Title : Lovely Constellation
Genre : Romance, friendship
Rating : K+
Words : 1k+
Draco melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Ia tiba-tiba berhenti dan menghela napas ketika sudah sampai di tempat tujuannya. "Oh, kenapa kau harus ada di sini?" tanyanya kesal ketika melihat seseorang di menara astronomi.
Harry yang sedari tadi hanya diam di tempatnya menoleh ke belakang dan mendapati Draco menatapnya malas. "Kau ada masalah dengan hal itu? Ini tempat umum, Malfoy," balas Harry.
"Ini sudah malam, bagaimana mungkin kau masih berkeliaran," balas Draco tetap berdiri di tempatnya.
"Kau sendiri?" tanya Harry balik.
"Aku hanya sedang bosan," jawab Draco santai.
Dan sunyi akhirnya menyelimuti mereka. Harry terlalu sibuk menatap langit, tidak bicara apa-apa lagi. Draco yang tidak tahan hanya diam, akhirnya memutuskan untuk berdiri di samping Harry. Ia langsung mengikuti arah pandang Harry. "Apakah sebegitu serunya hingga kau tidak bicara?"
Harry mengernyit bingung. "Maksudmu?"
"Melihat langit. Kau sampai tidak mau mengalihkan pandanganmu,"
Harry diam sesaat untuk tersenyum. "Bukan hanya langit, Malfoy." Balas Harry. "Bukankah menurutmu bintang-bintang itu terlihat indah?"
Draco akhirnya memusatkan perhatiannya pada bintang-bintang yang mendominasi langit. Ia tidak terlalu mengerti. Baginya bintang-bintang itu biasa-biasa saja.
"Kau mungkin tidak menyadarinya," kata Harry seolah tau apa yang Draco pikirkan. "Salah satu alasan mengapa aku begitu bahagia kembali ke Hogwarts adalah, karena aku bisa melihat bintang-bintang ini lebih jelas. Tanpa ada lampu-lampu kota yang mengganggu,"
Draco kembali menoleh pada Harry. Speechless. Wajah Harry begitu jelas, cahaya bulan dan bintang yang terpantulkan tampak seperti hologram yang begitu nyata. Begitu indah.
Draco bingung, kenapa ia baru menyadarinya sekarang. Padahal sudah tujuh tahun ia mengagumi kesempurnaan wajah manis dengan dua netra zamrud yang menghiasi itu. Well, Draco akui jika ia memang masih bocah saat itu. Tapi begitulah kenyataannya. Dulu ia tidak mengerti kenapa, tapi sekarang ia tau. Draco Malfoy jatuh cinta.
"Kau lihat bintang yang di sana?" Harry tiba-tiba bertanya sambil menunjuk salah satu bintang di antara ribuan bintang yang mengelilinginya.
Draco menghela napas. "Satu yang kau tunjuk, seratus yang aku lihat. Kau pikir aku tau mana bintang yang kau maksud dengan ribuan bintang yang bagiku semuanya sama saja?"
Harry terkekeh kecil. "Sorry. Bintang paling terang di antara kedua pohon itu, kau melihatnya?"
Draco memandang arah telunjuk Harry. Mencari bintang paling terang yang dimaksud Harry. "Sepertinya aku melihatnya," jawab Draco tidak yakin.
"Itu yang namanya Polaris. Bintang utara. Kau pernah mendengarnya, kan?"
Draco mengangguk. "Ya, pernah,"
"Bintang utara yang tidak pernah terbit dan tenggelam dari senja hingga fajar. Bagian dari konstelasi Little Deeper," Harry kembali menoleh pada Polaris. "Cahayanya begitu terang, beberapa orang bahkan bilang jika Polaris adalah bintang paling terang, walau sebenarnya bukan."
Draco mengernyit sekaligus terkejut. "Wow, aku baru tau jika kau ternyata menyukai astronomi,"
"Aku sangat menyukainya," balas Harry dan kemudian berbalik. "Aku harus kembali sekarang, kau masih ingin tetap di sini?" tanyanya pada Draco.
"Well, aku baru sampai,"
"Ya sudah, aku duluan ya,"
"Eh, tunggu!" tahan Draco tiba-tiba.
Harry menatapnya bingung. "Ada apa?"
"Um, itu," Draco ikutan bingung. Ia buru-buru mencari alasan, "apa kau akan kemari lagi besok malam?"
Harry berpikir sejenak. "Sepertinya begitu. Kenapa?"
"Aku rasa aku ingin mendaftar ke kelas astronomimu," jawabnya dengan nada bercanda. "Bolehkan, um, Harry?"
Harry hanya tertawa kecil. "Tentu saja. Kau bisa menghadiri kelasku kapan pun," balas Harry dan dibalas senyum pula oleh Draco. "Bye, Draco," dan ia segera pergi menuruni tangga.
Draco terdiam cukup lama di tempatnya, dan tiba-tiba malah berteriak. "Hell! Apa yang baru saja aku lakukan?"
.
"Bagaimana dengan Hercules?" tanya Draco sambil memperhatikan langit malam yang jauh lebih terang dari biasanya.
