepertinya Harry terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga tidak sadar jika langkah mereka sudah berhenti sedari tadi. Dan ia jadi gugup saat menyadari jika wajah Draco makin dekat hingga jarak mereka hanya terpaut beberapa senti. Bibir peach Harry sudah pasti akan mendapatkan sebuah ciuman jika saja Draco terus memajukan wajahnya. Sebelum hal menyebalkan lainnya terjadi.
"Dia benar-benar luar bisa! Aku rasa aku jatuh cinta,"
"Tidak! Aku yang jatuh cinta padanya dahulu!"
"Calm guys, dia memang luar biasa, dan aku juga jatuh cinta padanya,"
Harry segera mendorong tubuh Draco dan membalikkan badannya saat mendengar obrolan beberapa gadis yang mendekat ke arah mereka. Draco yang cukup terkejut dengan dorongan Harry kemudian menghela napas berat.
Beruntung ketiga gadis itu tidak menuju ke lorong yang menjadi pentas dansa Harry dan Draco. Mereka hanya sekedar lewat tidak menolehkan pandangan ke samping sehingga tidak menyadari keberadaan Draco dan Harry.
Harry menghembuskan napas lega saat suara tawa para gadis itu sudah tak terdengar lagi. Dan baru saja ia membalikkan tubuhnya, yang ia dapatkan adalah raut kesal Draco padanya. "Apa?" tanya Harry mencoba untuk tetap tenang.
Draco memutar mata malas. "Kenapa kau tadi mendorongku? Kau takut jika nanti mereka melihat? Bahkan mereka tidak menoleh pada kita,"
"Dan kenapa kau ingin menciumku?" balas Harry balik bertanya seolah membela diri, "kau aneh sekali malam ini. Tiba-tiba mengajakku berdansa, nada bicaramu jadi lebih lembut, dan terakhir mencoba menciumku,"
"Up to me," balas Draco santai, "dan ingatlah satu hal Potter. Kau bahkan tidak menolak, dan itu hanya memberikanku lampu hijau." ucapnya dengan seringai yang kembali muncul di wajahnya.
Bukannya kesal, Harry malah jadi gugup. Wajahnya mendadak memanas. Sepertinya tadi ia terlalu lama menatap wajah Draco sehingga saat wajah itu menyeringai jahil pun Harry masih menganggapnya tampan.
Draco terkekeh saat mendapati wajah Harry yang memerah. Begitu menggemaskan. "Hm, sepertinya cukup untuk malam ini," ucap Draco sambil mundur satu langkah. Harry hanya bingung saat Draco menggenggam tangan kanannya dan kebingungan itu langsung berganti keterkejutan saat Draco tiba-tiba saja mencium punggung tangannya.
"A-ah.. wh-what..." sekarang Harry merasakan jika wajahnya lebih panas dari sebelumnya.
Sedang Draco tidak bisa menahan senyumnya gemas. "Baiklah, semoga keberuntungan selalu menyertaimu agar kau tidak kehilangan nyawamu di pertandingan. Bye, Princess," dan kemudian Draco segera membalikkan badannya berjalan menjauh meninggalkan Harry yang masih termenung di tempatnya.
"Bloody hell!" teriak Harry tertahan kemudian mengutuk dirinya sendiri karena dengan bodohnya malah jadi memerah menahan malu hanya karena perkataan sang Malfoy yang baru saja mengajaknya berdansa itu.
Harry mengehembuskan napas menenangkan diri, namun sepertinya itu adalah hal tersulit baginya. Saat ia berusaha melupakan tentang apa yang baru saja terjadi, ia malah terus saja mengingat setiap detail kejadiannya. Mulai dari Draco yang menarik tubuhnya dan kemudian mereka mulai berdansa, hingga saat Draco tiba-tiba saja berusaha menciumnya. Dan tentu saja bayangan saat Draco mencium punggung tangannya dan memanggilnya princess dengan senyum yang begitu menawan membuat Harry kembali memerah.
Harry segera membalikkan badannya dan mengambil langkah kembali ke tempat pesta. Dan pikirannya masih terus saja dipenuhi dengan pemuda bermata silver kebiruan itu. Sepertinya Harry sedang menyangkal jika ia baru saja jatuh cinta.
"Lupakan dia Harry!" teriak Harry sepanjang lorong membuat orang-orang di sekitarnya memandangnya aneh. "ugh! That perfect fucking bastard Prince!"
The Prince's Dance — Completed