Ya, sudah hampir sebulan Draco dan Harry selalu bertemu di menara astronomi. Mengobrol ringan soal bintang, dan tanpa sadar menjadi makin dekat.
"Hercules! Tentu saja!" Harry segera menunjuk langit dengan bersemangat. "Salah satu rasi bintang paling besar di langit. Tapi walau pun besar, Hercules tidak memiliki banyak bintang terang," jelas Harry sambil menghubungkan rasi bintang Hercules, seperti menggambar di udara.
"Serius Harry, bagaimana kau bisa menghafal puluhan bentuk konstelasi yang rumit ini?" gumam Draco sambil memperhatikan langit. Mencoba mencari sang Hercules yang ditunjuk Harry.
Harry terkekeh kecil. "Jika kau menyukainya, mudah bagimu mengenalnya," jawab Harry.
Draco diam memperhatikan Harry sesaat. Lagi-lagi, dia berdecak kagum dengan keindahan wajah Harry yang diterangi cahaya bintang. "Konstelasi apa yang paling kau suka?" tanya Draco berbasa-basi memecah keheningan.
Harry yang sedari tadi hanya melihat langit kemudian menoleh pada Draco. Tidak langsung menjawab, ia hanya diam. "Um," Harry mengalihkan kembali pandangannya. "Apa kau ingin tau?" Harry balik bertanya.
Draco mengangguk. "Kalau tidak, untuk apa aku bertanya,"
Harry kembali memperhatikan langit. "Dia ada di depanmu sekarang,"
Jawaban Harry hanya membuat Draco menghela napas. Sepertinya Harry sengaja membuatnya kesal. "Harry, aku bahkan tidak ingat konstelasi apa saja yang sudah kau jelaskan padaku,"
Harry tertawa kecil. "Sorry." Harry kemudian kembali melihat langit. "Salah satu rasi bintang di langit utara. Rasi bintang circumpolar, yaitu rasi yang tidak pernah tenggelam. Tidak pernah berada di bawah horizon. Letaknya begitu dekat dengan Little Dipper." Harry memberi jeda. "Begitu indah, hingga aku berkali-kali jatuh cinta. Tapi sayang, karena aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh,"
Draco mendengus. Tidak tau harus merespon apa karena ia sama sekali tidak mengerti dengan penjelasan Harry. "Harry, aku bukan pecinta langit malam sepertimu. Aku tidak mengerti sedikit pun dengan apa yang kau katakan!"
Harry tertawa lepas. "Oh, ya, tentu kau tidak akan mengerti. Lagipula, kenapa hal itu penting bagimu?"
Draco angkat bahu. "Aku tidak bilang jika itu penting bagiku. Aku hanya penasaran,"
"Oke, lalu kenapa kau penasaran,"
"Ouh, apa salahnya langsung bilang saja, sih?"
Harry tidak membalas lagi. Ia kembali tenggelam memperhatikan langit. Lama hanya diam, Harry akhirnya kembali buka suara. "Aku jatuh cinta, Draco," ucap Harry tiba-tiba.
"Ha?" Draco mencerna perkataan Harry barusan.
"Ya, aku berkali-kali jatuh cinta padanya," balas Harry tanpa menoleh sedikit pun.
Draco berpikir sejenak. Berkali-kali jatuh cinta. "Sekarang rasa penasaranku makin besar. Konstelasi mana yang berhasil membuat Harry Potter berkali-kali jatuh cinta. Apa sebegitu indahnya?"
Harry akhirnya menoleh saat Draco bertanya padanya. Ia membutuhkan waktu lama untuk menjawab. "Ya, begitu indah. Dan penuh misteri,"
"Misteri?"
Harry mengangguk. "Orang-orang tau dengannya, tapi tidak begitu mengenalnya. Bahkan aku pun tidak mengenal dia. Dia tidak bisa diprediksi. Aku tidak pernah berpikir jika dia itu istimewa, namun ternyata dia lebih dari istimewa. Dan sekarang, aku hanya bisa memperhatikan. Tidak bergerak, tidak mengejar, dan bahkan takut untuk menyapa." Harry mengakhiri penjelasannya dengan menghela napas.
"Ingat Harry, malam selalu datang, tapi bintang tidak berjanji untuk selalu datang. Namun setidaknya kita tau jika mereka tidak akan kemana-mana, kan?" balas Draco.
Harry menoleh. Hanya sesaat, dan ia kembali menatap langit. "Ini kelas terakhir, Draco," ucap Harry tiba-tiba.
Draco mengernyit. "Maksudmu?"
"Besok sudah acara kelulusan, jika kau lupa,"
"Besok lusa. Itu artinya masih ada besok,"
Harry tertawa dan kemudian menggeleng. "Kau pikir aku mau menghabiskan besok hanya bicara tentang benda langit denganmu?"
"Siapa tau kau mau," gumam Draco.
"Well, kapan-kapan kau bisa meminta kelas tambahan."
.
"Draco, kenapa? Apa ada berangmu yang tertinggal di Hogwarts?" tanya Pansy pada Draco yang terlihat risih.
"Bukan apa-apa," balas Draco singkat.
Draco terlalu sibuk berpikir sekarang. Ia sedari tadi hanya melihat ke luar melalui jendela kereta. Ia tidak bisa berhenti bertengkar dengan dirinya sendiri. 'Ini bisa saja menjadi kesempatan terakhirmu, Draco,' katanya pada diri sendiri. 'Oh, aku bahkan belum mengucapkan kata-kata perpisahan padanya. Tapi jika aku menemuinya sekarang, aku yakin jika aku tidak bisa bicara apa-apa di depannya.'
Draco menghela napasnya. Masih belum percaya jika ia sudah harus meninggalkan Hogwarts. Draco masih berpikir jika tujuh tahun itu terlalu singkat. Mungkin mereka menjadi makin dekat sekarang, tapi tetap saja ini tidak cukup. Masih ada hal yang ingin Draco katakan. Masih ada banyak hal. Tapi ia terlalu pengecut untuk mengatakannya.
Akhirnya, Draco hanya menghabiskan waktu tanpa mau beranjak dari tempatnya. Bahkan ketika kereta sudah berhenti, Draco sekali lagi berdebat dengan pikirannya sendiri.
"Draco, ayo cepat!" Teriak Pansy yang sudah berada di pintu kereta.
Draco akhirnya menghela napas dan berdiri. 'Aku harus menemuinya,' dan Draco segera keluar, mendahului Pansy.
Pemuda Malfoy itu celingak-celinguk mencari pemuda Potter berkacamata di antara ratusan orang yang mengelilinginya. Ah, dia jadi ingat saat Harry menyuruhnya melihat Polaris. Hanya satu, begitu indah, begitu istimewa, namun tidak semudah itu menemukannya.
Draco berseru ketika tidak sengaja menemukan rambut hitam yang dibiarkan berantakan itu mulai menjauh. "Harry!" teriaknya sekeras mungkin.
Ia tau jika Harry mendengarnya. Harry menoleh, namun kemudian kembali menjauh. Draco tidak bisa mengejar. Jangankan untuk berlari, berjalan saja dia kesulitan.
"Harry!" teriaknya lagi lebih keras. Dan lagi, ia melihat pemuda berkacamata itu menoleh padanya, dan bahkan tersenyum!
Draco dengan susah payah menerobos kerumunan. Tidak peduli sedikit pun pada omelan orang yang dia tabrak. Draco makin mempercepat geraknya ketika mulai keluar dari kerumunan. Dan akhirnya ia berhasil. Tapi baru saja Draco bisa bernapas lega karena akhirnya bisa keluar, dia malah tidak menemukan Harry di mana pun.
"Harry? Harry!" teriak Draco lagi, namun ia tetap tidak menemukan Harry. Draco mengumpat pada dirinya sendiri. "Sial. Padahal aku ingin setidaknya kau tau! Biarlah kau hanya jatuh cinta pada sebuah konstelasi, tapi aku ingin kau tau bagaimana perasaanku, Harry," monolognya lemah sambil berbalik.
Namun tepat ketika ia berbalik, Draco tiba-tiba mendapatkan sebuah origami bangau terbang ke arahnya.
Dia spontan mengambilnya. Ia memutar pandangannya ke sekitar, mencari orang yang memberikan lipatan kertas itu. Dia bingung, namun tiba-tiba malah teringat ketika tahun ketiganya di Hogwarts. Ia segera membuka lipatan demi lipatan. Dan benar saja, itu sebuah surat.
Beberapa baris kalimat tulis tangan, dan di bawahnya terdapat beberapa titik yang dihubungkan oleh garis.
Draco membacanya sekilas. Tidak butuh waktu lama, dan ia kemudian tersenyum. Tertawa begitu keras hingga membuat orang-orang menoleh padanya.
"Apa ini? Kalau kau jatuh cinta pada dia, seharusnya bilang langsung saja," ucapnya girang. "Well, sepertinya aku memang harus mengatakannya padamu. Aku pastikan kau menerima perasaanku, Harry," ucapnya lembut sambil menatap rangkaian kata yang tertera dia atas kertas di tangannya.
Hey, apa kau masih penasaran dengan konstelasi favoritku? Dia yang begitu indah dan membuatku jatuh cinta berkali-kali. Ini Dia ...
Draco melipat kembali kertas itu dan menyimpannya di dalam saku. Masuk kembali ke kerumunan di depannya dengan senyum yang masih belum pudar dari wajahnya. Sama. Dia juga sudah berkali-kali jatuh cinta dibuatnya.
... rasi bintang Draco
.
Lovely Constellation — Completed
.
A/N
HaloHaloHaloHaloHalo semuaaaa! Apa kabar? Chapter ini sebenarnya mau aku update hari minggu kemaren, tapi karena uts, aku baru bisa update hari ini dehh...
Dan soal konstelasi Draco... Kok bisa aku baru kepikiran sekarang yaa? Padahal kan itu konstelasi favoritekuuuu...
Dan lagi,, oktober tahun ini, ada hujan meteor Draconids, udah mulai aktif dari 6-10 oktober. Dan puncaknya itu 8 oktober!
Yang penasaran sama rasi bintang Draco bisa cari di google yaaaaaa:)
